Você está na página 1de 9

Makna Klinis dari:

Mencoba bunuh diri


Implikasi dari etiologi bunuh diri dapat digolongkan menjadi sosial,
psikologis, dan klinis
I. Faktor Sosial
Disintegrasi sosial (bunuh diri anomik)
Isolasi individu dari masyarakat
Ketersediaan alat
II. Penyakit Jiwa
Depresi berat ??
Schizophrenia ( halusinasi yang membuat dirinya berusaha
menyakiti dirinya sendiri )
Etanol abuse/kecanduan alcohol
Gangguan kepribadian borderline
Antisosial
Penyalahgunaan obat-obat terlarang
Adanya riwayat keluarga yang bunuh diri
III. Penyakit Medis
Penyakit-penyakit kronis
Penyakit-penyakit dengan rasa nyeri yang tidak tertahankan
Menangis tanpa alasan
Gejala yang terjadi pada pasien tersebut menunjukkan adanya depresi.
Depresi adalah suatu keadaan merendahnya corak perasaan yang dirasakan sebagai
suatu kesedihan atau kemurungan.
Gejala utama
1) Afek depresif
2) Kehilangan minat dan kegembiraan
3) Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (ras
lelah yang nyata, sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas
Gejala tambahan
1) Konsentrasi dan perhatian berkurang
2) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
3) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
4) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
5) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
6) Tidur terganggu
7) Nafsu makan berkurang
Menarik diri

Menarik diri termasuk dalam gejala autism. Menarik diri merupakan suatu keadaan
dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka
dengan orang lain. Sedangkan menurut DEPKES RI (1989:117) penarikan diri atau
withdrawal merupakan suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian ataupun
minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung yang dapat bersifat sementara
atau menetap.

Tanda dan gejala dari menarik diri :


Menurut Townsend, M.C. ( 1998:152-153) dan Carpenito, L.J. (1998:381) isolasi
sosial : menarik diri sering ditemukan adanya tanda dan gejala sebagai berikut :

o Kurang spontan o Komunikasi verbal kurang


o Apatis o Mengisolasi diri (menyendiri)
o Ekspresi wajah kurang o Kurang sadar lingkungan
berseri (ekspresi sedih) o Aktivitas menurun
o Afek tumpul o Menolak berhubungan dengan
o Kurang energi ( tenaga) orang lain.
o Harga diri rendah

Menurut Townsend,M.C. ( 1998:152) isolasi sosial : menarik diri sering disebabkan


oleh karena kurangnya rasa percaya kepada orang lain, perasaan panik, regresi ke
tahap perkembangan sebelumnya, waham, sukar berinteraksi di masa lampau,
perkembangan ego yang lemah serta represi rasa takut.

Pada penderita Skizofrenia, terjadi disfungsi pada jalur mesokortikal. Pada jalur
mesokortikal, lebih banyak reseptor 5HT2A daripada reseptor D2, sehingga hipofungsi
dopamine terjadi.

Jalur mesokortikal yaitu dari Ventral Tegmental Area menuju ke prefrontal cortex.
Sistem ini mengatur fungsi eksekusi dan kognisi pada bagian Dorsolateral Prefrontal
Cortex (DLPFC), serta fungsi emosi dan afek pada bagian Ventromedial Prefrontal
Cortex (VMPFC).

Jadi dalam kasus ini, disfungsi/hipofungsi jalur ini menyebabkan terjadinya


gejala negatif dan kognitif pada penderita Skizofrenia. Yaitu yang nantinya dapat
menyebabkan penderita cenderung menarik diri.

Akibat menarik diri dapat mengakibatkan halusinasi. Halusinasi (Townsend, M.C,


1998:156) merupakan gangguan persepsi di mana klien mempersepsikan sesuatu yang
sebenarnya tidak ada. Tanda dan gejala yang dapat dilihat pada pasien halusinasi yaitu
tersenyum dan tertawa sendiri, menggerakkan bibir tanpa suara, diam dan asyik
sendiri.

Menurut Keliat, dkk.,(1998), prinsip penatalaksanaan klien menarik diri adalah :

a. Bina hubungan saling percaya

b. Ciptakan lingkungan yang terapeutik

c. Beri klien kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya

d. Dengarkan klien dengan penuh empati

e. Temani klien dan lakukan komunikasi terapeutik

f. Lakukan kontak sering dan singkat

g. Lakukan perawatan fisik

h. Lindungi klien

i. Rekreasi

j. Gali latar belakang masalah dan beri alternatif pemecahan

k. Laksanakan program terapi dokter

l. Lakukan terapi keluarga


Mendengar suara seperti percakapan dan kadang-kadang suara yang
mengomentarinya tetapi orangnya tidak ada

Tiga jenis halusinasi auditori :


1. Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku
penderita.
2. Mendiskusikan perihal penderita di antara mereka sendiri (di antara berbagai suara
yang berbicara)
3. Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

