Você está na página 1de 29

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian ini menggambarkan kinerja perawat

berdasarkan indikator yang dijelaskan Depkes (2001) yang terdiri dari

kesesuaian asuhan keperawatan dengan standar asuhan keperawatan, evaluasi

persepsi pasien terhadap mutu asuhan keperawatan dan evaluasi kesesuaian

tindakan perawat berdasarkan standar operasional prosedur. Kinerja perawat

ini salah satunya dipengaruhi oleh desain pekerjaan yang dimiliki oleh

perawat. Kerangka konseptual ini membantu peneliti dalam menghubungkan

hasil penemuan dengan teori. Dalam penelitian ini penilaian kinerja perawat

hanya dilihat dalam pemberian asuhan keperawatan berdasarkan standar

asuhan keperawatan (SAK). Menurut peraturan Menkes RI No.749 a tahun

1989 mengenai rekam medis, menjelaskan bahwa upaya peningkatan

pelayanan kesehatan yang utama dinilai dari penerapan standar asuhan

keperawatan (SAK) pada pedoman pendokumentasian asuhan keperawatan.

Hal ini sejalan dengan Effendy (1995) dalam Zulfahmi (2009) yang

menyebutkan bahwa penerapan standar asuhan keperawatan ini mengandung

proses keperawatan yang diberikan kepada pasien diberbagai tatanan

pelayanan kesehatan yang terstruktur dan sistematis sehingga harus selalu

ditingkatkan dan dapat dijadikan sebagai tolak ukur evaluasi kinerja perawat.

Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan pustaka maka kerangka konseptual

dapat digambarkan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


Kinerja perawat (Depkes,
2001):

a. Kesesuaian asuhan
keperawatan dengan standar
asuhan keperawatan, dinilai
atas:
- Pengkajian keperawatan

Desain pekerjaan : - Diagnosa keperawatan

- Rincian tugas - Perencanaan keperawatan


- Mengetahui tugas
- Mengikuti standar - Tindakan keperawatan
pekerjaan
- Kemampuan dan - Evaluasi keperawatan
keterampilan yang
sesuai - Catatan asuhan
- Mengetahui hak dan keperawatan
tanggung jawab b. Evaluasi persepsi
- Tugas teratur pasien/keluarga, dinilai atas:
- Hubungan kerja baik
- Evaluasi hasil kerja - Data Umum

- Data Pelayanan

c. Evaluasi kesesuaian tindakan


perawat dengan SOP dinilai
berdasarkan persiapan dan
pelaksanaan tiap kegiatan
keperawatan

Keterangan:

: diteliti

: tidak diteliti

Skema 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian Desain Pekerjaan dengan

Kinerja Perawat Pelaksana

Universitas Sumatera Utara


2. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi
No. Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional

1. Variabel Desain pekerjaan Kuesioner 1.Kurang Ordinal


Independen: perawat pelaksana sebanyak baik
Desain pekerjaan adalah rincian 21
perawat pelaksana pernyataan
tugas Perawat
di Rumah Sakit
Islam Malahayati Pelaksana yang 2.Baik
dibuat oleh RS dengan
Medan. pilihan
Islam Malahayati
jawaban:
agar perawat 1. Tidak
pelaksana setuju
mengetahui dan 2. Kurang
mengerti setuju
tugasnya, 3. Setuju
mengikuti standar
pekerjaan yang
ditetapkan,
memiliki
kemampuan dan
ketrampilan yang
sesuai tugas,
mengetahui hak
dan tanggung
jawabnya,
menjalankan
tugas-tugas
dengan teratur,
dan memiliki
hubungan kerja
yang baik
sehingga dapat
dievaluasi dan
dilihat hasil kerja
yang dicapai
perawat
pelaksana.

Universitas Sumatera Utara


Definisi
No. Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional

2. Variabel Kinerja perawat Kuesioner 1.Kurang Ordinal


dependen: berdasarkan SAK sebanyak baik
Kinerja perawat adalah kemampuan 24
pelaksana seorang perawat pernyataan
berdasarkan pelaksana dalam
penerapan SAK memberikan 2.Baik
dengan
di Rumah Sakit asuhan pilihan
Islam Malahayati keperawatan sesuai jawaban:
Medan. standar asuhan 1. Tidak
keperawatan yang
saya
telah ditetapkan
rumah sakit yang laksanakan
terdiri dari
2. Kadang-
pengkajian,
diagnosa, kadang saya
perencanaan, laksanakan
tindakan, evaluasi
dan catatan asuhan 3. Sering
keperawatan di saya
Rumah Sakit Islam laksanakan
Malahayati Medan.
4. Selalu
saya
laksanakan

3. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah dugaan sementara dan masih harus diuji kebenarannya

melalui penelitian. Tujuan hipotesis yaitu untuk menjembatani teori dan

kenyataan (Nursalam, 2003). Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah hipotesa alternative (Ha) yaitu adanya pengaruh desain pekerjaan terhadap

kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan.

Universitas Sumatera Utara


BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh desain pekerjaan

terhadap kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif

korelasi yang bertujuan untuk mengungkapkan pengaruh antar variabel, meliputi

variabel bebas (desain pekerjaan) dan variabel terikat (kinerja perawat), peneliti

mencari, menjelaskan suatu pengaruh, memperkirakan, menguji berdasarkan teori

yang ada.

2. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan sampel

2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek yang akan diteliti (Arikunto, 2006).

