Você está na página 1de 17

ABORSI MENURUT 5 PANDANGAN AGAMA DI INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di zaman sekarang ini banyak tindakan-tindakan yang tidak manusiawi.Salah satunya
adalah aborsi.Kasus aborsi sekarang ini bukan lagi hal yang awam didengar, justru malah
menjadi hal yang biasa didengar.Padahal tindakan ini sangat tidak manusiawi dipandang dari
segi moral, agama, dan budaya.
Kita tidak jarang lagi melihat tindak aborsi dilakukan.Sering kali kita melihat berita-
berita di televisi yang memberitakan tindak aborsi.Janin-janin yang umurnya baru beberapa
bulan, bahkan beberapa minggu ditemukan di tong sampah, di got, bahkan didalam kantong
plastik.Kemana hati nurani ibu dan ayah mereka?Dengan mudahnya mereka membunuh
anak-anak mereka sendiri, darah daging mereka sendiri, yang seharusnya mereka jaga,
mereka rawat dengan baik tatapi yang mereka lakukan adalah memaksa melahirkan sebelum
waktunya dan membuangnya.
Marak terjadi tindak aborsi bukan hanya pada orang-orang yang telah dewasa.Tetapi justru
mereka yang masih remaja juga melakukannya.Hal itu sangat memprihatinkan.Apa itu karena
kurangnya pengetahuan tentang Agama dan Moral? Atau memang moral anak bengsa yang
telah rusak?Ataukah keduanya, tetapi pada dasarnya tindakan itu sangat bertentangan dengan
moral dan agama.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang dikemukakan di atas dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut:
a. Apakah pengertian aborsi secara umum?
b. Bagaimana pandangan agama Hindu, Islam, Kristen Protestan, Buddha, Kristen Katolik
tentang tindak aborsi?
c. Apakah bahaya dari tindak aborsi?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah pembaca dapat mengetahui pengertian
aborsi secara umum, dan dapat mengetahui pandangan-pandangan berbagai agama (Islam,
Hindu, dan Kristen) tentang tindak aborsi serta dapat mengetahui dampak buruk atau bahaya
dari tindak aborsi.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Aborsi

Aborsi (Abortus) adalah berakhirnya suatu kehamilan (akibat factor tertentu) pada
atau sebelum kehamilan itu berusia 20 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk
hidup di luar kendungan (Lily Yulaikah, 2008: 72).
Di Indonesia, belum ada batasan resmi mengenai aborsi. Dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia (Prof. Dr. JS.Badudu dan Prof. Sutan Mohammad Zain, Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta, 1996) abortus didefinisikan sebagai terjadi keguguran janin; melakukan abortus
sebagai melakukan pengguguran (dengan sengaja karena tak menginginkan bakal bayi yang
dikandung itu).Secara umum istilah aborsi diartikan sebagai pengguguran kandungan, yaitu
dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu secara sengaja maupun tidak.Biasanya
dilakukan saat janin masih berusia muda (sebelum bulan ke empat masa kehamilan).
Sementara dalam pasal 15 (1) UU Kesehatan Nomor 23/1992 disebutkan bahwa dalam
keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat
dilakukan tindakan medis tertentu.Sedangkan pada ayat 2 tidak disebutkan bentuk dari
tindakan medis tertentu itu, hanya disebutkan syarat untuk melakukan tindakan medis
tertentu.
Dengan demikian pengertian aborsi yang didefinisikan sebagai tindakan tertentu untuk
menyelamatkan ibu dan atau bayinya (pasal 15 UU Kesehatan) adalah pengertian yang sangat
rancu dan membingungkan masyarakat dan kalangan medis.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) melarang keras dilakukannya aborsi dengan
alasan apapun sebagaimana diatur dalam pasal 283, 299 serta pasal 346 - 349.Bahkan pasal
299 intinya mengancam hukuman pidana penjara maksimal empat tahun kepada seseorang
yang memberi harapan kepada seorang perempuan bahwa kandungannya dapat digugurkan.
Namun, aturan KUHP yang keras tersebut telah dilunakkan dengan memberikan peluang
dilakukannya aborsi.Sebagaimana ditentukan dalam pasal 15 ayat 1 UU Kesehatan tersebut di
atas.
Namun pasal 15 UU Kesehatan juga tidak menjelaskan apa yang dimaksud tindakan medis
tertentu dan kondisi bagaimana yang dikategorikan sebagai keadaan darurat.
Dalam penjelasannya bahkan dikatakan bahwa tindakan medis dalam bentuk pengguguran
kandungan dengan alasan apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma
agama, norma kesusilaan, dan norma kesopanan. Namun dalam keadaan darurat sebagai
upaya menyelamatkan jiwa ibu dan atau janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan
medis tertentu.Lalu apakah tindakan medis tertentu bisa selalu diartikan sebagai aborsi yang
artinya menggugurkan janin, sementara dalam pasal tersebut aborsi digunakan sebagai upaya
menyelamatkan jiwa ibu dan atau janin.Jelas disini bahwa UU Kesehatan telah memberikan
pengertian yang membingungkan tentang aborsi.

