Você está na página 1de 16

MAKALAH ILMU PENDIDIKAN

“ Azas Pergaulan dan Proses Pendidikan “

Dosen Pengampu : Qori Kartika, M.Pd.I

Oleh :
 Firmansyah
 Siti Rohani
 Hidayatussyarifa
 Rahmad

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
AL-AZHAR DINIYAH JAMBI
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas taufif dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tentang “Azas Pergaulan dan Proses
Pendidikan” ini. Shalawat serta salam senantiasa kita dengung sanjungkan kepada
junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta semua umatnya
hingga kini. Dan Semoga kita termasuk dari golongan yang kelak mendapatkan
syafaatnya.

Hanya kata syukur yang bisa penulis sampaikan sehingga makalah yang
menjadi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan bisa terselesaikan dengan baik. Dilain
sisi, kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat menjadi
salah satu panduan untuk lebih menghormati guru bagi para pembaca. Kritik dan
saran senantiasa kami harapkan agar makalah ini dapat lebih ditingkatkan
kedepannya.

Jambi, 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
A.........................................................................................................Latar
Belakang Masalah.............................................................................. 1
B.........................................................................................................Rumus
an Masalah.......................................................................................... 1
C.........................................................................................................Tujuan
Penulisan............................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN
A.........................................................................................................Proses
Pendidikan.......................................................................................... 2
B.........................................................................................................Unsur-
Unsur Pendidikan............................................................................... 3
C.........................................................................................................Perbed
aan Pergaulan dengan Proses Pendidikan........................................... 9
D.........................................................................................................Pergau
lan Dalam Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat.................................. 10

BAB III PENUTUP


A.........................................................................................................Kesim
pulan................................................................................................... 12
B.........................................................................................................Saran
............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA

3
4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sebagian dari kehidupan masyarakat dan juga sebagi
dinamisator masyarakat itu sendiri. Memang kita semua mengetahui betapa sektor
pendidikan selalu terbelakang dalam berbagai sektor pembangunan lainnya, bukan
saja karena sektor itu lebih dilihat sebagi sektor konsumtif, juga karena “by
definition” pendidikan adalah penjaga status quo masyarakat itu sendiri.
Bayangkan betapa runyamnya kehiduipan ini apabila tidak ada dasar pijakan dan
tidak ada bintang penunjuk jalan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan yang berarti “education”
adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan.
Sedangkan pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan
hal (mata pelajaran). Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk
meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya.
Pendidikan merupakan sebagian dari kehidupan masyarakat dan juga sebagai
dinamisator masyarakat itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pendidikan ?
2. Apa sajakah unsur-unsur pendidikan ?
3. Apa perbedaan pergaulan dengan proses pendidikan ?
4. Bagaimana pergaulan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat ?

C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami proses pendidikan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui unsur-unsur pendidikan.
3. Mahasiswa dapat membedakan pergaulan dengan proses
pendidikan.
4. Mahasiswa dapat menguraikan pergaulan dalam keluarga, sekolah
dan masyarakat.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Proses Pendidikan
Proses pendidikan merupakan kegiatan memobilisasi segenap komponen
pendidikan oleh pendidik terarh kepada pencapain tujuan pendidkan. Bagi mana
proses pendidikan itu dilaksanakan sangat menentukan kualitas hasil pencapai
tujuan pendidikan. Kualitas komponen pendidikan menggejala pada 2 segi, yaitu
kualitas komponen dan kualitas penggelolaannya. Kedua segi tersebut satu sama
lain saling bergantung. Walaupun komponen-komponennya cukup baik, seperti
tersediannya prasarana dan sarana serta biaya yang cukup, jika tidak ditunjang
dengan penggelolaan yang andal maka pencapaian tujuan tidak akan tercapai
secara optimal. Demikian pula bila penggelolaan baik tetapi didalam kondisi yang
serba kekurangan, akan mengakibatkan hasil yang tidak optimal.
Pengelolaan proses pendidikan meliputi ruang lingkup makro, mesu dan
mikro. Penggelolaan proses dalam ruang lingkup makro berupa kebijakan-
kebijakan pemerintah yang lazimnya dituangkan dalam bentuk UU pendidikan,
peraturan pendidikan, SK mentri, SK dirjen serta dokomem-dokomen pemerintah
tentang pendidikan tingkat nasional yang lain. Penggelolaan dalam ruang lingkup
mesu merupakan implikasi kebijakan-kebijakan nasional kedalam kebijakan
operasional dalam ruang lingkup budaya dibawah tanggung jawab kakanwil dan
depdikbud. Penggelolaan dalam ruang lingkup makro merupakan amplikasi
kebijakan-kebijakan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan sekolah
maupun kelas , sanggar-sanggar belajar dan satuan-satuan pendidikan lainya
dalam masyarakat. Dalam ruang lingkup ini kepala sekolah,guru,tutor dan tenaga-
tenaga pendidikan lainnya memegang peranan penting didalam penggelolaan
pendidikan untuk penciptakan kualitas proses dan pencapain hasil pendidikan.
Misalnya: seorang guru ia wajib menguasai penggelolaan kegiatan belajar
mengajar, termasuk didalamnya pengalolaan kelas dan siswa . penggelolaan
proses pendidikan yaitu terjado proses belajar dan pengalaman belajar yang
optimal. Sebab perkembangannya tidak laku peserta didik sebai tujuan balajar
hanya dimungkinkan oleh adanya pengalama belajar yang optimal. Disini jelas

