Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB I
PENDAHULUAN
1
1
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
2
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
dan/atau luas wilayah IUP-nya > 200 hektar diwajibkan untuk membuat
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) sebagai salah satu
kewajiban bagi pemegang izin penambangan. Melalui AMDAL yang benar,
diharapkan kerusakan lingkungan dapat diminimalisir, dan dampak positif
yang dihasilkannya dapat dimaksimalkan serta pemanfaatan batubara juga
dapat dilakukan secara optimal. Dalam rangka memenuhi kewajiban tersebut,
maka PT. Zirkon Zaman Now Indonesia selaku pemrakarsa proyek
melakukan studi AMDAL atas kegiatan penambangan batubara di wilayah
yang telah ditetapkan.
Dalam rangka studi AMDAL ini, PT. Zirkon Zaman Now Indonesia
akan melakukan beberapa rangkaian kegiatan, yaitu proses penapisan,
pelingkupan, survei lapangan dan pengujian/analisis laboratorium dan
pelaporan. Hasil semua proses kegiatan tersebut akan terdokumentasi dalam
bentuk dokumen KA-ANDAL, ANDAL serta RKL & RPL secara berturut-
turut. Pedoman yang digunakan dalam menyusun dokumen-dokumen
dimaksud adalah Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 16 Tahun 2012
tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
3
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
4
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
5
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
6
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
Jabatan
No. Dalam Nama Bidang Keahlian Alamat
Tim
B. Tenaga Ahli
7
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
8
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
BAB II
RUANG LINGKUP STUDI
9
9
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
10
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
b. Administrasi
Kegiatan ini dilakukan untuk memenuhi persyaratan awal yang dibutuhkan
untuk mendapatkan izin melakukan proyek. Persyaratan awal yang dibutuhkan
seperti rencana tata ruang wilayah dan izin ke pada pihak PemDa berupa:
Surat Izin Pertambangan Daerah (SIPD)
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
Surat Izin Tempat Usaha (SITU)
c. Pembebasan Lahan
Kegiatan pembebasan lahan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk
membebaskan lahan yang akan dijadikan lokasi pertambangan bebas dari segala
aktivitas apapun. Berdasarkan peta lokasi pertambangan, tempat yang akan
dibangun pertambangan berada dekat dengan perumahan penduduk. Untuk itu
dilakukan relokasi penduduk ke tempat yang lebih aman.
2. Tahap Konstruksi
Secara umum, tahap persiapan konstruksi dari usaha pertambangan akan dibagi
menjadi:
1. Pengadaan Alat dan Bahan
Pada tahap ini ditentukan alat dan bahan apa saja yang diperlukan dalam
pembangunan konstruksi dari pertambangan. Bahan yang akan digunakan adalah
pipa-pipa untuk sistem perpipaan, aspal untuk perkerasan jalan, dan sebagainya.
Alat yang digunakan adalah Alat Pengaman Diri untuk para pekerja, Alat-alat
berat untuk membangun fasilitas dan infrastruktur, dan lain-lain.
2. Pembukaan Lahan (Land Clearing)
Pembukaan lahan ini merupakan aktivitas pembebasan/pembersihan lahan
melalui kegiatan pembabatan hutan, pepohonan, dan segala jenis tumbuhan pada
suatu lahan yang selanjutnya akan digunakan untuk kegiatan konstruksi sebagai
awal tahap persiapan penambangan.
11
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
3. Manajemen Tanah
Manajemen tanah terdiri dari dua hal yaitu metode pengupasan dan
pemindahan top soil.
a. Pengupasan tanah pucuk
Tanah pucuk atau yang biasa disebut top soil merupakan lapisan tanah penutup
yang paling atas. Lapisan tanah ini memiliki kandungan unsur hara (seperti humus)
yang cukup tinggi yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya vegetasi.
