Você está na página 1de 3

Nama : Cita Eryana

NIM/ Kelas : 201612050/1B

“Dag..Dig..Dug” Degup jantungku begitu keras terdengar. Maklum saja, hari ini
merupakan tes psikotes setelah tes tulis yang ku lalui beberapa hari lalu untuk masuk ke
perguruan tinggi. Ku amati disekeliling tempatku berada. Asing. Semuanya tampak asing.
Tak ada satu orang pun yang kukenal sehingga fikiran aneh mulai menghantui. Namun
tiba-tiba saja sebuah suara memecah fikiran-fikiran aneh yang melayang di benakku.
“Hai, Kamu dari mana?”. Cukup singkat, namun percakapan inilah yang memulai
kisah awal pertemananku dengannya.
Namanya Mutiara Ayu Kartika. Namanya yang cantik menggambarkan rupa yang
sesuai pula. Perempuan kelahiran Jakarta 18 tahun silam ini merupakan anak tunggal yang
berdomisili di Surabaya dan memang asli dari kota pahlawan itu. Pertama kali bertemu
dengannya, aku merasa ada perbedaan yang cukup signifikan antara aku dan dia,
khususnya dari kepribadian. Aku seorang yang cukup tertutup dan ia seorang yang dengan
mudahnya terbuka dan dekat dengan orang lain. Namun hal inilah yang membuatku cukup
percaya diri untuk mengenalnya lebih dalam, dan membangun sebuah pertemanan
dengannya.
Semakin lama aku mengenal seorang Muti, semakin banyak pula aku mengetahui
seluk beluk kehidupannya. Baik mengenai kepribadiannya, keluarga, cita-cita, kesenangan,
dan masih banyak lagi. Di balik parasnya yang menarik, ia juga merupakan seseorang yang
humoris. Ada saja dari tingkahnya yang mengundang tawa. Selain itu juga, ia merupakan
pribadi yang mudah mencairkan suasana. Namun, terkadang ia menjadi hyperactive bila
memang sedang bosan. Itulah yang menjadi ciri khas seorang Muti yang bisa menjadi
alasan seseorang untuk tertawa.
Dibalik pribadinya yang humoris, ternyata ia memiliki sebuah cita-cita yang ia
inginkan dari dulu, yaitu menjadi seorang designer. Namun apalah daya ternyata
keinginannya tak sejalan dengan kenyataan yang ada. Ia terpaksa harus mengubur
keinginannya karena sang ibu ingin ia kuliah di bidang kesehatan. Namun hal itu tak
semata membuat ia harus membuang keinginannya jauh-jauh, karena ia masih memiliki
harapan untuk memiliki dua profesi sekaligus, baik sebagai designer maupun sebagai
administrator rumah sakit, seperti bidang yang sedang ia tekuni sekarang.
Selain cita-citanya sebagai seorang designer, ia juga memiliki keinginan untuk
mendirikan pabrik kosmetik dan menjadi seorang pengusaha kosmetik dengan cabang yang
berada dimana-mana. Sebelum itu semua, ia memiliki keinginan yang umumnya semua
mahasiswa menginginkan hal ini. Ia ingin lulus dengan indeks prestasi lebih dari 3,5
dengan gelar lulusan terbaik, agar keinginannya tak hanya sekedar angan-angan belaka.
Tak ada yang menginginakan harapannya hanya menjadi harapan kosong. Namun, yang
jelas harus di seimbangkan dengan usaha dan doa agar dapat mewujudkannya.
Pertemanan yang masih belum lama kujalin dengannya, terasa seperti aku telah
mengenalnya bertahun-tahun yang lalu. Mutiara yang memiliki kepribadian yang cukup
hangat, ternyata memiliki keinginan dan harapan yang cukup besar untuk kehidupannya di
masa yang akan datang. Harapanku dengan pertemanan ini tak ada yang lain, cukup
dengan pertemanan yang saling terbuka satu sama lain dan seperti kata pepatah “laba sama
dibagi, rugi sama diterjuni.”
Nama : Cita Eryana
NIM/ Kelas: 201612050/1B

1. Nama saya Cita Eryana, lengkapnya Dra. Cita Eryana, S. Kes., M. Kes., M.Si.
2. Ke rumah sakit.
3. Lebih dari Rp 5.000.000,00/bulan
4. Membangun rumah sendiri, membeli aset berupa tanah dan kendaraan, membuka
usaha toko roti/bread, cake, and pastry, hingga membuka cabang dimana-mana, dan
dapat menghidupi kedua orang tua saya.
5. Perbandingan kualitas pelayanan administrasi antara rumah sakit swasta dan milik
daerah.
6. Alasan saya tidak menyukai bahasa Indonesia:
 Bahasa Indonesia terlalu banyak aturan, khususnya dalam menulis. Karena saya
tidak terlalu senang bila dalam menulis terlalu banyak aturan, menurut saya hal
itu terlalu membatasi saya dalam mengembangkan ide.
 Memiliki kata pengganti atau kosa kata yang terlalu banyak. Sehingga saya
kurang mengerti bila bermunculan kata-kata baru.
 Salah tanda baca, salah makna. Dalam bahasa Indonesia, bila kita salah dalam
meletakan tanda baca, maka arti atau maknanya pun akan berbeda pula.

Você também pode gostar