Você está na página 1de 4

Apa sih anak berbakat cerdas dan istimewa (Gifted Students) itu?

WRITTEN BY: DR. NENG NURHEMAH, M.PD - NOV• 14•12


Berdasarkan kenyataan yang universal dan alamiah bahwa manusia itu berbeda
suatu sama lain dalam berbagai hal, seperti dalam hal intelegensi, bakat,
kepribadian, kondisi jasmani dan sebagainya. Oleh karena itu perlu dipikirkan
bagaimana menangani penyaluran berbagai perbedaan ini.
Pendidikan anak berbakat merupakan bagian integrasi pendidikan pada umumnya,
dengan kekhususan memberi kesempatan maksimal bagi anak berbakat untuk
berfungsi sesuai dengan potensinya, dengan harapan bahwa pada suatu saat anak
juga akan memberi sumbangan yang maksimal bagi peningkatan kehidupan sesuai
dengan aktualisasi potensinya itu. Hal itu sesuai dengan citra masyarakat yang kita
anut dengan memperhatikan kaitan fungsional antara individu dengan masyarakat
Menurut definisi yang dikemukakan Renzuli, anak berbakat memiliki pengertian:
“Anak berbakat merupakan satu interaksi di antara tiga sifat dasar manusia yang
menyatu ikatan terdiri dari kemampuan umum dengan tingkatnya di atas
kemampuan rata-rata, komitmen yang tinggi terhadap tugas-tugas dan kreativitas
yang tinggi. Anak berbakat ialah anak yang memiliki kecakapan dalam
mengembangkan gabungan ketiga sifat ini dan mengaplikasikan dalam setiap
tindakan yang bernilai”.
Menurut penelitan Terman (1925) pada saat anak berbakat dilahirkan memiliki berat
badan diatas berat badan normal. Dari segi fisik pada umumnya mereka juga
memiliki keunggulan seperti terlihat dari berat dan tinggi badan, koordinasi, daya
tahan tubuh dan kondisi kesehatan pada umumnya (French, 1959). Mereka juga
sangat energik (Meyen, 1978) sehingga orang salah mendiagnosa sebagai anak
yang hyperaktif (Swassing, 1985). Anak-anak berbakat berkembang lebih cepat atau
bahkan sangat cepat bila dibandingkan dengan ukuran perkembangan yang normal.
Hal ini disebabkan anak berbakat memiliki superioritas intelektual (Gearheart
intelektual 1980) mampu dengan cepat melakukan analisis (Sunan, 1983), dan
dalam irama perkembangan kemajuan yang mantap (Swassing,1985) bahkan dalam
berfikir mereka sering meloncat dari urutan berfikir yang normal (Gearheart,1980).
Heller (2004) mengembangkan model multifaktor yang merupakan pengembangan
dari Triadic Interdependence model Monks serta Multiple Intellegences dari Howard
Gardner. Menurut Heller konsep keberbakatan dapat ditinjau berdasarkan empat
dimensi multifaktor yang saling terkait satu sama lain:
1. Faktor talenta (talent) yang relatif mandiri,
2. Faktor kinerja (performance),
3. Faktor kepribadian, dan
4. Faktor lingkungan;
Dua faktor terakhir menjadi perantara untuk terjadinya transisi dari talenta menjadi
kinerja. Faktor bakat (talent) sebagai potensi yang ada di dalam individu dapat
meramalkan aktualisasi kinerja (performance) dalam area yang spesifik. Bakat ini
mencakup tujuh area yang masing -masing berdiri sendiri, yaitu: kemampuan
intelektual, kemampuan kreatif, kompetensi sosial, kecerdasan praktis, kemampuan
artistik, musikalitas, dan keterampilan psikomotor. Sementara itu faktor kinerja
(performance) meliputi delapan area kinerja, yaitu matematika, ilmu pengetahuan
alam, teknologi, komputer, seni (musik, lukis), bahasa, olahraga, serta relasi sosial.
The “Three-Ring Conceptions” atau Konsepsi Tiga Cincin menurut Renzulli (1981,
2005) yang menyatakan bahwa tiga ciri pokok yang merupakan kriteria (persyaratan)
keberbakatan (giftedness) adalah keterkaitan antara:
1. Kemampuan umum (kapasitas intelektual) dan/atau kemampuan khusus di
atas rata-rata.
2. Kreativitas di atas rata-rata.
3. Pengikatan diri terhadap tugas (task commitment) yang cukup tinggi.
The Triadich dari Renzulli-Monks merupakan pengembangan dari Konsepsi Tiga
Cincin Keberbakatan dari Renzulli. Model Renzulli-Monks ini disebut model
multifaktor yang melengkapi Konsepsi Tiga Cincin Keberbakatan dari Renzulli.
Dalam model multifaktornya Monks mengatakan bahwa potensi kecerdasan