Oleh karena itu pada tahap penimbunan (dumping), jenis tanah ini dipisahkan dari
yang lain (OB/IB) karena pada akhir / penutupan tambang, tanah ini dipergunakan
pada tahap reklamasi.
b. Pengangkutan tanah pucuk
Setelah tanah pucuk dikupas, tanah ini kemudian dimasukkan ke dalam dump
truck untuk dipindahkan sementara ke suatu tempat. Tanah pucuk ini akan
digunakan untuk revegetasi lahan pertambangan setelah proses penambangan
selesai.
4. Pembangunan Fasilitas dan Infrastruktur
Pembangunan fasilitas dan infrastrukur adalah tahap pembangunan segala
infrastruktur dan fasilitas yang menunjang aktivitas penambangan, seperti kantor,
perumahan bagi para pekerja, stasiun bahan bakar, bengkel/workshop, jalan
sebagai akses ke pertambangan yang dilakukan setelah aktivitas pembukaan lahan.
3. Tahap Operasi
Tahap operasi yang berlangsung pada pertambangan zirkon adalah mining.
Untuk proses penambangan zirkon digunakan excavator untuk menggali pasir
karena zirkon relatif lunak sehingga dapat diatasi oleh gigi gigi gali excavator.
Zirkon dimuat dengan menggunakan excavator yang lebih kecil dibandingkan
overburden. Zirkon kemudian akan dimuat ke dalam dump truck dan diangkut
menuju stock pile. Dari stock pile, Zirkon akan dibawa menuju gudang supplier
dengan menggunakan truk gandeng.
12
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
Peledakan
Urutan pengerjaan peledakan dimulai dari membuat lubang tembak dengan
cara melakukan pemboran jenjang secara vertikal dengan mesin bor. Setelah
lubang tembak tersedia, peledak primer yang sudah dirangkai dengan detonator
dimasukkan ke dalam lubang tembak sebelum truk pengangkut bahan peledak
datang ke lokasi dan mengisi lubang tembak tersebut dengan bahan peledak.
Operator di lapangan terus memantau pengisian lubang tembak dengan bantuan
tali yang dimasukkan ke dalam untuk indikator ketinggian bahan peledak yang
sudah masuk ke dalam lubang tembak. Setelah itu material sisa hasil pengeboran
dimasukkan ke dalam lubang tembak sebagai steming.
Pemuatan
Pada overburden, proses pemuatan material menggunakan excavator
yang lebih besar dibandingkan dengan zirkon. Proses pemberaian overburden
sebagian besar menggunakan peledakan. Material hasil peledakan dimuat ke
dalam dump truck dengan menggunakan excavator, akan tetapi pada jenjang
tertentu digunakan excavator yang disebutkan di atas. Excavator dengan kapasitas
besar hanya dapat bekerja optimum pada lapisan yang relatif datar. Penanganan
overburden berbeda dengan zirkon. Pada overburden, alat angkut yang digunakan
memiliki kapasitas yang lebih besar.
Penimbunan
Penimbunan overburden tidak bisa menggunakan metode yang sembarangan.
Kestabilan lereng penimbunan harus diperhatikan. Tambang yang direncanakan
menggunakan metode backfilling pada sistem penambangannya. Maka dari itu,
overburden yang ditimbun akan diambil kembali untuk selanjutnya ditimbun pada
area lain saat akan menambang blok berikutnya. Hal ini bertujuan agar tidak terlalu
besar bukaan dari hasil kegiatan penambangan.
13
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
Ekskavasi Zirkon
Setelah lapisan zirkon terekspose, maka proses pengupasan overburden oleh
excavator berkapasitas besar selesai. Kemudian pengambilan zircon dilakukan
oleh alat berkapasitas kecil. Hal ini dilakukan karena lapisan pasir relatif tipis
sehingga tidak efisien jika digunakan loader berkapasitas besar.
Pemuatan
Alat yang digunakan dalam penanganan zirkon relatif lebih kecil
dibandingkan dengan overburden hal ini dikarenakan penerapan selective mining
dan clean mining. Diterapkannya selective dan clean mining tidak lepas dari
lapisan zircon yang terdapat di area tambang. Dalam proses pemuatan zircon ke
dalam alat angkut, digunakan excavator yang lebih kecil.
