Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
Sistem peredaran darah adalah kesatuan organ yang berperan dalam proses
transfortasi yang terjadi dalam tubuh manusia. Tentunya apabila kita mendengar hal
tersebut, secara otomatis fikiran kita akan langsung teringat pada darah, pembuluh darah,
jantung dan lain sebagainya yang berkaitan dengan sistem peredaran darah. Dimana darah
bertindak sebagai penyalur zat-zat yang terkandung dalam darah, pembuluh darah sebagai
media penyalurnya dan jantung bertindak sebagai mesin yang membantu proses
peredaran darah melalui pembuluh darah. Namun apabila terjadi ketidaksetimbangan
pada proses tersebut, akan terjadi gangguan-gangguan yang dapat mengakibatkan hal-hal
yang tidak diinginkan terutama jika terjadi pada pembuluh darah.
1. Jelaskan Anatomi Dan Fisiologi Pembuluh Darah Vena Dan Sistem Limfatik!
2. Mengapa Nyeri Bersifat Panas , Nyeri Bila Terkena Sentuhan Serta Terasa Nyeri
Saat Sholat Dan Suhu Badannya Meningkat ?
3. Apakah Ada Hubungan Pasien Tersebut Menggunakan Pakaian Ketat Dan
Bersepatu Hak Tinggi Dengan Keluhan Yang Dialami? Jelaskan!
4. Jelaskan Bagaimana Mekanisme Timbulnya Varises!
5. Mengapa Setalah Di Injeksi Aethoxysklerol Muncul Memar Kemerahan Pada
Daerah Injeksi?
6. Apakah Ada Hubungannya Gangguan Pada Pasien Dengan Riwayat Yang
Dialami Orang Tuanya?
7. Apa Saja Diagnosa Banding Pasien?
8. Diagnosa Pasti Pasien!
1.4 SKENARIO
LBM I
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 94x/mnt,
suhu badan 38,5C. Status lokalis didapatkan pada daerah Regio Cruris Dextra bagian medial
s/d paha bagian medial berwarna kemerahan dan varises di kiri sebelah kanan.
PEMBAHASAN
A. TERMINOLOGI
B. PEMBAHASAN
Vena merupakan pembuluh darah yang dilewati sirkulasi darah kembali menuju
jantung sehingga disebut juga pembuluh darah balik. Dibandingkan dengan arteri,
dinding vena lebih tipis dan mudah melebar. Kurang lebih 70% volume darah
berada dalam sirkuit vena dengan tekanan yang relatif rendah. Kapasitas dan
volume sirkuit vena ini merupakan faktor penentupenting dari curah jantung
karena volume darah yang diejeksi oleh jantung tergantung pada alir balik vena.
a) V. Safena magna
Keluar dari ujung medial jaringan v.dorsalis pedis. Vena ini berjalan di
sebelah anterior maleolus medialis, sepanjang aspek anteromedial betis
(bersama dengan nervus safenus), pindah ke posterior selebar tangan di
belakang patela pada lutut dan kemudian berjalan ke depan dan menaiki bagian
anteromedial paha. Pembuluh ini menembus fasia kribriformis dan mengalir ke
v.femoralis pada hiatus safenus. Bagian terminal v.safena magna biasanya
mendapat percabangan superfisialis dari genitalia eksterna dan dinding bawah
abdomen. Dalam pembedahan, hal ini bisa membantu membedakan v.safena
dari femoralis karena satu-satunya vena yang mengalir ke v.femoralis adalah
v.safena. Cabang-cabang femoralis anteromedial dan posterolateral (lateral
aksesorius), dari aspek medial dan lateral paha, kadang-kadang juga mengalir
ke v.safena magna di bawah hiatus safenus (Faiz dan Moffat, 2004). V. safena
magna berhubungan dengan sistem vena profunda di beberapa tempat melalui
vena perforantes. Hubungan ini biasanya terjadi di atas
dan di bawah maleolus medialis, di area gaiter, di regio pertengahan betis, di
bawah lutut, dan satu hubungan panjang pada paha bawah. Katup-katup pada
perforator mengarah ke dalam sehingga darah mengalir dari sistem
superfisialis ke sistem profunda dari mana kemudian darah dipompa keatas
dibantu oleh kontraksi otot betis. Akibatnya sistem profunda memiliki tekanan
yang lebih tinggi daripada superfisialis, sehingga bila katup perforator
mengalami kerusakan, tekanan yang meningkat diteruskan ke sistem
superfisialis sehingga terjadi varises pada sistem ini.