2.2 Aborsi di Pandang dari Segi Agama Hindu

Aborsi dalam Theology Hinduisme tergolong pada perbuatan yang disebut Himsa
karma yakni salah satu perbuatan dosa yang disejajarkan dengan membunuh, meyakiti, dan
menyiksa. Membunuh dalam pengertian yang lebih dalam sebagai menghilangkan nyawa
mendasari falsafah atma atau roh yang sudah berada dan melekat pada jabang bayi
sekalipun masih berbentuk gumpalan yang belum sempurna seperti tubuh manusia. Segera
setelah terjadi pembuahan di sel telur maka atma sudah ada atas kuasa Hyang Widhi. Dalam
Lontar Tutur Panus Karma, penciptaan manusia yang utuh kemudian dilanjutkan oleh
Hyang Widhi dalam manifestasi-Nya sebagai Kanda-Pat dan Nyama Bajang. Selanjutnya
Lontar itu menuturkan bahwa Kanda-Pat yang artinya empat-teman adalah: I Karen,
sebagai calon ari-ari; I Bra, sebagai calon lamas; I Angdian, sebagai calon getih; dan I
Lembana, sebagai calon Yeh-nyom. Ketika cabang bayi sudah berusia 20 hari maka Kanda-
Pat berubah nama menjadi masing-masing: I Anta, I Preta, I Kala dan I Dengen. Selanjutnya
setelah berusia 40 minggu barulah dinamakan sebagai : Ari-ari, Lamas, Getih dan Yeh-nyom.
Nyama Bajang yang artinya saudara yang selalu membujang adalah kekuatan-kekuatan
Hyang Widhi yang tidak berwujud. Jika Kanda-Pat bertugas memelihara dan membesarkan
jabang bayi secara phisik, maka Nyama Bajang yang jumlahnya 108 bertugas mendudukkan
serta menguatkan atma atau roh dalam tubuh bayi.
Oleh karena itulah perbuatan aborsi disetarakan dengan menghilangkan nyawa. Kitab-kitab
suci Hindu antara lain Rgveda 1.114.7 menyatakan: Ma no mahantam uta ma no arbhakam
artinya: Janganlah mengganggu dan mencelakakan bayi. Atharvaveda X.1.29: Anagohatya
vai bhima artinya: Jangan membunuh bayi yang tiada berdosa. Dan Atharvaveda X.1.29:
Ma no gam asvam purusam vadhih artinya: Jangan membunuh manusia dan binatang.
Dalam ephos Bharatayuda Sri Krisna telah mengutuk Asvatama hidup 3000 tahun dalam
penderitaan, karena Asvatama telah membunuh semua bayi yang ada dalam kandungan istri-
istri keturunan Pandawa, serta membuat istri-istri itu mandul selamanya.
Pembuahan sel telur dari hasil hubungan sex lebih jauh ditinjau dalam falsafah Hindu sebagai
sesuatu yang harusnya disakralkan dan direncanakan. Baik dalam Manava Dharmasastra
maupun dalam Kamasutra selalu dinyatakan bahwa perkawinan menurut Hindu adalah
Dharmasampati artinya perkawinan adalah sakral dan suci karena bertujuan memperoleh
putra yang tiada lain adalah re-inkarnasi dari roh-roh para leluhur yang harus lahir kembali
menjalani kehidupan sebagai manusia karena belum cukup suci untuk bersatu dengan Tuhan
atau dalam istilah Theology Hindu disebut sebagai Amoring Acintya. Oleh karena itu maka
suatu rangkaian logika dalam keyakinan Veda dapat digambarkan sebagai berikut :
Perkawinan (pawiwahan) adalah untuk syahnya suatu hubungan sex yang bertujuan
memperoleh anak. Gambaran ini dapat ditelusuri lebih jauh sebagai tidak adanya keinginan
melakukan hubungan sex hanya untuk kesenangan belaka.Prilaku manusia menurut Veda
adalah yang penuh dengan pengendalian diri, termasuk pula pengendalian diri dalam bentuk
pengekangan hawa nafsu.Pasangan suami-istri yang mempunyai banyak anak dapat dinilai
sebagai kurang berhasilnya melakukan pengendalian nafsu sex, apalagi bila kemudian
ternyata bahwa kelahiran anak-anak tidak dalam batas perencanaan yang baik.Sakralnya
hubungan sex dalam Hindu banyak dijumpai dalam Kamasutra. Antara lain disebutkan bahwa
hubungan sex hendaknya direncanakan dan dipersiapkan dengan baik, misalnya terlebih
dahulu bersembahyang memuja dua Deva yang berpasangan yaitu Deva Smara dan Devi
Ratih, setelah mensucikan diri dengan mandi dan memercikkan tirta pensucian. Hubungan
sex juga harus dilakukan dalam suasana yang tentram, damai dan penuh kasih sayang.
Hubungan sex yang dilakukan dalam keadaan sedang marah, sedih, mabuk atau tidak sadar,
akan mempengaruhi prilaku anak yang lahir kemudian.
Oleh karena hubungan sex terjadi melalui upacara pawiwahan dan dilakukan semata-mata
untuk memperoleh anak, jelaslah sudah bahwa aborsi dalam Agama Hindu tidak dikenal dan
tidak dibenarkan.

2.3 Aborsi di Pandang dari Segi Agama Islam

A. Pengertian Aborsi Menurut Syariat


Dalam istilah syariat, aborsi adalah kematian janin atau keguguran sebelum
sempurna, walaupun janin belum mencapai usia enam bulan. Dapat disimpulkan bahwa
aborsi secara syariat tidak melihat kepada usia kandungan, namun melihat kepada
kesempurnaan bentuk janin tersebut.
B. Pandangan Agama Islam Tentang Aborsi
Dr. Abdurrahman Al Baghdadi (1998) dalam bukunyaEmansipasi Adakah Dalam
Islam halaman 127-128 menyebutkan bahwa aborsi dapat dilakukan sebelum atau sesudah
ruh (nyawa) ditiupkan. Jika dilakukan setelah ditiupkannya ruh, yaitu setelah 4 (empat) bulan
masa kehamilan, maka semua ulama ahli fiqih (fuqoha) sepakat akan keharamannya. Tetapi
para ulama fiqih berbeda pendapat jika aborsi dilakukan sebelum ditiupkannya ruh.Sebagian
memperbolehkan dan sebagiannya mengharamkannya.
Pendapat yang memperbolehkan aborsi sebelum peniupan ruh, antara lain Muhammad
Ramli (w. 1596 M) dalam kitabnya An Nihayah dengan alasan karena belum ada makhluk
yang bernyawa. Ada pula yang memandangnya makruh, dengan alasan karena janin sedang
mengalami pertumbuhan.Pendapat yang disepakati fuqoha, yaitu bahwa haram hukumnya
melakukan aborsi setelah ditiupkannya ruh (empat bulan), didasarkan pada kenyataan bahwa
peniupan ruh terjadi setelah 4 (empat) bulan masa kehamilan.Maka dari itu, aborsi setelah
kandungan berumur 4 bulan adalah haram, karena berarti membunuh makhluk yang sudah
bernyawa. Dan ini termasuk dalam kategori pembunuhan yang keharamannya antara lain
didasarkan pada dalil-dalil syari berikut. Firman Allah SWT:







Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu:
janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang
ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami
akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati
perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi,
dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan
dengan sesuatu (sebab) yang benar [518]". Demikian itu yang diperintahkan kepadamu
supaya kamu memahami (nya).
Berdasarkan dalil-dalil ini maka aborsi adalah haram pada kandungan yang bernyawa atau
telah berumur 4 bulan, sebab dalam keadaan demikian berarti aborsi itu adalah suatu tindak
kejahatan pembunuhan yang diharamkan Islam.
Dalil syari yang menunjukkan bahwa aborsi haram bila usia janin 40 hari atau 40 malam
adalah hadits Nabi Saw berikut:
Jika nutfah (gumpalan darah) telah lewat empat puluh dua malam, maka Allah mengutus
seorang malaikat padanya, lalu dia membentuk nutfah tersebut; dia membuat
pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan tulang belulangnya.Lalu malaikat
itu bertanya (kepada Allah), Ya Tuhanku, apakah dia (akan Engkau tetapkan) menjadi laki-
laki atau perempuan? Maka Allah kemudian memberi keputusan [HR. Muslim dari Ibnu
Masud r.a.].
Hadits di atas menunjukkan bahwa permulaan penciptaan janin dan penampakan anggota-
anggota tubuhnya, adalah setelah melewati 40 atau 42 malam.Dengan demikian,
penganiayaan terhadapnya adalah suatu penganiayaan terhadap janin yang sudah mempunyai
tanda-tanda sebagai manusia yang terpelihara darahnya (mashumud dam).Tindakan
penganiayaan tersebut merupakan pembunuhan terhadapnya.
Jadi, siapa saja yang melakukan aborsi baik dari pihak ibu, bapak maupun tenaga
kesehatan.Berarti mereka telah berbuat dosa dan telah melakukan tindak kriminal yang
mewajibkan pembayaran diyat bagi janin yang gugur, yaitu seorang budak laki-laki atau
perempuan, atau sepersepuluh diyat manusia sempurna (10 ekor onta), sebagaimana telah
diterangkan dalam hadits shahih dalam masalah tersebut. Rasulullah Saw bersabda:
Rasulullah Saw memberi keputusan dalam masalah janin dari seorang perempuan Bani
Lihyan yang gugur dalam keadaan mati, dengan satu ghurrah, yaitu seorang budak laki-laki
atau perempuan [HR. Bukhari danMuslim, dari Abu Hurairah r.a.](Abdul Qadim Zallum,
1998).
Sedangkan aborsi pada janin yang usianya belum mencapai 40 hari, maka hukumnya boleh
(jaiz) dan tidak apa-apa. Ini disebabkan bahwa apa yang ada dalam rahim belum menjadi
janin karena dia masih berada dalam tahapan sebagai nutfah (gumpalan darah), belum sampai
pada fase penciptaan yang menunjukkan ciri-ciri minimal sebagai manusia.
Pendapat yang mengharamkan aborsi sebelum peniupan ruh antara lain Ibnu Hajar (w. 1567
M) dalam kitabnya At Tuhfah dan Al Ghazali dalam kitabnya Ihya` Ulumiddin. Bahkan
Mahmud Syaltut, mantan Rektor Universitas Al Azhar Mesir berpendapat bahwa sejak
bertemunya sel sperma dengan ovum (sel telur) maka aborsi adalah haram, sebab sudah ada
kehidupan pada kandungan yang sedang mengalami pertumbuhan dan persiapan untuk
menjadi makhluk baru yang bernyawa yang bernama manusia yang harus dihormati dan
dilindungi eksistensinya. Akan makin jahat dan besar dosanya, jika aborsi dilakukan setelah
janin bernyawa, dan akan lebih besar lagi dosanya kalau bayi yang baru lahir dari kandungan
sampai dibuang atau dibunuh (Masjfuk Zuhdi, 1993, Masail Fiqhiyah Kapita Selekta Hukum
Islam, halaman 81; M. Ali Hasan, 1995, Masail Fiqhiyah Al Haditsah Pada Masalah-Masalah
Kontemporer Hukum Islam, halaman 57; Cholil Uman, 1994, Agama Menjawab Tentang
Berbagai Masalah Abad Modern, halaman 91-93; Mahjuddin, 1990, Masailul Fiqhiyah
Berbagai Kasus Yang Yang Dihadapi Hukum Islam Masa Kini, halaman 77-79).
Pendapat yang menyatakan bahwa aborsi diharamkan sejak pertemuan sel telur dengan sel
sperma dengan alasan karena sudah ada kehidupan pada kandungan, adalahpendapat yang
tidak kuat.Sebab kehidupan sebenarnya tidak hanya wujud setelah pertemuan sel telur dengan
sel sperma, tetapi bahkan dalam sel sperma itu sendiri sudah ada kehidupan, begitu pula
dalam sel telur, meski kedua sel itu belum bertemu. Kehidupan (al hayah) menurut Ghanim
Abduh dalam kitabnya Naqdh Al Isytirakiyah Al Marksiyah(1963) halaman 85 adalah
sesuatu yang ada pada organisme hidup. (asy syai` al qa`im fi al ka`in al hayyi). Ciri-ciri
adanya kehidupan adalah adanya pertumbuhan, gerak, iritabilita, membutuhkan nutrisi,
perkembangbiakan, dan sebagainya. Dengan pengertian kehidupan ini, maka dalam sel telur
dan sel sperma (yang masih baik, belum rusak) sebenarnya sudah terdapat kehidupan, sebab
jika dalam sel sperma dan sel telur tidak ada kehidupan, niscaya tidak akan dapat terjadi
pembuahan sel telur oleh sel sperma. Jadi, kehidupan (al hayah) sebenarnya terdapat dalam
sel telur dan sel sperma sebelum terjadinya pembuahan, bukan hanyaada setelah pembuahan.


Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan
dengan suatu (alasan) yang benar. (Q.S. Al Israa: 33)
Namun demikian, dibolehkan melakukan aborsi baik pada tahap penciptaan janin, ataupun
setelah peniupan ruh padanya, jika dokter yang terpercaya menetapkan bahwa keberadaan
janin dalam perut ibu akan mengakibatkan kematian ibu dan janinnya sekaligus. Dalam
kondisi seperti ini, dibolehkan melakukan aborsi dan mengupayakan penyelamatan
kehidupan jiwa ibu. Menyelamatkan kehidupan adalah sesuatu yang diserukan oleh ajaran
Islam, sesuai firman Allah SWT:
Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah
memelihara kehidupan manusia semuanya. (Qs. al-Maaidah [5]: 32).
Di samping itu aborsi dalam kondisi seperti ini termasuk pula upaya pengobatan.Sedangkan
Rasulullah Saw telah memerintahkan umatnya untuk berobat. Rasulullah Saw bersabda:
Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla setiap kali menciptakan penyakit, Dia ciptakan pula
obatnya.Maka berobatlah kalian! [HR. Ahmad].
Kaidah fiqih dalam masalah ini menyebutkan:
Jika berkumpul dua madharat (bahaya) dalam satu hukum, maka dipilih yang lebih ringan
madharatnya.(Abdul Hamid Hakim, 1927, Mabadi` Awaliyah fi Ushul Al Fiqh wa Al
Qawaid Al Fiqhiyah, halaman 35).
Berdasarkan kaidah ini, seorang wanita dibolehkan menggugurkan kandungannya jika
keberadaan kandungan itu akan mengancam hidupnya, meskipun ini berarti membunuh
janinnya. Hal ini harus dapat dipastikan secara medis. Karena syariat memandang sang ibu
sebagai akar pohon dan sang janin sebagai cabangnya. Dalam Islam dikenal prinsip al ahamm
wa al muhimmn (yang lebih penting dan yang penting), dalam kasus ini dapat diartikan
mengambilan yang lebih kecil buruknya dari dua keburukan. Di Indonesia yang dimaksud
dengan indikasi medis adalah demi menyelamatkan nyawa ibu. Syarat-syaratnya:

1. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk
melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan) sesuai dengan
tanggung jawab profesi.
2. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain,agama, hukum, psikologi).
3. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga terdekat.
4. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang memadai, yang ditunjuk
oleh pemerintah.
5. Prosedur tidak dirahasiakan.
6. Dokumen medik harus lengkap.
Sedangkan menurut hukum yang berlaku di Indonesia yaitu menurut Undang-Undang abortus
1967 mengatakan bahwa seorang wanita tidak boleh dijatuhi hukuman bila ia mengakhiri
kehamilan dengan bantuan tenaga medis yang sudah mempunyai izin bila tenaga medi
tersebut memang melakukan abortus atas dasar yang baik dengan syarat sebagai berikut:
1. Bahwa melanjutkan kehamilan dapat membahayakan kehidupan wanita hamil tersebut, atau
dapat mengganggu kesehatan mental dan fisik.
2. Ada resiko yang cukup hebat bahwa bila bayi diahirkan , bayi mungkin mengalami cacat
fisik atau mental yang cukup parah.
Memang mengggugurkan kandungan adalah suatu mafsadat. Begitu pula hilangnya nyawa
sang ibu jika tetap mempertahankan kandungannya juga suatu mafsadat. Namun
menggugurkan kandungan janin itu lebih ringan madharatnya daripada menghilangkan
nyawa ibunya, atau membiarkan kehidupan ibunya terancam dengan keberadaan janin
tersebut (Dr. Abdurrahman Al Baghdadi, 1998).

2.3 Aborsi di Pandang dari Segi Agama Kristen Protestan

Dalam Alkitab dikatakan dengan jelas betapa Tuhan sangat tidak berkenan atas pembunuhan
seperti yang dilakukan dalam tindakan aborsi.
a. Jangan pernah berpikir bahwa janin dalam kandungan itu belum memiliki nyawa.
Yer 1:5 ~ Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal
engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku
telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.
Kej 16:11; Kej 25:21-26; Hos 12:2-3; Rom 9:10-13; Kel 21-22; Yes 7:14; Yes 44:2,24; Yes
46:3; Yes 49:1-2; Yes 53:6; Ayb 3:11-16; Ayb 10:8-12; Ef 1:4; Mat 25:34; Why 13:8; Why
17:8
b. Hukuman bagi para pelaku aborsi sangat keras.
Kel 21:22-25 ~ Apabila ada orang berkelahi dan seorang dari mereka tertumbuk kepada
seorang perempuan yang sedang mengandung, sehingga keguguran kandungan, tetapi tidak
mendapat kecelakaan yang membawa maut, maka pastilah ia didenda sebanyak yang
dikenakan oleh suami perempuan itu kepadanya, dan ia harus membayarnya menurut putusan
hakim. Tetapi jika perempuan itu mendapat kecelakaan yang membawa maut, maka engkau
harus memberikan nyawa ganti nyawa, mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan,
kaki ganti kaki, lecur ganti lecur, luka ganti luka, bengkak ganti bengkak.
c. Aborsi karena alasan janin yang cacat tidak dibenarkan Tuhan.
Yoh 9:1-3 ~ Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya. Murid-
muridNya bertanya kepadaNya: Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau
orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?" Jawab Yesus: Bukan dia dan bukan juga orang
tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia
Kis 17:25-29; Mzm 94:9; Rom 8:28; Im 19:14; Yes 45:9-12
d. Aborsi karena ingin menyembunyikan aib tidak dibenarkan Tuhan.
Kej 19:36-38 ~ Lalu mengandunglah kedua anak Lot itu dari ayah mereka. Yang lebih tua
melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Moab; dialah bapa orang Moab yang
sekarang. Yang lebih mudapun melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Ben-
Ami; dialah bapa bani Amon yang sekarang.
Kej 50:20; Rom 8:28
e. Tuhan tidak pernah memperkenankan anak manusia dikorbankan. Apapun alasannya.
Kel 1:15-17 ~ Raja Mesir juga memerintahkan kepada bidan-bidan yang menolong
perempuan Ibrani, seorang bernama Sifra dan yang lain bernama Pua, katanya: Apabila
kamu menolong perempuan Ibrani pada waktu bersalin, kamu harus memperhatikan waktu
anak itu lahir: jika anak laki-laki, kamu harus membunuhnya, tetapi jika anak perempuan,
bolehlah ia hidup. Tetapi bidan-bidan itu takut akan Allah dan tidak melakukan seperti yang
dikatakan raja Mesir kepada mereka, dan membiarkan bayi-bayi itu hidup.
Yeh 16:20-21; Yer 32:35; Mzm 106:37-42 ; II Raj 16:3; 17:17 ; 21:6 ; Ul 12:31; 18:10-13;Im
18:21, 24 dan 30
f. Anak-anak adalah pemberian Tuhan. Jagalah sebaik-baiknya.
Kej 30:1-2 ~ Ketika dilihat Rahel, bahwa ia tidak melahirkan anak bagi Yakub, cemburulah
ia kepada kakaknya itu, lalu berkata kepada Yakub: Berikanlah kepadaku anak; kalau tidak,
aku akan mati. Maka bangkitlah amarah Yakub terhadap Rahel dan ia berkata: Akukah
pengganti Allah, yang telah menghalangi engkau mengandung?
Mzm 127:3-5 ~ Sesungguhnya, anak laki-laki adalah milik pusaka dari pada Tuhan, dan buah
kandungan adalah suatu upah. Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah
anak-anak pada masa muda. Berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung
panahnya dengan semuanya itu. Ia tidak akan mendapat malu, apabila ia berbicara dengan
musuh-musuh di pintu gerbang.