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana di Rumah Sakit

Islam Malahayati Medan yang berjumlah 112 orang (RS Islam Malahayati, 2011).

2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat dipergunakan

sebagai subjek penelitian (Nursalam, 2003). Penentuan besar sampel ditentukan

dengan menggunakan rumus Slovin (Hasan, 2002) sehingga diperoleh besar

sampel sebanyak 88 perawat pelaksana. Pengambilan sampel dilakukan pada 11

ruangan rawat inap di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan. Hal ini berdasarkan

rumus Slovin seperti berikut :

Rumus Slovin: n= N
N d2 1

Universitas Sumatera Utara


112

n= = 88
2
112(0.05) + 1

Keterangan :
n : Besar sampel
N : Besar populasi
d : Taraf signifikansi (alpha=0,05)

2.3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik probability

sampling jenis simple random sampling yaitu dengan memilih kelompok subjek

yang dipilih secara acak atau random sehingga setiap subjek yakni perawat

pelaksana dalam populasi di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan mempunyai

kesempatan yang sama untuk terpilih atau tidak terpilih menjadi sampel

(Nursalam, 2003). Adapun syarat bagi perawat pelaksana untuk menjadi

responden yaitu bersedia dan tidak cuti. Peneliti memilih calon responden dengan

teknik ordinal (tingkatan sama) (Arikunto, 2006).

Berdasarkan Notoatmojo (2002) untuk mengantisipasi tidak kembalinya

kuisioner dan data yang tidak lengkap, peneliti menambahkan jumlah kuisioner

sebanyak 10% dari sampel penelitian yang akan diberikan kepada perawat diluar

sampel penelitian sehingga total kuisioner yang dipersiapkan yaitu sebanyak 97

buah.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan yang

beralamat di jalan Diponegoro No. 2-4 Medan. Alasan peneliti memilih Rumah

Sakit Islam Malahayati Medan sebagai tempat penelitian adalah dengan

Universitas Sumatera Utara


pertimbangan bahwa belum pernah dilakukan penelitian mengenai hubungan

desain pekerjaan dengan kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Malahayati

Medan. Selain itu, lokasi rumah sakit ini strategis dan memiliki jumlah perawat

yang memadai untuk dijadikan sebagai responden penelitian. Penelitian ini akan

dilakukan kurang lebih tiga bulan mulai Januari sampai Maret 2011.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan sebelum dilakukan penelitian atau

pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu mengurus prosedur penelitian mulai

dari izin dari pihak Rumah Sakit Islam Malahayati Medan. Hal ini dikarenakan

peneliti menggunakan manusia sebagai subjek penelitian, maka hakekatnya

sebagai manusia harus dilindungi dengan memperhatikan prinsip-prinsip dalam

pertimbangan etik yaitu responden mempunyai hak untuk memutuskan apakah ia

bersedia menjadi subjek atau tanpa ada sanksi apapun dan responden tidak

mengalami kerugian. Peneliti juga harus memberikan penjelasan dan informasi

secara lengkap dan rinci serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi

kepada responden.

Responden tidak boleh didiskriminasi jika menolak untuk melanjutkan

menjadi subjek penelitian. Kerahasiaan data responden dijaga, untuk itu perlu

adanya anonymity (tanpa nama) dan confidentiality (rahasia), lembar tersebut

hanya diberi nomor dan kode tertentu. Kerahasiaan informasi yang diberikan

responden dijamin oleh peneliti dan data-data yang diperoleh dari responden

mutlak digunakan untuk keperluan penelitian (Nursalam, 2003).

Universitas Sumatera Utara


5. Instrumen Penelitian

Teknik pengumpulan data dari responden yang digunakan peneliti dalam

penelitian ini adalah kuisioner yang sesuai variabel penelitian. Kuisioner yang

digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian yaitu data demografi

mengenai identitas perawat pelaksana, kuisioner desain pekerjaan dan kinerja

perawat pelaksana di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan. Kuisioner data

demografi dan desain pekerjaan dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan tinjauan

pustaka, sedangkan kuisioner kinerja perawat pelaksana dibuat berdasarkan

instrumen evaluasi penerapan standar asuhan keperawatan di rumah sakit oleh

Depkes (2001).

Metode kuisioner yaitu metode pengumpulan data dengan menggunakan

daftar pertanyaan yang dibagikan pada responden, untuk memperoleh informasi

tentang hal-hal yang akan diidentifikasi. Secara rinci instrumen dalam penelitian

ini akan dijelaskan di bawah ini:

5.1. Data demografi

Kuisioner data demografi meliputi jenis kelamin, usia, status pernikahan,

pendidikan, dan lama kerja sebagai perawat di Rumah Sakit Islam Malahayati.

Data demografi responden hanya untuk menggambarkan karakteristik responden.

5.2. Kuisioner desain pekerjaan

Kuisioner tentang desain pekerjaan ini dibuat oleh peneliti sendiri yang berisi

tentang desain pekerjaan yang dijalankan perawat pelaksana. Kuisioner ini

menggunakan skala Likert yang terdiri dari 21 pernyataan dengan 3 pilihan

jawaban yaitu jawaban “S atau setuju” diberi nilai 3, jawaban “KS atau kurang

setuju” diberi nilai 2, dan jawaban “TS atau tidak setuju” diberi nilai 1. Dengan

Universitas Sumatera Utara


demikian skor maksimum yang dapat diperoleh yaitu 21 x 3 = 63 dan skor

minimum yang dapat diperoleh yaitu 21 x 1 = 21. Berdasarkan rumus statistika

menurut Sudjana (1992)

p = rentang kelas / banyak kelas, dimana p merupakan panjang kelas dengan

rentang sebesar 42 (selisih nilai tertinggi dan nilai terendah) dan banyak kelas 2

(desain pekerjaan baik dan desain pekerjaan kurang baik). Maka didapatkan p=21

dan dikategorikan interval sebagai berikut:

21-42 = desain pekerjaan kurang baik

43-63 = desain pekerjaan baik.

