Você está na página 1de 20

Analisis Kasus Natuna Indonesia-China (Terkait dengan Pertahanan dan

Keamanan Negara)
Posted on MAY 8, 2016 by
Analisis Kasus
Wilayah Indonesia sendiri berbatasan dengan sejumlah negara lain. Wilayah
lautnya dikelilingi oleh 10 negara, yaitu India, Malaysia, Singapura, Thailand,
Vietnam, Filipina, Australia, Timor Leste, Palau, dan Papua Nugini. Sementara
itu, wilayah daratnya berbatasan langsung dengan tiga negara, yaitu Malaysia,
Timor Leste, dan Papua Nugini sepanjang 2914,1 km. Wilayah perbatasan laut
dan darat tersebut tersebar ke 38 kabupaten/ kota di 12 provinsi.2 Panjangnya
garis perbatasan dengan 10 negara tetangga ini di satu sisi dapat menjadi potensi
bagi kerja sama antarnegara, tetapi di sisi lain dapat menjadi ancaman kedaulatan
dan keamanan negara.
Salah satu bentuk potensi yang dapat berubah menjadi existential threat adalah
masih terdapatnya sejumlah segmen perbatasan yang belum selesai dibahas dan
disepakati dengan negara tetangga. Ancaman tersebut dapat berupa agresi,
pelanggaran wilayah, pemberontakan bersenjata, sabotase, spionase, aksi teror
bersenjata, ancaman keamanan laut dan udara, serta konflik komunal.
Masalah kedaulatan wilayah merupakan masalah sensitif. Tidak ada negara yang
rela kehilangan sejengkal wilayahnya. Karena itu, masalah perbatasan tidak
didiamkan. Masalah perbatasan berpotensi besar menimbulkan konflik. Hal ini
sebisa mungkin harus dihilangkan dengan menyelesaikan sengketa perbatasan.
Hilangnya sengketa perbatasan membuat kedaulatan lebih terjamin. Bagaimana
menyelesaikannya? Dibutuhkan upaya terkoordinasi dengan mekanisme lebih
sederhana dan bisa diterima semua pihak. Tanpa ini, penyelesaian masalah
perbatasan sering butuh waktu lama.
Dengan dianggap pentingnya masalah perbatasan wilayah menjadikan organisasi
internasional membahasnya menjadi agenda bersama dan memberikan solusi
penyelesaian kasus perbatasan ini yakni ASEAN. Namun, dokumen-dokumen
ASEAN hanya sedikit menyinggung solusi soal sengketa wilayah. Ini menegaskan
jalan menuju komunitas ASEAN masih jauh. Di sisi lain, sebuah komunitas
membutuhkan pengorbanan setiap anggota dengan membagi sebagian
wilayah untuk dilebur ke dalam suatu nilai-nilai bersama. Namun, ada pertanda
baik. ASEAN sudah mulai menyerap unsur-unsur kedaulatan itu menjadi suatu
nilai bersama. Kemajuan lain, prinsip non- interferensi (tidak boleh campur
tangan) mulai ditembus. Akan tetapi, ada keengganan menyentuh lebih dalam
masalah sengketa perbatasan. Ini mengindikasikan masih besarnya resistensi
untuk melonggarkan urusan kedaulatan.
Dalam kasus Natuna yang diklaim secara sepihak oleh pemerintah China
mengindikasikan bahwa kekuatan dan pertahanan nasional dalam hal kedaulatan
Negara masih memiliki kekurangan dan celah yang bisa dimanfaatkan oleh
Negara lain. Disisi lain pemerintah China juga terlalu percaya diri dengan
pengkklaiman yang dilakukannya atas wilayah Natuna. Dimasukannya wilayah
Natuna kedalam Zona Ekonomi Eksklusifnya China memberikan masalah baru
kepada Indonesia meskipun kasus ini sudah lama bergulit. Kasus ini semakin
membuat pemerintah Indonesia geram yakni dengan adanya kapal China yang
berlabuh dan memasuki wilayah laut Indonesia tanpa izin. Serta beberapa kasus
pencurian ikan yang dilakukan Negara ini diatas perairan wilayah Indonesia.
Kasus yang berawal pada tahun 2009 ini menurut versi China, mereka
memasukan wilayah Natuna kedalam peta wilayah mereka didasarkan pada
sembilan titik garis/ nine dash line yang selama ini diklaim Tiongkok dan
menandakan perbatasan maritimnya. Namun dari Sembilan titik garis ini
Indonesia tidak mengakuinya karena menurut Indonesia hal itu tidak memiliki
dasar hukum internasional apapun. Sembilan titik imaginer itu sendiri merupakan
salah satu penyebab munculnya konflik di wilayah Laut China Selatan. Klaim ini
memancing emosi sejumlah negara yang turut mengklaim memiliki hak di
wilayah yang jadi jalur perdagangan dunia itu. Usut punya usut, klaim yang bikin
repot enam negara ini dipicu kebijakan pemerintahan Partai Kuomintang (kini
berkuasa di Taiwan). Mazhab politik Kuomintang menafsirkan wilayah China
mencapai 90 persen Laut China Selatan.
Adalah tidak lengkap untuk memahami kebijakan maritim China saat ini bila
tidak mencoba mengetahui apa yang disebut Nine-Dash Line, karena hal ini
sangat erat kaitannya dengan klaim teritorial negara-negara lain yang terletak di