2.4 Aborsi di Pandang dari Segi Agama Buddha

Dalam pandangan agama Buddha aborsi adalah suatu tindakan pengguguran


kandungan atau membunuh makhluk hidup yang sudah ada dalam rahim seorang ibu.Dari
sudut pandang Buddhis aborsi bisa di toleransi dan dipertimbangkan untuk dilakukan.Agama
Buddha, umat Buddha terdiru dari dua golongan yaitu pabbajita dan umat awam.Seorang
pabbajita mutlak tidak boleh melakukan aborsi karena melanggar vinaya yaitu
parajjika.Tetapi sebagai umat awam aborsi boleh dilakukan dengan alasan yang kuat.Misal
janin dalam kandungan dalam kondisi abnormal yang dapat membahayakan kesehatan ibu
bahkan dapat mengancam keselamatan ibu.Aborsi dalam agama Buddha merupakan suatu
pembunuhan yang tidak diperbolehkan yang dapat menimbulkan karma buruk.Tetapi agama
Buddha tidak melarang secara multak orang yang melakukan aborsi.Dengan alasan yang
sangat kuat aborsi dapat dilakukan dengan berbagai pertimbangan.Hal terbaik untuk tidak
melakukan aborsi adalah menghindari terjadinya aborsi misal tidak melakukan hubungan
seks bebas yang bisa memungkinkan terjadinya aborsi. Dalam kasus lain yang tidak dapat
dihindari untuk terjadinya aborsi boleh dilakukan dengan alasan tidak ada cara lain yang
terbaik dan dengan alasan yang sangant kuat. Aborsi boleh dilakukan dengan kondisi yang
sangat sulit akan tetapi seminimal mungkin untuk menghindari terjadinya aborsi karena
dalam agama buddha aborsi merupakan suatu pembunuhan yang tidak diperbolehkan karena
menghilangkan nyawa suatu mahluk yang mengakibatkan karma buruk.
Dalam agama budha perlakuan aborsi tidak dibenarkan karena suatu karma harus
diselesaikan dengan cara yang baik, jika tidak maka akan timbul karma yang lebih buruk lagi.
Syarat yang harus dipenuhi terjadinya makhluk hidup :
a. Mata utuni hoti: masa subur seorang wanita
b. Mata pitaro hoti: terjadinya pertemuan sel telur dan sperma
c. Gandhabo paccuppatthito: adanya gandarwa, kesadaran penerusan dalam siklus
kehidupan baru (pantisandhi-citta) kelanjutan dari kesadaran ajal (cuti citta), yang memiliki
energi karma
Dari penjelasan di atas agama Buddha menentang dan tidak menyetujui adanya tindakan
aborsi karena telah melanggar pancasila Buddhis, menyangkut sila pertama yaitu panatipata.
Suatu pembunuhan telah terjadi bila terdapat lima faktor sebagai berikut:
a) Ada makhluk hidup (pano)
b) Mengetahui atau menyadari ada makhluk hidup (pannasanita)
c) Ada kehendak (cetana) untuk membunuh (vadhabacittam)
d) Melakukan pembunuhan (upakkamo)
e) Makhluk itu mati karena tindakan pembunuhan ( tena maranam)
Apabila terdapat kelima faktor dalam suatu tindakan pembunuhan, maka telah terjadi
pelanggaran sila pertama. Oleh karena itu sila berhubungan erat dengan karma maka
pembunuhan ini akan berakibat buruk yang berat atau ringannya tergantung pada kekuatan
yang mendorongnya dan sasaran pembunuhan itu. Bukan hanya pelaku saja yang melakukan
tindak pembunuhan, ibu sang bayi juga melakukan hal yang sama. Bagaimanapun mereka
telah melakukan tindak kejahatan dan akan mendapatkan akibat di kemudian hari.
Dalam Majjhima Nikaya 135 Buddha bersabda "Seorang pria dan wanita yang membunuh
makhluk hidup, kejam dan gemar memukul serta membunuh tanpa belas kasihan kepada
makhluk hidup, akibat perbuatan yang telah dilakukannya itu ia akan dilahirkan kembali
sebagai manusia di mana saja ia akan bertumimbal lahir, umurnya tidaklah akan panjang".