Kuisioner telah disusun sedemikian rupa dengan tujuan untuk mendorong

responden agar lebih menganalisis dan teliti dalam memberikan jawaban untuk

setiap pernyataan.

5.3. Kuisioner kinerja perawat pelaksana

Kuisioner tentang kinerja perawat pelaksana dibuat berdasarkan instrumen

evaluasi penerapan standar asuhan keperawatan di rumah sakit oleh Depkes

(2001). Kuisioner ini menggunakan skala Likert yang terdiri dari 24 kriteria mulai

dari pengkajian sebanyak 4 kriteria (kriteria nomor 1, 2, 3 dan 4), diagnosa

keperawatan 3 kriteria (kriteria nomor 5, 6, dan 7), perencanaan 6 kriteria (kriteria

nomor 8.9, 10,11,12, dan13), tindakan 4 kriteria (kriteria nomor 14,15, 16 dan

17), evaluasi 2 kriteria (kriteria nomor 18 dan 19), dan catatan asuhan

keperawatan 5 kriteria (kriteria nomor 20, 21, 23, dan 24). Bila telah dilaksanakan

sepenuhnya dengan tepat diberi nilai skor 4 dengan memberi tanda check list pada

kolom 4, bila dilaksanakan sepenuhnya namun tidak tepat diberi skor 3 dengan

Universitas Sumatera Utara


memberi check list pada kolom 3, bila dilaksanakan hanya sebagian diberi nilai 2

dengan memberi check list pada kolom 2, dan bila hanya sedikit yang

dilaksanakan diberi nilai 1 dengan memberi check list pada kolom 1. Nilai

tertinggi yang diperoleh adalah 96, maka dapat dikategorikan atas kelas interval

sebagai berikut :

24-60= kinerja perawat yang kurang baik

61-96= kinerja perawat yang baik

Kuisioner telah disusun sedemikian rupa dengan tujuan untuk mendorong

responden agar lebih menganalisis dan teliti dalam memberikan jawaban untuk

setiap pernyataan.

6. Uji Validitas dan Reliabilitas

Data dalam penelitian merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan

berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis. Oleh karena itu, benar atau tidaknya

data sangat menentukan bermutu atau tidaknya hasil penelitian yang juga sangat

tergantung oleh baik tidaknya instrumen sebagai alat pengumpul data. Instrumen

yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel.

Jumlah responden yang digunakan untuk pengujian validitas dan reliabilitas

instrumen sebanyak 30 perawat pelaksana diluar sampel penelitian.

Umar (2008) menjelaskan bahwa besar sampel untuk uji reliabilitas

dilaksanakan minimal 30 orang diluar sampel, dengan jumlah minimal 30 orang

ini distribusi skor (nilai) akan lebih mendekati kurva normal. Uji validitas dan

realibilitas pada penelitian ini dilakukan pada perawat pelaksana di Rumah Sakit

Haji Medan yang terdiri dari 30 perawat pelaksana di Rumah Sakit Haji Medan

yang telah memiliki kriteria sampel penelitian.

Universitas Sumatera Utara


Validitas instrumen adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat

kevalidan atau keshahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006). Suatu instrumen

dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan dengan mengungkap

variabel yang diteliti secara tepat. Uji validitas digunakan untuk mengetahui

apakah alat ukur yang digunakan benar-benar mengukur apa yang di ukur

(Notoatmodjo, 2002). Kuisioner desain pekerjaan dibuat sendiri oleh peneliti

berdasarkan studi literatur sedangkan kuisioner kinerja perawat berdasarkan

Depkes (2001).

Kuisioner ini divalidasi dengan menggunakan validitas isi (content

validity) yaitu instrumen dibuat berdasarkan isi dan menjelaskan isi. Kemudian

pengujian validitas isi dilakukan dengan memberikan konsep yang digunakan

kepada seorang yang ahli dibidangnya (Arikunto, 2003). Proses validasi dilakukan

dengan memberikan keterangan mengenai tujuan penelitian dan selanjutnya

dengan bantuan ahli akan menelaah lanjut isi proposal. Instrumen ini kemudian

dikatakan valid seorang yang ahli dibidangnya setelah peneliti melakukan

perubahan sesuai saran dan perbaikan yang disampaikan (Lampiran 3).

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran

tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap variabel

yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama ( Notoatmodjo, 2002).

Instrumen yang reliabel akan dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya atau

benar sesuai kenyataannya (Polit & Hungler, 1999). Uji reliabilitas dilakukan

sebelum pengumpulan data secara random terhadap 30 orang perawat di Rumah

Sakit Haji Medan karena memiliki tipe dan situasi yang sama dengan Rumah

Sakit Islam Malahayati Medan. Uji reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan

Universitas Sumatera Utara


komputerisasi untuk analisa cronbach alpha. Polit & Hungler (1999) menjelaskan

bahwa suatu instrumen dikatakan reliabel jika memiliki nilai reliabilitas lebih dari

0,70.