kawasan Laut China Selatan. Penetapan sembilan garis terputus-putus ini
sebenarnya tidak dibuat oleh pemerintah China yang sekarang, melainkan telah
ada sejak tahun 1947, ketika pemerintahan Koumintang berkuasa di daratan China
yang mengklaim wilayah teritorial yang mencakup hampir seluruh kawasan Laut
China Selatan. Ketika itu klaim ini pada dasarnya tidak ada pertimbangan politik
dan strategik tertentu karena rezim yang berkuasa pada saat itu sibuk membenahi
keadaan paska pendudukan Jepang dan dan juga sesudah itu terlibat dalam perang
saudara dengan rezim komunis. Sepeninggal Jepang, pemerintah Koumintang
segera menerbitkan peta yang berisi 11 garis terputus, sebagai klaim teritorial
yang kenyataannya berlokasi jauh dari daratan China mencakup seluruh perairan
Laut China Selatan.
Sekalipun peta ini tidak memuat secara spesifik dan akurat mengenai batas-
batasnya, peta ini pun diadopsi oleh pemerintahan komunis yang mengambil alih
kekuasaan dan mendirikan negara Peoples Republic of China (PRC) sejak tahun
1949. Sejak saat itu peta ini dijadikan dasar klaim teritorial dan kebijakan politik
pemerintahan Beijing sampai pada era sekarang ini. Suatu perubahan dilakukan
pada tahun 1953, yaitu China menghapus dua garis sehingga tinggal sembilan,
kemungkinan dijadikan sebagai salah satu cara untuk menghindari atau
meredakan ketegangan dengan Vietnam sebagai negara tetangga dekat pada waktu
itu.
Luas wilayah yang termasuk dalam batas sembilan garis terputus itu mencapai 3,5
juta kilometer persegi, meliputi 90 persen luas keseluruhan Laut China Selatan.
Peta laut baru China pada awal diterbitkan, tidak mendapatkan penentangan
ataupun protes dari negara-negara sekawasan/ berbatasan, karena negara-negara
tersebut sebahagian besar sedang sibuk berjuang untuk kemerdekaan nasionalnya
dari penjajah. Beijing menganggap sikap diam dari negara-negara tetangga dan
bahkan komunitas maritim internasional, sebagai suatu pengakuan dan untuk
mengimbanginya Beijing pun bersikap diam agar tidak menimbulkan penentangan
dari manapun http://www.fkpmaritim.org/strategi-maritim-china-di-laut-china-
selatan-suatu-dilema/)
Dalam kasus ini, sebenarnya Indonesia berada diposisi yang kuat daripada China
yang hanya mendasarkan pada aturan nine dash line itu. Apalagi ditambah dengan
polah China yang selama ini kerap melanggar zona eksklusif perairan Indonesia,
selain itu juga dengan beberapa kali tersangkut masalah illegal fishing yang
dilakukan oleh masyarakat China terhadap perairan Indonesia dan kapal China
yang masuk dalam wilayah perairan Indonesia dan tanpa seizin dari pihak
Indoensia dan tindakan ini jelas melanggar UU ZEE No 5 Tahun 1983 kita
khususnya dalam pasal 7. Dalam pasal ini dijelaskan bahwa barangsiapa
melakukan kegiatan di perairan wilayah Indonesia harus mendapat persetujuan
dari pemerintah Indonesia.
Dari insiden illegal fishing oleh kapal China berbuntut protes resmi dari
pemerintah Indonesia karena upaya penindakan yang hendak dilakukan oleh tim
KKP dihalang-halangi oleh kapal patroli milik badan keamanan laut (coastguard)
Tiongkok. Kapal penjaga pantai (coast guard) milik Angkatan Laut China nekat
menerobos perbatasan. Tak hanya itu, mereka juga menabrak dan menarik paksa
kapal yang baru saja ditangkap operasi gabungan Kementerian Kelautan dan
Perikanan bersama TNI AL. Akibat ulah dari kapal coast guard China yang
menerabas wilayah perairan Natuna, Indonesia ini belum usai. Hal ini membuat
pemerintah Indonesia kini berencana meningkatkan pengamanan wilayah
perbatasan itu.
Dilihat dari segi ZEE (Zona Economy Exlucive) Pasal 3 UU ZEE No. 5 tahun
1983 ayat (1) dijelaskan bahwa Apabila Zona Ekonomi Eksklusif Indo nesia
tumpang tindih dengan zona ekonomi eksklusif negara-negara yang antainya
saling berhadapan atau berdampingan dengan Indonesia, maka batas zona
ekonomi eksklusif antara Indonesia dan negara tersebut ditetapkan dengan
persetujuan antara Republik Indonesia dan negara yang bersangkutan. Dari segi
ini maka sudah jelas tindakan yang dilakukan oleh pemerintah Indoensia, yakni
dengan tegas untuk menyelesaikan kasus ini. Apalagi apabila dikaitkan dengan
hak kedaulatan Negara. Dijelaskan pula dalam Pasal (5) UU ini bahwa Dengan
tidak mengurangi ketentuan ayat (1), eksplorasi dan/atau eksploitasi sumber daya
alam hayati harus mentaati ketentuan tentang pengelolaan dan konservasi yang
ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia.
