Você está na página 1de 12

Analisis Kestabilan Lereng

02 Aug

TUGAS BESAR

MEKANIKA TANAH

Analisis Kestabilan Lereng

Disusun oleh :

Kelompok 6

Samsul Arifin

Mei Ferahayu Pangaribuan

Mey Navitasari Darman

Risky Jatu Pramana

Faisal Afif

Septiady

Riswan

Ilham Wahyudi

S1 TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA
2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan anugrah-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan, sebagai bahan pembelajaran dan
menambah pengetahuan kita tentang perhitungan mekanika tanah, khususnya dalam materi
mengenai geometri lereng.

Dalam kesempatan ini, dengan kerendahan hati kami sebagai penyusun menyampaikan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya masalah ini baik
yang berupa moril maupun materil. Semoga dengan segala kebaikan dan kerja keras yang
telah diberikan selama ini kepada penyusun mendapat balasan dan karunia dari Tuhan Yang
Maha Esa.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu
kritik dan saran sangat di harapkan oleh penyusun agar lebih baik kedepannya.

Samarinda, 7 Januari 2011

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
. 2

DAFTAR
ISI.
3

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..


4

1.2
Tujuan
5

BAB 2. DASAR TEORI


. 6

BAB 3. DATA DAN PEMBAHASAN


3.1 Data-data Untuk Tiap Irisan..
13

3.2 Tabulasi Perhitungan Faktor Keamanan 13

3.3 Pembahasan
14

3.4 Rekomendasi.
14

BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
16

4.2 Saran
. 16

DAFTAR
PUSTAKA.. 17

LAMPIRAN
.. L-1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Analisis stabilitas suatu lereng bukanlah merupakan suatu pekerjaan ringan.Bahkan untuk
mengevaluasi variabel-variabel seperti lapisan-lapisan tanah dan perameter-parameter
kekuatan geser tanah merupakan pekerjaan yang membosankan.Untuk itu diperlukan
beberapa pembelajaran mengenai cara menganalisa stabilitas lereng,dan itu semua didasarkan
pada beberapa pilihan metode-metode mengenai stabilitas lereng.

Ide untuk membagi massa di atas bidang runtuh ke dalam sejumlah irisan telah digunakan
sejak awal abad 20. Pada tahun 1916, Peterson melakukan analisis kestabilan lereng pada
beberapa dinding dermaga di Gothenberg, Swedia, dimana bidang runtuh dianggap berbentuk
sebuah busur lingkaran dan kemudian massa di atas bidang runtuh dibagi ke dalam sejumlah
irisan vertikal. Dua puluh tahun kemudian, Fellenius (1936) memperkenalkan metode irisan
biasa. Setelah itu muncul beberapa metode irisan lainnya, antara lain yang dikembangkan
oleh: Janbu (1954, 1957); Bishop (1955); Morgenstern dan Price (1965); Spencer (1967);
Sarma (1973, 1979);Fredlund dan Krahn (1977), Fredlund, dkk (1981); Chen dan orgenstern
(1983); Zhu, Lee dan Jiang (2003). Terdapatnya beberapa macam variasi dari metode irisan
disebabkan oleh adanya perbedaan asumsi-asumsi yang digunakan dalam perhitungan faktor
keamanan. Asumsi tersebut dipergunakan karena analisis kestabilan lereng merupakan
persoalan statika taktentu (indefinite statics) sehingga diperlukan beberapa asumsi tambahan
yang diperlukan dalam perhitungan faktor keamanan.

Seperti contoh dalam banyak kasus, para insinyur sipil atau tambang siharapkan mampu
membuat perhitungan stabilitas lereng guna memeriksa keamanan lereng alamiah, lereng
galian, dan lereng timbunan yang didapatkan. Faktor yang perlu dilakukan dalam
pemeriksaan tersebut adalah memperkirakan beberapa metode yang menjadi pilihan dalam
menghitung stabilitas lereng.

Oleh karena itu, laporan ini tersusun berdasarkan penelitian yang terdapat di laboratorium,
dan menggunakan metode Fellenius.

2. Tujuan.

Menghitung dan mendesain lereng sesuai dengan data yang telah diperoleh di
laboratorium.

Menentukan beberapa metode dalam analisis stabilitas lereng.

