Você está na página 1de 10

Makalah "Adab Murid kepada Guru"

Pendidikan Agama Islam

Adab Murid kepada Guru

Dr. Abdurahman, S.Ag. M.E.I

Disusun Oleh:

Mazidatur Rohmah (130611100167)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

2014

Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat
dan karunia-NYA sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktu
nya. Dalam makalah ini saya membahas mengenai Adab Murid kepada Guru. Makalah ini meru
pakan salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang ada di Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan di Universitas Trunojoyo Madura. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada bapak Dr. Abdurahman, S.Ag, M.E.I selaku dosen pembimbing m
ata kuliah Pendidikan Agama Islam dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbinga
n serta arahan selama penulisan makalah ini.

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh sebab itu saya mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat me
mbangun saya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat saya harapkan untuk penyempurnaan mak
alah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bangkalan, 25 Mei 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................ i

Daftar Isi .............ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................iii

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................iii

1.3 Tujuan Penulisan............................................................................iv

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian adab.......................................................................................1

2.2 Perintah untuk memiliki adab kepada guru.............................................1

2.3 Macam-macam adab murid kepada guru................................................3

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..........................................................................................................8

B. Saran....................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Memperhatikan realitas belakangan ini, bahwa ada beberapa murid yang kurang memiliki adab p
ada gurunya. Baik secara langsung maupun tidak langsung. Ada yang diam-diam memaki gurun
ya, ada pula yang secara terang-terangan menunjukkan sikap yang kurang beradap di hadapan
guru. Bahkan jejaring sosial seperti facebook kerap kali dijadikan sebagai media menumpahkan k
ekesalan pada guru, malah ada yang mencaci maki guru lewat status-statusnya di facebook. Sehi
ngga saya merasa terpanggil untuk memberikan penjelasan tentang adab seorang siswa pada gu
runya.Disamping itu juga banyak ditemukan murid yang tidak memahami tata cara menuntut ilm
u sesuai dengan kaidah yang dijelaskan oleh agama Islam.

Ilmu sangatlah penting untuk kita miliki, karena pentingnya itulah maka rasulullah bersabda tunt
utlah ilmu walau ke negeri Cina. Guru merupakan orang yang berjasa dalam menyalurkan ilmu
kepada murid-muridnya. Guru adalah orang yang harus dihormati, karena guru adalah dokter ro
hani untuk kebaikan dunia dan akhirat, guru ketika mendidik sangat sulit, diantaranya : Mendidik
akhlak, dan mengajarkan ilmu yang bermanfaat serta memberikan nasihat yang baik, semuanya
itu dilakukan agar murid-muridnya bahagia seperti orang tua yang membahagiakan anaknya dan
mengharapkan masa depan yang baik dalam berpendidikan. Oleh karena itu murid harus memil
iki adab yang baik kepada guru, agar ilmu yang di dapat di terima dengan mudah dan barokah
, meskipun guru itu sendiri tidak menuntut hal itu dari muridnya. guru tidak berharap dihormati,
tapi murid harus menghormati guru.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian adab?

2. Bagaimana pentingnya memiliki adab kepada guru?

3. Bagaimana perintah untuk memiliki adab kepada guru?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian adab;

2. Untuk mengetahui pentingnya adab kepada guru;

3. Untuk mengetahui perintah untuk memiliki adab kepada guru.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Adab

Adab menurut arti bahasa adalah kesopanan, tingkah laku yang pantas, tingkah laku yang baik,
kehalusan budi dan tata susila. Adab juga bisa berarti pengajaran dan pendidikan yang baik se
bagaimana sabda Rasulullah SAW :

Sesungguhnya Allah azawajalla telah mendidikku dengan adab yang baik (dan jadilah pendidika
n adab ku istimewa) (HR. Ibnu Masud)

Prof. Dr. Jamaan Nur dalam bukunya Tasawuf dan Tarekat Naqasyabandiyah Pimpinan Prof. Dr.
H. Saidi Syekh Kadirun Yahya memberikan pengertian adab dalam Islam sebagai tata cara yang
baik atau etika dalam melaksanakan suatu pekerjaan, baik ibadat maupun muamalat. Karena itu
ulama menggariskan adab-adab tertentu dalam melakukan suatu pekerjaan atau melakukan kegia
tan sesuai dengan tuntunan al-Quran dan al-Hadist.

