Você está na página 1de 9

1

TEORI HUKUM RICHARD A POSNER DAN PENGARUHNYA BAGI


PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA
Oleh :
DRS. H.ADNAN QOHAR, SH.MH
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada tahun 1970-an, Prof. Richard A Posner tiba-tiba menggemparkan akademi
hukum Stanford denga dua pernyataan kontroversial, beberapa bulan setelah ia kelar
menerbitkan buku economic analysis of law. Menurut chief judge di Mahkamah Agung
Amerika ini, aturan-aturan hukum common law pada kenyataanya efisien, dan aturan-
aturan hukum common law seharusnya efisien. Dua pernyataan ini, kontroversial
sekaligus contradictio in se. Klaim pertama mengafirmasi suatu ideologi yang sepatutnya
dicapai aturan-aturan hukum, namun klaim kedua justru menggeser common law ideology
kembali ke belakang.
Dua ide kontroversial ini menjadi paradigma baru bagi pendekatan analisis
ekonomi dalam hukum. Ide tersebut lahir di Amerika Serikat yang menganut common
law di mana putusan hakim begitu berperanan penting.1
Posner adalah penganut normative directive yang menyodok agar hukum
seharusnya mempromosikan efisiensi dan menggunakan analisi social wealth
maximization untuk mencari sistesis theoremanya. Dalam bukunya berjudul Frontiers of
Legal Theory, Posner juga meneliti aspek heuristic dan descriptive dari analisis ekonomi
dalam hukum. Aspek heuristic ingin mengkaji kesatuan antara doktrin hukum dengan
institusi hukum. Sementara aspek descriptive berusaha mencari logika ekonomi yang
mempengaruhi doktrin dan institusi hukum hingga mengakibatkan perubahan hukum. 2
Pada dasarnya, Posner menginkan suatu kebijaksanaan dalam memutuskan suatu perkara.
Karena itu, suatu kasus kriminal harus diexamine tidak hanya dari sudut hukum

1
Gregory S. Crespi, Teaching The New Law and Economics, University of Toledo
Law Review Vol. 25 No. 3, hal. 715-717, seperti dikutip Erman Radjagukguk, Filsafat
Hukum (Modul Kuliah), Jakarta: Universitas Indonesia, 2011, hal. 144.
2
Richard A Posner, Frontiers of Legal Theory,
2

tradisional praktis atau pun teori legal yang vacuous. Tetapi lebih dari itu, segala aspek
eksternal wajib dirtimbangkan.3
Teori analisis ekonomi dalam hukum adalah sebuah teori baru yang tentu juga
memiliki imbasnya bagi penganut civil law seperti hukum Indonesia. Selain itu, pengaruh
teori hukum kritis (CLS) serta Hukum Progresif yang berusaha membongkar kemapanan
aturan secara tidak langsung telah memaksa hakim di Indonesia berpikir secara holistik
dan menyeluruh untuk memutuskan setiap perkara pengadilan. Lalu, apakah idealisme itu
sudah berkembang dalam tataran hukum dan peradilan di Indonesia?
1.2 Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah yang ada dalam paper ini adalah:
1. Bagaimana teori hukum Richard A. Posner?
2. Bagaimana pengaruh teori hukum Posner dalam penegakan hukum di Indonesia?
2. PEMBAHASAN
2.1. Teori Hukum Ricxhard A Posner
Prof. Posner bukan orang pertama yang melahirkan ide tentang economy analysis
of law. Teori ini sebetulnya sudah muncul dan dikembangkan oleh kalangan
utilitarianisme seperti Jeremy Bentham dan John Stuarth Mill. Teori utilitas ini
mengutamakan asas kebergunaan sesuatu/tool. Jadi sesuatu/esse harus memberikan
manfaat/nilai utilities bagi esse yang lain (social welfare).4 Dalam perkembangannya,
setelah direanalysis oleh Ronald Coasei (1960) dan Posner sendiri, ide analisis ekonomi
dalam hukum berkembang mencakup transaction cost of economy, economy institution,
dan public choice. Transaction cost of economy berkaitan dengan efisiensi peraturan
hukum yang sebagian besar berkenaan dengan hukum privat. Economy Institution
berkaitan dengan tindakan manusia termasuk peraturan hukum formal, kebiasaan
informal, tradisi dan aturan sosial. Dan Public Choice berkaitan dengan proses
memutuskan secara demokratis dengan mempertimbangkan metode microeconomy dan