Dengan adanya tindakan China yang melakukan illegal fishingkasus ini masih
berhubungan dengan pengklaiman Natunamaka sudah jelas bahwa China harus
mengikuti dan mematuhi segala aturan yang berlaku dalam pemerintahan
Indonesia.
Sedangkan untuk masalah pengakuan pihak China mengenai nine dash line yang
masih dipertanyakan dan ditagih oleh pemeirntah Indonesia, sampai dengan
tahun 2000, China tidak pernah mengumumkan claim teritorialnya atas wilayah
pulau-pulau dan laut yang dibatasi oleh sembilan garis terputus tersebut, kecuali
hanya membatasi kedaulatannya atas kepulauan Spratley dan Paracel. Baru pada
tahun 2009, secara resmi China menyampaikan sebuah peta laut yang berisi garis
batas berbentuk U dalam bentuk Note Verbal kepada Komisi PBB tentang Batas-
Batas Landas Kontinen. Penetapan ini serta merta mendapat tentangan keras
dari Vietnam, Philipina, Malaysia dan Brunei Darussalam.
Dampaknya pada pertahanan kedaulatan wilayah Indonesia
Ketegangan sejumlah Negara di wilayah Kepulauan Natuna dimulai sejak China
mereklamasi dan memperluas pulau-pulau kecil Mischief Reef dan Pulau Subi
sebagai bagian dari Kepulauan Spratly di Laut China Selaatan. Kepulauan Natuna
yang berada di antara ujung barat laut indonesia di Kalimantasn dan ujung selatan
Vietnam, memiliki 270 pulau menjadi bagian Provinsi Kepelauan Riau dengan
70.000 penduduk.
Pengklaiman kepulauan Natuna terletak pada daerah perairan di sekitar kepulauan
yang berpotensi tumbang tindih pada batas garis imajiner Nine Dash Line yang
ditetapkan oleh China. Dalan kasus ini permasalahan bukan pada klaim
kepulauannya saja tapi pada perariran sekitar Kepulauan Natuna juga. Klaim ini
akan berdampak pada hak daulat pada wilayah kedaulatan Indonesia. Dengan
Nine Dash Line yang tidak jelas batasnya mengakibatkan timbulnya masalah atas
hak berdaulat. Ketidakjelasalan NDL ini berdampak pada hak daulat kawana ZEE.
Pada 12 November, China menhgejutkan Negara-negara di kawasan itu dengan
mengeluarkan pernyataan public mengenai status Kepulauan Natuna. Peenyataan
China ini mengagetkan, karena selama ini China tidak ingin menunjukkan
kelemahannya pada Negara-negara yang menantang klaim maritimnya di Laut
China Selatan. Kegagalan pemerintah China mengklarifikasi klaim Indonesia atas
Kepulauan Natuna termasuk ZEE-nya, terletak pada akar kecemasan yang
dirasakan rakyat Indonesia beberapa decade ini.
Akibat adanya kasus lebih tepatnya seringpengklaiman wilayah oleh Negara
lain memberikan kita pelajaran penting. Betapa penitngnya melindungi wilayah
kedaulatan engara kita. Bukan hanya yang ada dipusat Negara tetapi juga wilayah
yang terluar dan terdepan. Justru bagian-bagian wilayah inilah yang peru
mendapat perhatian lebih dari pemerintah untuk terus dijaga keutuhannya. Jangan
sampai wilayah-wilayah ini diklaim oleh Negara tetangga karena kita tidak pernah
memanfaatkan dan menggunakan wilayah tersebut sebagai penambah
kesejahteraan rakyat atau bahkan Negara.
Tujuan Negara termaktub dalam alinea 4 Pembukaan UUD 1945, yakni
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia
itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam
suatu susunan Negara Republik Indonesia yangberkedaulatan rakyat dengan
berdasar kepada Ketuhan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan berasab,
Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwa-kilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan
srosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam peraturan lain juga dijelaskan bahwa dalam UU ZEE bahwa dijelaskan
bahwa lingkungan laut diperairan yang ebrada di bawah kedaulatan dan yuridiksi
Republik Indonesia harus dilindungi dan dilestarikan. Dalam ketentuan umum
juga dijelaskan bahwa perlindungan dan pelestarian lingkungan laut adalah segala
upaya yang bertujuan untuk emnjaga dan memelihara keutuhan ekosistem laut di
Zona Ekonomi EKsklusif Indonesia.
Dilihat dari bebrapa peraturan diatas yang mewajibkan Negara untuk melindungi
kedaulatan rakyat serta kedaulatan wilayah maka dapat disimpulkan bahwa betapa
pentingnya kedaulatan Negara untuk terus dijaga dan dilindungi. Pertanyaannya,
bagaimana kalau kedaulatan Negara tersebut dicoreng atau dicaplok oleh Negara
lain?
Dari kasus pengklaiman Kepulauan Natuna oleh China, mengindikasikan
beberapa opini penulis. Pertama, kekuatan nasional kita masih rendah. Kedua,
pemerintah Indonesia menggampangkan masalah perbatasan. Ketiga, pemeirntah