Pengangkutan
Untuk pengangkutan Zirkon digunakan dump truck. Sedangkan untuk
mengangkut Zirkon dari stock pile ke gudang supplier, digunakan dump truk.
14
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
15
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
16
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
d. Curah Hujan
Curah hujan yang terjadi berkisar antara 41,54 mm sampai dengan 302,86
mm. Curah hujan terendah terjadi pada bulan September, sedangkan curah
hujan tertinggi terjadi pada bulan November.
e. Keadaan Angin
Kecepatan angin rata-rata bulanan 4 knot, sedangkan angin terbesar 13,2 knot
yang terjadi bulan Oktober 2017, secara umum berarah ke Barat.
Kualitas Udara
Untuk mengetahui rona lingkungan kualitas udara di lokasi kegiatan akan
dilakukan pengukuran kualitas udara yang kemudian dianalisis di
laboratorium rujukan. Sedangkan baku mutu digunakan Peraturan Pemerintah
RI No.41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
Kebisingan
Pengukuran intensitas kebisingan dilakukan sesuai dengan 4 arah mata angin
akan dilakukan dengan menggunakan alat pengukur Sound Level Meter.
2.2.1.2. Stratigrafi
Stratigrafi daerah penelitian menunjukkan urutan batuan yang terdapat
di daerah tersebut. Menurut Koesoemadinata & Hartono (1981) pada Dam
(1994), stratigrafi umum Cekungan Murung raya.
2.2.1.3. Struktur Geologi
Berdasarkan pengamatan geologi-geologi terdahulu sejumlah sesar dan
lineasi memotong Cekungan Murung Raya dan perbukitan sekitarnya. Sesar
paling jelas dan paling mudah dikenal adalah Sesar Lembang yang berarah
Barat-Timur yang memisahkan dataran Murung Raya dengan daerah dataran
tinggi (sub cekungan) Lembang dan Gunung Api Tangkuban Perahu (DAM,
1994). Pada peta geologi, daerah penelitian terletak pada daerah sebaran
batuan Formasi Cibeureum (Gambar Peta Geologi Alzwar, 1989).
17
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
2.2.1.4. Hidrologi
Rona lingkungan hidup yang distudi meliputi: kualitas dan kuantitas air
permukaan, kualitas dan kuantitas air tanah, air larian (run off).
Hidrogeologi
Berdasarkan telaahan data sumur bor dan interpretasi geolistrik yang
dilakukan Direktorat Geologi Tata Lingkungan (2000), maka pada daerah
penelitian terdapat 2 sistem akuifer, yaitu: (1) Akuifer dangkal (tak tertekan),
dengan kedalaman akuifer 1,2-22,5 m dan kedalaman sumur bor mencapai 30
m di bawah muka tanah (bmt) yang berasal dari Formasi Kosambi dan
Formasi Cibeureum; (2) Akuifer dalam (semi tertekan-tertekan), dengan
kedalaman akuifer 35-150 m bmt. Penyebaran sumurbor paling banyak adalah
pada batuan Formasi Cibeureum.
18
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
19
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
Berdasarkan hasil analisa di atas parameter yang melebihi Baku Mutu adalah
zat padat tersuspensi, BOD dan COD, hal ini disebabkan oleh kegiatan
domestik dari hulu saluran tersebut.
Kualitas Air tanah
Untuk keperluan sehari-hari penduduk yang bermukim di sekitar lokasi ini
memanfaatkan sumber air yang berasal dari sumur dangkal/sumur gali.
Sedangkan untuk kegiatan penambangan pasir menggunakan sumber air dari
sumur dangkal.