Keluar dari ujung lateral jaringan v.dorsalis pedis. Vena ini melewati bagian
belakang maleolus lateralis dan di atas bagian belakang betis kemudian
menembus fasia profunda pada berbagai posisi untuk mengalir ke v.poplitea.
c) Vena Profunda
Pada struktur anatomi vena di dapatkan katup-katup semilunaris satu arah yang
tersebar di seluruh system vena.Katup-katup tersebut adalah lipatan dari lapisan
intima yang terdiri dari lapisan endotel dan kolagen, berfungsi untuk mencegah
terjadinya aliran balik, mengarahkan aliran kea rah proksimal dan system permukaan
melalui penghubung.Kemampuan katup untuk menjalankan fungsinya merupakan
factor yang sangat penting, sebab aliran darah dari ekstremitas menuju jantung
berjalan melawan grevitasi
Cairan limfe masuk aliran darah pada pangkal leher melalui Ductus Limphaticus
dexter dan Ductus thoracicus (Ductus Limphaticus sinister) sistem saluran limfe
berhubungan erat dengan sistem sirkulasi darah. Darah yang meninggalkan jantung
melalui arteri dan dikembalikan melalui vena. Sebagian cairan darah yang meninggalkan
sirkulasi dikembalikan masuk pembuluh darah melalui saluran limfe, yang merembes
dalam ruang-ruang jaringan. Hampir seluruh jaringan tubuh mempunyai saluran limfatik
yang mengalirkan kelebihan cairan secara langsung dari ruang interstisial, beberapa
pengecualian antara lain bagian permukaan kulit, sistem saraf pusat, bagian dalam dari
saraf perifer, endomisium otot, dan tulang.
Pembuluh Limfe
Struktur pembuluh limfe serupa dengan vena kecil, tetapi memiliki lebih banyak
katup sehingga pembuluh limfe tampaknya seperti rangkaian petasan atau tasbih.
Pembuluh limfe yang terkecil atau kapiler limfe lebih besar dari kapiler darah dan terdiri
hanya atas selapis endotelium. Pembuluh limfe bermula sebagai jalinan halus kapiler
yang sangat kecil atau sebagai rongga-rongga limfe di dalam jaringan berbagai organ.
Pembuluh limfe khusus di vili usus halus yang berfungsi sebagai absorpsi lemak
(kilomikron), disebut lacteal villi.
2. 2 Mengapa Nyeri Bersifat Panas , Nyeri Bila Terkena Sentuhan Serta Terasa Nyeri
Saat Sholat Dan Suhu Badannya Meningkat ?
Kenapa Pada Pasien Diskenario Terjadi Nyeri Bersifat Panas Dan Nyeri Tekan Pada
Daerah Tungkai?
Nyeri yang disebebkan oleh karena penyumbatan nyeri pembuluh darah vena akibat
dari lepasnya troumbus yang terbentuk di dalam vena. Karena penyumbatan itu aliran
darah menjadi tersumbat sehingga laju alirah darahnya melambat, jika terus menerus
terjadi karena lambatnya aliran darah itu mengakibatkan peradangan dari pembuluh
darah.
Pada saat posisi sedang sholat khususnya waktu berdiri, terjadi penurunan kontraksi
otot di sekitar pembuluh darah vena bagian profunda menyebabkan aliran darah yang
seharusnya menuju jantung yang dibantu dengan kontraksi otot bagian tungkai tersebut
tidak adekuat sehingga darah terkumpul di bagian pembuluhh darah vena bagian
profunda, hal ini terus terjadi sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan hidrostatik
pada pembuluh vena profunda lebih besar daripada di pembuluh darah vena superficial
sehingga mengakibatkan terjadi juga perpindahan darah ke vena superficial yang
berlanjut menyebakan vasodilatasi pembuluh darah vena superficial secara terus menerus
yang mengakibatkan hilangnya elastisistas dari dinding pembuluh darah vena superficial
dan terlihat pembuluhh darah yang berkelok-kelok.
Sepatu merupakan salah satu yang ikut berperan dalam aktivitas seorang wanita.
Badan survey di amerika serikat mencatat 59% wanita menggunakan sepatu hak tinggi,
Berdasarkan penelitian yang sama, ditemukan bahwa rata-rata setiap orang melangkah
adalah 10 ribu perhari, ini bukan saja menyebabkan tumit yang bengkak dan meradang,
kerusakan pada jari kaki, urat, tapi juga pada jaringan syaraf otak. Alasan utama hak
tinggi memiliki pengaruh buruk bagi kaki dan tubuh adalah membuat kontraksi tidak
normal. Jika terjadi setiap kali maka pemakai hak tinggi akan menderita rasa kaku, sakit,
luka pada tulang, dan gangguan syaraf. Pemakaian sepatu hak tinggi juga dapat
menyebabkan masalah pada pembuluh darah.
Varises vena terjadi terutama pada ekstermitas bawah. Daerah vena pada ekstermitas
bawah beredar dengan melawan gravitasi. Varises ini terdiri dari perubahan vena safena
serta pelebaran cabang-cabangnya yang abnormal, memenjang dan berkelok-kelok.
Katup-katup vena adalah unidirectoral, yaitu mengalirkan darah ke satu arah, yakni
jantung dengan bantuan kompresi dan relaksasi otot-otot kaki. Makin lama, akumulasi
tekanan pada katup-katup dapat membuat katup-katup menjadi tidak kompenten.