BAB II

DASAR TEORI

Penelitian terhadap kemantapan suatu lereng harus dilakukan bila longsoran lereng yang
mungkin terjadi akan menimbulkan akibat yang merusak dan menimbulkan bencana.
Kemantapan lereng tergantung pada gaya penggerak dan penahan yang ada pada lereng
tersebut. Gaya penggerak adalah gaya-gaya yang mengakibatkan lereng longsor. Sedangkan
gaya penahan adalah gaya-gaya yang mempertahankan kemantapan lereng tersebut. Jika gaya
penahannya lebih besar dari gaya penggerak, maka lereng tersebut dalam keadaan mantap.
Kemantapan suatu lereng biasanya dinyatakan dalam bentuk Faktor Keamanan (F) dengan
persamaan sebagai berikut :

F = gaya penahan / gaya penggerak


1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemantapan Lereng

Kemantapan lereng selalu dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain : geometri lereng,
struktur geologi, kondisi air tanah, sidat fisik dan mekanik batuan serta gaya-gaya yang
bekerja pada lereng.

a. Geometri Lereng

Kemiringan dan tinggi suatu lereng sangat mempengaruhi kemantapannya. Semakin besar
kemiringan dan tinggi suatu lereng, maka kemantapannya semakin kecil.

b. Struktur Batuan

Struktur batuan yang sangat mempengaruhi kemantapan lereng adalah bidang-bidang sesar,
perlapisan dan rekahan. Struktur batuan tersebut merupakan bidang-bidang lemah dan
sekaligus sebagai tempat merembesnya air, sehingga batuan lebih mudah longsor.

c. Sifat Fisik dan Mekanik Batuan

Sifat fisik batuan yang mempengaruhi kemantapan lereng adalah : bobot isi (density),
porositas dan kandungan air. Kuat tekan, kuat tarik, kuat geser, kohesi, dan sudut geser dalam
merupakan difat mekanik batuan yang juga mempengaruhi kemantapan lereng.

Bobot Isi

Bobot isi batuan akan mempengaruhi besarnya beban pada permukaan bidang longsor.
Sehingga semakin besar bobot isi batuan, maka gaya penggerak yang menyebabkan lereng
longsor akan semakin besar. Dengan demikian, kemantapan lereng tersebut semakin
berkurang.

Porositas

Batuan yang mempunyai porositas besar akan banyak menyerap air. Dengan demikian bobot
isinya menjadi lebih besar, sehingga akan memperkecil kemantapan lereng.

Kandungan Air

Semakin besar kandungan air dalam batuan, maka tertekan air pori menjadi besar juga.
Dengan demikian kuat geseer batuannya akan menjadi semakin kecil, sehingga
kemantapannya pun berkurang.

Kuat geser batuan yang dinyatakan sebagai berikut :

Dimana :

t = kuat geser batuan (ton/m2)

c = kohesi (ton/m2)

s = tegangan normal (ton/m2)


m = tekanan air pori (ton/m2)

f = sudut geser dalam (derajat)

Kuat Tekan, Kuat Tarik, dan Kuat Geser

Kekuatan batuan biasanya dinyatakan dengan kuat tekan (confined & unfined
compressive strength), kuat tarik (tensile strength) dan kuat geser (shear strength). Batuan
yang mempunyai kekuatan besar, akan lebih mantap.

Kohesi dan Sudut Geser Dalam

Semakin besar kohesi dan sudut geser dalam, maka kekuatan geser batuan akan semakin
besar juga. Dengan demikian akan lebih mantap.

Pengaruh Gaya

Biasanya gaya-gaya dari luar yang mempengaruhi kemantapan lereng antara lain :
getaran alat-alat berat yang bekerja pada atau sekitar lereng, peledakan, gempa bumi, dll.
Semua gaya-gaya tersebut akan memperbesar tegangan geser sehingga dapat mengakibatkan
kelongsoran pada lereng.