2
bahwa pendayagunaan teknologi pendidikan memegang peran penting .
penggelolaan proses pendidikan harus memperhitungkan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Karena itu setiap guru wajib mengikuti dengan
seksama inovasi-inovasi pendidikan terutama diseminasikan secara meluas oleh
pemerintah.

B. Unsur-unsur pendidikan
Unsur-unsur yang terdapat dalam pendidikan, antara lain :
a. Peserta Didik
Tingkat perkembangan pada peserta didik berbeda-beda. Peserta didik
yang relatif memiliki usia dan tingkat kelas yang sama bisa memiliki tingkat
pengetahuan yang berbeda. perbedaan ini terjadi karena adanya konteks
lingkuangan yang berbeda, yaitu:
1) Lingkungan pendidikan tempat belajar peserta didik bersifat
aksidental (kebetulan) dan insidental (kadang-kadang), sehingga peserta
didik tidak terprogram dalam belajarnya.
2) Lingkungan belajar peserta didik terprogram secara intensional,
sengaja atau dikehendaki, sehingga peserta didik lebih siap dalam belajar.
3) Lingkungan belajar peserta didik terprogram sesuai dengan yang
telah ditetapkan.
4) Lingkungan belajar peserta didik sangat optimal dan ideal,
sehingga peserta didik dapat melakukan cara-cara belajar sebagaimana
yang diharapkan.
5) Perbedaan konteks belajar yang dialami peserta didik tersebut
menjadikan mereka berbeda pula perkembangannya secara individual,
khususnya pada perkembangan psikisnya.
b. Pendidik
Pendidik pada dasarnya dibedakan menjadi dua, yaitu pendidik menurut
kodrat (pendidik kodrati) yang dalam hal ini adalah orang tua dan pendidik
menurut jabatan (pendidik profesi) yaitu guru. Orang tua sesuai dengan
kodratnya merupakan pendidik pertama dan utama. Orang tua menjadi
pendidik adalah bukan karena keputusan atas kemauan anak, melainkan
semata-mata secara kodrati anak menerima kenyataan bahwa yang
bersangkutan menjadi orangtuanya.

3
Guru sebagai pendidik menurut jabatan menerima tanggung jawab
mendidik dari tiga pihak, yaitu prang tua, masyarakat, dan pemerintah
(negara). Tanggung jawab dari orang tua yang diterima guru atas dasar
kepercayaan, bahwa guru mampu memberikan pendidikan, pengajaran, dan
pelatihan sesuai dengan perkembangan peserta didik.
Jabatan guru juga harus memenuhi syarat-syarat antara lain:
1) Berijasah guru (lulusan LPTK).
2) Berjiwa Pancasila, religius, dan berkebudayaan kebangsaan
Indonesia.
3) Menghormati setiap aliran agama dan keyakinan hidup.
4) Susila dan cakap, demokratis, serta bertanggung jawab.
5) Menguasai bahasa Indonesia.
6) Sehat jasmani dan rohani.
c. Tujuan
Menurut Langeveld dalam bukunya Beknopte Theoretische Paedagogiek
dibedakan adanya berbagai macam tujuan pendidikan sebagai berikut:
1) Tujuan Umum
Tujuan umum ialah tujuan yang di dalam pendidikan yang seharusnya
menjadi tujuan orang tua atau pendidik. Tujuan ini berhubungan dengan
pandangan tentang hakikat manusia, tentang apa tugas dan arah hidup
manusia, yakni sebagai manusia dewasa, susila, mandiri dan bertanggung
jawab.
2) Tujuan Tidak Sempurna
Tujuan tidak sempurna adalah tujuan yang menyangkut segi-segi tertentu,
seperti kesusilaan, keagamaan, kemasyarakatan, keindahan, seksual, dan
lain-lain.
3) Tujuan Sementara
Tujuan sementara adalah tujuan yang menjadi tempat pemberhentian
sementara belajar untuk mencapai tujuan sementara yang lebih tinggi
dalam perkembangan anak lebih lanjut.