Jenis halusinasi dengar ditentukan oleh tipe kepribadian dan gangguan mental pasien.
Sebagai contoh, command hallucination merupakan bentuk perwujudan isi hati dan
ketakutan pasien ketika bersosialisasi, sifat over-sensitive terhadap tanggapan orang
lain yang belum tentu negative dan kecendrungan untuk menyalahkan diri sendiri
akan kegagalannya dalam bergaul. Suara serta jenis kata-kata yang muncul pada saat
halusinasi diduga ditentukan oleh memory pasien, segala macam memori kejadian,
memori suara yang pernah didengar pasien ter-recall kembali pada saat serangan.
Namun jenis command yang muncul dapat juga diciptakan oleh pasien sendiri tanpa
adanya suatu memori command tersebut.
Dampak dari halusinasi suara berbentuk command adalah tekanan terhadap perintah
tersebut sehingga penderita yang tidak tahan dengan tekanan tersebut akan melakukan
hal yang diperintahkan, atau berusaha melakukan hal-hal untuk menghentikan tekanan
dari halusinasi suara, seperti pada kasus dimana Cek Ela berusaha untuk bunuh diri.

Etiologi :
Beberapa kondisi yang dapat menimbulkan halusinasi auditori :
Schizophrenia (halusinasi ini timbul pada sekitar 70% penderita)
Lesi pada batang otak (yang sering diakibatkan strokes);
Tumor kepala
Encephalitis
Abscesses otak
Kehilangan pendengaran
Aktivasi epilepsi
Wake-initiation of lucid dreams (WILD)
15% pasien dengan gangguan mood (mood disorders) seperti mania or
depression dapat terjadi halusinasi auditori.

Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:


Faktor predisposisi
1) Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-
penelitian yang berikut:
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih
luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik
berhubungan dengan perilaku psikotik.
b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan
dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya
skizofrenia.
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya
atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia
kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi
otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi
(post-mortem).
2) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi
psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan
orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3) Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan,
konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang
terisolasi disertai stress.
Fase-fase halusinasi
a. Fase Pertama
Disebut juga dengan fase comferting yaitu fase menyenangkan. Pada tahap ini
masuk pada golongan non psikotik.
Karakteristik : Klien mengalami stres, cemas, perasaan perpisahan, rasa
bersalah, kesepian yang memuncak dan tidak dapat diselesaikan.
Perilaku klien : Tersenyum atau tertawa tidak sesuai, menggerakkan bibir
tanpa suara, pergerakan mata cepat, respons verbal yang lambat jika sedang asyik
dengan halusinasinya, dan suka menyendiri.
b. Fase Kedua
Disebut dengan condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi
menjijikkan. Termasuk dalam psikotik ringan.
Karakteristik : Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan, kecemasan
meningkat, melamun, dan berpikir sendiri jadi dominan.
Perilaku klien : Meningkatnya tanda- tanda sistem syaraf otonom seperti
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah.
c. Fase Ketiga
Fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori menjadi
berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakteristik : Bisikan, suara, isi halusinansi semakin menonjol, menguasai
dan mengontrol klien.
Perilaku klien : Kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya
beberapa menit atau detik.
d. Fase Keempat
Fase conquering atau panik yaitu klien lebur dengan halusinasinya. Termasuk
dalam psikotik berat.
Karakteristik : Halusinasinya berubah mengancam, memerintah dan memarahi
klien.
Perilaku klien : Perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku
kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonik tidak mampu merespon terhadap
perintah kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang

Tidak ada interaksi sosial


Diartikan kurangnya motivasi yang kuat untuk terlibat dalam interaksi sosial, dan
lebih memilih untuk aktifitas sendiri. Kemungkinan diakibatkan oleh gangguan
kepribiadian schizoidnya sendiri, atau memang ada kaitannya secara langsung dengan
schizophrenia itu sendiri. Gangguan pada schizophrenia memiliki gejala asociality
dan evolitio yang merupakan gejala negative berupa tidak ada motivasi, diam dalam
waktu lama, tidak ada minat bersosialisasi. Kemungkinan terjadi abnormalitas pada
jalur mesocortikal akibat gangguan fungsi dopamine.

Kemunduran mental

Deteriorasi adalah perburukan, hal ini menunjukkan bahwa skizofrenia yang belum
ditatalaksana ini menyebabkan kemunduran yang progresif. Neuropatologi dari
skizofrenia ditunjukkan oleh pengurangan neuropil secara signifikan, yaitu
multinukleat sinaps antar saraf. Neuropil adalah daerah diantara badan sel saraf pada
substansia kelabu dari otak dan medulla spinalis pada sistem saraf pusat. Itu
mengandung prosesus yang kusut padat paling banyak pada akson terminal
unmyelinated, dendrit dan sel glia. Ini adalah hubungan sinaps yang dibentuk diantara
cabang akson dan dendrit. Jadi terjadi penurunan konektivitas sinaps, sehingga
pengurangan konektivitas ini menyebabkan pembentukan gejala pada skizofrenia. Jadi
pada penderita skizofrenia terjadi pengurangan koneksi sinaps, bukan jumlah sel
saraf.
Akibat dari kemunduran ini sama dengan prognosis, yaitu jika ditatalaksana baik akan
menunjukkan perbaikan, dan jika tidak maka akan semakin mengalami kemunduran.