China yang memandang rendah kekuatan nasional kita. Keempat, indonesia
mempunyai kekuatan nasional yang kuat, tetapi China mempunyai kartu As kita
atau ada unsure politik didalamnya. Dan yang terakhir pemerintah indonesia
kurang tegas dalam menakut-nakuti dan memberi peringatan kepada Negara-
negara tetangga tentang batas terotorial Negara Indonesia.
Untuk opsi pertama, maka kita dapat beranggapan bahwa memang kekuatan
nasional kita belum secangggih Negara-negara maju. Opsi kedua, mungkin kita
bisa menyetujui pernyataan tersebut. Negara kita akan cenderung untuk
mengurusi masalah-masalah yang ada dipusat saja, sedangkan masalah atau
wilayah yang berada di perbatasan lebih dikesampingkan dan ditinggalkan tanpa
adanya pengelolaan dari Negara. Oleh karenanya, penduduk yang menduduki
wilayah perbatasan tersebut beranggapan bahwa mereka kurang mendapat
pengakuan dan perhatian dari pemerintah, sehingga mereka mencari perhatian dan
pengakuan dari Negara lain. selain itu dengan didukung oleh jarak yang lebih
dekat dengan engara tetangga mereka lebih dekat dengan Negara tetangga
ketimbang dengan Negara nya sendiri. mereka merasa sing dengan negaranya
sendiri.
Dengan adanya pengklaiman ini sangat ebrakibat pada ketahanan dan keamanan
Negara kita. Ketahanan Negara akan terusik oleh adanya konflik ini. Selain itu
Negara kita akan dipandang lemah dan tidak mampu melindungi wilayahnya
sendiri oleh Negara-negara lain. dengan dipandang lemah tersebut, maka
kemungkinan bahwa kita selamnya akan dianggap rendah oleh Negara-negara
lain. semakin berkurangnya sedikit demi sedikit wilayah territorial kita juga
menjadi salah satu dampak adanya pengklaiamn wilayah. lebih ekstrim lagi,
masyarakat Indoensia tidak akna percaya lagi pada pemerintah karena kasus ini.
Tujuan Negara yakni melindungi keutuhan NKRI menjadi tersendat dan tidak
berjalan sesuai rencana.
Sedang untuk masalah keamanan Negara, jelas hal ini akan berdampak. Dengan
adanya pengklaiman ini, dari penduduk Natuna sendiir pasti memiliki tekanan dan
rasa takut karena mereka menjadi subjek dari perebutan oleh Negara China. Selain
itu, mereka juga akan mempnyai tekanan batin dan takut, apabila sewaktu-waktu
China mengancam mereka untuk menyetujui mereka masuk ke wilayah China.
Lebih luas lagi dalam kawasan Negara, hal ini menjadi perhatian nasional.
Dimana keamanan Negara, karena kita terlalu berkutat pada masalah perbatasan
ini, ditakutkan bahwa rakyat semakin merasa tidak aman. Mereka akan mengira
bahwa Negara tidak mampu melindungi mereka dari pengaurh Negara lain
khususnya dalam hal keamanan Negara.
Seperti yang diungkapkan oleh menteri luar negeri kita retno Pinasti bahwa
pemerintah Poin kedua dari protes Indonesia ke negeri Tirai Bambu itu, mengenai
upaya yang dilakukan oleh coast guard China untuk mencegah upaya penegakan
hukum yang dilakukan oleh otoritas Indonesia di wilayah ZEE dan landas
kontinen. Di mana, salah satu kapal coast guard China tiba-tiba mengejar Kapal
Pengawas (KP) Hiu 11 milik Indonesia dan kapal tangkapan KM Kway Fey
10078 China dengan kecepatan 25 knots. Kapal cost guard itu justru menabrak
kapal tangkapan hingga rusak. Akhirnya, petugas meninggalkan kapal tangkapan
tersebut demi keselamatan.
Indonesia menyampaikan tiga prots terhadap pemerintah China terkait kasus
Natuna Pertama adalah mengenai masalah pelanggaran hak berdaulat dan
yuridiksi Indonesia di kawasan ZEE (Zona Eekonomi Ekslusif) dan landas
kontinen, jelas Retno, di Istana Negara, Jakarta, Senin 21 Maret 2016.
Dengan melihat betapa seriusnya Negara dalam hal mempertahankan wilayah kita
dan menyelesaikan konflik ini, maka bisa disimpulkan bahwa dengan adanya
pengklaiaman wilayah Kepulauan Natuna ini berdampak sangat besar pada
ketahanan dan keamanan Negara. Selain itu yang terpenting adalah kedaulatan
Negara yang dilanggar oleh China. Dengan beraninya mereka melanggar
kedaulatan Negara yang dapat diasumsikan itu merupakan rumah atau kekuasaan
Indoensia. Bisa dibayangkan bagaimana kacaunya apabila suatu Negara
wilayahnya diambil dan diklaim oleh Negara tetangga yang itu merupakan sudah
jelas miliknya Negara tersebut.
Dan, yang ketiga adalah keberatan kita atau protes kita terhadap pelanggaran
kedaulatan laut teritorial Indonesia.
Aspek Geostrategis Kawasan Maritim Natuna
Kawasan Laut Cina Selatan kini menjadi ajang perebutan kedaulatan yang
akan berdampak global. Apa makna geostrategisnya?

