Você está na página 1de 12

1. Apa saja sasaran dari PIO?

(Dian)
Siregar, Charles. 2004. Farmasi Klinik, Teori dan Penerapan. Jakarta: EGC

2. Apa tujuan dari PIO? (Nidia)

 Tujuan PIO:
 Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga
kesehatan di lingkungan rumah sakit.
 Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan
yang berhubungan dengan obat, terutama bagi Panitia/Komite Farmasi
dan Terapi.
 Meningkatkan profesionalisme apoteker.
 Menunjang terapi obat yang rasional

Sumber: Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan


No: Hk.01.DJ.II.093. Tentang Pedoman Pelayanan Informasi Obat Di Rumah Sakit.
Departemen Kesehatan RI 2006
Sumber:Setya Enti Rikomah, M.Farm,Apt. 2016.Farmasi Klinik.Penerbit
Deepublish,Yogyakarta

3. Bagaimana pengaplikasian PIO di rumah sakit ? (Fitri)


Strategi PIO yang diberikan oleh pelayanan informasi obat antara lain:
 Menjawab pertanyaan spesifik yang diajukan melalui telpon, surat atau tatap
muka.
 Meyiapkan materi brosur atau leflet informasi obat (pelayanan cetak ulang
atau re print).
 Konsultasi tentang cara penjagaan terhadap reaksi ketidak cocokan obat,
konsep-konsep obat yang sedang dalam penelitian atau peninjauan
penggunaan obat-obatan.
 Mendukung kegiatan panitia farmasi terapi dalam menyusun formularium
rumah sakit dan meninjau terhadap obat-obat baru yang diajukan untuk
masuk dalam formularium rumah sakit.
 Mengkoordinasikan pemantauan dan pelayanan ESO.

Salah satu dari pelayanan informasi obat adalah menjawab pertanyaan dari
konsumen PIO mengenai informasi obat, adapun tahapannya meliputi:
 Menerima pertanyaan : tunjukan keramahan dan kesiapan untuk membantu
menjawab pertanyaan.
 Identifikasi penanya meliputi:
- Siapa (dokter, perawat, pasien, masyarakat, tenaga kesehatan lainnya).
- Jenis pertanyaan (identifikasi, dosis, kontraindikasi, indikasi).
- Untuk apa (penelitian, perawatan pasien).
- Dari mana (ICU, IRNA, IRJA, IRDA, IBS maupn lainnya).
- Urgency jawaban
 Menentukan apakah pertanyaan akan dijawab, ditolak, atau dirujuk ke
tempat lainnya.
 Jika diputuskan untuk menjawab pertanyaan maka dimulai penelusuran
pustaka secara sistematis :
- Mengolongkan tipe pertanyaan
- Mulai mencari sumber informasi dari referensi tersier
- Jika tidak ada beralih ke referensi sekunder
- Berusaha mendapatkan artikel asli tidak hanya abstrak saja
- Kadang diperlukan p[endapat lisan dari para pakar terkait
 Mengevaluasi referensi yang relevan dengan pertanyaan.
 Menjawab pertanyaan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh si
penanya.
 Membuat ringkasan jawaban.
 Menghubungi penanya dalam waktu yang telah dijanjikan.
 Menyiapkan jawaban, semua jawaban harus berdasarkan referensi yang
dapat dipercaya, tidak menebak atau menduga.
 Menindaklanjutin jawaban.
 Mendokumentasikan secara baik, fungsinya untuk mengurangi beban kerja
jika ada pertanyaan serupa akan lebih cepat mencari jawabannya.
Setiap pertanyaan yang diajukan kepada PIO akan didokumentasikan
didalam formulir pelayanan informasasi obat yang memuat:
Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan
No: Hk.01.DJ.II.093. Tentang Pedoman Pelayanan Informasi Obat Di Rumah
Sakit. Departemen Kesehatan RI 2006

4. Apa saja indikator keberhasilan PIO ?(aini)


Sumber: Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat
Kesehatan No: Hk.01.DJ.II.093. Tentang Pedoman Pelayanan Informasi Obat Di
Rumah Sakit. Departemen Kesehatan RI 2006