2.5 Aborsi di Pandang dari Segi Agama Kristen Katolik

Bagaimana memelihara hidup sebelum lahir dan menjelang ajalnya?Di sini kita juga
harus terus menerus mencari jalan agar dapat menyelesaikan konflik secara manusiawi. Pada
saat-saat akhir hidup, rasa hormat akan hidup mungkin bertentangan dengan rasa iba karena
menyaksikan penderitaan yang membuat hidup itu kelihatan tak-bernilai lagi, sampai orang
dengan eutanasia mempercepat kematian guna membebaskan sesama dari penderitaannya.
Masa awal hidup, yaitu masa hidup dalam kandungan, mempunyai arti yang khas, baik bagi
bayi maupun bagi ibunya.Hidup manusia baru itu berelasi dengan ibunya dan relasi itu
meliputi dimensi-dimensi biologis, medis, psikologis, dan juga pribadi. Anak di dalam
kandungan menerima hidup seluruhnya dari ibunya yang memberikan hidup, dan justru
relasi erat itu dapat menimbulkan bermacam-macam konflik, yang sering berakhir dengan
pengguguran (aborsi).
Mengenai pengguguran, tradisi Gereja amat jelas, Mulai dari abad-abad pertama
sejarahnya, Gereja membela hidup anak di dalam kandungan, juga kalau (seperti dalam
masyarakat Romawi abad pertama dan kedua) pengguguran diterima umum dalam
masyarakat.Orang Kristen selalu menentang dan melarang pengguguran. Konsili Vatikan II
masih menyebut pengguguran suatu tindakan kejahatan yang durhaka, sama dengan
pembunuhan anak. Sebab Allah, Tuhan kehidupan; telah mempercayakan pelayanan mulia
melestarikan hidup kepada manusia, untuk dijalankan dengan cara yang layak baginya. Maka
kehidupan sejak saat pembuahan harus dilindungi dengan sangat cermat. (GS 51) Menurut
ensiklik Paus Paulus VI, Humanae Vitae (1968) pengguguran, juga dengan alasan terapeutik,
bertentangan dengan tugas memelihara dan meneruskan hidup (14).Dalam ensiklik Paus
Yohanes Paulus II, Veritatis Splendor (1993), pengguguran digolongkan di antara
perbuatan-perbuatan yang lepas dari situasinya dengan sendirinya dan dalam dirinya dan
oleh karena isinya dilarang keras. Gaudium et Spes menyatakan, Apa saja yang berlawanan
dengan kehidupan sendiri, bentuk pembunuhan yang mana pun juga, penumpasan suku,
pengguguran, eutanasia, dan bunuh diri yang sengaja; apa pun yang melanggar keutuhan
pribadi manusia, seperti penganiayaan, apa pun yang melukai martabat manusia :
semuanya itu sudah merupakan perbuatan keji, mencoreng peradaban manusia : .. sekaligus
sangat bertentangan dengan kemuliaan Sang Pencipta. (GS 27; VS 80).
Kitab Hukum Kanonik mengenakan hukuman ekskomunikasi pada setiap orang yang aktif
terlibat dalam mengusahakan pengguguran kandungan yang berhasil (KHK kan. 1398).
Hukuman itu harus dimengerti dalam rangka keprihatinan Gereja untuk melindungi hidup
manusia. Sebab hak hidup adalah dasar dan syarat bagi segala hal lain, dan oleh karena itu
harus dilindungi lebih dari semua hal yang lain. Masyarakat atau pimpinan mana pun tidak
dapat memberi wewenang atas hak itu kepada orang-orang tertentu dan juga tidak kepada
orang lain (Kongregasi untuk Ajaran Iman, Deklarasi mengenai Aborsi, 18 November 1974,
no. 10). Hak itu dimiliki anak yang baru lahir sama seperti orang dewasa.Hidup manusia
harus dihormati sejak saat proses pertumbuhannya mulai (no. 11).
Manusia dalam kandungan memiliki martabat yang sama seperti manusia yang sudah
lahir. Karena martabat itu, manusia mempunyai hak-hak asasi dan dapat mempunyai segala
hak sipil dan gerejawi, sebab dengan kelahirannya hidup manusia sendiri tidak berubah,
hanya lingkungan hidupnya menjadi lain. Kendati anak baru mulai membangun relasi sosial
setelah kelahiran, namun sudah dalam kandungan berkembanglah kemampuannya untuk
relasi pribadi.Baru sesudah kelahirannya, manusia menjadi anggota masyarakat hukum.
Namun juga sebelum lahir, ia adalah individu unik, yang mewakili seluruh kemanusiaan
dan oleh sebab itu patut dihargai martabatnya. Keyakinan-keyakinan dasar ini makin berlaku
bagi orang yang percaya, bahwa setiap manusia diciptakan oleh Allah menurut citra-Nya,
ditebus karena cinta kasih-Nya, dan dipanggil untuk hidup dalam kesatuan dengan-
Nya.Allah menyayangi kehidupan (KWI, Pedoman Pastoral tentang Menghormati
Kehidupan, 1991). Artinya: setiap manusia disayangi-Nya. Maka sebetulnya tidak cukuplah
mengakui hak hidup manusia dalam kandungan; hidup manusia harus dipelihara supaya
dapat berkembang sejak awal.
Kapankah mulai hidup seorang manusia sebagai individu dan pribadi?Pertanyaan itu
mendapat bermacam-macam jawaban yang berbeda-beda dari zaman ke zaman, sesuai
dengan pengetahuan medis dan sesuai dengan keyakinan filsafat dan religius yang berbeda-
beda.Banyak orang menilai hidup sesudah kelahiran lebih tinggi daripada sebelumnya (sebab
anak yang belum lahir belum dilihat), namun tetap dikatakan, bahwa hidup harus
dihormati sejak saat mulai pertumbuhannya. Manusia menjadi manusia dalam suatu proses
pertumbuhan, dan dalam proses itu, dibedakan beberapa saat yang menonjol. Pada saat
pembuahan (yakni persatuan sel telur dan sperma) mulailah suatu makhluk baru, yang mulai
hidup dengan identitas genetik tersendiri; namun sampai saat embrio bersarang dalam
kandungan (nidasi) kira-kira 40% embrio gugur. Individualitas menjadi makin jelas, pada
saat bila tidak bisa menjadi kembar lagi (twinning) atau sudah tidak mungkin lagi dua
kumpulan sel menjadi satu kembali (reconjunction), dan bila mulai berkembang (sumsum)
tulang punggung. Karena otak mutlak perlu untuk perbuatan-perbuatan personal, maka ada
yang berpendapat, bahwa sebelum struktur otak terbentuk (yang terjadi antara hari ke-15
sampai ke-40), tidak tepat memandang embrio sebagai manusia yang berpribadi.Jelaslah,
bahwa semua pendapat ini tidak hanya bersandar pada alasan medis dan biologis, melainkan
juga berlatar-belakang suatu gambaran manusia yang tertentu. Tambah pula, istilah-istilah
seperti manusia, individual dan personal belum tentu punya arti yang sama. Kiranya
semua menyetujui yang dikatakan dalamDeklarasi mengenai Aborsi oleh Kongregasi untuk
Ajaran Iman (1974), Dengan pembuahan sel telur sudah dimulai hidup yang bukan lagi
bagian dari hidup ayah atau ibunya, melainkan adalah hidup manusia baru, dengan
pertumbuhannya sendiri. Namun tidak semua sependapat bahwa hidup yang bertumbuh itu
harus dilindungi dengan cara yang sama, mulai dari tahap pertama perkembangannya. Tetapi
Gereja menuntut, supaya hidup manusia dilindungi seluas-luasnya sejak saat pembuahan,
justru karena tidak mungkin ditetapkan dengan tegas kapan mulailah hidup pribadi
manusia.Kehidupan manusia sejak saat pembuahan adalah suci (KWI).
Sebab itu, moral Katolik memegang teguh keyakinan, bahwa begitu hidup pribadi
manusia dimulai, pembunuhan sebelum kelahiran dinilai sama seperti pembunuhan setelah
kelahiran. Pengguguran dinilai sehubungan dengan larangan membunuh manusia.Namun
larangan membunuh, biarpun berlaku universal, berlaku tidak tanpa kekecualian.Hidup
manusia adalah nilai paling fundamental, namun bukan nilai yang paling tinggi.Hidup
manusia dapat dikurbankan demi nilai yang lebih tinggi dan yang lebih mendesak
sebagaimana jelas dari uraian teologi moral mengenai hukuman mati. Maka, tidak sedikit
ahli teologi moral Katolik yang berpendapat bahwa kalau ada seorang ibu yang tidak
mungkin diselamatkan, bila kehamilan berlangsung terus dan kalau anak dalam kandungan
oleh karena penyakit sang ibu juga tidak mampu hidup sendiri di luar kandungan, dalam
konflik itu hidup ibu yang mesti berlangsung terus harus diselamatkan biarpun oleh
karenanya hidup anak tidak mungkin diselamatkan. Pokoknya, hidup harus dipelihara! Kalau
tidak mungkin hidup ibu dan anak, sekurang-kurangnya satu yang hidup terus!
Namun kiranya jarang terjadi bahwa pengguguran menjadi satu-satunya jalan untuk
memelihara hidup. Jauh lebih sering terjadi konflik lain, seperti kehamilan di luar nikah yang
menjadi beban psikis bagi ibu dan keluarganya. Jelas sekali, bahwa konflik seperti itu tidak
dapat diselesaikan dengan pengguguran.Dalam hal ini harus dituntut sikap wajar dan
manusiawi dari lingkungan, dan dari tempat-tempat pendidikan serta tempat kerja.Kewajiban
mereka ialah membantu orang yang hamil di luar nikah, bukan menghukumnya. Hal yang
sama berlaku, bila pemeriksaan medis sebelum kelahiran memperlihatkan, bahwa anak yang
akan lahir itu cacat. Sudah barang tentu, demi cacatnya, anak tidak boleh dibunuh, baik
setelah maupun sebelum lahir, Konflik yang dialami oleh keluarga yang menantikan
kelahiran seorang anak cacat, hendaknya diatasi dengan bantuan sosial dan dengan konseling,
pribadi dan resmi, sipil dan gerejawi. Konflik hidup hanya dapat diselesaikan dengan
membantu hidup!
Di Indonesia pengguguran terlarang oleh Kitab Undang-Undang Hukum Pidana pasal 346-
349, yang untuk itu juga ditetapkan hukuman yang berat.Hukum Pidana mau melindungi
hidup sejak awal. Undang-Undang Republik Indonesia tentang Kesehatan (1992) tampaknya
ingin mengatur konflik:
Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau
janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu. Aturannya memang tidak jelas, karena
menampung banyak pendapat yang berbeda-beda; dan pada umumnya dipertanyakan, adakah
hukum aborsi masih efektif membantu orang dalam konflik atau melindungi hidup dalam
kandungan.
Kini makin meluaslah pendapat bahwa hidup hanya diterima kalau direncanakan dan
sebagaimana direncanakan. Para dokter dan petugas medis sering dihadapkan dengan
permintaan untuk membunuh anak yang di luar rencana, padahal merekalah wakil dan
wali kehidupan dalam masyarakat. Bagaimana mendukung dan membela hidup dalam
suasana hidup berencana?Tugas membela dan melindungi hidup tidak dapat dibebankan
seluruhnya kepada ibu yang hamil saja.Dan tidak pada tempatnya menilai, apalagi mengutuk
seorang ibu yang ternyata menggugurkan anaknya.Tidak ada orang yang menggugurkan
kandungan karena senang membunuh, melainkan karena mengalami diri terjepit dalam
konflik.Konflik hidup hanya diatasi dengan bantuan praktis. Bila ada orang merasa harus
menggugurkan kandungan atau telah melakukannya karena alasan apa pun orang itu
hendaknya diberi pendampingan manusiawi agar dapat kembali menghargai hidup. Masalah
pengguguran hanya nyata bagi ibu yang hamil.