3
Bdk. A CONVERSATION WITH JUDGE RICHARD A. POSNER (interview),
dalam Duke Law Journal Vol. 58, hal. 1809 1810.
4
Bdk. Erman Radjagukguk, loc.cit.
3

perdagangannya5. Melalui prinsip ekonomi, Posner berharap dapat meningkatkan


efisiensi hukum termasuk efesiensi dalam mingkatkan kesejahteraan sosial.
2.1. 1 Prinsip Efisiensi Wealth Maximization
Berkaitan dengan teori analisis ekonomi dalam hukum itu, Richard A Posner
menekankan Prinsip Efisiensi Wealth Maximization.
Posner mendefenisikan efisiensi sebagai kondisi yang mana sumber dayanya dialokasikan
sehingga nilainya (value) dimaksimalkan. Dalam analisis ekonomi, efisiensi dalam hal ini
difokuskan kepada kriteria etis dalam rangka pembuatan keputusan-keputusan sosial
6
(social decision making) yang menyangkut pengaturan kesejahteraan masyarakat
Efisiensi dalam kaca mata Posner berkaitan dengan peningkatan kekayaan seseorang
tanpa mengakibatkan kerugian bagi pihak lain.
Berkaitan dengan hal itu, analisis ekonomi dalam hukum seperti ini dikenal
dengan ide wealth maximization atau dalam istilah Posner Kaldor-Hics di mana
perubahan aturan hukum dapat meningkatkan efisiensi jika keuntungan pihak yang
menang melebihi kerugian pihak yang kalah dan pihak yang menang dapat memberikan
kompesasi kerugian bagi pihak yang kalah sehingga pihak yang kalah tersebut tetap
menjadi lebih baik. Dalam konteks ini, Posner menilik salah satu segi keadilan yang
mencakup bukan sekadar keadilan distributif dan korektif. Posner menekan pareto
improvement di mana tujuan dari pengaturan hukum dapat memberi masukan berharga
bagi keadilan dan kesejahteraan sosial.7
2.1. 2 Good law/ Liberal law Future Consideration
Todd J. Zywicki dan Anthony B. Sanders, dalam tulisannya berjudul Posner,
Hayek, and the Economic Analysis of Law menekankan soal aspek future yang sangat
dipertimbangkan oleh Posner dalam teorinya mengenai hukum. Posner yakin bahwa
melalui sistem-sistem ekonomi, pertimbangan akan suatu masa depan akan kesejahteraan
sosial akan sangat besar. Dengan begitu, aturan-aturan hukum termasuk teori-teori hukum

5
Ibid., hal. 146.
6
Richard A. Posner, Economic Analysis of Law, Ed. 4, USA: Harvar University
Press, 1994, hal. 4.
7
Nicholas Mercuro dan Steven G Medumo, Economic and The Law: From Posner
to Post-modernism, New Jersey: Princenton University Press, 1999, hal. 58 59.
4

harus mampu dijabari/dimengerti oleh judge demi terselenggaranya suatu sistem hukum
yang baik.8
Karena itu, di dalam dialog di Duke Law Class, ia memaparkan bahwa seorang
hakim harus rajin membaca dan mengupdate informasi seputar hukum. Menjawab
pertanyaan seorang mahasiswa tentang hakim yang kurang profesional, dalam wawancara
itu ia mengatakan: I dont think that judges do much readingat least, not much
secondary reading. The ordinary judicial job itself requires a great amount of reading.
Most judges probably figure that that is enough.9
Jadi, Posner pada dasarnya melihat suatu masa depan yang optimis dan percaya
bahwa para hakim dapat menciptakan good law atau pun liberal law, jika ia rajin
mengabsorbsi social change dan perubahan-perubahan eksternal. Tujuannya jelas, yakni
efisiensi putusan hakim.
2.1. 3 Behaviorial Law and Economy
Penggambaran sudut pandang ekonomi terhadap hukum dalam kaca mata Posner
kemudian melahirkan behaviorial law atau pun behaviorial economy. Dua kebiasaan itu
kemudian tersintesis hingga melebur menjadi behaviorial of law and economy. Berkaitan
dengan ini, Posner memaparkan bahwa This (judges as future-looking rule makers)
includes assessing what would be the most efficient outcome in circumstances where,
because of transaction costs, a transaction would not occur without judicial
intervention.10 Biaya transaksi kemudian diadopsi ke dalam aturan-aturan legal. Biaya
transaksi yang semula merupakan prinsip-prinsip ekonomi kemudian dijadikan aturan-
aturan hukum.
Prinsip behaviorial ini nampak jelas diaplikasikan dalam masyarakat yang plural,
yang tak mungkin terhindar dari biaya transaksi. Imbasnya, aturan hukum adalah salah
satu keharusan yang mampu memberikan kepastian hukum serta menjaga rasa keadilan
sosial dalam masyarakat. Aturan-aturan itu bisa berupa kontrak maupun pengaturan soal