Hasil uji reliabilitas pada desain pekerjaan didapatkan dengan nilai 0,97

dan uji reliabilitas pada kinerja perawat didapatkan dengan nilai 0,97. Sesuai

dengan pendapat Polit & Hungler (1999) instrumen yang memiliki nilai lebih dari

0,70 dikatakan reliabel atau dapat diterima (Lampiran 3).

7. Pengumpulan data

Pengumpulan data akan dilakukan dengan memberikan kuisioner kepada

responden. Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

7.1. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada bagian pendidikan

Fakultas Keperawatan.

7.2. Mengirim surat permohonan izin penelitian dari fakultas ke tempat

penelitian (RS Islam Malahayati Medan).

7.3. Peneliti mendapatkan surat balasan untuk izin pengumpulan data dari RS

Islam Malahayati Medan.

7.4. Peneliti mendatangi RS Islam Malahayati Medan untuk bertemu kepala

bidang keperawatan dan menjelaskan tujuan dan prosedur penelitian.

7.5. Peneliti meminta daftar absensi perawat pelaksana kepada kepala bidang

keperawatan dan mengacak 112 perawat pelaksana dengan melompat setelah

8 subjek sehingga diperoleh 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17

dan seterusnya hingga mencapai 88 calon responden.

Universitas Sumatera Utara


7.6. Peneliti dengan didampingi kepala bidang keperawatan mendatangi setiap

unit ruangan dan menjumpai kepala ruangannya lalu menjelaskan maksud

dan tujuan penelitian.

7.7. Peneliti mendatangi calon responden yang telah ditentukan dan menjelaskan

maksud dan tujuan penelitian serta cara mengisi kuisioner.

7.8. Peneliti meminta kesediaan calon responden untuk megikuti penelitian

dengan menandatangani lembar persetujuan menjadi responden dan mengisi

kuisioner sesuai dengan petunjuk.

7.9. Peneliti kemudian memberikan lembar kuesioner kepada perawat pelaksana

untuk diisi.

7.10. Pengumpulan data dimulai setelah responden mengisi kuisioner.

7.11. Peneliti memeriksa kuisioner untuk memastikan apakah responden sudah

mengisi semua pernyataan.

7.12. Peneliti menganalisa data.

8. Analisa Data

Setelah data terkumpul maka peneliti akan melakukan pengolahan data

atau analisa data berdasarkan Arikunto (2006) sebagai berikut :

8.1. Persiapan, yaitu mengecek kelengkapan identitas, kelengkapan data yang

telah dikumpulkan.

8.2. Tabulasi data dengan memberikan skor (scoring) terhadap item-item yang

perlu diberi skor.

8.3. Modifikasi data dan disesuaikan dengan teknik analisa yang digunakan.

8.4. Memberikan kode (coding) dalam hubungan dengan pengolahan data

dengan menggunakan computer.

Universitas Sumatera Utara


8.5. Menghitung jumlah skor responden setiap variabel.

Setelah melakukan tahapan diatas peneliti akan melakukan analisa data

dengan metode statistik. Analisa data variabel independen (Desain pekerjaan) dan

variabel dependen (Kinerja perawat) dilakukan dengan menggunakan analisa

deskriptif (Statistik univariat). Setelah analisa deskriptif maka dilanjutkan dengan

uji hipotesis dua variabel (Statistik bivariat) dengan menggunakan uji Kai Kuadrat

(Chi-square) (x2) dengan tingkat kepercayaan 95% (Arikunto, 2006). Uji ini

digunakan karena jenis data yang ada termasuk data ordinal. Secara rinci metode

statistik untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai

berikut :

8.5.1. Statistik univariat (Analisa deskriptif)

Statistik univariat adalah suatu prosedur untuk menganalisa data dari satu

variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian (Polit &

Hunger, 1999). Pada penelitian ini analisa data dengan metode statistik univarat

akan digunakan untuk menganalisa data demografi, variabel independen (desain

pekerjaan) dan variabel dependen (kinerja perawat pelaksana). Data demografi

akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Data desain pekerjaan akan

disajikan dalam bentuk skala ordinal, data ini merupakan jenis data kategorik

yang akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Data kinerja perawat

akan disajikan dalam bentuk skala ordinal, data ini merupakan jenis data kategorik

yang akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

8.5.2. Statistik bivariat (Hipotesis dua variabel)

Statistik bivariat adalah suatu prosedur untuk menganalisis hubungan antar

dua variabel. Hubungan desain pekerjaan dengan kinerja perawat pelaksana akan

Universitas Sumatera Utara


dianalisa dengan menguji hipotesa penelitian (Ha), kemudian akan ditarik

kesimpulan dari hasil penelitian (Dahlan, 2004).

Analisis dilakukan secara komputerisasi untuk mengkorelasikan desain

pekerjaan dengan kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Islam Malahayati

Medan dengan menggunakan uji Kai Kuadrat (Chi-square) (X2) dengan tingkat

kepercayaan 95% ( =0,05) (Arikunto, 2006). Penerimaan hipotesis penelitian ini

adalah :

a. H0 diterima dan Ha ditolak, jika nilai X2(hitung) X2(tabel) atau nilai probabilitas

(p) > 0,05 berarti tidak ada pengaruh desain pekerjaan dengan kinerja

perawat di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan.

b. H0 ditolak dan Ha diterima, jika nilai X2(hitung) > X2(tabel) atau nilai

probabilitas (p) < 0,05, berarti ada pengaruh desain pekerjaan dengan

kinerja perawat di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan.