2.2 Perintah memiliki Adab kepada Guru

Sesungguhmya adab yang mulia adalah salah satu faktor penentu kebahagiaan dan
keberhasilan seseorang. Begitu juga sebaliknya, kurang adab atau tidak beradab adalah alamat (t
anda) jelek dan jurang kehancurannya. Tidaklah kebaikan dunia dan akhirat kecuali dapat diraih
dengan adab, dan tidaklah tercegah kebaikan dunia dan akhirat melainkan karena kurangnya ad
ab. (Madarijus Salikin, 2/39). Di antara adab-adab yang telah disepakati adalah adab murid kepa
da syaikh atau gurunya. Imam Ibnu Hazm berkata: Para ulama bersepakat, wajibnya memuliakan
ahli al-Quran, ahli Islam dan Nabi. Demikian pula wajib memuliakan kholifah, orang yang puny
a keutamaan dan orang yang berilmu. (al-Adab as-Syariah 1/408).
Di dalam dunia thariqah hubungan seorang murid dengan guru merupakan sesuatu yang sangat
penting untuk diperhatikan, karena hubungan tersebut tidak hanya sebatas kehidupan dunia ini,
tetapi akan terus berlanjut sampai di akherat kelak. Bahkan di kalangan ahli thariqah ada keyakin
an bahwa seorang guru mempunyai peranan yang sangat penting di dalam menyelamatkan muri
dnya besok di kehidupan akherat. Oleh karena itu, seseorang yang berkehendak menjadi murid t
hariqah, hendaknya tidak sembarangan memilih guru. Ibnu Jamaah al-Kinani berkata: Hendaklah
penuntut ilmu mendahulukan pandangannya, istikhoroh kepada Allah untuk memilih kepada sia
pa dia berguru. Hendaklah dia memilih guru yang benar-benar ahli, benar-benar lembut dan terj
aga kehormatannya. Hendaklah murid memilih guru yang paling bagus dalam mengajar dan pali
ng bagus dalam memberi pemahaman. Janganlah dia berguru kepada orang yang sedikit sifat
waronya atau agamanya atau tidak punya akhlak yang bagus. (Tadzkiratus Sami wal Mutakallim
hal. 86).

Berikut hadis tentang keutamaan guru:

, : :
( ( (

Artinya:Dari Abi Darda ia berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW beliau bersabda: keutamaan
orang alim dibanding ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan dibanding bintang-bintang, ses
ungguhnya para ulama itu pewaris para Nabi, dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan di
nar dan tidak pula dirham, sesungguhnya mereka mewariskan ilmu, maka barang siapa mengam
bil warisan itu berarti ia mengambil bagian yang sempurna. (H.R. Abu Daud dan Tirmidzi).

Didalam ajaran tasawuf, adab kepada guru adalah sesuatu yang utama dan pokok, karena hamp
ir seluruh pengajaran tasawuf itu berisi tantang pembinaan akhlak manusia menjadi akhlak yang
baik, menjadi akhlak yang mulia sebagaimana akhlak Rasulullah SAW. Seorang murid harus selalu
bisa memposisikan (merendahkan) diri di depan Guru, harus bisa melayani Guru nya dengan se
baik-baiknya.

Merendahkan diri dihadapan guru bukanlah tindakan bodoh, akan tetapi merupakan tindakan m
ulia. Dalam diri guru tersimpan Nur yang pada hakikatnya terbit dari zat dan fiil Allah SWT yan
g merupakan zat yang Maha Positif. Karena Maha Positif maka mendekatinya harus dengan neg
atif. Kalau kita dekati yang Maha Positif dengan sikap positif maka rohani kita akan ditendang, k
eluar dari Alam Rabbani. Disaat kita merendahkan diri di hadapan guru, disaat itu pula Nur Alla
h mengalir kedalam diri kita lewat guru, saat itulah kita sangat dekat dengan Allah.