8
Todd J. Zywicki dan Anthony B. Sanders, Posner, Hayek, and the Economic
Analysis of Law, Tanpa Tahun, hal.561-562.
9
Bdk. A CONVERSATION WITH JUDGE RICHARD A. POSNER (interview), op.cit., hal. 1808
10
Todd J. Zywicki dan Anthony B. Sanders, loc.cit., hal. 563.
5

batas kepemilikan dan hak milik. Tentunya ini semua diarahkan demi tercapainya social
welfare.
2.2. PENGARUH TEORI POSNER BAGI PENEGAKAN HUKUM DI
INDONESIA (Efisiensi Putusan Hakim Dan Perundang-undangan di
Indonesia)
Indonesia adalah negara penganut civil law yang mana segala keputusan hukum
telah diatur dalam kodeks yang sudah terkodefikasi. Namun, tuntutan akan adanya
reformasi hukum, kritik atas kekakuan/rigiditas hukum, semakin hari semakin kuat
didengungkan. Termasuk pula, usaha untuk melakukan reformasi/restrukturisasi UU
bahkan sampai penghapusan UU. Kehadiran Mahkamah Konstitusi, setidaknya menjadi
salah satu tonggak penting dimana negara Indonesia tidak kaku terhadap traktat
perundang-undangan yang telah dilegalisasi. Dengan demikian, prinsip hukum civilo
country tidak secara murni diadopsi oleh sistem hukum Indonesia.
Berkaitan dengan itu, penekanan Posner dalam teori hukumnya adalah soal
efisiensi yang terarah pada social welfare dan god law/liberal law. Prinsip efisiensi ini
terutama berada lam lingkup prinsip-prinsip ekonomi yang senantiasa dialami
manusia/objek/subjek hukum setiap hari. Karena itu, sesuai dengan prinsip awal
berkembanganya economy analysis of law gagasan Porsner tentu mempengaruhi beberapa
hal dalam sistem hukum Indonesia:
2.2. 1 Efisiensi Putusan Hakim Agung
Penguatan sistem hukum tidak saja soal prinsip formil hukum (rules) tetapi juga
peran kinerja penegak hukum. Beberapa waktu terakhir, hukum Indonesia bergejolak,
pasalnya salah satu hakim agung, yakni Yamani diduga memalsukan putusan peninjauan
kembali seorang terpidana Narkoba11. Selain itu, tantangan untuk memberikan putusan

11
Juru bicara Mahkamah Agung Djoko Sarwoko mengatakan hakim agung Ahmad
Yamani sempat memalsukan putusan Peninjauan Kembali atas terpidana narkoba,
Hengky Gunawan. Menurut Djoko, dalam putusan PK bernomor 39 PK/Pid.Sus/2011 ini,
Yamani membuat tulisan dengan tangan yang menyatakan vonis bos pabrik narkoba itu
12 tahun penjara. Padahal, kata dia, majelis hakim dalam persidangan PK kasus Hengky
ini memutuskan hukuman 15 tahun penjara, lihat Hakim Yamani Palsukan Vonis PK
Bos Narkoba Hengky, http://www.tempo.co/read/news/2012/11/17/063442373/Hakim-
Yamani-Palsukan-Vonis-PK-Bos-Narkoba-Hengky, tanggal akses 14 Desember 2012.
6