4) Tujuan Perantara (Tujuan Intermediair)


Tujuan perantara ditentukan dalam rangka mencapai tujuan sementara.
Sebagai contoh dalam mata pelajaran aritmatika tujuan sementaranya
adalah anak dapat menguasai perkalian bilangan satu sampai seratus.
5) Tujuan Insidental
Tujuan ini hanya berupa peristiwa-peristiwa yang terlepas saat demi saat
dalam proses menuju pada tujuan umum.
6) Tujuan Khusus

4
Tujuan ini adalah pengkhususan dari tujuan umum, misalnya sehubungan
dengan gender, maka diselenggarakan sekolah SMKK (khusus puteri) dan
STM (khusus putera).
d. Isi Pendidikan
Isi pendidikan segala sesuatu yang oleh pendidik langsung diberikan
kepada peserta didik dan diharapkan untuk dikuasai peserta didik dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan. Untuk itu dalam memilih materi harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1) Materi sesuai dengan tujuan pendidikan
2) Materi sesuai dengan peserta didik
e. Metode
Metode pada dasarnya berfungsi sebagai alat untuk mencapai untuk
mencapai tujuan. Penggunaan metode banyak tergantung pada kemampuan
guru yang bersangkutan. Ada beberapa metode yang cocok digunakan oleh
guru, namun ada juga yang tidak cocok digunakan oleh guru tersebut.
f. Lingkungan
Sebagai salah satu unsur pendidikan, situasi lingkungan secara potensial
dapat menunjang atau menghambat usaha pendidikan. Di samping itu juga
dapat menjadi sumber belajar yang direncanakan ataupun sebagai sumber
belajar yang dimanfaatkan oleh pendidik. Pada hal-hal tertentu yatu situasi
lingkungan tersebut berpengaruh negatif terhadap pendidika, maka situasi
lingkungan tersebut menjadi pembatas pendidikan.

C. Perbedaan pergaulan dengan proses pendidikan


Pergaulan adalah kontak langsung antara satu individu dengan individu lain,
atau antara pendidik dan peserta didik. Kesempatan bergaul wajib diadakan dan
dipergunakan dengan sebaik-baiknya, karena kontak langsung ini menimbulkan
hubungan yang wajar antara kekuasaan pendidik dan ketaatan peserta didik.
Kekuasaan pendidik dan ketaatan peserta didik, sudah lama menjadi persoalan
dalam ilmu pendidikan.
Pada beberapa abad lalu, pendidikan sangat berkuasa, pendidik bersikap
otoriter atau despotis, peserta didik harus menurut dan mentaati segala perintah
dan atau larangan dari pendidik. Hukuman atau perintah digunakan oleh pendidik
agar peserta didik melaksanakan atau patuh dan taat terhadap peraturan dan