2.3 Macam-macam Adab kepada Guru

a. Memuliakan guru
Memuliakan guru termasuk perkara yang dianjurkan. Sebagaimana Rosululloh shallallahu alaihi w
a sallam bersabda;

Artinya: Bukanlah termasuk golongan kami orang yang tidak menghorrmti orang yang tua,
tidak menyayangi yang muda dan tidak mengerti hak ulama kami. (HR. Ahmad 5/323, Hakim 1/
122. Dishohihkan oleh al-Albani dalam Shohih Targhib 1/117)

Imam Nawawi berkata: Hendaklah seorang murid memperhatikan gurunya dengan pandangan
penghormatan. Hendaklah ia meyakini keahlian gurunya dibandingkan yang lain. Karena hal itu
akan menghantarkan seorang murid untuk banyak mengambil manfaat darinya, dan lebih bisa m
embekas dalam hati terhadap apa yang ia dengar dari gurunya tersebut. (al-Majmu 1/84)

Sering kita jumpai seorang murid mencium tangan gurunya sebagai bentuk penghormatan dan
pengagungan. Apakah perkara ini dibolehkan? Shuhaib Maula Ibnu Abbas berkata: Aku melihat
sahabat Ali mencium tangan dan kedua kaki al-Abbas. (HR. Bukhori dalam al-Adab al-Mufrod n
o. 976). Imam Ibnu Muflih berkata: Dibolehkan berpelukan, mencium tangan dan kepala, apabil
a karena perkara agama, atau demi pemuliaan dan penghormatan dan aman dari syahwat. Dho
hirnya hal ini tidak dibolehkan apabila karena urusan dunia. (al-Adab asy-Syariah 2/377)

Tetapi yang harus di perhatikan apabila seseorang memulai dengan menjulurkan tangannya kepa
da manusia agar mereka mencium, maka ini terlarang secara tegas tanpa ada perselisihan dan s
iapa pun dia orangnya. Berbeda apabila orang yang mencium dia yang memulai untuk mencium
(maka boleh). (Adab at-Tatalmudz hal. 21).

b. Mendoakan kebaikan

Guru adalah orang yang telah berbuat baik kepada kita, mereka bekerja keras, bersabar dengan
berbagai karakteristik murid-muridnya yang pastinya sedikit banyak pernah menyakiti hatinya, teta
pi mereka tetap saja mau memberikan ilmu kepada kita. Maka RosulullAh SAW bersabda:

Artinya : Apabila ada yang berbuat baik kepadamu maka balaslah dengan balasan yang setimpal
. Apabila kamu tidak bisa membalasnya, maka doakanlah dia hingga engkau memandang telah
mencukupi untuk membalas dengan balasan yang setimpal. (HR. Abu Dawud 1672, Nasai 1/358,
Ahmad 2/68, Hakim 1/412 Bukhori dalam al-Adab al-Mufrod no. 216, Ibnu Hibban 2071, Baihaq
i 4/199, Abu Nuaim dalam al-Hilyah 9/56. Lihat as-Shohihah 254)

Selain itu Ibnu Jamaah berkata: Hendaklah seorang penuntut ilmu mendoakan gurunya sepanja
ng masa. Memperhatikan anak-anaknya, kerabatnya dan menunaikan haknya apabila telah wafat.
(Tadzkiroh Sami hal. 91).
Sehingga dalam setiap doanya murid harus menambahkan nama gurunya juga karena begitu be
sar pengorbanan gurunya, maka dengan mendoakannya itulah salah satu balasan jasa untuk mer
eka, seperti mendoakan kesehatannya, kemudahannya dalam mencari rezeki, dan sebagainya. Ag
ar ilmu yag di dapat murid pun juga bisa mudah mereka pahami dan barokah.

c. Rendah diri kepada guru

Sebagai seorang murid maka tidak di perbolehkan untuk menyombongkan diri kepada guru, kar
ena guru adalah orang yang telah berjasa dengan suka rela memberikan ilmu kepada murid -mu
ridnya, sehingga sebagai seorang murid di haruskan untuk rendah diri kepada guru. Sesungguhn
ya orang yang rendah diri dalam belajar adalah yang paling banyak ilmunya sebagaimana temp
at yang rendah adalah tempat yang paling banyak airnya. (Adab at-Tatalmudz hal. 32)