yang adil terutama menghadirkan efisiensi mendapat tantangan di dalam draft RUU
MA Pasal 97. Pasal 97 menyatakan bahwa: Mahkamah Agung dalam tingkat kasasi
dilarang (a) membuat putusan yang melanggar UU.
Pasal ini menunjukkan sangat kuat dipengaruhi oleh pemikiran legal positive. Untuk
mencapai efisiensi, hakim agung harus bisa berpikir lebih jauh dari UU sebab produk
UU adalah produk baku yang terjadi berdasarkan situasi tertentu dengan analisis
kemungkinan tertentu pada masa yang akan datang. Karena itu, jika hal ini tidak
dipangkas, efisiensi yang diutamakan untuk mencapai keadilan sosial akan sulit dicapai.
2.2.2 Efisiensi dalam Economy Analysis of Law
Menurut Posner, pengadilan mempunyai dwi fungsi; pertama, menafsirkan
perjanjian-perjanjian kelompok yang berkepentingan. Mengapa kelompok tersebut bisa
bisanya membubuhi draft perundang-undangan. Kedua, menyediakan pelayanan bagi
masyarakat awam dalam memecahkan masalah yang diperdebatkan. Salah satu
pentingnya pengadilan tidak hanya memberlakukan peraturan perundang-undangan akan
tetapi menginterpretasikan undang-undang tersebut sehingga dapat membantu dalam
meningkatkan efisiensi ekonomi.12
Adapun berikut dipaparkan berapa contoh analisis ekonomi atas Hukum dalam
Perundang-Undangan di Indonesia, yang didasarkan atas prinsip efisiensi ekonomi:13
1. berkenaan dengan kecenderungan diwajibkannya pelibatan profesi hukum tertentu
dalam memenuhi syarat dan prosedur peraturan perundang-undangan. Hal ini
misalnya terlihat dalam Pasal 5 Undang-undang No. 42 Tahun 1999 tentang
Jaminan Fidusia (UUJF), yang mengharuskan dibuatnya pembebanan benda
dengan Jaminan Fidusia dengan akta notaris.
Sutan Remy Sjahdeini memberikan komentar terhadap pasal tersebut
dengan mengatakan tidak jelasnya alasan harus dibuatnya pembebanan benda

12
www. syariah.uin-suka.ac.id/file_ilmiah/TEORI%20HUKUM%20KRITIS.rtf,
Muyassarotussolichah, ALIRAN TEORI HUKUM KRITIS: ANALISIS EKONOMI TERHADAP
HUKUM , (The Economic Analysis of Law Dalam Jurisprudence: Hilaire McCoubrey and Nigel D White),
seperti dimuat dalam http://breath4justice. wordpress.com/2012/01/09/analisis-ekonomi-atas-hukum-
economic-analysis-of-law/, diakses tanggal 18 Desember 2012 pkl.22.30 Wib.
13
Lihat Peri Umar Farouk , Analisis Ekonomi Atas Perkembangan Hukum Bisnis Indonesia, pernah
dipublikasi di jurnal Bank & Manajemen, Jakarta, 2001 dalam www, mhugm.wikidot.com tanggal akses
18 Desember 2012 Pkl. 22. 45.
7

dengan Jaminan Fidusia secara notariil, mengingat di dalam praktik selama ini,
perjanjian Fidusia cukup dibuat dengan akta di bawah tangan.Bilamana keharusan
tersebut dihubungkan dengan kewajiban selanjutnya berupa pendaftaran di Kantor
Pendaftaran Fidusia, tentunya juga masih dapat dipertanyakan kemanfaatan
pembebanan benda dengan Jaminan Fidusia secara notariil tersebut dibandingkan
dengan pembebanan secara di bawah tangan.
Secara ekonomis pembebanan secara notariil akan sangat memberatkan
para debitor, terutama bagi debitor pengusaha lemah. Bah kan terjadi dalam
praktik sekarang ini, walaupun mengenai biaya pembuatan akta telah diatur
dengan Peraturan Pemerintah, namun karena tidak ada pilihan lain kecuali
memakai jasa notaris yang ijin prakteknya di daerah yang bersangkutan, maka
notaris tersebut dapat secara sewenang-wenang untuk menetapkan besarnya biaya
pembuatan akta.
2. Kedua, ketidakharmonisan antar peraturan perundang-undangan yang dapat
menimbulkan inefisiensi adalah mengenai wajib simpan dokumen perusahaan.
Pasal 11 ayat (1) Undang-undang No. 8 Tahun 1997 tentang Dokumen
Perusahaan, bertujuan untuk mereformasi Pasal 6 Kitab Undang-undang Hukum
Dagang dengan mengurangi jangka waktu kewajiban menyimpan dokumen
perusahaan yang tadinya 30 (tiga puluh) tahun menjadi 10 (sepuluh) tahun.
Namun berhadapan dengan ketentuan mengenai daluarsa, pembaruan jangka
waktu tersebut menjadi tidak berarti. Sehingga pilihan untuk memaksimalisasi
efisiensi ruang, waktu dan biaya dalam pemeliharaan dokumen dengan
kemungkinan memusnahkannya setelah lewat waktu 10 tahun, berhadapan dengan
kemungkinan kerugian yang lebih besar yang akan timbul dari proses pembuktian
di pengadilan.
Apalagi bila hal tersebut ditambah dengan kekakuan pengadilan dalam
menerima bukti yang hanya berupa bukti-bukti tertulis saja, sehingga pengalihan
dokumen perusahaan dalam bentuk paperless media yang juga dimungkinkan
berdasarkan Pasal 12 Undang-undang Dokumen Perusahaan akan semakin
memperburuk kondisi inefisiensi.
3. PENUTUP
8