Berdasarkan Dahlan (2004) jika syarat uji Chi-Square tidak terpenuhi maka

dipakai uji alternatifnya :

a. Alternatif uji Chi-Square untuk tabel 2 x 2 adalah uji Fisher.

b. Alternatif uji Chi-Square untuk tabel 2 x K adalah uji Kolmogorov-

Smirnov.

c. Alternatif uji Chi-Square untuk tabel selain 2 x 2 dan 2 x K adalah

penggabungan sel. Setelah dilakukan penggabungan sel akan terbentuk

suatu tabel B x K yang baru. Uji hipotesis yang akan dipilih sesuai dengan

tabel

B x K yang baru tersebut.

Universitas Sumatera Utara


BAB 5

PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian mengenai pengaruh

desain pekerjaan terhadap kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Islam

Malahayati Medan. Penelitian ini dilaksanakan mulai Januari sampai dengan

Maret 2011 dengan jumlah responden 88 orang perawat pelaksana.

Hasil penelitian akan dipaparkan berurutan sesuai dengan tujuan penelitian

dimulai dari data tentang karakteristik responden penelitian, data desain

pekerjaan, data kinerja perawat pelaksana dan pengaruh desain pekerjaan terhadap

kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan.

1.1. Analisa Univariat

1.1.1. Distribusi Karakteristik Responden

Penelitian ini memiliki 88 responden yaitu perawat pelaksana yang bekerja

di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan. Karakteristik responden yang

dipaparkan mencakup usia responden, jenis kelamin, status pernikahan, tingkat

pendidikan terakhir, dan lama kerja. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel

5.1. berikut ini :

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Demografi Responden di
Rumah Sakit Islam Malahayati Medan

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)


Usia Responden
- 21-34 65 10,2
- 35-44 18 89,8
- 45-55 5
Jenis kelamin 38,6
- Laki-laki 9 61,4
- Perempuan 79
Status pernikahan 73,9
- Menikah 34 20,5
- Belum Menikah 54 5,7
Pendidikan Terakhir
- DIII 86 97,7
- S1 2 2,3
Lama Kerja
- <1 17 19,3
- 1-10 61 69,3
- 10-20 8 9,1
- > 20 2 2,3

Berdasarkan Tabel 5.1. dapat dilihat bahwa jumlah responden perempuan

lebih banyak dijumpai daripada laki-laki 89,8%. Status responden banyak yang

belum menikah yaitu 61,4%. Rata-rata berada pada usia 21-34 tahun sebanyak

73,9%. Sebanyak 97,7% responden merupakan lulusan akademi keperawatan.

Rata-rata responden sudah bekerja selama 1-10 tahun yaitu 69,3%.

1.1.2. Desain Pekerjaan

Perawat yang bekerja berdasarkan desain pekerjaan Rumah Sakit Islam

Malahayati Medan dapat dilihat pada tabel 5.2. berikut ini.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi perawat bekerja berdasarkan desain
pekerjaan Rumah Sakit Islam Malahayati Medan

Desain Pekerjaan Frekuensi Persentase


Kurang Baik 9 10,2
Baik 79 89,8
Jumlah 88 100,0

Berdasarkan tabel 5.2. diatas dapat dilihat jumlah responden yang

memiliki desain pekerjaan yang baik 89,8% dan 10,2% kurang baik.

1.1.3. Kinerja Perawat Pelaksana

Kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan dapat

dilihat pada tabel 5.3. berikut ini.

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Kinerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit


Islam Malahayati Medan

Kinerja Perawat Frekuensi Persentase


Kurang Baik 11 12,5
Baik 77 87,5
Jumlah 88 100,0

Berdasarkan tabel 5.3. diatas memperlihatkan bahwa 87,5% menunjukkan kinerja

yang baik dan 12,5% memperlihatkan kinerja yang kurang baik.

1.2. Analisa bivariat

1.2.1. Pengaruh Desain Pekerjaan Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana

Analisa bivariat digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen

dan variabel dependen yaitu desain pekerjaan dengan kinerja perawat pelaksana.

Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.4. berikut ini

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.4. Hubungan Desain Pekerjaan dengan Kinerja Perawat Pelaksana
di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan

Kinerja Perawat
Jumlah p
Desain Pekerjaan Kurang Baik Baik (%)
f % f %
Kurang Baik 4 4,5 5 5,7 9 (10,2)
Baik 7 8,0 72 81,8 79 (89,8)
0,013
Jumlah 11 12,5 81,8 87,5 88 (100)

Berdasarkan Tabel 5.4. diatas maka didapat bahwa 89,9% perawat yang

memiliki desain pekerjaan 81,8% berkinerja baik. Berdasarkan uji Exact Fisher

diperoleh nilai p (=0,013) < alpha (=0,05) menunjukkan bahwa ada pengaruh

yang bermakna antara desain pekerjaan dengan kinerja perawat pelaksana di

Rumah Sakit Islam Malahayati Medan (Lampiran 6).