Selain itu Ibnu Jamaah rahimahullah berkata: Hendaklah seorang murid mengetahui bahwa rend
ah dirinya kepada seorang guru adalah kemuliaan, dan tunduknya adalah kebanggaan. (Tadzkiro
h Sami hal. 88).

d. Bertanya kepada guru

Ilmu adalah bertanya dan menjawab. Dahulu dikatakan, Bertanya dengan baik adalah setengah i
lmu. (Fathul Bari 1/142) Apabila ada pelajaran yang tidak dipahami maka bertanyalah kepada g
uru dengan baik. Bertanya dengan tenang, tidak tergesa-gesa dan pergunakanlah bahasa yang s
antun lagi sopan. Jangan guru itu dipanggil dengan namanya, katakanlah wahai guruku dan sem
isalnya. Karena guru perlu dihormati, jangan disamakan dengan teman. Alloh berfirman;

Janganlah kamu jadikan panggilan Rosul di antara kamu seperti panggilan sebahagian kamu ke
pada seba-hagian (yang lain) (QS. an-Nur [24]: 63)

Ayat ini adalah pokok untuk membedakan orang yang punya kedudukan dengan orang yang bi
asa. Harap dibedakan keduanya. (al-Faqih wal Mutafaqqih, Adab at-Tatalmudz hal. 52).

Sering kita jumpai sebagian para penuntut ilmu memaksa gurunya untuk menjawab dengan dali
l atas sebuah pertanyaan. Seolah-olah sang murid belum puas dan terus mendesak seperti berka
ta kenapa begini, soya belum terima, siapa yang berkata demikian, semua ini harus dihindari. P
ahamilah wahai saudaraku, guru adalah manusia biasa, bisa lupa dan bersalah. Apabila engkau p
andang gurumu salah atau lupa dengan dalilnya maka janganlah engkau memaksa terus dan jan
gan memalingkan muka darinya. Berilah waktu untuk mendatangkan dalil di kesempatan lain. Jag
alah adab ini, jangan sampai sang guru menjadi jemu, marah hanya karena melayani pertanyaan
mu.

Syaikh al-Albani berkata: Kadangkala seorang alim tidak bisa mendatangkan dalil atas sebuah p
ertanyaan, khususnya apabila dalilnya adalah sebuah istinbat hukum yang tidak dinashkan secar
a jelas dalam al-Quran dan Sunnah. Semisal ini tidak pantas bagi penanya untuk terlalu mendal
am bertanya akan dalilnya. Menyebutkan dalil adalah wajib ketika realita menuntut demikian. Aka
n tetapi tidak wajib baginya acapkali ditanya harus menjawab Allah berfirman demikian, Rosul be
rsabda demikian, lebih-lebih dalam perkara fiqih yang rumit yang diperselisihkan. (Majalah al-Ash
olah edisi. 8 hal. 76. Lihat at-Taliq as-Tsamin hal. 188)

Bertanya kepada guru

Ilmu adalah bertanya dan menjawab. Dahulu dikatakan, Bertanya dengan baik adalah setengah i
lmu. (Fathul Bari 1/142) Apabila ada pelajaran yang tidak dipahami maka bertanyalah kepada g
uru dengan baik. Bertanya dengan tenang, tidak tergesa-gesa dan pergunakanlah bahasa yang s
antun lagi sopan. Jangan guru itu dipanggil dengan namanya, katakanlah wahai guruku dan sem
isalnya. Karena guru perlu dihormati, jangan disamakan dengan teman. Alloh berfirman;

Janganlah kamu jadikan panggilan Rosul di antara kamu seperti panggilan sebahagian kamu ke
pada seba-hagian (yang lain) (QS. an-Nur [24]: 63)

Ayat ini adalah pokok untuk membedakan orang yang punya kedudukan dengan orang yang bi
asa. Harap dibedakan keduanya. (al-Faqih wal Mutafaqqih, Adab at-Tatalmudz hal. 52).