Tabel 2.2 Hasil Analisa Kualitas Air Tanah
No Parameter Satuan Hasil Pemeriksaan Baku Mutu
. Sumur di Lokasi Sumur Air Bersih
Kegiatan Penduduk
Fisika
1 Bau - Tidak berbau Tidak Tidak
berbau berbau
2 Zat padat terlarut (TDS) Mg/ L 536 626 1500
3 Kekeruhan NTU 65 2 25
Kimia Anorganik
4 Besi Mg/ L 10.38 1.22 1
5 Fluorida Mg/ L 0.64 0.4 1.5
6 Kesadahan CaCO3 Mg/ L 229.11 192.05 500
7 Klorida Mg/ L 102.73 119.99 600
8 Mangan Mg/ L 0.68 0.94 0.5
9 Nitrat, sebagai N Mg/ L 0 0 10
10 Nitrit, sebagai N Mg/ L 0.001 0 1
11 pH - 7.12 6.8 6.5 - 9
12 Sulfat Mg/ L 35.5 43.26 400
Kimia Organik
13 Detergent Mg/ L 0 0 0.5
20
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
Dari tabel tersebut dapat dilihat, bahwa analisa kualitas air sumur
penduduk parameter yang melebihi baku mutu adalah Besi (Fe), Mangan
(Mn), dan zat organic (KMnO4), hal ini dipengaruhi oleh sifat tanah setempat
dan kemungkinan dari limbah domestik di sekitar lokasi kegiatan. Sedangkan
sumur di lokasi kegiatan parameter yang melebihi baku mutu adalah
Kekeruhan, Besi (Fe), dan Mangan (Mn). Hal ini dipengaruhi oleh sifat tanah
di sekitar lokasi kegiatan.
Kuantitas Air Tanah
Air tanah dangkal diketahui berdasarkan pengamatan sumur gali
penduduk muka air tanah berkisar antara 1,1-30 m bmt namun pada daerah
dengan pengambilan intensif, muka air tanah memiliki kedalaman 34,5 m bmt
dan 69,5 m bmt. Air tanah dalam diketahui berdasarkan pengamatan pada
sumur produksi, sumur pantau dan survey geolistrik. Kedalaman sumur bor
berkisar antara 60-200 m dengan muka air tanah berkisar antara 1,1-70 m bmt.
Air Larian
Adanya penambangan pasir mengakibatkan adanya air larian (run off),
walaupun kuantitas air larian sebelum dan sesudah ada kegiatan relatif sama.
Adapun penghitungan air larian adalah sebagai berikut:
- Areal penambangan : 15 Ha
- Curah hujan rata-rata : 172,20 mm (R24)
- Duration hujan : 2 jam (t)
- Run off coeffisien : 0,80 (C)
21
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
Rumus yang dipakai untuk menghitung intensitas curah hujan adalah DR.
Monorabe:
i = 29,85 m3/ dt/ ha
Debit limpahan air hujan yang jatuh pada areal Pasar Andir dipakai rumus
metode rasional:
Qp = K.C.I.A
Qp = Debit puncak banjir
K = Faktor konveksi = 0,00278
C = Koefisien pengaliran = 0,8
I = Intensitas curah hujan = 29,85
A = Luas areal penambangan = 15 Ha
Maka, debit puncak banjir (Qp) sebesar 0,995 m3/ dt.
Dari pengukuran air larian ini didapat debit yang dihasilkan dari suatu
kegiatan untuk menentukan jumlah debit air aliran yang mempengaruhi aliran
sungai terdekat.
2.2.1.5. Ruang, Lahan dan Tanah
Tata Guna Lahan
Tata guna lahan merupakan lahan Pertambangan Pasir daerah Bentang (Galian
Kondisi Lahan Eksisting
Lahan merupakan lahan Pertambangan Zirkon yang dikuasai oleh Pemerintah
Kota Murung Raa. Topografi lahan relatif datar dengan sebagian berbukit-
bukit. Ketinggian tapak dengan sekitarnya relatif sama.
Rencana Tata Ruang
Penataan ruang mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Murung Raya Tahun 2013-2017 yang menyatakan bahwa di lokasi kegiatan
dan sekitarnya diperuntukkan untuk kegiatan militer dan perdagangan.
