Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
Sebagian wilayah Indonesia akan dilintasi oleh lintasan Gerhana Matahari Total pada
tanggal 9 Maret 2016. Kontak awal kejadian akan dimulai pada pukul 06:19:18 WIB di
sebelah Selatan Bengkulu kemudian melewati daerah Palembang, Tanjung Pandan,
Pangkalan Bun, Balikpapan, Palu, Ternate dan kota yang waktu mulai gerhananya
paling akhir adalah di Waris Papua pada pukul 08:53:44 WIT. Pada saat terjadinya
gerhana posisi Matahari Bulan dan Bumi pada satu garis ekliptika, hal tersebut dapat
dilihat pada posisi deklinasi Bulan dan Matahari.
Posisi Matahari dan Bulan memberikan pengaruh terhadap variasi nilai gravitasi bumi
pada titik yang sama, maka pada saat posisi keduanya satu garis akan memberikan
gaya tarik yang lebih besar dari biasanya. Gaya tarik Bulan dan Matahari adalah salah
satu gaya pembangkit pasang surut dipermukaan bumi selain gaya sentrifugal yang
dihasilkan revolusi Bumi dan Bulan.
Metode gayaberat (gravitasi) adalah salah satu metode geofisika yang banyak
digunakan untuk penetitian geodinamika/ pasang surut bumi. Nilai Pasang Surut bumi
berubah-ubah setiap waktu secara periodik tergantung dari kedudukan benda-benda
langit tersebut. Nilai Pasang surut Bumi dapat ditentukan dengan dua cara yaitu dengan
pemodelan persamaan Langman (1959) dan dengan pengukuran langsung dengan
menggunakan alat Gravimeter.
Gambar 2 : Perbandingan pasang surut bumi teoritik dan Observasi dengan gravimeter Lacoste
Romberg, Sarkowi (2007).
. Pengamatan perubahan variasi pasang surut bumi pada saat terjadinya gerhana
Matahari total telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti diberbagai Negara, Capato
(1961), Eckhardt (1990) telah melakukan penelitian terkait dengan kemungkinan
adanya gaya tarik Matahari dan Bulan pada permukaan bumi. Wang dkk (2000)
melakukan penelitian di China pada saat terjadinya gerhana Matahri total yang melintas
di daerah Mohe, dengan menggunakan alat gravimeter Lacoste Romberg digital.
Penelitian terbaru dilakukan oleh beberapa peneliti dari Turki dengan mengamati
perubahan gravitasi dengan menggunakan alat gravimeter Worden- Master dan magnet
bumi pada saat terjadinya gerhana Matahari tahun 2006 Ates dkk (2009).
(a) (b)
Gambar 3 (a) Variasi anomaly gravitasi pada saat Gerhana Matahari total di Turki 2006
(b) ) Variasi anomaly gravitasi pada saat Gerhana Matahari total di China 1997
Dari penelitian- penelitian tersebut ada yang menyatakan tidak terjadi perubahan variasi
pasang surut bumi yang signifikan dan ada juga yang menyatakan adanya fluktuasi
variasi pasang surut bumi akibat shielding effect dari Bulan.Namun dari penelitian
tersebut direkomendasikan untuk melakukan penelitian dengan menggunakan
peralatan yang lebih akurat.
LOKASI PENGAMATAN
Pada penelitian ini BMKG mengoperasikan Gravimeter Scintrex CG-5 di dua lokasi
yang dilewati oleh gerhana Matahari total yaitu di Tanjung Pandan dan Palu dan satu
lagi dipasang di Jakarta daerah yang tidak mengalami gerhana total.
Gambar 5. Peta lintasan Gerhana Matahari Total dan lokasi pengamatan gravitasi
(bintang biru).
Gravimeter Scintrex CG-5 tersebut dipasang satu bulan sebelum terjadinya gerhana
dengan pengukuran kontinus dengan interval 30 detik. Untuk mendapatkan variasi
pasang surut bumi pada masing masing alat koreksi pasang surut bumi mode auto
dimatikan.Alat diletakan ditempat yang stabil dan jauh dari noise getaran.