2. Pembahasan

2.1. Desain Pekerjaan

Desain pekerjaan merupakan proses mengorganisasikan tugas-tugas dan

tanggung jawab kedalam suatu pekerjaan untuk membuatnya menjadi bermanfaat,

produktif dan memuaskan (Cook, 1997). Berdasarkan hasil analisis maka didapat

bahwa 89,8% perawat pelaksana bekerja berdasarkan desain pekerjaan di Rumah

Sakit Islam Malahayati Medan sedangkan 10,2% perawat pelaksana bekerja tidak

berdasarkan desain pekerjaan (Tabel 5.2.).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar perawat pelaksana

telah menerapkan desain pekerjaan yang dibuat oleh rumah sakit dan dapat

diindikasikan kemampuan manajemen untuk menciptakan suatu sistem nilai sudah

baik hali ini dilihat dari persentase jawaban para perawat yaitu 89,9% memiliki

Universitas Sumatera Utara


desain pekerjaan baik. Namun, dari hasil tersebut juga terlihat 10,2% perawat

memiliki desain pekerjaan yang kurang baik artinya perawat belum menerapkan

indikator desain pekerjaan dalam menjalankan pekerjaannya.

Sejalan dengan penelitian Firmansyah (2009) yang menunjukkan bahwa ada

67,9% perawat di Rumah Sakit Sigli yang memiliki persepsi bahwa desain

pekerjaan itu baik. Setiap indikator desain pekerjaan memiliki jawaban responden

diatas 50%. Indikator desain pekerjaan dalam penelitian tersebut seperti

penguasaan prosedur kerja, uraian kerja yang jelas, peralatan kerja yang tepat atau

sesuai dengan lingkungan kerja. Hal ini menunjukkan bahwa desain pekerjaan

yang dimiliki perawat tersebut sudah baik.

Siagian (2002) menjelaskan bahwa desain pekerjaan dikatakan baik apabila

memperhitungkan dengan tepat tiga hal yaitu unsur organisasional, unsur

lingkungan, dan unsur keperilakuan. Unsur organisasional, dalam hal ini yang

perlu mendapatkan perhatian adalah pendekatan yang mekanistik yaitu

identifikasi lengkap dari berbagai tugas dalam suatu pekerjaan disusun sedemikian

rupa sehingga tidak terjadi pemborosan baik dari segi input maupun proses.

Pendekatan mekanistik juga meliputi arus pelaksanaan tugas, praktek-praktek

yang berlaku dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, ergonomik yaitu adanya

kemudahan dari seorang pekerja karena adanya kesuaian antara jenis pekerjaan

dengan peralatan yang disediakan untuk pelaksanaan tugasnya. Selanjutnya unsur

lingkungan mempunyai arti penyusunan rancangan kerja yang harus

memperhatikan faktor sosial budaya yang berlaku dalam masyarakat.

Unsur keperilakuan mengartikan bahwa rancangan pekerjaan harus

memperhitungkan faktor-faktor seperti otonomi dalam bekerja yaitu tingkat

Universitas Sumatera Utara


kebebasan yang dimiliki pekerja dalam menentukan cara terbaik untuk

melaksanakan tugas, menggunakan cara yang dianggap paling efektif untuk

menemukan dan memecahkan masalah, bahkan meningkatkan tingkat

produktifitasnya. Unsur keperilakuan juga memperhitungkan pemanfaatan

berbagai keterampilan yaitu rancangan pekerjaan yang sedemikian rupa dapat

mendorong karyawan untuk lebih inovatif dalam bekerja dengan memanfaatkan

berbagai jenis keterampilan dan keahlian yang dimilikinya (Siagian, 2002).

Selain itu, unsur keperilakuan juga meliputi identitas tugas, signifikansi tugas

dan umpan balik. Identitas tugas yaitu karyawan mengetahui porsi pekerjaannya

sebagai bagian dari keseluruhan tugas kelompok atau organisasi. Signifikansi

tugas yang dimaksud adalah bahwa rasa bangga seseorang perlu dibangkitkan

dengan menimbulkan perasaan bahwa pekerjaannya mempunyai arti penting bagi

dirinya, dan juga memberikan kontribusi terhadap pencapaian keberhasilan

kelompok atau organisasi dimana dia menjadi anggota. Umpan balik sebagai

mekanisme untuk memberikan informasi kepada seorang pekerja dan kepada

atasan langsungnya mengenai nilai yang berguna untuk meningkatkan

keberhasilan kerjanya (Siagian, 2002)

Pada penelitian ini masing-masing unsur diatas telah dijalankan oleh perawat

seperti perawat pelaksana setuju memiliki rincian pekerjaan dan bekerja sesuai

rincian pekerjaan ada 89%, perawat pelaksana juga setuju memiliki tugas yang

bervariasi 76% perawat pelaksana. 89,8% perawat setuju mengetahui dan

mengerti 92% tentang tugas-tugas yang dilaksanakan. 92% perawat setuju standar

pekerjaan diketahui dan bersedia mengikuti standar pekerjaan 92,3%. Perawat

juga memiliki keterampilan sesuai dengan pekerjaan yang dilakukannya 93,2%.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan data yang diperoleh maka desain pekerjaan berada pada kategori

baik. Hal ini dapat dilihat masing-masing indikator desain pekerjaan yang

digunakan dalam instrumen penelitian menunjukkan nilai diatas 50%

(Lampiran7).

2.2. Kinerja Perawat Pelaksana

Kinerja perawat adalah penampilan hasil karya dari perawat dalam

memberikan pelayanan keperawatan berupa asuhan keperawatan. Kinerja seorang

perawat dapat dilihat dan dinilai sesuai dengan peran fungsi perawat sebagai

pemberi asuhan keperawatan (Depkes, 1988). Proses keperawatan ini

dikomunikasikan oleh perawat dalam bentuk dokumentasi keperawatan. Proses

dokumentasi ini menjadi bagian yang penting dalam penilaian kinerja perawat

karena setiap perkembangan kondisi klien dikomunikasikan melalui

pendokumentasian keperawatan. Proses dokumentasi yang baik akan

mempengaruhi proses penyembuhan klien sehingga kemampuan perawat dalam

melakukan proses dokumentasi merupakan aspek yang penting untuk

diperhatikan. Kondisi klien didokumentasikan melalui dokumentasikan

keperawatan yang sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang terdiri dari

pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi ,evaluasi dan catatan asuhan

keperawatan (Depkes, 1998).