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Aborsi menurut istilah kesehatan adalah penghentian kehamilan setelah tertanamnya
telur (ovum) yang telah dibuahi dalam rahim (uterus), sebelum usia janin (fetus) mencapai 20
minggu. Sedangkan menurut syariat islam adalah kematian janin atau keguguran sebelum
sempurna, walaupun janin belum mencapai usia enam bulan. Dapat disimpulkan bahwa
aborsi secara syariat tidak melihat kepada usia kandungan, namun melihat kepada
kesempurnaan bentuk janin tersebut. Tidak ada satupun ayat didalam Al-Quran yang
menyatakan bahwa aborsi boleh dilakukan oleh umat Islam.Sebaliknya, banyak sekali ayat-
ayat yang menyatakan bahwa janin dalam kandungan sangat mulia. Dan banyak ayat-ayat
yang menyatakan bahwa hukuman bagi orang-orang yang membunuh sesama manusia
adalah sangat mengerikan. Aborsi dalam agama Kristen sangat dilarang, dan dikatakan
bahwa betapa Tuhan sangat tidak berkenan atas pembunuhan seperti yang dilakukan dalam
tindakan aborsi.
Aborsi dalam Theology Hinduisme tergolong pada perbuatan yang disebut Himsa karma
yakni salah satu perbuatan dosa yang disejajarkan dengan membunuh, meyakiti, dan
menyiksa. Membunuh dalam pengertian yang lebih dalam sebagai menghilangkan nyawa
mendasari falsafah atma atau roh yang sudah berada dan melekat pada jabang bayi
sekalipun masih berbentuk gumpalan yang belum sempurna seperti tubuh manusia. Dalam
undang-undang pun pidana yang mengikatnya sangat rancu dan lebih mengarah untuk tidak
melakukan pengguguran (aborsi) terkecuali dalam keadaan darurat yang menghawatirkan
keselamatan salahsatu nya, yaitu ibu dan bayi dilakukan tindakan medis.Namun, pernyataan
itu juga tidak mengatakan untuk melakukan tindakan aborsi.
Dari pernyataan-pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya tindakan aborsi
sangat dilarang dalam semua agama.Tidak ada satu kitab pun yang membenarkan tindakan
aborsi dalam keadaan apapun.