istimewa (giftedness) yang dikemukakan oleh Renzulli tidak akan terwujud jika tidak
mendapatkan dukungan yang baik dari sekolah, keluarga, dan lingkungan di mana
anak tinggal (Monks dan Ypenburg, 1995).
Sekolah keluarga
Multifaktor maka pendidikan anak cerdas istimewa tidak dapat dilepaskan dari peran
orangtua dan lingkungan dalam menanggapi gejala-gejala kecerdasan istimewa
yang dimiliki, toleran terhadap berbagai karakteristik yang ditampilkannya baik yang
positif maupun berbagai gangguan tumbuh kembangnya yang menjadi penghambat
baginya, serta dalam mengupayakan layanan pendidikan yang terbaik baginya.
Lebih lanjut model pendekatan ini menuntut keterlibatan pihak orangtua dalam
pengasuhan di rumah agar berpartisipasi secara penuh dan simultan dengan
layanan pendidikan di sekolah.
Berkaitan dengan konsepsi keberbakatan ini, menarik pula model multiple
intelligence dari Gardner. Gardner menjelaskan bahwa intelegensi bukan merupakan
suatu konstruk unit tunggal namun merupakan konstruk sejumlah kemampuan yang
masing-masing dapat berdiri sendiri (Gardner, 1983). Pendapatnya ini seiring
dengan upaya dari sejumlah pakar psikologi yang giat meneliti kembali apa yang
dimaksud dan bagaimana cara mengukur intelegensi dan mereka berpandangan
bahwa intelegensi tidak dapat diukur melalui pengukuran kemampuan skolastik
semata. Gardner berpendapat bahwa manusia memiliki 7 dimensi yang semi
otonom, bahkan akhir-akhir ini berkembang lagi menjadi 9 dan bahkan 10 jenis
intelegensi.
Cara menghadapi anak cerdas istimewa
Anak-anak cerdas berbakat sering kali melakukan hal-hal aneh yang tidak biasa
dilakukan oleh anak-anak secara umum sering kali mereka bertindak sangat
menjengkelkan terutama pada saat proses belajar berlangsung di kelas-kelas,
maupun dalam tingkah laku keseharian.
Cara menghadapi masalah pada situasi ini adalah keterlibatan seluruh aspek
psikologis dan biologis setiap anak berbakat pada saat mereka berhadapan dengan
masalah tersebut. Mereka akan memilih metode, pendekatan dan alat yang strategis
sehingga diperoleh pemecahan masalah yang efisien dan efektif. Langkah awal
dapat dilihat bahwa setiap anak berbakat mempunyai keinginan yang kuat untuk
mengetahui banyak hal (Gearheart,1980) kemudian mereka akan melakukan
ekspedisi dan eksplorasi terhadap pengukuran saja. Setelah berpikir dengan baik
maka mereka akan memunculkan hasil pemikiran dalam bentuk tingkah laku.
Tingkah laku yang dimunculkan ialah mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara
kritis. Pertanyaan ini ditujukan pada diri sendiri atau orang lain (sebaya atau orang
dewasa). Karakteristik yang dimiliki anak berbakat dalam menghadapi masalah
diantaranya:
 Mereka mampu melihat hubungan permasalahan itu secara komprehensif
dan juga mengaplikasikan konsep-konsep yang kompleks dalam situasi yang
kongkrit. Mereka akan terpusat pada pencapai tujuan yang ditetapkan
(Gearheart, 1980).
 Mereka suka bekerja secara independent dan membutuhkan kebebasan
dalam bergerak dan bertindak.
 Mereka menyukai cara-cara baru dalam mengerjakan sesuatu dan
mempunyai intens untuk berkreasi (Meyen, 1978).

Karakteristik anak berbakat cerdas istimewa


1. Mampu mengaktualisasikan pernyataan secara fisik berdasarkan
pemahaman pengetahuan yang sedikit.
2. Dapat mendominasi diskusi.
3. Tidak sabar untuk segera maju ke tingkat berikutnya.
4. Suka ribut.
5. Memilih kegiatan membaca dari pada berpartisipasi aktif dalam kegiatan
masyarakat, atau kegiatan fisik.
6. Suka melawan aturan, petunjuk-petunjuk atau prosedur tertentu.
7. Jika memimpin diskusi akan membawa situasi diskusi ke situasi yang harus
selalu tuntas.
8. Frustrasi disebabkan tidak jalannya aktivitas sehari-hari.
9. Menjadi bosan karena banyak hal yang diulang-ulang.
10. Menggunakan humor untuk memanipulasi sesuatu.
11. Melawan jadwal yang (hanya) didasarkan atas pertimbangan waktu saja
bukan atas pertimbangan tugas.
12. Mungkin akan kehilangan intens dengan cepat

Você também pode gostar