Pengukuran kinerja perawat terhadap mutu asuhan keperawatan yang diukur

dalam penelitian ini menggunakan instrumen studi dokumentasi penerapan

Standar Asuhan Keperawatan (SAK) yang telah ditetapkan oleh Depkes RI.

Berdasarkan hasil analisis kinerja perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan yang dilakukan oleh

Universitas Sumatera Utara


peneliti menunjukkan bahwa sebagian besar kinerja perawat dalam kategori baik

yaitu 87,5%. Hal ini dapat dilihat dari indikator yang digunakan dalam instrumen

penelitian tentang kinerja menunjukkan bahwa 67% perawat selalu mencatat data

pasien berdasarkan pedoman pengkajian, 77,3% perawat selalu membuat diagnosa

berdasarkan masalah yang 76,1% perawat membuat perencanaan berdasarkan

diagnosa keperawatan. 78,4% perawat mengevaluasi tindakan berdasarkan tujuan.

77,3% selalu mencatat hasil evaluasi dan 78,4% perawat selalu mencatat tindakan

dengan jelas. Secara keseluruhan kinerja perawat pada setiap aspek yang dinilai

mulai tahap pengkajian hingga pendokumentasian asuhan keperawatan yang

sesuai dengan standar asuhan keperawatan sudah baik hal ini terlihat dari

indikator pelaksanaan kinerja perawat dalam kategori baik cendrung diatas 50%

(Lampiran 7).

Berdasarkan hasil penelitian juga didapat 12,5% perawat yang memiliki

kinerja kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari lampiran 7, dijumpai 6,8% perawat

yang tidak pernah mencatat data yang dikaji, 9,1% perawat yang tidak pernah

mengelompokkan data berdasarkan biopsikososialspiritual, 9,1% perawat yang

membuat rencana tindakan tidak menggambarkan kerja sama dengan tim lain,

9,1% perawat tidak pernah mencatat semua tindakan dengan ringkas dan jelas,

15,9% perawat yang tidak pernah membubuhkan tanda paraf setiap melakukan

tindakan dan 17% perawat tidak pernah menyimpan berkas catatan keperawatan.

Kasmir (2003) menjelaskan bahwa pelayanan yang baik memiliki ciri yaitu

perawat yang bertanggung jawab, mampu berkomunikasi, mampu memahami

kebutuhan pasien dan mampu melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan

standar operasional prosedur yang sudah ada, melakukan pencatatan dokumentasi

Universitas Sumatera Utara


(menuliskan apa yang telah dilakukan dan melakukan apa yang telah dituliskan)

pencacatan merupakan tindakan yang penting dalam pendokumentasian.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja seorang perawat. Gibson

(1987) menjelaskan bahwa ada tiga hal yang dapat mempengaruhi kinerja seorang

perawat yaitu faktor individu, faktor psikologi dan faktor organisasi. Faktor

individu terdiri dari kemampuan dan keterampilan, latar belakang dan demografis

variabel. Kemampuan dan keterampilan merupakan faktor utama yang

mempengaruhi perilaku dan kinerja individu. Faktor psikologi terdiri dari

persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi. Variabel ini dipengaruhi oleh

keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja sebelumnya dan variabel demografis.

Faktor organisasi berefek tidak langsung terhadap perilaku dan kinerja individu

terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, imbalan dan struktur dan desain

pekerjaan.

Megawati (2005) menjelaskan bahwa perawat yang berada pada rentang

usia 21-34 cendrung memiliki kinerja yang baik karena umur yang tergolong

muda membuat tingkat pemahaman kerjanya kurang. Begitu juga dengan tingkat

pendidikan seseorang, semakin tinggi pendidikannya maka semakin tinggi

pengetahuannya dan pemahamannya terhadap apa yang dilakukannya. Artinya S1

lebih baik dibandingkan DIII. Lama bekerja juga mempengaruhi kinerja. Perawat

yang bekerja <15 tahun cendrung memiliki kinerja yang baik dan yang >15 tahun

akan memiliki kinerja kurang baik. Hal ini disebabkan oleh semakin lama

seseorang bekerja maka akan menimbulkan rasa jenuh (Megawati, 2005).

Universitas Sumatera Utara


2.3. Pengaruh Desain Pekerjaan Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana

Berdasarkan uji Exact Fisher diperoleh nilai p (=0,013). Hal ini menjelaskan

bahwa terdapat pengaruh desain pekerjaan terhadap kinerja perawat pelaksana di

Rumah Sakit Islam Malahayati Medan. 89,9% perawat yang memiliki desain

pekerjaan, 81,8% berkinerja baik (Tabel 5.4.).