3.2 Saran
Tindakan aborsi tidak dibenarkan oleh semua agama.Oleh karena itu hendaknya kita
sebagai seorang wanita berhati-hati pada hal-hal yang mengarah pada tindak aborsi.Dan
sebagai seorang bidan yang berkecimpung pada pertolongan persalinan hendaknya tidak
menolong pasien yang meminta persalinan sebelum waktunya (aborsi).

Diposting oleh Delly Damayanti di 04.07


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

4 komentar:

1.

Hermawan Sutejo21 Mei 2017 00.20

POKERPAIR88.ME : Situs Judi Poker Online Terbaik & Terpercaya di Indonesia


yang menawarkan 6 permainan di dalam 1 ID game : Poker Online, Live Poker,
Domino Qiu-Qiu, Bandar Ceme, Ceme Keliling, Capsa Susun. Minimal Deposit dan
Withdraw hanya 10 ribu. Proses Depo dan WD super cepat. Cara Daftar : Kunjungi
Situs Pokerpair88.me => Pilih Menu Daftar => Isi Data-Data yang diperlukan. Untuk
Informasi lebih lanjut silahkan hubungi CS melalui Live Chat atau via BBM :
7B1D03C3 , Line : pairbet

BOCA88.COM : Situs Judi Bola dan Casino Online Terpercaya di Indonesia yang
menyediakan permainan seperti : Judi Bola (Sportsbook), Casino Online (Baccarat,
Roulette, Sicbo & Rolling Ball), Keno, Sabung Ayam (Cock Fight) dan 3D Game.
Minimal Deposit dan Withdraw 10 ribu. Proses Depo dan WD super cepat. Cara
Daftar : Kunjungi Situs www.boca88.com => Pilih Menu Daftar => Isi Data-Data
yang diperlukan. Untuk Informasi lebih lanjut silahkan hubungi CS melalui Live Chat
atau BBM : D3CC11C5 , Line : Gaple28 , WA : 081267595721

PUTRITOTO.COM : Situs Judi togel online Terpercaya di Indonesia dengan 6


Pasaran Resmi : Togel Singapura , Hongkong , Thailand , Sidney , Szechuan , dan
Jayapura . Dengan Minimal Deposit Rp 20.000,- dan Minimal Pasang Rp 1.000,- ,
Dapatkan potongan penuh 2d : 28% , 3d : 59% , 4d : 66% dan kemenangan maximal
2d : 70x , 3d : 400x , 4d : 3000x . Cara Daftar : Kunjungi Situs Putritoto.com => Pilih
Menu Daftar => Isi Data-Data yang diperlukan. Untuk Informasi lebih lanjut silahkan
hubungi CS melalui Live Chat atau BBM : 7B7A74A7 , Line : putritoto , WA :
+855962184158

Support 5 Bank Ternama : BCA , Mandiri , BRI , BNI , Danamon

Ditunggu pendaftarannya ya kk... ;)

Balas

2.
Burhan1 November 2017 14.13

Hallo kk. Saya mau berbagi info tentang bisnis online yang mudah dan hanya
memanfaatkan via smartphone, Kaka bisa cek info bisnisnya dibawah ini
bit.ly/BOYBUSINESS

Balas

3.

Burhan1 November 2017 14.15

Hallo kk. Saya mau berbagi info tentang bisnis online yang mudah dan hanya
memanfaatkan via smartphone, Kaka bisa cek info bisnisnya dibawah ini
http://line.me/ti/p/%40fvs6485s

Balas

4.

Burhan1 November 2017 14.20

Hallo kk. Saya mau berbagi info tentang bisnis online yang mudah dan hanya
memanfaatkan via smartphone, Kaka bisa cek info bisnisnya dibawah ini
https://goo.gl/3ZfV5q

Balas

Muat yang lain...


Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

nurse

what's to about nursing


delly damayanti

love nursing

anasthesi class
keep smile

S1 keperawatan

STIKES BINA USADA BALI


ANESTHESI CLASS

Arsip Blog
2013 (13)
o Desember (13)
pengobatan rheumatik
gejala dan cara pengobatan tekanan darah rendah de...
pengobatan darah tinggi dengan ramuan tradisional
PERAWATAN PERUT AGAR TETAP LANGSING DENGAN
BAHAN T...
perawatan kulit badan dengan bahan-bahan tradision...
PRINSIP LEGAL KEPERAWATAN OLEH: <!--[if gte v...
PENGARUH JENIS KELAMIN TERHADAP KESEHATAN DAN
PERI...
CARING CONCEPT
ILMU SOSIAL BUDAYA DASARPSIKOLOGI KESEHATAN <!--...
MAKALAHMENGENAI EUTHANASIA MENURUT
PANDANAGAN LIMA...
ABORSI MENURUT 5 PANDANGAN AGAMA DI INDONESIA
PERAN DAN FUNGSI PERAWAT
Arti Perawat

Mengenai Saya

Delly Damayanti
Lihat profil lengkapku

Translate
Diberdayakan oleh Terjemahan
KLIK DISINI MASBROW !
Tema PT Keren Sekali. Diberdayakan oleh Blogger.

Você também pode gostar