5
perintah pendidik. Hal ini akan menimbulkan rasa takut yang disertai rasa benci
dan dendam.
Dengan pelaksanaan pendidikan seperti itu, akan terjadi pergaulan yang
tidak wajar, peserta didik akan tertekan, tidak berani mengeluarkan isi hatinya,
merasa dirinya kecil, sehingga menimbulkan rasa minder.
Pada akhir abad ke-19, keadaan berubah. Peserta didiklah yang seakan-akan
memegang dan menentukan arah. Hal ini disebut pendidikan anak, dimana
pendidik hanya membiarkan peserta didik berkembang sendiri, anak dimanjakan,
dan segala kesulitan yang dihadapi peserta didik diatasi pendidik. Sikap pendidik
yang demikian dinamakan Laissez faire. Pendidikan ini secara tidak langsung
dapat menimbulkan rasa haega diri yang kurang pada anak, karena dalam
pergaulan anak yang dimanjakan dapat merasa canggung, sehingga selalu kalah
dalam ketangkasan dibanding anak lain. Aliran pendidikan ini dianut oleh M.
Montessori dengan semborannya “Alles von Kunde aus” yang artinya semua
keluar dari diri anak.
Dari kedua pendidikan tersebut, pendidik harus dapat memadukan atau
mengadakan konvergensi dari keduanya. Pendidikan wajib mempunyai kekuasaan
pendidik, yang dalam istilah lain kita kenal dengan sebutan kewibawaan.
a. Macam-macam pergaulan
1) Menurut siapa yang terlibat dalam pergaulan itu, maka dibedakan
menjadi:
a) Pergaulan anak dengan anak;
b) Pergaulan anak dengan orang dewasa;
c) Pergaulan orang dewasa dengan orang dewasa;
2) Dipandang dari bidangnya, pergaulan dibedakan menjadi:
a) Pergaulan yang bersifat ekonomis;
b) Pergaulan yang bersifat seni;
c) Pergaulan yang bersifat paedagogis;
3) Ditinjau dari pergaulan itu, dapat digunakan rentang-rentang untuk
membedakannya menjadi:
a) Pergaulan ekonomis dan tidak ekonomis;
b) Pergaulan seni dan bukan seni;
c) Pergaulan paedagogis dan bukan paedagogis;
Di dalam pergaulan yang tidak paedagogis, dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu pergaulan biasa dan pergaulan paedagogis. Pergaulan biasa dapat
diubah menjadi pergaulan paedagogis, walaupun secara perlahan-lahan.
Situasi yang tepat untuk mengubah pergaulan biasa menjadi pergaulan

6
paedagogis adalah bilaman dalam situasi itu berlangsung suatu pengaruh
positif yang berasal dari orang tua yang ditujukan kepada peserta didik. Tetapi
ketika pengaruh perpindahan pengaruh itu berhenti, maka pergaulan
paedagogis itu berubah kembali menjadi pergaulan biasa, dan begitu
seterusnya.
b. Pentingnya pergaulan dalam pendidikan
Menurut pendapat Dr. M.J. Langeveld, pergaulan merupakan lapangan
yang memungkinkan terjadinya pendidikan. Pendidikan itu akan muncul di
dalam pergaulan antara orang dewasa dengan yang belum dewasa. Pergaulan
antara orang dewasa dengan orang dewasa lainnya mungkin akan
menimbulkan pendidikan, namun dalam konteks yang berbeda. Pendidikan
yang timbul dipergaulan antar orang dewasa ini, letak tanggung jawab tidak di
tangan orang yang memberi nasehat atau saran, tetapi tanggung jawab itu
berada di tangan orang dewasa yang menerima nasehat atau saran tersebut.
Perbedaan pergaulan antara anak dengan sesama anak adalah bahwa
pergaulan antara anak dengan anak tidak dapat berubah menjadi pergaulan
pendidikan karena anak yang satu masih belum bertanggung jawab kepada
anak yang lain. pada pergaulan ini anak-anak masih saling tergantung antara
satu dengan yang lain, dan anak yang satu tidak mempunyai wibawa terhadap
anak yang lain.
Kadang kala kita temukan adanya kewibawaan pada seorang anak yang
lebih kuat atau lebih besar, hingga anak yang lemah atau lebih kecil selalu
menurut kepada kehendaknya. Kepatuhan ini didapatkan karena kepatuhan
antara anak yang lebih kuat terhadap anak yang lebih lemah. Kewibawaan dan
ketakutan kadang kala tampak bergejala sama, yaitu keduanya menghasilkan
kepatuhan. Namun kepatuhan yang dihasilkan oleh rasa takut itu berbeda
dengan kepatuhan yang dihasilkan oleh kewibawaan. Kepatuhan yang
ditimbulkan oleh rasa takut adalah dengan sukarela, tanpa rasa terpaksa.
c. Faedah pergaulan
1) Pergaulan memungkinkan terjadinya pendidikan
Lewat pergaulan ini, anak dapat untuk mengenal tentang bermacam-
macam hal, baik itu secara sengaja atau tidak sengaja yang diberikan oleh
orang dewasa di sekitar peserta didik, yang kemudian ditirunya.
2) Pergaulan merupakan saran untuk mawas diri