Bidang Runtuh Kritis

Penentuan bidang runtuh kritis yang menghasilkan faktor keamanan minimum adalah salah
satu tahap penting dalam analisis kestabilan lereng menggunakan metode irisan. Lokasi dari
bidang runtuh kritis tersebut dapat ditentukan dengan cara coba-coba atau dengan
menggunakan metode optimasi. Prinsip dasarnya yaitu sebuah bidang runtuh yang masuk
akal dibuat kemudian dihitung faktor keamanannya. Kemudian proses tersebut diulangi untuk
sejumlah bidang runtuh yang masuk akal lainnya. Dari semua bidang runtuh yang dicoba
kemudian dipilih bidang runtuh yang menghasilkan faktor keamanan yang terkecil, bidang
runtuh ini disebut sebagai bidang runtuh kritis.

Bidang Runtuh Busur Lingkaran

Lokasi bidang runtuh kritis yang berbentuk busur lingkaran dapat ditentukan antara lain
dengan menggunakan dua metode sebagai berikut:\

Metode Grid and Radius

Metode Entry and Exit

Metode Grid and Radius

Dalam metode grid dan radius, bidang runtuh busur lingkaran dibuat dengan

menentukan titik pusat lingkaran dan radius lingkaran atau garis yang menyinggung
lingkaran. Titik-titik pada grid digunakan sebagai pusat dari lingkaran-lingkaran yang

akan dicoba. Apabila digunakan adalah garis yang menyinggung lingkaran maka radius

lingkaran adalah jarak tegak lurus dari pusat lingkaran terhadap garis singgung.

Garis singgung dapat berupa garis horisontal maupun garis miring, seperti yang terlihat pada
Gambar 11. Cara lain yang dapat digunakan yaitu dengan menggunakan grid pusat lingkaran
dan sebuah titik atau beberapa titik yang dilewati oleh lingkaran tersebut, seperti yang terlihat
pada Gambar 12 dan Gambar 13.

(a)

(b) Gambar 11. Bidang runtuh kritis busur lingkaran dengan

metode grid and radius menggunakan garis tangen

Gambar 12. Bidang runtuh kritis busur lingkaran dengan


metode grid and radius menggunakan sebuah titik singgung

Perhitungan Faktor Keamanan

Faktor keamanan terhadap kesetimbangan momen (FM) dan faktor keamanan terhadap
kesetimbangan gaya (FF) harus dihitung secara serentak dengan mengasumsikan nilai dari
faktor skala (l) harus terlebih dahulu. Prinsip dari perhitungan ini adalah untuk mencari suatu
nilai faktor skala yang menghasilkan perbedaan absolut dari (FM FF) lebih kecil dari
toleransi yang diberikan. Apabila kondisi tersebut sudah dipenuhi berarti kondisi
kesetimbangan gaya dan momen telah dapat dipenuhi.

Pengaruh Asumsi Gaya Geser Antar-irisan Terhadap Ketelitian Perhitungan Faktor


Keamanan

Salah satu faktor yang mempengaruhi ketelitian perhitungan faktor keamanan adalah asumsi
mengenai geser antar irisan yang digunakan. Untuk metode-metode yang

memenuhi semua kondisi kesetimbangan gaya dan momen, pada umumnya pengaruh dari
asumsi gaya geser antar irisan terhadap perhitungan faktor keamanan untuk semua bentuk
bidang runtuh adalah kecil sekali dan dapat diabaikan. Namun hal tersebut tidak berlaku pada
metode-metode yang tidak memenuhi semua kondisi kesetimbangan. Pada umumnya untuk
semua bentuk bidang runtuh, kecuali bidang runtuh busur lingkaran, terdapat pengaruh yang
cukup besar dari asumsi gaya geser antar-irisanterhadap faktor keamanan dengan
kesetimbangan momen (FM). Faktor keamanan dengan kesetimbangan gaya (FF) juga
dipengaruhi oleh asumsi gaya geser antar-irisan yang digunakan, kecuali untuk bidang runtuh
planar.

Metode Irisan Biasa (Metode Fellenius)

Ada beberapa metode untuk menganalisis kestabilan lereng, yang paling umum digunakan
ialah metode irisan yang dicetuskan oleh Fellenius (1939). Metode ini banyak digunakan
untuk menganalisis kestabilan lereng yang tersusun oleh tanah, dan bidang gelincirnya
berbentuk busur (arc-failure).