Sistem Transportasi
Pembangunan pertambangan dipertimbangkan tidak akan mengganggu arus
lalu lintas di Lokasi penambangan. Hal ini dikarenakan lokasi penambangan
yang jauh dari jalan utama sehingga tidak akan menyebabkan kemacetan di
22
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
23
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
1 Burung Gereja
2 Semut
3 Capung
4 Tikus
5 Kucing
6 Lalat
7 Anjing
8 Cacing
24
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
25
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
26
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
Tabel 2.8 Jumlah Fasilitas Perdagangan dan Jasa di Kecamatan Laung Tuhup
Fasilitas Umum, Rekreasi dan Jumlah
Keluarga
Fasilitas Pemerintahan
Kantor Desa 10
Kantor Kecamatan 1
Instansi Otonom 8
27
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
Instandi BUMN/BUMD 7
Fasilitas Rekreasi dan Olahraga
Hotel 1
Situ Ciburuy 1
Sanggar Kebudayaan 1
Bioskop 1
Sumber: Data sekunder Kecamatan Laung Tuhup dan Tanah Siang
tahun 2017
28
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
29
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
30
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
kemiskinan untuk Kalimantan tengah adalah 83.790 per kapita per bulan.
Sedangkan untuk Kota Murung Raya sendiri adalah 88.931 per kapita per
bulan. Apabila jumlah anggota keluarga rata-rata 5 orang dalam satu keluarga
berarti keluarga yang berpenghasilan 444.655. Berarti penghasilan responden
yang berkisar 750.000 1.000.000 termasuk dalam kategori relatif cukup.
Jumlah Tanggungan Keluarga Responden
Jumlah anggota keluarga bisa menggambarkan jumlah tanggungan dalam
keluarga. Berikut data tentang jumlah anggota keluarga responden.
Tabel 2.12 Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga Persen
<2 16
35 84
Total 100
Sumber: Data sekunder Kecamatan Laung Luhup dan Tanah Siang
tahun 2017
31
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
< 500.000 4
500.000 750.000 32
750.000 1.000.000 44
>1.000.000 20
Total 100
32
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
membeli, baik air mineral dalam kemasan atau dari penjual air dorong dari
PAM.
Sumur gali 1 4
Membeli 9 36
Total 25 100
tahun 2017
Hal ini disebabkan oleh kondisi air di lokasi proyek yang tidak layak
untuk diminum. Berikut gambaran kondisi air di lokasi proyek yang disajikan
di dalam Tabel 2.15
Baik 1 4
Valid Berbau 20 80
Berwarna 4 16
Total 25 100
tahun 2017
33
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
Sumur gali 2 8
Valid
Sumur bor 23 92
Total 25 100
tahun 2017
Kebutuhan Air
Frekuensi Persentase (%)
Bersih Responden
Cukup 3 12
Valid
Kurang 22 88
Total 25 100
tahun 2017
34
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
Sistem Pembuangan
Frekuensi Persentase (%)
Air Kotor
Drainase kota 1 4
Valid
Disalurkan ke kali 24 96
Total 25 100
tahun 2017
35
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
Total 25 100
tahun 2017
Persentase
Cara Pengolahan Sampah Frekuensi
(%)
Total 25 100
tahun 2017
36
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
Tidak permanen 1 4
Total 25 100
Sumber: Data sekunder Kecamatan laung Tuhup dan Tanah Siang
tahun 2017
37
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
38
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
2.3. Pelingkupan
2.3.1. Identifikasi Dampak Potensial
Dampak potensial adalah dampak yang berpotensi terjadi akibat adanya
rencana kegiatan di lokasi yang diusulkan. Inti dari langkah ini adalah
mengidentifikasi interaksi antara komponen rencana kegiatan dengan
komponen lingkungan di lokasinya. Langkah ini dilakukan oleh tim pelaksana
kajian dengan membayangkan suatu situasi di mana semua dampak mungkin
saja terjadi atau situasi terburuk. Dengan demikian, segala macam dampak
yang terpikir akan dicatat. Beberapa alat bantu yang dapat digunakan untuk
melakukan identifikasi dampak potensial di antaranya adalah sebagai berikut:
Checklist
Matriks
Bagan alir
Alat bantu yang paling mudah dan sering digunakan adalah matriks.
