Você está na página 1de 7

Learning Issue dan Analisis Masalah

Tutorial D Blok 19

Rizki Fadillah
04011181520076
Alpha 2015

Pendidikan Dokter Umum


Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Angkatan 2015
1) Seorang anak laki-laki 15 bulan datang dengan kejang demam, terjadi
bangkitan berupa seluruh badan kaku, mata mendelik ke atas, pasien tidak
sadar, berlangsung kurang lebih 3 menit, berhenti sendiri, setelah bangkitan
pasien sadar.
a. Bagaimana tatalaksana awal pada kejang demam?
Pada umumnya kejang berlangsung singkat (rerata 4 menit) dan pada waktu
pasien datang, kejang sudah berhenti. Apabila saat pasien datang dalam keadaan
kejang, obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam
intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,2-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan
kecepatan 2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 10
mg. Secara umum, penatalaksanaan kejang akut mengikuti algoritma kejang pada
umumnya.
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orangtua di rumah
(prehospital)adalah diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75
mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 12
kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 12 kg.
Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang
lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila setelah
2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit.
Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena. Jika kejang masih berlanjut,
lihat algoritme tatalaksana status epileptikus.
Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari indikasi
terapi antikonvulsan profilaksis.

b. Apa perbedaan kejang demam dengan kejang biasa?


Kejang demam selalu disertai dengan demam, sedangkan kejang biasa tidak.

2) Riwayat perjalanan penyakit sekarang


Sekitar 4 jam yang lalu pasien mulai
demam tinggi, suhu diukur oleh ibu
sesaat sebelum kejang 38 C. Tidak diberi diazepam
Sekitar 2 jam yang lalu, terjadi bangkitan
berupa seluruh badan kaku, mata
mendelik ke atas, pasien tidak sadar,
berlangsung kurang lebih 3 menit,
berhenti sendiri, setelah bangkitan pasien
sadar.
Sekitar 1 jam kemudian pasien dibawak
ke rumah sakit, di perjalanan kembali
terjadi bangkitan serupa namun
berlangsung selama 5 menit, berhenti
setelah diberikan obat di emergensi.

3) Riwayat kelahiran, Perkembangan dan Imunisasi


a. Apakah imunisasi yang diberikan pada kasus sudah lengkap ? bila belum,
imunisasi apa saja yang harus diberikan pada anak usia 15 bulan?

Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak Vaksin Polio diberikan pada kunjungan
pertama. Bayi yang lahir di RB/RS diberikan vaksin OPV saat bayi dipulangkan untuk
menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain. Selanjutnya, untuk polio-1, polio-2,
polio-3 dapat diberikan vaksin OPV atau IPV.

Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak Vaksin BCG optimal diberikan pada umur
2 sampai 3 bulan. Bila vaksin BCG akan diberikan sesudah umur 3 bulan, perlu dilakukan uji
tuberkulin. Bila uji tuberkulin pra-BCG tidak dimungkinkan, BCG dapat diberikan, namun
harus diobservasi dalam 7 hari. Bila ada reaksi lokal cepat di tempat suntikan (accelerated
local reaction), perlu dievaluasi lebih lanjut (diagnostik TB).

Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak Vaksin DTP diberikan pada umur > 6
minggu. Dapat diberikan vaksin DTwP atau DTaP atau kombinasi dengan Hepatitis B atau
Hib. Ulangan DTP umur 18 bulan dan 5 tahun.Program BIAS: disesuaikan dengan jadwal
imunisasi Kementerian Kesehatan. Untuk anak umur di atas 7 tahun dianjurkan vaksin Td.

Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak Vaksin Campak diberikan pada umur 9
bulan, vaksin penguat diberikan pada umur 5-7 tahun. Program BIAS: disesuaikan dengan
jadwal imunisasi Kementerian Kesehatan.

Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak Vaksin Pneumokokus


dapat diberikan pada umur 2, 4, 6, 12-15 bulan. Pada umur 7-12 bulan, diberikan 2 kali
dengan interval 2 bulan; pada umur > 1 tahun diberikan 1 kali, namun keduanya perlu dosis
ulangan 1 kali pada umur > 12 bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak
umur di atas 2 tahun PCV diberikan cukup satu kali

Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak Vaksin Rotavirus monovalen diberikan 2
kali, vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali. Vaksin rotavirus monovalen dosis I
diberikan umur 6-14 minggu, dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu.
Sebaiknya vaksin rotavirus monovalen selesai diberikan sebelum umur 16 minggu dan tidak
melampaui umur 24 minggu.

Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak Vaksin rotavirus pentavalen : dosis ke-1
diberikan umur 6-12 minggu, interval dosis ke-2, dan ke-3 4-10 minggu, dosis ke-3 diberikan
pada umur < 32 minggu (interval minimal 4 minggu).

Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak Vaksin Varisela dapat diberikan setelah
umur 12 bulan, terbaik pada umur sebelum masuk sekolah dasar. Bila diberikan pada umur >
12 tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.

Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak Vaksin MMR dapat diberikan pada umur
12 bulan, apabila belum mendapat vaksin campak umur 9 bulan. Selanjutnya MMR ulangan
diberikan pada umur 5-7 tahun.
Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak Vaksin Influenza diberikan pada umur > 6
bulan, setiap tahun. Untuk imunisasi primer anak 6 bln < 9 tahun diberi 2 x dengan interval
minimal 4 minggu

Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak Vaksin HPV dapat diberikan mulai umur
10 tahun. Jadwal vaksin HPV bivalen 0, 1, 6 bulan; vaksin HPV tetravalen 0,2,6 bulan.

Sampai saat ini tidak ada kontraindikasi untuk melakukan vaksinasi pada anak dengan
riwayat kejang demam. Kejang setelah demam karena vaksinasi sangat jarang. Suatu studi
kohort menunjukkan bahwa risiko relatif kejang demam terkait vaksin (vaccine-associated
febrile seizure) dibandingkan dengan kejang demam tidak terkait vaksin (non vaccine-
associated febrile seizure) adalah 1,6 (IK95% 1,27 sampai 2,11). Angka kejadian kejang
demam pascavaksinasi DPT adalah 6-9 kasus per 100.000 anak yang divaksinasi, sedangkan
setelah vaksin MMR adalah 25-34 kasus per 100.000 anak. Pada keadaan tersebut, dianjurkan
pemberian diazepam intermiten dan parasetamol profilaksis.

4) Pemeriksaan Neurologis
a. Bagaimana mekanisme abnormal pada pemeriksaan neurologis?
Normal

b. Bagaimana pengaruh kejang terhadap kecerdasan anak?


Kejang demam tidak berpengaruh terhadap perkembangan atau kecerasan anak.
Biasanya kejang demam menghilang dengan sendirinya setelah anak berusia 5-6
tahun. Sebagian besar anak yang pernah mengalami kejang demam akan tumbuh
dan berkembang dengan normal tanpa ada kelainan. Epilepsi terjadi pada kurang
dari 5 persen anak kejang demammm dan biasanya pada anak-anak ini terdapat
faktor resiko lain. Oleh karena itu, sebagian besar anak dengan kejang demam
tidak memerlukan bermacam pemeriksaan seperti rekam otak (EEG) ataupun CT
scan.

5) Seorang anak laki-laki, usia 15 bulan mengalami kejang demam


a. Epidemiologi
Kejang demam terjadi pada 2-5% anak berumur 6 bulan 5 tahun.
b. Klasifikasi
1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)
Kejang demam yang berlangsung singkat (kurang dari 15 menit), bentuk
kejang umum (tonik dan atau klonik), serta tidak berulang dalam waktu 24
jam. Keterangan:
1. Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam
2. Sebagian besar kejang demam sederhana berlangsung kurang dari 5 menit
dan berhenti sendiri.
2. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)
Kejang demam dengan salah satu ciri berikut:
1. Kejang lama (>15 menit)
2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang
parsial
3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam waktu 24 jam.

c. Patofisiologi
DAFTAR PUSTAKA

IDAI. 2016. Buku Konsensus Kejang Demam.

Você também pode gostar