SATUHARAPAN.COM - Perairan Natuna sebagai bagian dari kawasan Laut


Cina Selatan (LCS) merupakan salah satu garis terluar perbatasan Indonesia
yang secara geografis dan politik memiliki dimensi yang sangat strategis. Hal ini
dapat didekati dari kaca mata konstelasi keseimbangan kawasan, keamanan dan
sumber daya alam. LCS adalah jalur energi dan distribusi komoditas Negara
Industri Asia Timur Utara seperti Jepang, Korea dan Tiongkok ke Afrika dan
Timur Tengah dan Pasifik Barat. Sekitar 25% komoditas global, sepertiga gas
alam cair (LNG) dunia, 80% minyak mentah ke Jepang, dan 40% impor minyak
Cina melalui kawasan ini.
Kawasan LCS adalah medan pertempuran perebutan hegemoni perdagangan dan
politik antara poros Amerika Serikat dengan bendera TPP (Trans Pacific
Partnership), serta Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang
dikomandani Tiongkok. Indonesia yang sebelumnya ada di RCEP telah
menunjukkan minatnya untuk juga bergabung di TPP. Dapat dimengerti, salah
satu aspek strategis yang dibidik Pemerintah Presiden Jokowi dalam hal ini adalah
untuk mengurangi dominasi Tiongkok dan mencoba melibatkan Amerika Serikat
untuk menjaga keseimbangan pusaran ini.
Sebagai negara kepulauan (archipelagic state) berdasarkan UNCLOS 1982,
Indonesia merupakan satu kesatuan teritorial yang mempertautkan garis pantai
Timur Sumatera dengan pantai Kalimantan Barat dengan kawasan Natuna di
dalamnya, dengan menetapkan alur pelayaran internasional - alur laut kepulauan
Indonesia (ALKI). Sebagai konsekuensi dari penguasaan wilayah, Indonesia harus
dapat menunjukkan kepada dunia, bahwa kita mampu menjamin dan memastikan
keamanan jalur lintas laut (sea lane of communication SLOC), baik dari
ancaman teroris dan pembajakan, pencurian sumber kekayaan alam,
polusi, penyelundupan barang, narkoba dan orang (illegal drugs and people
trafficking).
Fakta bahwa hingga saat ini pengendalian ruang udara Flight Information
Region di atas kepulauan Natuna masih berada pada Malaysia sektor B, dan
Singapura Sektor A dan C (Chappy Hakim, 2006), kemampuan logistik, kapal
pemburu dan fregat Lantamal IV Tanjung Pinang yang belum memadai, atau
dukungan darat, radar dan pesawat terbang skadron TNI pada LanUd Natuna yang
hanya tipe C tidak menunjukkan kekuatan yang meyakinkan untuk mampu
menegakkan kedaulatan hukum dan keamanan mulai dari kemampuan deteksi,
intersepsi dan konfrontasi baik kepada kapal nelayan pencuri ikan, apalagi dengan
pasukan Negara lain yang menyatakan klaim kewilayahan.
Sampai saat ini, di beberapa bidang perbatasan zona ekonomi ekslusif (ZEE)
Natuna, Indonesia masih memiliki tumpang tindih dengan Malaysia dan
Vietnam. Fakta bahwa Pemerintah Tiongkok menolak putusan Permanent Court
of Arbitration di bawah PBB pada bulan Juni 2016 yang lalu, seraya tetap kukuh
dengan klaim sepihak nine-dash-line di mana sebagian tumpang tindih dengan
ZEE Indonesia di Natuna Bagian Timur yang banyak mengandung gas patut
mendapat perhatian serius dari Pemerintah Indonesia. Dari kaca mata geografis
Malaysia, kawasan Natuna adalah ibarat tembok pemisah penghalang
Semenanjung Malaysia di Barat dengan Sabah Serawak di Timur.
Lebih dari 40 tahun yang lalu (1973) lapangan gas raksasa ditemukan di Natuna
Bagian Timur (46 TCF lebih dari 4 kali cadangan gas di lapangan Abadi
Masela). Tetapi alih-alih dikembangkan, malah kontraktor penemunya (AGIP)
mengembalikan ke Pemerintah Indonesia. Sementara dalam kerja sama
kemudian dengan Esso - ExxonMobil sekalipun terms nya sudah sedemikian
longgar, termasuk bagi hasil 100% untuk Kontraktor, dan Pemerintah hanya
berharap dari pajak, itupun sampai saat ini belum jelas kelanjutannya.
Selain kemungkinan karena hal-hal kewilayahan yang belum clear di atas,
penyebab utamanya adalah karena secara teknis, operasional, ekonomi dan
komersial sangat sulit untuk mengembangkannya. Lapangan gas Struktur AL
mengandung lebih dari 70% CO2, yang teknologi pemisahan,
pembuangan maupun injeksinya untuk volume semasif itu belum ada
presedennya di muka bumi ini. Pasar yang sangat remote.
Sementara jalur pipa bawah laut untuk menyambung ke kawasan natuna barat
( West Natuna Transportation System - WNTS) lebih kurang 500 kilometer. Kita
tidak tahu berapa puluh tahun lagi diperlukan baru lapangan gas tersebut dapat
dieksploitasi secara komersial. Selain gas, sesungguhnya di kawasan tersebut
tepatnya di struktur AP terdapat cadangan minyak 310 juta barel, diperkirakan
dapat dieksploitasi segera. Kawasan Natuna juga kaya dengan sumber daya
kelautan. Diperkirakan 8% populasi sumber daya hayati ikan dunia ada di sana.
kita harus belajar dari pengalaman hilangnya kedaulatan Indonesia atas wilayah
Sipadan Ligitan dengan Malaysia. Berdasarkan putusan arbitrase International
Court of Justice tanggal 17 Desember tahun 2002, kepemilikan atas wilayah
sengketa itu ditentukan berdasarkan adanya tiga hal yaitu, a. adanya keingingan
dan kehendak (intention and will) untuk bertindak sebagai pemegang kedaulatan,
b. ada aktivitas yang berkelanjutan (continued display of actual exercise), c.
bagaimana pihak lawan memperlakukan wilayah sengketa tersebut.
Mengelola wilayah perbatasan Natuna, bukan sekedar perhitungan teknis
keekonomian. Segeralah eksploitas lapangan minyak, lanjutkan dengan
pembangunan kilang mini, sebagai dukungan logistik. Pengembangan lapangan
gas di wilayah tersebut agar didesain terpadu, sehingga dapat memberi dukungan
optimal terhadap sistem pertahanan perbatasan, baik dari segi logistik, radar,
pangkalan maupun sumber daya manusia. Kementerian Koordinator Kemaritiman
harus segera mengambil alih komando kebijakannya dan mengesampingkan
keekonomian sebagai pertimbangan utama. Ini menyangkut kedaulatan dan
integritas wilayah
Potensi Kabupaten Natuna
KEPRI , NATUNA