Matriks digunakan untuk menunjukkan interaksi antara komponen kegiatan
dengan komponen lingkungan hidup di lokasi kegiatan. Hal ini dikembangkan
dari informasi yang diperoleh dari tahap identifikasi rona lingkungan awal dan
deskripsi rencana kegiatan. Matriks disusun dengan menempatkan komponen
kegiatan dan komponen lingkungan, masing-masing, pada satu sisi pada
matriks. Untuk mengisi ruang dalam matriks, isi masing-masing baris
disandingkan dengan isi masing-masing kolom. Jika diperkirakan terjadi
interaksi antara kedua komponen tersebut,maka sel akan diisi dengan suatu
tanda. Sedangkan jika tidak terdapat interaksi, maka sel dibiarkan kosong.
39
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
40
Flora
Fauna
Getaran
Geologi
KIMIA
Kualitas
Fisiografi
Hidrologi
Tata ruang
BIOLOGI
Kebisingan
Kualitas air
GEOFISIK
Hidrogeologi
Kualitas udara
KOMPONEN
kesuburan tanah
Kestabilan tanah
LINGKUNGAN
dan
Survey lapangan
Pembebasan lahan
PRA KONSTRUKSI
Pengadaan alat dan bahan
Pembukaan lahan
Pemuatan overburden
Penimbunan
OPERASI
Ekskavasi pasir
Pemuatan pasir
Pengangkutan
Revegetasi
Pemindahan peralatan
41
Penutupan tambang
PASCA OPERASI
Pemantauan
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
SOSIAL,
EKONOMI,
BUDAYA
Demografi
Perubahan mata
pencaharian
Kesempatan kerja
Konflik social
Persepsi sikap
masyarakat
Keamanan dan
ketertiban umum
Pola kepemilikan
lahan
Kesehatan
masyarakat
42
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
Bertambahnya Perubahan
Jumlah Penduduk pendapatan Naiknya Terjadinya Terganggunya Terganggunya
bulanan pendapatan Kesenjangan Sosial ketertiban umum keamanan
masyarakat penduduk
Bertambahnya
kepadatan wilayah
Terganggunya Kenyamanan
Naiknya citra masyarakat
daerah
43
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
Pembebasan Lahan
Terganggunya Kenyamanan
masyarakat
44
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
2.3.1.2. Konstruksi
KONSTRUKSI
Penurunan
Meningkatnya polusi kualitas air
udara di daerah
permukiman
Peningkatan Kesehatan
Sedimentasi Masyarakat
Persepsi
Masyarakat
45
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
2.3.1.3. Operasi
OPERASI
Peningkatan debu
di kawasan
Penurunan pertambangan
Keanekaragama
Konsentrasi
n flora dan fauna
pencemar
meningkat Penurunan Terganggunya
Peningkatan Peningkatan
kesehatan flora dan fauna
Run-off Kebisingan
masyarakat
terganggu
Meningkatnya
Kenyamanan Terganggunya polusi udara di
masyarakat flora dan fauna daerah
Peningkatan Penurunan terganggu permukiman Timbulny
Erosi kualitas Air a Getaran
sungai
46
Peningkatan Kesehatan
Sedimentasi Masyarakat
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
PASCA OPERASI
PENUTUPAN TAMBANG
PEMANTAUAN
REVEGETASI
47
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
48
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
49
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
50
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
BAB III
METODE STUDI
51
51
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
52
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
53
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
54
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
55
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
Analisis data :
Indeks kelimpahan (Jorgensen, 1974), rumus :
Ni
Di = x 100
N
dimana :
Di = Indeks kelimpahan dari jenis i
Ni = Jumlah individu dari jenis I
N = Jumlah total individu dari seluruh jenis
penilaian :
a. Jenis dominan lebih dari 5%
b. Sub dominan 2% - 5%
c. Tidak dominan 0% - 2%
Indeks Kesamaan (Sorensen Index), rumus :
2C
S=
A+B
dimana :
S = Indeks kesamaan Sorensen
A = Jumlah jenis yang ada pada daerah A
B = Jumlah jenis yang ada pada daerah B
C = Jumlah jenis yang ada pada daerah A dan B
3.1.3 Hidrologi
Komponen hidrologi yang dianalisis meliputi kualitas dan kuantitas
air permukaan serta kondisi fisik dan kualitas air tanah.