7
Di dalam pergaulan setiap anak mendapatkan pengalaman yang
bermacam-macam. Anak akan mulai melepaskan diri dari lingkungannya.
Setelah terlepas, anak akan mengadakan perbandingan antara dirinya
sendiri dengan orang lain yang terdapat di sekitar lingkungannya. Setiap
kali menemukan adanya perbedaan, maka ia akan bertanya apakah itu ada
pada dirinya atau tidak. Di sinilah terjadi mawas diri pada anak, yaitu
dengan bercermin pada lingkungan pergaulannya.
3) Pergaulan dapat menimbulkan cita-cita
Dalam ajaran Freud pada ilmu jiwa dalam, dikatakan bahwa pada tiap-tiap
individu terdapat apa yag disebut Ego-Ideal, yaitu adanya keinginan untuk
menjadi dokter, polisi, pilot, dan lain-lain. hal ini terjadi karena adanya
kekaguman terhadap orang dewasa yang ada disekitarnya, yang dijumpai
dalam pergaulannya.

4) Pergaulan dapat memberikan pengaruh secara diam-diam


Anak mempunyai sifat suka dan mudah meniru. Apa yang ia lihat, ia
dengar, ia temukan di dalam pergaulanentah baik atau buruk, akan secara
spontan ditirukan oleh anak. Pengaruh dari pendidik akan diterima oleh
peserta didik atas pilihannya sendiri, tidak dengan cara paksaan.

D. Perbedaan pergaulan dengan proses pendidikan


Proses memberikan ilustrasi tentang hal-hal yang menyangkut langkah-
langkah / sistematika / urutan / jalannya suatu kegiatan. Sedangkan pendidikan
adalah usaha sadar orang dewasa dan disengaja serta bertanggung jawab untuk
mendewasakan anak yang belum dewasa dan berlangsung secara terus-menerus.
Dari definisi tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Usaha sadar
Ini berarti situasi pendidikan dilaksanakan atas kesadaran si pendidik.
2) Orang dewasa
Pelaksana pendidikan harus orang dewasa. Pergaulan dengan sesama anak
bukan situasi pendidikan, meskipun ada unsur pendidikan di dalamnya.
3) Disengaja
Ini berarti bahwa proses pendidikan memang sengaja direncanakan secara
sistematis dan matang.
4) Bertanggung jawab

8
Semua tindakan pendidikan harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral
berdasarkan norma-norma yang berlaku.
5) Dewasa sebagai tujuan
Baik phisik maupun psikis peserta didik harus berlandaskan pancasila dan
UUD 1945, agar peserta didik nantinya mampu menjadi WNI yang bik.
6) Terus-menerus (kontinyu)
a) Pendidikan dilaksanakan secara berkesinambungan
b) Pendidikan tidak berhenti (pendidikan seumur hidup)
Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam proses
pendidikan ada unsur-unsur yang saling mempengaruhi yaitu guru, murid, tujuan,
metode, pembelajaran, dan penilaian yang diatur dengan baik. Dalam pendidikan,
baik orang tua/pendidik maupun peserta didik memegang peranan penting di
dalam proses pendidikan. Di sini ditekankan kepada orang tua/pendidik agar
merencanakan proses pendidikan dengan sebaik-baiknya, sedangkan peserta didik
harus aktif mengikuti pembelajaran. Pendidik harus mempu menarik minat peserta
didik untuk mengikuti pembelajaran yang berlangsung. Pendidik juga harus rela
melayani peserta didik, dengan kesadaran bahwa:
1) Peserta didik adalah mahluk yang berpribadi, karena itu harus diperlakuka
sesuai dengan kepribadiannya.
2) Peserta didik tidak dapat berkembang dengan sendirinya.
3) Peserta didik adalah mahluk manusia yang selalu ingin berkembang.
4) Atas dasar keterbatasan tersebut, peserta didik membutuhkan pertolongan
dan bantuan dari pendidik/orang tua.

E. Pergaulan Dalam Keluarga, Sekolah, Dan Masyarakat


1) Pergaulan Dalam Keluarga
Selama anak belum dewasa, maka orang tua mempunyai peranan
pertama dan utama bagi anak-anaknya untuk membawa anak kepada
kedewasaan. Orang tua harus memberi contoh yang baik kepada anak karena
anak lebih sering mengimitasi segala tingkah laku orang tuanya. Dalam
memberikan sugesti kepada anak, orang tua hendaknya tidak dengan cara
otoriter, melainkan dengan sistem pergaulan sehingga anak dengan senang hati
melaksanakannya. Setiap anak dalam keluarga secara tidak langsung berguru
kepada saudaranya, saling belajar tukar-menukar pengalamannya sehingga