Potensi Kabupaten Natuna


1. GEOGRAFIS
A.Letak Wilayahh
Secara geografis, Kabupaten Natuna terletak pada titik koordinat 1016-7019 LU
(Lintang Utara) dan 105000-110000 BT (Bujur Timur),dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut :
a.Sebelah utara dengan Vietnam dan Kamboja.
b.Sebelah selatan dengan Kabu-paten Bintan.
c.Sebelah barat dengan Kabupaten Kepulauan Anambas
d.Sebelah timur dengan Malaysia Timur dan Kalimantan Barat.
B.Luas Wilayah
Menurut UU Nomor 33 Tahun 2008, Kabupaten Natuna memiliki luas wilayah
264.198,37 km2 Dengan luas daratan 2.001,30 km2 dan lautan 262.197,07 km2.
Ranai sebagai Ibukota Kabupaten Natuna. Di kabupaten ini terdapat 154 pulau,
dengan 30 pulau (19,48 persen) yang berpenghuni dan sebagian besar pulau (124
buah) tidak berpenghuni. Dua pulau terbesar diantaranya adalah Pulau Bunguran,
dan Pulau Serasan. Pulau-pulau yang ada dapat dikelompokkan dalam 2 gugusan:
1. Gugusan Pulau Natuna, terdiri dari pulau-pulau di Bunguran, Sedanau, Midai,
Pulau
2. Laut, dan Pulau Tiga. Gugusan Pulau Serasan, terdiri dari pulau-pulau di
Serasan, Subi Besar dan Subi Kecil.
2. Keadaan Demografi.
Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk
Kabupaten Natuna (angka sementara) adalah 69.319 orang, yang terdiri atas
35.780 laki-laki dan 33.449 perempuan. Dari hasil SP2010 tersebut Kecamatan
Bunguran Timur, Bunguran Barat, dan Midai merupakan 3 kecamatan dengan
jumlah penduduk terbanyak yaitu masing masing 23.230 orang, 10.827 orang,
5.015 orang. Kecamtan Pulau Laut merupaka kecamtan yang memiliki jumlah
penduduk terkecil yaitu 2.200 orang.
3.Iklim
Iklim di Kabupaten Natuna sangat dipengaruhi oleh perubahan arah angin. Musim
kemarau biasanya terjadi pada Bulan Maret sampai dengan Bulan Juli. Curah
hujan rata-rata setahun berkisar 193,2 milimeter dengan rata-rata kelembaban
udara sekitar 90,4 persen dan temperatur berkisar antara 25,80 celcius.
4. Topografi
Berdasarkan kondisi fisiknya, Kabupaten Natuna merupakan tanah berbukit dan
bergunung batu. Dataran rendah dan landai banyak ditemukan di pinggir pantai.
Ketinggian wilayah antar kecamatan cukup beragam, yaitu berkisar antara 3
sampai dengan 959 meter dari permukaan laut dengan kemiringan antara 2 sampai
5 meter. Pada umumnya struktur tanah terdiri dari tanah podsolik merah kuning
dari batuan yang tanah dasarnya mempunyai bahan granit, dan alluvial serta tanah
organosol dan gley humus.

Dengan segala potensi yang dimiliki Kabupaten Natuna diharapkan mampu


dikelola dengan baik agar dapat mengembangkan wilayahnya. Potensi yang
dimaksud terdiri dari beberapa sektor, antara lain:

A.Sektor Pertanian.Pertanian & perkebunan


seperti ubi-ubian, kelapa, karet, sawit dan cengkeh. Terdapat di setiap kecamatan
yang ada di Kabupaten Natuna, walaupun hasilnya prosentasinya terlalu tinggi
namun mampu memberikan suplai masyarakat natuna.
B.SektorPerikanan.
Sumber daya perikanan laut yang mencapai lebih dari 1 juta ton/tahun dengan
total pemanfaatan hanya 36%, yang hanya sekitar 4,3% oleh Kabupaten Natuna.