5. Apa saja faktor yaang harus di perhatikan dari PIO? (wibi)

6. Apa saja metode dri PIO? (Rouf)

Sumber: Siregar, Charles. 2004. Farmasi Klinik, Teori dan Penerapan. Jakarta: EGC
 Metode PIO
a. PIO dilayani oleh farmasis selama 24 jam atau on call disesuaikan dengan
kondisi rumah sakit.
b. PIO dilayani oleh farmsis pada jam kerja, sedang di luar jam kerja dilayani
oleh farmasis instalasi farmasi yang sedang tugas jaga.
c. PIO dilayani oleh farmasis pada jam kerja, dan tidak ada PIO di luar jam kerja.
d. Tidak ada petugas khusus, PIO dilayani oleh semua farmasis instalasi farmasi,
baik pada jam kerja maupun di luar jam kerja.
e. Tidak ada farmasis khusus, PIO dilayani oleh semua farmasis instalasi farmasi
di jam kerja dan tidak ada PIO di luar jam kerja.
Metode Pelayanan Informasi Obat oleh Farmasis :
Pelayanan informasi obat oleh farmasis pada hakikatnya adalah aplikasi dari ilmu
komunikasi. Untuk itu, metode yang dapat digunakan dalam pelayanan resep dokter
adalah menggunakan 3 pertanyaan dasar yang disampaikan kepada pasien sebelum
melakukan PIO.
a. Apa yang telah dokter katakan tentang obat Anda?
b. Apa yang dokter jelaskan tentang harapan setelah minum obat ini?
c. Bagaimana penjelasan dokter tentang cara minum obat ini?
Pengajuan ketiga pertanyaan di atas dilakukan dengan tujuan agar tidak terjadi
pemberian informasi yang tumpang tindih (menghemat waktu), mencegah pemberian
informasi yang bertentangan dengan informasi yang telah disampaikan oleh dokter
(misalnya menyebutkan indikasi lain dari obat yang diberikan) sehingga pasien tidak
akan meragukan kompetensi dokter atau farmasis dan juga untuk menggali informasi
seluas-luasnya (dengan tipe open ended question). Tiga pertanyaan utama tersebut
dapat dikembangkan sesuai kondisi pasien.

Sumber: Kemenkes RI, 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi, Farmasi Rumah sakit
dan klinik. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Badan
Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan

7. Apa saja sumber informasi apoteker untuk melakukan PIO? (Binta)


Semua sumber informasi yang digunakan diusahakan terbaru dan disesuaikan dengan
tingkat dan tipe pelayanan. Pustaka digolongkan dalam 3 (tiga) kategori.
1. Pustaka primer
Artikel asli yang dipublikasikan penulis atau peneliti, informasi yang terdapat di
dalamnya berupa hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah.
Contoh pustaka primer:
- laporan hasil penelitian
- laporan kasus
- studi evaluatif
- laporan deskriptif
2. Pustaka sekunder
Berupa sistem indeks yang umumnya berisi kumpulan abstrak dari berbagai macam
artikel jurnal. Sumber informasi sekunder sangat membantu dalam proses pencarian
informasi yang terdapat dalam sumber informasi primer Sumber informasi ini dibuat
dalam berbagai, data base, contoh : medline yang berisi abstrak-abstrak tentang terapi
obat, International Pharmaceutical Abstract yang berisi abstrak penelitian kefarmasian.
3. Pustaka tersier
Pustaka tersier berupa buku teks atau data base, kajian artikel, kompendia dan pedoman
praktis. Pustaka tersier umumnya berupa buku referensi yang berisi materi yang umum,
lengkap dan mudah dipahami.
Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan No:
Hk.01.DJ.II.093. Tentang Pedoman Pelayanan Informasi Obat Di Rumah Sakit.
Departemen Kesehatan RI 2006

8. Apa saja manfaat dari PIO? (Febriana)


1.
Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan
No: Hk.01.DJ.II.093. Tentang Pedoman Pelayanan Informasi Obat Di Rumah
Sakit. Departemen Kesehatan RI 2006

9. Mengapa PIO harus dilakukan oleh apoteker? (Elina)


2.

Rikomah, S.E., 2016, Farmasi Klinik, Deepublish, Penerbit CV Budi Utama :


Yogyakarta.
Keputusan Menkes RI No. 1197/MENKES/SK/X/2004 Tentang Standar
Pelayanan Farmasi Di Rumah Sakit.

10. Apa saja peryaratan yang harus ada agar terlaksana kegiatan PIO di RS? (Lilis)

Semua sumber informasi yang digunakan diusahakan terbaru dan disesuaikan dengan
tingkat dan tipe pelayanan. Pustaka digolongkan dalam 3 (tiga) kategori.
1. Pustaka primer
Artikel asli yang dipublikasikan penulis atau peneliti, informasi yang terdapat di
dalamnya berupa hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah.
Contoh pustaka primer:
- laporan hasil penelitian
- laporan kasus
- studi evaluatif
- laporan deskriptif
2. Pustaka sekunder
Berupa sistem indeks yang umumnya berisi kumpulan abstrak dari berbagai macam
artikel jurnal. Sumber informasi sekunder sangat membantu dalam proses pencarian
informasi yang terdapat dalam sumber informasi primer Sumber informasi ini dibuat
dalam berbagai, data base, contoh : medline yang berisi abstrak-abstrak tentang terapi
obat, International Pharmaceutical Abstract yang berisi abstrak penelitian kefarmasian.
3. Pustaka tersier
Pustaka tersier berupa buku teks atau data base, kajian artikel, kompendia dan pedoman
praktis. Pustaka tersier umumnya berupa buku referensi yang berisi materi yang umum,
lengkap dan mudah dipahami.
Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan No:
Hk.01.DJ.II.093. Tentang Pedoman Pelayanan Informasi Obat Di Rumah Sakit.
Departemen Kesehatan RI 2006

Você também pode gostar