Menurut Sowers (1975), tipe longsorang terbagi kedalam 3 bagian berdasarkan kepada posisi
bidang gelincirnya, yaitu longsorang kaki lereng (toe failure), longsorang muka lereng (face
failure), dan longsoran dasar lereng (base failure). Longsoran kaki lereng umumnya terjadi
pada lereng yang relatif agak curam (>450) dan tanah penyusunnya relatif mempunyai nilai
sudut geser dalam yang besar (>300). Longsoran muka lereng biasa terjadi pada lereng yang
mempunyai lapisan keras (hard layer), dimana ketinggian lapisan keras ini melebihi
ketinggian kaki lerengnya, sehingga lapisan lunak yang berada diatas lapisan keras berbahaya
untuk longsor. Longsoran dasar lereng biasa terjadi pada lereng yang tersusun oleh tanah
lempung, atau bisa juga terjadi pada lereng yang tersusun oleh beberapa lapisan lunak (soft
seams).

Metode irisan biasa (Fellenius, 1936) merupakan metode yang paling sederhana diantara
beberapa metode irisan. Metode ini juga dinamakan sebagai metode lingkaran Swedia.
Asumsi yang digunakan dalam metode ini adalah resultan gaya antar irisan sama dengan nol
dan bekerja sejajar dengan permukaan bidang runtuh, serta bidang runtuh berupa sebuah
busur lingkaran. Kondisi kesetimbangan yang dapat dipenuhi oleh metode ini hanya
kesetimbangan momen untuk semua irisan pada pusat lingkaran runtuh.

Gaya-gaya yang bekerja pada tiap irisan

Gaya normal total ditentukan dengan menggunakan kesetimbangan gaya dalam arahtegak
lurus dasar irisan, besarnya yaitu:

N =W cosa kW sina

Dengan merujuk pada Gambar 1, kesetimbangan momen pada pusat lingkaran runtuh untuk
semua irisan adalah sebagai berikut:

dimana hc adalah tinggi pusat massa irisan dari titik tengah pada dasar irisan.

Gaya geser yang diperlukan agar lereng berada dalam kondisi setimbang adalah:

Apabila persamaan di atas disubstitusikan ke dalam persamaan [5] akan diperoleh persamaan
untuk menghitung faktor keamanan (F) sebagai berikut:

Apabila dibandingkan dengan metode lainnya yang lebih teliti, seperti Metode Bishop atau
Metode Spencer, faktor keamanan yang dihitung dengan metode ini pada umumnya
mempunyai nilai yang lebih rendah sebesar 5% sampai 20%. Bahkan untuk lereng landai
dengan tekanan air pori yang tinggi, perbedaannya dapat mencapai sekitar 60%. Untuk lereng
dengan material yang mempunyai sudut gesek sama dengan nol (f = 0) metode ini dapat
memberikan nilai faktor keamanan yang sama akuratnya dengan Metode Bishop Yang
Disederhanakan. Untuk lereng dengan dengan material yang mempunyai sudut gesek lebih
besar daripada nol, metode ini sebaiknya tidak digunakan karena dapat menghasilkan
rancangan lereng yang tidak ekonomis.

BAB III

DATA DAN PEMBAHASAN

3.1. Data data untuk tiap irisan

Irisan b (m) () c (N/m) h (m) () (kPa)


1 2 45 29,43 1,7 4 16,87
2 2 45 29,43 4,9 8 16,87
3 2 45 29,43 7,9 15 16,87
4 2 45 29,43 11,2 21 16,87
5 2 45 29,43 12,8 27 16,87
6 2 45 29,43 11,7 34 16,87
7 2 45 29,43 10,2 41 16,87
8 2 45 29,43 8,3 49 16,87
9 2 45 29,43 5,6 58 16,87
10 2 45 29,43 2,2 70 16,87

3.2. Tabulasi Perhitungan Faktor Keamanan

Luas Slice
Irisan W (kN) (m) c (kN) N (kN) N.tan W.sin
(m)
1 4 67,48 2,006 59,03658 67,316 67,316 4,707
2 12,125 204,549 2,02 59,4486 202,558 202,558 28,468
3 19,875 335,291 2,071 60,94953 323,866 323,866 86,78
4 26,875 453,381 2,142 63,03906 423,268 423,268 162,477
5 33,125 558,819 2,245 66,07035 497,911 497,911 253,699
6 38,875 655,821 2,412 70,98516 543,7 543,7 366,73
7 39,125 660,039 2,65 77,9895 498,138 498,138 433,025
8 33,375 563,036 3,049 89,73207 369,385 369,385 424,929
9 24,125 406,989 3,774 111,0688 215,671 215,671 345,146
10 15,125 255,159 4,093 120,457 87,27 87,27 239,771
= 778,7767 3229,08 2345,732