Tidak mampu mengurus diri senidiri dan pekerjaan rumah

Merupakan gangguan perilaku pada pasien Skizofrenia.

Sulit menjawab pertanyaan ( satu sampai dua kata tidak jelas ) dan kadang-
kadang menolak berbicara.
Alogia dalam skizofrenia biasanya muncul dari pasien yang memberikan jawaban
tidak lebih dari satu atau dua kata atas pertanyaan yang diajukan Hal ini sangat
berbeda dari pola bicara yang normal , di mana orang cenderung untuk menguraikan
jawaban-jawaban dasar.
Sebagai contoh , seorang individu dengan alogia akan mungkin untuk menanggapi
permintaan tentang memiliki kendaraan dengan menanggapi secara sederhana " ya"
atau tidak . " Sebaliknya , banyak orang yang tidak menderita dengan kondisi ini akan
menjawab dalam afirmatif atau negatif , kemudian pergi untuk memenuhi syarat
bahwa respon dasar dalam beberapa cara . individu bisa menjawab di afirmatif ,
kemudian pergi untuk menggambarkan membuat dan model kendaraan . Sulit
menjawab pertanyaan (satu sampai dua kata tidak jelas) dan kadang-kadang
menolak berbicara.
Alogia dalam skizofrenia biasanya muncul dari pasien yang memberikan jawaban
tidak lebih dari satu atau dua kata atas pertanyaan yang diajukan Hal ini sangat
berbeda dari pola bicara yang normal , di mana orang cenderung untuk menguraikan
jawaban-jawaban dasar. Sebagai contoh, seorang individu dengan alogia akan
mungkin untuk menanggapi permintaan tentang memiliki kendaraan dengan
menanggapi secara sederhana "ya atau tidak." Sebaliknya , banyak orang yang tidak
menderita dengan kondisi ini akan menjawab dalam afirmatif atau negatif , kemudian
pergi untuk memenuhi syarat bahwa respon dasar dalam beberapa cara . individu bisa
menjawab di afirmatif , kemudian pergi untuk menggambarkan membuat dan model
kendaraan .

REALITY TESTING ABILITY (RTA)


Bagian status mental ini menyimpulkan kesan psikiater tentang sejauh mana pasien
dapat dipercaya dan kemampuan ntuk melaporkan keadaannya secara akurat. Hal ini
mencakup perkiraan kesan psikiater terhadap kejujuran atau keterusterangan pasien.
Contoh: jika pasien terbuka mengenai penyalahgunaan obat tertentu secara aktif atau
mengenai keadaan yang menurut pasien dapat berpengaruh buruk. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa releabilitas pasien tersebut masih baik/bagus.

GAF SCALE
Global Assessment of Functioning (G.A.F) adalah skala penentuan dalam menilai derajat
kemampuan seseorang (overall level) yang sudah diakui secara luas. Dengan skala GAF
ini kita dapat mengukur derajat kemampuan fungsi sosial, pekerjaan dan psikologik.
Maka dengan skala itu kita dapat mengetahui: 1) angka tertinggi yang dapat dicapai oleh
seseorang penderita dalam waktu tertentu dan 2) angka terendah dari seseorang yang
tidak mempunyai disfungsi (angka normal terendah). Dengan rumusan tertentu kita dapat
menghitung disfungsi seseorang dengan gangguan skizofrenia dalam skala numerik.
Aksis V adalah skala penilaian global terhadap fungsi yang sering disebut sebagai
Global assesment of functioning (GAF). Pemeriksa mempertimbangkan keseluruhan
tingkat fungsional pasien selama periode waktu tertentu (misalnya saat pemeriksaan,
tingkat fungsional pasien tertinggi untuk sekurangnya 1 bulan selama 1 tahun terakhir).
Fungsional diartikan sebagai kesatuan dari 3 bidang utama yaitu fungsi sosial, fungsi
pekerjaan, fungsi psikologis.
Fungsi berupa skala dengan 100 poin dengan 100 mencerminkan tingkat fungsi
tertinggi dalam semua bidang.

Aksis V
Penilaian Fungsi Secara Global (Global Assesment of Functioning = GAF Scale)
100-91 gejala tidak ada, fungsi max, tidak ada masalah yang tidak tertanggulangi
90-81 gejala min, fungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalh harian biasa
80-71 gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam social
70-61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara
umum baik
60-51 gejala dan disabilitas sedang
50-41 gejala dan disabilitas berat
40-31 beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi,
disabilitas berat dalam beberapa fungsi
30-21 disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu berfungsi
dalam hampir semua bidang
20-11 bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi
dan mengurus diri
10-01 persisten dan lebih serius
0 informasi tidak adekuat

Você também pode gostar