56
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
a. Air Tanah
Pengamatan kondisi air tanah dilakukan terhadap sumur gali. Data
diperoleh dari hasil data sekunder. Pengambilan sampel air tanah
dilakukan pada sumur penduduk di daerah proyek dan sekitarnya.
Parameter kualitas air tanah tersebut dibandingkan dengan baku mutu.
b. Air Permukaan
Parameter kualitas air yang diukur meliputi fisik, kimia dan biologi
air berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun 2001 tentang
Pengendalian Pencemaran Air untuk menentukan status mutu air bagi
peruntukan tertentu dan baku mutu yang dikeluarkan oleh Pemerintah
Daerah Propinsi Kalimantan Tengah. Contoh air diambil dengan
menggunakan "botol sampler". Penentuan lokasi titik sampel air didasarkan
pada lokasi sumber air baik air permukaan maupun air tanah yang akan
digunakan untuk kegiatan dan operasional PLTU dan kebutuhan
masyarakat setempat.
Tabel 3.2 Metoda Analisis Kualitas Air Sumur Penduduk
A. FISIKA
1 Bau - Pengamatan
2 Zat padat Terlarut (TDS) mg/L Gravimetrik/Timbangan Analitik
NTU
3 Kekeruhan Turbidimeter
B. KIMIA
1 pH - Pengukuran/pH meter
2 Besi (Fe) mg/L Spektrofotometrik/AAS
3 Chlorida (Cl) mg/L Titrimetrik/Buret
4 Mangan (Mn) mg/L Spektrofotometrik/AAS
5 Nitrat (NO3-N) mg/L Spektrofotometrik/Spektrofotometer
6 Nitrit (NO2-N) mg/L Spektrofotometrik/Spektrofotometer
7 Sulfat (SO4) mg/L Spektrofotometrik/Spektrofotometer
57
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
Fisik
1. Suhu Air C Termometer
2. Zat padat tersuspensi mg/l Gravimetrik, dry weight
3. Daya Hantar Listrik umhos/cm SCT-meter
4. pH - pH meter digital
Kimia
6. COD mg/l Permangometrik
7. BOD5(20C) mg/l Winkler, Titrimetrik
8, Minyak & Lemak mg/l Ekstraksi-Soxhlet
58
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
Metoda Perhitungan:
Perhitungan Debit
Pengukuran debit sungai sesaat dilakukan di areal proyek dan
sekitarnya. Lokasi pengukuran debit air adalah sama dengan lokasi
pengambilan sampel kualitas air sungai dan lokasi lainnya. Pengukuran
debit dilakukan untuk memberikan gambaran umum kuantitas sungai di
daerah studi. Pendekatan persamaan empirik digunakan untuk
memperkirakan debit sesaat sungai (Sostrodarsono dan Takeda, 1993)
yaitu:
Q = k x A x V
dimana :
Q = Debit aliran (m3/det)
A = Luas penampang sungai (m2)
V = Kecepatan aliran yang melalui penampang tersebut (m/det)
k = Faktor koreksi pengukuran kecepatan aliran sungai
59
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
Air Larian
Perkiraan kenaikan air larian disebabkan oleh pendirian suatu bangunan
di lahan tertentu, hal ini dapat dihitung dengan persamaan berikut :
Q = ( CR - CP ) I A
dimana :
Q = Debit aliran (m3/hari-hujan)
I = Intensitas hujan (m/hari-hujan)
A = Luas seluruh daerah bangunan (m2)
CR = Koefisien air larian rata-rata sesudah dibangun
CP = Koefisien air larian sebelum dibangun
Harga CR adalah :
(C1.a + C2.b + C3.c + ...)