Varises sekunder dapat terjadi sebagai akibat perugahan obstruktif dan kerusakan
katup pada system vena provunda seperti tromboplebitis atau kadang-kadang pada okulasi
vena proksimal akibat neoplasma. Fistula anterovenosa congenital atau akusita sering
juga dihubungkan dengan varises.
Vena safena magna dan cabng-cabangnya merupakan bagian yang paling sering
terkena, tetapi vena safena parva juga dapat terkena. Terdapat satu atau banyak perforasi
vena yang inkompenten pada pahadan tungkai bawah, sehingga darah dapat refluks
kedalam vena yang varises tidak hanya dari atas, yaitu melalui jalan taut safenofemoral,
tetapi juga dari system profunga pada vena yang inkompenten pada paha tengah atau
tungkai bawah. Sebagian besar oleh karena magna atau vena komunikans pendek,
tekanan vena tinggi dari dalam system dalam (profunda) (>300 mmHg) yang terjadi
selama kompresi betis saat berjalan ditransmisikan ke vena superficial tersebut. Selama
bertahun-tahun, vena membesar secara progresif; jaringan sekitar dan kulit dapat
mengalami perubahan sekunder seperti fibrosis, edema kronik, dan pigmentasi kulit serta
atrofi.
Karena hal ini merupakan efek samping dari Aethoxysklerol yaitu mengalami
pigmentasi atau luka ditempat suntikan pada saat di lakukannya injeksi tersebut. Pada
beberapa kasus hal ini bisa disebabkan karena terjadi trauma langsung pada dinding
vena, sehingga di daerah suntikan atau injeksi muncul tanda-tanda peradangan seperti
memar kemerahan. Selain itu bisa juga karena trauma langsung pada dinding pembuluh
vena yang menyebabkan pembuluh vena pecah, sehingga terjadi perdarahan jaringan dan
timbul memar kemerahan.
2. 6 Apakah Ada Hubungannya Gangguan Pada Pasien Dengan Riwayat Yang Dialami
Orang Tuanya?
II. ETIOLOGI
Pada tromboflebitis terdapat Trias virchow yaitu, stasis aliran darah, cedera endotel,
dan hiperkoagulabilitas darah.Terjadi stasis darah dibelakang daun katup vena sehingga
terjadi predisposisi untuk deposisi trombosit dan fibrin, mencetuskan perkembangan
trombosis vena dalam. Cedera endotel mengawali pembentukan thrombus.
Hiperkoagulabilitas darah tergantung interaksi kompleks endotel pembuluh darah, faktor-
faktor pembekuan dan trombosit, komposisi dan sifat-sifat aliran darah.
V. FAKTOR RESIKO
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang
Doppler Ultrasound
Duplex Ultrasonic Scaning
Pletismografi Vena
Venografi
Ultrasonograf Doppler
Biakan darah
Pemeriksaan baik aerob maupun anaerob dapat membantu. Organisme yang penting
untuk di antisipasi meliputi Streptokokus aerob dan anaerob. Staphilokokus aureus
,Eschercia coli dan Bakteriodes. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui atau
mendeteksi kuman didalam darah.
Venografi
Bahan kontras disuntikkan kedalam sistem vena untuk memberikan gambaran pada
vena-vena di ekstrimitas bawah dan pelvis.Pemeriksaan venografi berguna untuk
mendiagnosis trombosis vena renalis.
VIII. PENATALAKSANAAN
1. Terapi medik : Pemberian NSAID atau analgesic dan antikoagulan sesuai dengan
resep.
2. Anjurkan ambulasi dini untuk meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah dan
menurunkan kemungkinan pembentukan pembekuan darah.
2. Prognosis
Prognosis baik, jika nadi tetap berada dibawah 100x/menit.
Prognosis kurang baik, jika nadi diatas 130x/menit dan tidak diikuti dengan
penurunan suhu tubuh. Selain itu, terjadinya demam kontinyu, jumlah leukosit
rendah/sangat tinggi, kadar Hb yang rendah dapat memperburuk prognosis.
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan keluhan pasian, hasil pemeriksaan dan hasil diskusi kelompok IV kami
mengambil diagnosa bahwa perempuan berusia 20 tahun tersebut mengalami Tromboflebitis
Superfisialis. Tromboflebitis adalah peradangan dan pembekuan dalam pembuluh darah.
Tromboflebitis berarti bahwa gumpalan darah telah terbentuk dalam vena dekat dengan
kulit. Tromboflebitis adalah peradangan dinding vena dan biasanya disertai pembentukan
bekuan darah (thrombus). Dimana penyebab terjadinya tromboflebitis superfisialis, antara
lain :
Price, Sylvia Anderson. 2014. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:
EGC. Hal 678.
Teodorescu, Marius. 2014. Jurnal Post Surgery Tromboflebitis, Major Risk Pulmonary Embo
lism. Available at http://heinonline.org/HOL/LandingPage?handle=hein.journals/rescito8&di
v=32&id=&page. Diakses tgl 29/10/2016 pukul 07.58 WITA. Hal 246.