Sering kita jumpai sebagian para penuntut ilmu memaksa gurunya untuk menjawab dengan dali
l atas sebuah pertanyaan. Seolah-olah sang murid belum puas dan terus mendesak seperti berka
ta kenapa begini, soya belum terima, siapa yang berkata demikian, semua ini harus dihindari. P
ahamilah wahai saudaraku, guru adalah manusia biasa, bisa lupa dan bersalah. Apabila engkau p
andang gurumu salah atau lupa dengan dalilnya maka janganlah engkau memaksa terus dan jan
gan memalingkan muka darinya. Berilah waktu untuk mendatangkan dalil di kesempatan lain. Jag
alah adab ini, jangan sampai sang guru menjadi jemu, marah hanya karena melayani pertanyaan
mu.

Syaikh al-Albani berkata: Kadangkala seorang alim tidak bisa mendatangkan dalil atas sebuah p
ertanyaan, khususnya apabila dalilnya adalah sebuah istinbat hukum yang tidak dinashkan secar
a jelas dalam al-Quran dan Sunnah. Semisal ini tidak pantas bagi penanya untuk terlalu mendal
am bertanya akan dalilnya. Menyebutkan dalil adalah wajib ketika realita menuntut demikian. Aka
n tetapi tidak wajib baginya acapkali ditanya harus menjawab Allah berfirman demikian, Rosul be
rsabda demikian, lebih-lebih dalam perkara fiqih yang rumit yang diperselisihkan. (Majalah al-Ash
olah edisi. 8 hal. 76. Lihat at-Taliq as-Tsamin hal. 188)

Membela kehormatan guru

Guru juga seorang manusia biasa, maka mereka tidaklah luput dari kata salah, baik itu salah dal
m perkataan, perbuatan, penyampaian materi, dan sebagainya. Sebagai seorang murid yang bera
dab maka murid tidak di perbolehkan untuk menceritakan keburukan gurunya dengan teman -te
mannya, apalagi di dalam sosial media seperti yang telah di banyak akun saat ini, tetapi jika ad
a murid yang menceritakan keburukan gurunya maka orang yang di ajak berbicara harus mengi
ngatkannya. Ketahuilah selayaknya bagi siapa saja yang mendengar orang yang sedang mengghi
bah kehormatan seorang muslim, hendaklah dia membantah dan menasehati orang tersebut. A
pabila tidak bisa diam dengan lisan maka dengan tangan, apabila orang yang mengghibah tidak
bisa dinasehati juga dengan tangan dan lesan maka tinggalkanlah tempat tersebut. Apabila dia
mendengar orang yang mengghibah gurunya atau siapa saja yang mempunyai kedudukan, keuta
maan dan kesholihan, maka hendaklah dia lebih serius untuk membantahnya. (Shohih al-Adzkar
2/832, Adab at-Tatalmudz hal. 33).

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adab menurut arti bahasa adalah kesopanan, tingkah laku yang pantas, tingkah laku yang baik,
kehalusan budi dan tata susila. Sesungguhmya adab yang mulia adalah salah satu faktor penent
u kebahagiaan dan keberhasilan seseorang. Begitu juga sebaliknya, kurang adab atau tidak bera
dab adalah alamat (tanda) jelek dan jurang kehancurannya. Di dalam dunia thariqah hubungan
seorang murid dengan guru merupakan sesuatu yang sangat penting untuk diperhatikan, karena
hubungan tersebut tidak hanya sebatas kehidupan dunia ini, tetapi akan terus berlanjut sampai d
i akherat kelak. Macam-macam Adab kepada Guru: Memuliakan guru, Mendoakan kebaikan, Ren
dah diri kepada guru, Menghadirkan hati dan perhatian dengan seksama, Bertanya kepada guru,
Membela kehormatan guru.

3.2 Saran
Penulis mengharapkan setelah membaca makalah ini pembaca dapat mengerti apa itu ada
b kepada guru sehingga dapat mengimplementasikannya dalam menuntut ilmu serta penulis jug
a mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

Anikasari. (2012). Definisi Adab. [Online]. Tersedia: http://anikasari.wordpress.com/2012/01/09/definis


i-adab/. Html [25 mei 2014].

Mukmin, Muh. 2008. Aqidah Akhlak. Solo: Putra Keratonan

Sufimuda. (2008). Dahulukan Adabmu Sebelum Beramal. [Online]. Tersedia: http://sufimuda.net/20


08/09/04/dahulukan-adab-mu-sebelum-ber-amal/. Html [25 mei 2014].

Você também pode gostar