CR =
(a + b + c)
dimana :
C1 = Koefisien air larian untuk bangunan
a = Luas bangunan
C2 = Koefisien air larian untuk jalan
b = Luas jalan
60
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
61
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
2. Data Primer
Metoda pengumpulan data sosial yang digunakan adalah sebagai
berikut :
A. Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur merupakan metoda pengumpulan data primer pada
sejumlah responden terpilih melalui kegiatan wawancara dengan
menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan sekumpulan pertanyaan
yang disebarkan kepada beberapa sampel masyarakat secara merata di
Kecamatan laung Tahup dan Tanah Siang untuk mendapatkan informasi
yang dibutuhkan terkait proyek pertambangan.
B. Wawancara mendalam (Indepth interview)
Wawancara dilakukan dengan tokoh-tokoh masyarakat, baik formal
maupun non formal dengan menggunakan pedoman wawancara.
C. Observasi/Pengamatan Lapangan
Observasi/pengamatan lapangan merupakan kegiatan pengamatan
terhadap obyek studi secara langsung.
3. Penarikan Sampel
Metoda penarikan sampel yang digunakan adalah metoda Stratified
Random Sampling.
Metoda Stratifield Random Sampling yang digunakan adalah sebagai
berikut :
Ni
ni = x n
N
dimana :
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
i = strata ke i
62
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
63
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
64
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
65
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
66
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
67
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
BAB IV
PELAKSANAAN STUDI
4.1 Pemrakarsa
Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas
suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan. Pemrakarsa
perencanaan penambangan zirkon di Kecamatan Laung Tuhup dan Tanah
Siang, Kabupaten Murung Raya yaitu:
Nama Proyek : Pembangunan Pertambangan Zirkon Desa
nanokliwon, Cangkang. Muwun, Tabulang, Olung Oru, Dikung Bakung, dan
Saripoi, Kecamatan Laung Tuhup dan Tanah Siang Provinsi Kalimantan
Tengah.
Pemilik Proyek : PT. Zircon Zaman Now Indonesia
Pemrakarsa : PT. Zircon Zaman Now Indonesia
Alamat : Jln. Sangaji No. 06 RT/RW. 02/III Puruk Cahu,
Kalimanran Tengah
68
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
69
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
70
PT.ZIRKON ZAMAN NOW INDONESIA
MURUNG RAYA, KALTENG
DAFTAR PUSTAKA
Benbow. J., Steel Industry Minerals, Adding Value Provide the Key, Industrial
Minerals, October 1989.
Berry, L.G. and Mason, B., Mineralogy, W.H. Freeman and Company, London,
1959.
Clarke, G., The Palabora Complex, Triumph Over Low Grade Ores, Industrial
Minerals, October 1981.
Coope, B.M., Zirkon - In Good Shape After Turbulent Decade, Industrial Minerals,
December 1976.
Griffiths. J., Rare-earths, Attracting Increasing Attention, Industrial Minerals,
April 1984.
Grullemans, W., Zirkon Supply and Demand in the 1990s, 9th Industrial Minerals
International Congress, Sydney, 1990.
Industrial Minerals Supplement, Mining Journal, Vol. 308 No.7919, London, May
1990.
Kuzvart, M., Industrial Minerals and Rocks, Developments in Economic Geology,
Elsevier, Amsterdam, 1984.
Logam Nusantara, Warta Logam dan Besi Baja Indonesia, No.0003, Maret 1990.
Mayer, W., A Field Guide to Australian Rocks, Minerals & Gemstones, Rigby Ltd.,
Sydney, 1976.
71