C.Sektor Pariwisata
1).Masjid Natuna
Masjid raya natuna dibangun oleh investor dari perusahan minyak yang
menanamkan investasi di kabupaten natuna. Masjid ini dibangun pada tahun 2004
yang terletak di pusat kota, ranai. Keindahan masjid ini mampu menarik wisata
dikarenakan gaya arsiktetur yang tinggi dari timur tengah.
2).Pantai batu sindu.
Pantai ini memiliki legenda ada sepasang laki laki dan perempuan ingin
menikah laki laki dari daerah ranai darat, dan perempuan daerah pesisir, kedua
belah pihak melamar dan mengantar makanan. Dan yang laki laki mencaci
masakan perempuan sehingga pihak perempuan bersumpah dan mengutuk
sehingga menjadi batu. Pantai batu sindu ini terletak di desa tanjung. Yang
memiliki keindahan pantai denga bebatuan yang menghiasi pesisir pantai.
3.Sektor Migas
Selain banyak pantai dan pulau masih perawan Natuna juga super kaya dengan
kandungan gas maupun minyak bumi. Terasa tak lengkap jika membicarakan
Natuna tanpa kandungan alam gas alam yang disebutkan oleh para ahli, memiliki
cadangan terbesar Asia Pasifik bahkan di dunia.Yaitu Blok Natuna D-Alpha
merupakan blok gas dan minyak yang menyimpan sekitar 500 juta barel. Total
potensi gas diperkirakan mencapai 222 triliun kaki kubik, dan inilah cadangan
terbesar di dunia yang tidak akan habis dieksplorasi 30 tahun ke depan.

Potensi gas yang recoverable sebesar 46 tcf (46,000 bcf) atau setara dengan 8,383
miliar barel minyak (1 boe, barel oil equivalent = 5.487 cf ).Dengan potensi
sebesar itu, dan asumsi harga rata-rata minyak US$ 75 / barel selama periode
eksploitasi, nilai potensi ekonomi gas Natura adalah US$ 628,725 miliar atau
sekitar Rp 6.287,25 triliun (kurs US$/Rp = Rp 10.000).

Bandingkan dengan APBN 2010 yang hanya Rp 1.047,7 triliun.Terhitung 2


November 2010 hingga 2 Maret 2011, Premier Oil telah mendeteksi kandungan
minyak dan gas di kawasan Blok D Alpa Natuna.
Premier Oil perusahaan pengeboran minyak dan gas yang berkantor pusat di
Inggris itu bakal melakukan pengeboran selama 30 tahun sesuai dengan kontrak
kerja dengan pemerintah Indonesia mulai tahun 2007. Pelaksanaannya secara
bertahap, masa penjajakan potensi 10 tahun jika tidak menemukan potensi Migas
yang bernilai ekonomis, maka pengeboran dihentikan. Goverment Affairs,
Manager PT Premier Oil, Nina Marlina menjelaskan, butuh waktu hingga 2 Maret
2011 untuk mendeteksi kandungan Migas Blok yang berada di utara laut Natuna.
Hal itu dia paparkan di aula kantor bupati Natuna di Ranai beberapa waktu lalu.

Saat itu, Nina hadir juga Kepala Humas dan Hubungan Kelembagaan, Badan
Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan gas (BP. Migas), Elan Biantoro
bersama jajaran Kontraktor Premier Oil.Terkait hal itu, guna menunjang
pelaksanaan proses eksploitasi, Premier Oil meminta kepada pemerintah Natuna
untuk menyiapkan kelengkapan. Misalnya kantor Bea Cukai, Sah Bandar, Petugas
Karantina dan Imigrasi, karena awal November ini kapal-kapal pembawa logistik
dan lain nya mulai beroperasi di Natuna.Plt Bupati Natuna, Raja Amirullah
menyambut baik kunjungan kerja BP Migas & Premier Oil ke daerahnya.

Perushaan yang melakukan investasi di kabupaten natuna adalah sebagai berikut :