Efisiensi yang terarah menuju social welfare (prinsip utilitarian) adalah hal yang
paling ditekankan oleh Richard A Posner. Ia juga tak henti-hentinya berjuang untuk
menciptakan tatanan hakim yang memberikan putusan yang bijak dan adil dalam
pengadilan di Amerika Serikat.
Selain itu, prinsip ekonomi yang kemudian masuk dalam ranah hukum menjadi
suatu keniscayaan yang makin mendekatkan orang pada suatu teorema klasik bahwa
hukum bisa menyejahterakan.Orang mengakui bahwa biaya transaksi juga telah
berlangsung secara apik dalam tahapan produksi legal rules. Baik di tingkat legislator,
kementrian, pemerintahan, dan lembaga lain, unsur ekonomi sangat dipertimbangkan.
Karena itu, efisiensi yang menginginkan adanya kesejahteraan, kerugian yang
menguntungkan dan keuntungan yang makin menguntungkan (wealth maximization)
adalah suatu cita-cita yang menarik, namun tak mudah dilaksanakan.
Beberapa persoalan hukum yang mencabik nurani, serta memberi inspirasi dan
aura untuk membedahnya secara ilmiah menjadi titik acuan yang cukup menarik untuk
dibedah dalam tesis. Selain itu, setelah membaca beberapa karya Posner, saya jadi tertarik
untuk meneliti lebih jauh konsep dan pemikiran Posner termasuk menggumuli berbagai
macam kritik terhadap pemikirannya, entah itu dari kaum legal positivism maupun
seorang radikalism seperti Hayek. Akhirnya, bagian yang terakhir ini adalah bagian
pencaharian ilmiah saya untuk semakin matang dalam membidangi persoalan hukum di
tanah air.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Buku dan Jurnal:
- A CONVERSATION WITH JUDGE RICHARD A. POSNER (interview). Duke
Law Journal Vol. 58.
- Mercuro, Nicholas dan Steven G Medumo. Economic and The Law: From Posner
to Post-modernism. New Jersey: Princenton University Press, 1999.
- Posner, Richard A. Frontiers of Legal Theory. USA: Harvar University Press,
1994.
- ---------------------. Economic Analysis of Law( Ed. 4). Boston:Little Brown &
Company, 1992.
9

- Radjagukguk, Erman . Filsafat Hukum (Modul Kuliah). Jakarta: Universitas


Indonesia, 2011.
- Zywicki, Todd J. dan Anthony B. Sanders. Posner, Hayek, and the Economic
Analysis of Law, Tanpa Tahun.
Artikel:
- Filomen dAgostino and Max E. Greenberg (reseacher).The economic Analysis
of Law. http://plato.stanford.edu/entries/legal-econanalysis/. Tanggal akses 11
Desember 2012 pkl. 22.11 Wib.
- Hakim Yamani Palsukan Vonis PK Bos Narkoba Hengky.
http://www.tempo.co/read/news/2012/11/17/063442373/Hakim-Yamani-
Palsukan- Vonis-PK-Bos-Narkoba-Hengky. Tanggal akses 14 Desember 2012.
- Lihat Peri Umar Farouk. Analisis Ekonomi Atas Perkembangan Hukum Bisnis
Indonesia, pernah dipublikasi di jurnal Bank & Manajemen Jakarta, 2001.
www, mhugm.wikidot.com. Tanggal akses 18 Desember 2012 Pkl. 22. 45.
- Muyassarotussolichah, ALIRAN TEORI HUKUM KRITIS: ANALISIS
EKONOMI TERHADAP HUKUM. The Economic Analysis of Law Dalam
Jurisprudence: Hilaire McCoubrey and Nigel D White. www. syariah.uin-
suka.ac.id/file_ilmiah/TEORI%20HUKUM%20KRITIS.rtf, Tangga akses 18
Desember 2012 pkl.22.30 Wib.

Você também pode gostar