4007,86 1,708575
RM = FK =
DM = 2345,732

Bobot isi (g) = 1,72 gr/cm3= 16,87 kPa

Sudut geser dalam (f) = 45

Kohesi (c) = 0,3 kg/cm = 29,43 kN/m2

ub = 0

Rumus :

w = g x Luas slice

b = b x sec a

N = w x cos a

3.3 Pembahasan

Tanah yang kami gunakan sebagai sampel termasuk tanah dengan tekstur berlempung, yang
memiliki berat isi tanah basah sebesar 1,72 gr/cm3 (16,87 kPa). Oleh karena itu, melalui data
ini kami membuat lereng timbunan dengan ketinggian 20 m dengan slope 60o. Data diatas
digunakan untuk perhitungan faktor keamanan suatu lereng. Faktor keamanan yg diperoleh
adalah 1,7 dari kohesi sebesar 29,43 kN/m2 dan sudut geser dalam 45o.

3.4 Rekomendasi

Dalam pembuatan lereng yang aman dengan berat isi tanah basah sebesar 1,72 gr/cm 3 (16,87
kPa), kohesi sebesar 29,43 kN/m2, dan sudut geser dalam sebesar 45o maka kami
merekomendasikan slope yang digunakan adalah sebesar 60o dan tinggi lereng 20 m. Dengan
begitu kita akan mendapatkan faktor keamanan lereng sebesar 1,7 atau lebih dari 1,25. Nilai
tersebut menandakan bahwa lereng tersebut aman. Beberapa tinjauan yang dapat
direkomendasikan yakni :

1. Lereng timbunan sebaiknya di semen dengan memasang pipa di didalamnya agar


dalam kondisi hujan(rainfall) air tidak langsung merembes masuk kedalam lereng
dalam kapasitas banyak karena airnya telah mengalir melalui pipa tersebut sehingga
mengurangi kemungkinan aliran air pada lereng.
2. Ketinggian lereng di buat landai dengan cara memperkecil ketinggian lereng dan
membuat lereng lebih datar dengan mengurangi sudut kemiringan.
3. Pada kaki lereng perlu diberikan Counterweight yaitu tanah timbunan pada kaki
lereng dengan tujuan untuk memperkuat kaki lereng agar tidak cepat runtuh dan
aman.

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Dengan data yang diperoleh pada sampel tanah bertekstur lempung yang memiliki berat isi
tanah basah sebesar 1,72 gr/cm3 (16,87 kPa) dapat didesain lereng timbunan dengan
ketinggian 20 m dengan slope 60o. Data diatas digunakan untuk perhitungan faktor
keamanan suatu lereng. Faktor keamanan yg diperoleh adalah 1,7 dari kohesi sebesar 29,43
kN/m2 dan sudut geser dalam 45o.

Beberapa metode dalam analisis stabilitas lereng yang biasanya digunakan yaitu:

1. Metode Busur Lingkaran Swedia

2. Metode Janbu

3. Metode Bishop

4. Metode Fellenius

5. Metode Hoek and Bray

4.2. Saran
Untuk lereng dengan material yang mempunyai sudut gesek sama dengan nol (f = 0),
metode Fellenius (Irisan Biasa) dapat memberikan nilai faktor keamanan yang sama
akuratnya dengan Metode Bishop Yang Disederhanakan. Untuk lereng dengan dengan
material yang mempunyai sudut gesek lebih besar daripada nol, metode Fellenius (Irisan
Biasa) ini sebaiknya tidak digunakan karena dapat menghasilkan rancangan lereng yang tidak
ekonomis.

DAFTAR PUSTAKA

Braja M. Das, dkk. 1988. Mekanika Tanah. Erlangga: Surabaya.

Das M, Braja. 1985. Mekanika Tanah jilid 1. Erlangga : Jakarta

Hardiyatmo, Hary Cristady. 2002. Makanika Tanah I. Gajah Mada University Press:
Yogyakarta.

Sunggono. 1984. Mekanika Tanah. Nova: Bandung.

Você também pode gostar