Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
LEPTOSPIROSIS
Diajukan Kepada:
dr. Hj. Arlyn Yuanita, Sp.PD, M.Kes
Disusun Oleh:
ARNITA ANINDIRA
20174011138
LEPTOSPIROSIS
Disusun oleh:
ARNITA ANINDIRA
20130310174
ii
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
besar di Jakarta tahun 2002, dilaporkan lebih dari seratus kasus leptospirosis
dengan 20 kematian (Zein, 2009).
Leptospirosis acapkali luput didiagnosa karena gejala klinis tidak spesifik
dan sulit dilakukan konfirmasi diagnosa tanpa uji laboratorium. Kejadian luar biasa
leptospirosis sebagai salah satu penyakit yang termasuk the emerging infectious
B. Tujuan
Memaparkan definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
diagnosis, penatalaksanaan, dan pencegahan dari leptospirosis
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh
serotipenya. Penyakit ini pertama kali dikemukakan oleh Weil pada tahun 1886
yang membedakan penyakit yang disertai dengan ikterus ini dengan penyakit lain
yang juga menyebabkan ikterus. Bentuk yang beratnya dikenal sebagai Weils
Disease. Penyakit ini dikenal dengan berbagai nama seperti mud fever, slime fever,
swamp fever, autumnal fever, infectious jaundice, field fever, cane cutter fever, dan
dan sulit dilakukan konfirmasi diagnosa tanpa uji laboratorium. Kejadian luar biasa
leptospirosis sebagai salah satu penyakit yang termasuk the emerging infectious
B. EPIDEMIOLOGI
Leptospirosis tersebar di seluruh dunia, di semua benua kecuali benua
daerah beriklim sedang masa puncak insidens dijumpai pada musim panas dan
3
hidup leptospira, sedangkan di daerah tropis insidens tertinggi terjadi selama
kuman leptospira. Leptospira mengenai paling kurang 160 spesies mamalia. Ada
berbagai jenis pejamu dari leptospira, mulai dari mamalia yang berukuran kecil di
mana manusia dapat kontak dengannya, misalnya landak, kelinci, tikus sawah,
tikus rumah, tupai, musang, sampai dengan reptil (berbagai jenis katak dan ular),
Jenis tikus yang paling sering menjadi reservoir adalah tikus cokelat (Rattus
leptosira hidup dalam ginjal. Kemudian leptospira akan menetap selama berbulan-
dalam epitel tubulus ginjal secara terus menerus dan ikut mengalir dalam filtrat urin
(Zein, 2014).
4
Berdasarkan studi yang dilakukan pada tahun 2011, insidensi
leptospirosis ialah 0,1-1 per 100.000 per tahun pada daerah beriklim sedang
hingga 10-100 per 100.000 pada daerah tropis. Selama terjadinya outbreaks
dan pada kelompok dengan risiko tinggi, insidensi dapat meningkat hingga
negara dengan insiden leptospirosis tinggi dan peringkat ketiga di dunia untuk
mortalitas (Zein, 2014). Berdasarkan studi yang dilakukan pada tahun 2015, angka
kematian tahunan akibat leptospirosis tinggi di Asia Selatan dan Asia Tenggara
dengan populasi penduduk yang tinggi, seperti India (19,7 kasus dari 100.000
populasi) dan Indoensia (39,2 dari 100.000 populasi) (Costa et al, 2015).
Bengkulu, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Bali, Nusa Tenggara Barat,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Kalimatan Timur dan Kalimantan Barat. Daerah
dengan jumlah kasus dan kematian tertinggi adalah daerah yang sering mengalami
banjir terutama di DKI Jakarta dan Jawa Tengah. Pada tahun 2002, terjadi outbreak
Leptospirosis seiring dengan terjadinya banjir besar di Jakarta dan dilaporkan lebih
5
C. ETIOLOGI
suatu mikroorganisme spirochaeta. Ciri khas organisme ini yakni berbelit, tipis,
fleksibel, terdiri dari 18 atau lebih coils, panjangnya 5-15 m, dengan spiral yang
sangat halus, lebarnya 0,1- 0,2 m. Leptospira dapat dibedakan dengan spirochetes
lainnya karena memiliki bentuk seperti tanda tanya atau kait pada salah satu
ujungnya. Terdapat gerak rotasi aktif, tetapi tidak ditemukan adanya flagella.