1.PEARL ENERGY GROUP INDONESIA


Pearl Energy adalah anak perusahaan dari Mubdala Petroleum yang merupakan
perusahaan kelas dunia. beroperasi di Uni Emirat Arab, Oman, Bahrain,
Kazakhtan, Libia, Tanzania, Malaysia, Thailand, Vietnam, Singapore dan
Indonesia. Di Natuna, Pearl Energy menjadi operator pada blok Kerapu, sistem
kontraknya adalah PSC (Production Sharing Contract). seismik 3D pertama
dilakukan pada 2010 kemarin, sedangkan pengeboran explorasi baru akan dimulai
pada 2013 ini.
2.LUNDIN OIL & GAS B.V
Perusahaan minyak dan gas ini telah ada selama 30 tahun, dari awal tahun 80an
dengan nama IPC (International Petroleum Corporation), kemudian menjadi
Lundin Oil pada akhir 90an, dan terakhir menjadi LUNDIN PETROLEUM pada
2001 hingga sekarang. Daerah Operasi LUNDIN PETROLEUM meliputi Prancis,
Tunisia, Irlandia, Malaysia, Norwegia, Belanda, Rusia dan Indonesia. Aset
Lundin Petroleum di Indonesia meliputi produksi non-operasi dari lapangan gas
Singa dan lima lisensi eksplorasi terletak di Laut Natuna, Jawa dan Papua Barat.
Di Natuna, Lundin Oil mengelola blok Cakalang dan Baronang dengan sistim
kontrak PSC.
3.STAR ENERGY
Merupakan perusahaan migas dunia, star energy memfokuskan kegiatan pada 3
sumber energi saat ini, yaitu Oil and Gas, Geothermal (panasbumi) dan CBM
(Coal Bed Methane). Wilayah kerja Star Energy di Indonesia adalah : Sebatik,
Sekayu, dan Kakap untuk Oil dan Gas, Jailolo dan Wayang Windu untuk
Geothermal, dan GMB Sekayu II untuk CBM.
Di Natuna, star energy mengelola blok Kakap. Blok ini terletak di laut utara
Natuna, 486 km arah timur laut dari Singapore dan 1,247 km sebelah utara dari
Jakarta. Sejak 2003, Star Energy sudah menjadi operator dari contract yang
mencakup 2,00 km persegi dalam dua blok terpisah. Sistimnya adalah PSC. PSC
mengandung ladang gas dan minyak yang dioperasikan melalui empat platform
dengan 6 subsea tie-backs. Kontrak terhadap blok ini memasuki fase
perpanjangan dan akan efektif hingga 2028.
4.AUSTRALIA WORLDWIDE EXPLORATION, LTD
Sesuai dengan namanya, ini adalah perusahan explorasi milik Australia.AWE
Limited telah melaksanakan perjanjian jual beli dengan anak perusahaan Genting
Berhad untuk mengakuisisi 100 persen dan operatorship dalam dua kontrak bagi
hasil lepas pantai Indonesia sebesar $ 39 juta. Menurut ketentuan perjanjian, anak
perusahaan yang sepenuhnya dimiliki AWE akan memperoleh aset yang meliputi
ladang minyak yang belum dikembangkan dengan perkiraan 76 MMbbl minyak
dipulihkan. Kedua PSC ini, yaitu North West Natuna PSC dan Anambas PSC,
yang terletak di Laut Natuna di 230-295 feet (70 sampai 90 meter) dari air. NWN
PSC berisi dari pengembangan lapangan minyak Ande Lumut, yang diperkirakan
mengandung 76 MMbbl minyak berat dipulihkan, dan tiga sumur eksplorasi dan
appraisal. Anambas PSC memiliki lapangan gas Anambas, ditemukan pada tahun
2006, bersama-sama dengan sejumlah prospek eksplorasi tambahan dalam suatu
daerah lepas pantai yang mengandung pengembangan gas yang signifikan dan
infrastruktur pipa. Transaksi ini berlaku efektif sejak 1 Januari 2012 dan
diantisipasi akan selesai pada Februari 2012. Pembelian tersebut akan didanai
oleh cadangan kas dan hasil dari bagian penjualan saham AWE dalam Proyek
BassGas.
5.PREMIER OIL, LTD.
Premier Oil merupakan perusahaan migas dunia yang banyak beroperasi di
negara-negara luar, seperti Falkland Island, Norwegia, Pakistan, Mauritania,
Inggris, Vietnam dan Indonesia.Premier Oil Indonesia adalah operator dari West
Natuna Sea Block A, dan telah memproduksi minyak lebih dari satu dekade. dan
yang baru ditemukan adalah lapangan Tuna.
Premier mengakuisisi areal operasi pertama di Indonesia - Natuna Sea Block A -
termasuk ladang minyak Anoa pada tahun 1996. Dan kemudian mengembangkan
Proyek Gas Laut Natuna:
1.GSA1 ditandatangani pada tahun 1999, membuat komersialisasi tutup gas di
Anoa
2.Pipa WNTSdari Singapura selesai pada tahun 2000
3.Gas pertama dari lapangan Anoa dicapai pada awal tahun 2001
6.NATUNA VENTURES B.V
Merupakan perusahaan yang memenangi lelang terhadap lapangan Gurita dengan
sistim kontrak PSC. tidak banyak info mengenai yang satu ini, dikarenakan tidak
terdapat banyak refrensi.
7.CONOCO PHILIPS INDONESIA
Bagi orang-orang yang berkecimpung di dunia perminyakan. siapa yang tak
mengenal perusahaan ini. CoPhil adalah perusahaan migas besar kelas dunia.
Beroperasi di 30 negara dengan 17.000 pekerja. di Natuna, CoPhil mengelola
South Natuna Sea Block B dengan sistim kontrak PSC.
The West Natuna Gas Konsorsium, perusahaan patungan yang terdiri dari
Pertamina, Conoco, Premier Oil dan Gulf Indonesia Resources, dikontrak oleh
SembGas Singapura pada Januari 1999 untuk 325 juta kaki kubik per hari
(MCFD) gas alam. Sebuah kontrak pipa pergi ke McDermott International.
Sumber Berita :
http://www.ismailsiabuga.com/2013/11/potensi-kabupaten-natuna.html?m=1
Sumber Gambar :
www.coremap.or.id/i/artikel/WB-Natuna.jpg

Você também pode gostar