9
makin banyak hal-hal yang diketahui oleh anak baik itu baik maupun yang
buruk, tentang hak dan kewajibannya, dan sebagainya.
2) Pergaulan Dalam Sekolah
Di sekolah, guru sebagai pendidik, dapat mempergunakan wibawanya
untuk membawa peserta didik kearah kedewasaan. Menggunakan pergaulan
sehari-hari dalam pendidikan adalah cara yang peling efektif dalam
pembentukan kepribadian, dan dengan ini hilanglah jurang pemisah antara
guru dengan siswa. Kepramukaan yang diadakan di sekolah adalah salah satu
organisasi yang mengembangkan cara pergaulan untuk membentuk
kepribadian. Suasana pergaulan dalam pramuka adalah suasana paedagogis.
Semua perintah dan larangan diberikan dalam suasana yang edukatif.
Kegiatan-kegiatan lain di sekolah yang mengandung gejala-gejala pendidikan
antara lain OSIS, pelajaran berolahraga, kerja bakti, baris-berbaris, senam,
keterampilan, dan sebagainya. Kesemuanya mengharuskan murid berdisiplin
dan meningkatkan keahlian.
3) Pergaulan Dalam Masyarakat
Masyarakat merupakan tempat pergaulan sesama manusia dan
merupakan lapangan pendidikan yang luas dan meluas, yaitu adanya
hubungan dua orang atau lebih yang tak terbatas. Ajaran Tonnis membedakan
pergaulan dalam Gemeinschaft (persekutuan) dan Gesselschaft (perbuatan).
Hubungan yang dibentuk oleh kodrat disebut Gemeinschaf, seperti hubungan
antara anak dengan orang tuanya, dengan tokoh masyarakat, dengan tokoh
agama, dengan pejabat. Dan hubungan yang dibentuk oleh ikatan organisasi
disebut Gesselschaft, seperti hubungan dengan pemimpin, organisasi massa,
organisasi kelembagaan, organisasi politik, dan sebagainya. Pergaulan hidup
dalam Gemeinschaf cenderung mendewasakan, sehingga dalam pergaulan
tersebut mengandung gejala-gejala pendidikan, karena dalam pergaulan
tersebut mengarah kepada pengaruh yang positif, menuju kepada tujuan yang
mencakup nilai yang tinggi / luhur.

10
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan yang secara sadar
dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa
kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai
kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung terus menerus. Bidang yang
ditelaah oleh teori pendidikan sebagai ilmu ialah sekitar manusia dan sesamanya
yang memiliki kesamaan dan keragaman di dalam fenomena pendidikan.
Pendidikan diperlukan oleh semua orang dari anak-anak hingga orang dewasa dan
lanjut usia. Karena itu selain cabang pedagogik teoritis sistematis juga terdapat
cabang-cabang pedagogik praktis, diantaranya pendidikan formal di sekolah,
pendidikan informal dalam keluarga, pendidikan orang dewasa, serta pendidikan
non-formal sebagai pelengkap pendidikan jenjang sekolah dan pendidikan orang
dewasa maupun lansia.
Pergaulan merupakan lapangan yang memungkinkan terjadinya pendidikan.
Pendidikan itu akan muncul di dalam pergaulan antara orang dewasa dengan yang
belum dewasa. Kesempatan bergaul wajib diadakan dan dipergunakan dengan
sebaik-baiknya, karena kontak langsung ini menimbulkan hubungan yang wajar
antara kekuasaan pendidik dan ketaatan peserta didik.

B.Saran
Pendidikan memerlukan adanya interaksi timbal balik antara pendidik
dengan peserta didik. Jika pendidiknya baik maka materi yang disampaikan akan
tersampaikan dengan baik pula ke peserta didik. Untuk itu, perlu adanya
memperbaiki kualitas guru dan kesejahteraannya. Sebagai pendidik dan calon
pendidik hendaknya dapat memahami dengan baik makna dari pendidikan, selalu
terbuka dengan ilmu pengetahuan, serta terus menerus meningkatkan pengetahuan
dan kompetensinya dalam mendidik. Sehingga kedepannya dapat menumbuhkan
manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri, serta
bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi, Drs. 2003. Ilmu Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta


Munib, Achmad. 2011. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang : Unnes Press.

http://cahayak4.wordpress.com/2010/10/22/pentingnya-pendidikan-dan-ilmu-
pendidikan/. Diakses tanggal 14 september 2013

12

Você também pode gostar