Spirochaeta ini demikian halus sehingga dalam mikroskop lapangan gelap hanya
hanya dapat diamati dengan baik menggunakan mikroskop lapangan gelap (dark
media dan kondisi yang khusus untuk tumbuh dan mungkin membutuhkan waktu
interogans yang pathogen dan L. biflexa yang non pathogen/ saprofit. Tujuh spesies
dari leptospira yang pathogen ini sekarang telah diketahui dasar ikatan DNA-nya,
namun lebih praktis dalam klinik dan epidemiologi menggunakan klasifikasi yang
beberapa serogroup dan serogroup ini dibagi menjadi banyak serovar menurut
6
komposisi antigennya. Saat ini telah ditemukan lebih dari 250 serovar yang
lain- lain.
D. PATOGENESIS
masuk kedalam tubuh pejamu melalui luka iris atau luka abrasi pada kulit,
konjungtiva atau mukosa utuh yang melapisi mulut, faring, esofagus, bronkus,
alveolus dan dapat masuk melalui inhalasi droplet infeksius serta air yang
terkontaminasi. Infeksi melalui selaput lendir lambung, jarang terjadi, karena ada
asam lambung yang mematikan kuman leptospira. Kuman leptospira yang tidak
virulen gagal bermultiplikasi dan dimusnahkan oleh sistem kekebalan dari aliran
darah setelah satu atau dua hari infeksi. Organisme virulen mengalami multiplikasi
di darah dan jaringan, dan kuman leptospira dapat diisolasi dari darah dan cairan
7
kuantitatif akan positif dalam 8 hari pertama onset demam sebelum terbentuknya
antibodi dan hilangnya patogen dari darah. Pada fase leptosperemia, jumlah
patogen leptospira yang dapat dideteksi dapat mencapai 106/ ml darah. Hal ini
dapat mendeteksi LPS dari leptospira. Hal ini pula ang menjelaskan mengapa pada
tikus dan reservoir lainnya infeksi tidak terjadi karena sistem imun binatang-
infeksi leptospira. TLR4 merupakan satu dari banyak sistem imun inate yang
berperan dalam deteksi antigen leptospira. Ada TLR2 dan TLR5 yang dalam tubuh
manusia dapat mendeteksi struktur polisakarida LPS dari leptospira. Mutasi atau
perbedaa genetik pada gen yang menyusun TLR2 akan menyebabkan infeksi
Ketika jumlah patogen dalam darah sangat tinggi pada fase leptosperemia,
sistem imun inate akan memicu respon sistemik melalui sitokin pro inflamasi
sehingga dapat terjadi respon sistemik berupa spesis-like syndrome dan gagal
organ. Pasien mengalami cytokines strom dimana terjadi peningkatan lefel IL-6,
mortalitas8.
Setelah fase leptosperemia akan diikuti oleh fase imnunitas yang teradi
sekitar minggu ke dua setelah infeksi dimana dalam fase ini respin imun penjamu
8
leptospirosis sebagian besar diperantarai oleh sistem imun humoral. IgM dan IgG
dapat dideteksi hingga 6 tahun seelah seseorang terinfeksi leptospira. TLR4 juga
dpercaya memicu produksi IgM oleh sel B. Serokonversi biasanya terjadi 5-6 hari
setelah onset penyakit dan kadan-kadang dapat muncul setelah 10 hari. Anti bodi
IgM akan muncul terlebih dahulu. Antibodi yang diproduksi menargetkan LPS dari
antibodi dimana proteksi didapatkan pada beberapa jenis serovar. Antibodi akan
memberikan proteksi terjadinya infeksi ulang pada serovar dan serogrup yang
E. MANIFESTASI KLINIS
F. DIAGNOSIS
G. PENATALAKSANAAN
H. PENCEGAHAN
I. PROGNOSIS
9
REFERAT i
DAFTAR ISI iv
BAB I 1
BAB II 3
A. DEFINISI 3
B. EPIDEMIOLOGI 3
10
11
12