Hasil penelitian diatas sesuai dengan pendapat Gibson, 1987 yang

menjelaskan bahwa variabel desain pekerjaan merupakan bagian organisasi yang

berefek langsung terhadap kinerja individu. Desain pekerjaan berhubungan

dengan proses yang digunakan oleh menejer untuk menciptakan tugas individu

dan tanggung jawab. Pekerjaan memberi penghasilan, pengalaman hidup yang

berarti, harga diri, penghargaan dari orang lain, ketertiban hidup kita dan

pergaulan dengan orang lain. Jadi kesejahteraan organisasi dan individu

tergantung dari kemampuan organisasi mendesain pekerjaan dengan baik.

Desain pekerjaan menguraikan cakupan, kedalaman, dan tujuan dari setiap

pekerjaan yang membedakan antara pekerjaan yang satu dengan pekerjaan yang

lainnya. Tujuan pekerjaan dilaksanakan melalui analisis kerja, dimana para

menejer menguraikan pekerjaan sesuai dengan aktifitas yang dituntut agar

membuahkan hasil (Gibson, 1987). Keadaan ini juga sesuai dengan prinsip

pengorganisasian tentang pembagian tugas, kejelasan tugas, adanya standar

pekerjaan dan wewenang akan tugas yang dilaksanakan (Dessler, 2004).

Pekerjaan yang dilakukan secara efisien akan meningkatkan kinerja, tidak

hanya bergantung kepada kemampuan atau keterampilan saja tetapi juga

dipengaruhi oleh penguasaan prosedur kerja, uraian kerja yang jelas, peralatan

Universitas Sumatera Utara


kerja yang tepat atau sesuai dengan lingkungan kerja (Notoatmojo, 1992).Hal ini

sesuai dengan penelitian Nurhaeni (2001) menemukan bahwa responden yang

mempunyai respon baik terhadap desain pekerjaan, biasanya kinerjanya lebih baik

dibandingkan yang memiliki respon kurang baik. Selain itu, hasil penelitian juga

terdapat hubungan yang signifikan antara desain pekerjaan dengan kinerja

perawat.

Sesuai dengan tuntutan pekerjaan perawat yang harus cepat dan tanggap, maka

dalam melakukan pekerjaannya perawat harus terbiasa berpedoman pada standar

asuhan keperawatan, standar operasional prosedur yang ada, karena jika tidak

dapat berakibat fatal pada pasien (Depkes, 2001).

Sejalan dengan Firmansyah (2009) yang menjelaskan bahwa desain pekerjaan

mempunyai hubungan yang signifikan dengan kinerja perawat dengan nilai

p=0,001. Perawat yang merasakan bahwa desain pekerjaan yang ada di rumah

sakit dalam kategori baik, kinerjanya juga baik yaitu sebanyak 90,7%. Vera

(2009) juga menambahkan bahwa desain pekerjaan berpengaruh signifikan

terhadap gairah kerja dengan koefisien regresi sebesar 0,942. Hal ini berarti

dengan adanya kejelasan desain pekerjaan yang diberikan perusahaan kepada

karyawan akan meningkatkan gairah kerja karyawan. Meningkatnya gairah

karyawan membuat kinerja karyawan menjadi lebih baik.

Hackman dan Oldham dalam Cook (1997) berkeyakinan bahwa desain

pekerjaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja individu.

Pengaruh tersebut berhasil menyusun teori terintegrasi dari rancangan kerja yang

terdiri dari tiga tahapan model yaitu model inti pekerjaan, pernyataan psikologis

dan hasil kerja individu. Dimensi inti pekerjaan terdiri dari otonomi, keberagaman

Universitas Sumatera Utara


tugas, identitas tugas, umpan balik, kesempatan berhubungan dengan pihak lain

dan signifikansi tugas akan mendorong seorang perawat mengemukakan

tanggapan psikologis mengenai persepsinya terhadap pekerjaan yang

dilakukannya.

Tanggapan psikologis tersebut membuat perawat menganggap bahwa

pekerjaan tersebut sangat berarti, bernilai dan menyenangkan baginya

(dipengaruhi oleh keberagaman tugas, identitas tugas, dan signifikansi tugas) juga

membuat perawat merasa bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang

dilakukannya dalam menentukan hasil-hasil pekerjaan (dipengaruhi otonomi

pekerjaan) dan membuat perawat mengetahui secara berkesinambungan tentang

seberapa efektif mereka melakukan pekerjaannya (dipengaruhi oleh dimensi

umpan balik). Dengan demikian, hal-hal tersebut akan menciptakan perilaku yang

mengarah pada pencapaian hasil atau kinerja yang tinggi (Cook, 1997).

Ditegaskan oleh Sunarto (2005) yang menjelaskan bahwa desain pekerjaan

memiliki peranan penting bagi sebuah organisasi. Desain pekerjaan membuat

produktifitas dan kualitas pelayanan menjadi optimal, kemampuan dalam

melaksanakan proses kerja menjadi efektif, terarah dan jelas.

Universitas Sumatera Utara


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan

saran mengenai hubungan desain pekerjaan dengan kinerja perawat pelaksana di

Rumah Sakit Islam Malahayati Medan.

1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah :

1.1. Desain pekerjaan yang dijalankan oleh perawat pelaksana di Rumah Sakit

Islam Malahayati Medan sebagian besar menyatakan baik. Walaupun ada

10,2% yang menyatakan bahwa desain pekerjaan di Rumah Sakit Islam

Malahayati Medan kurang baik.

1.2. Hasil observasi kinerja perawat pelaksana menjelaskan bahwa pada umumnya

kinerja perawat pelaksana yang bekerja di Rumah Sakit Islam Malahayati

Medan sebagian besar berada dalam kategori baik. Hanya 12,5% perawat

pelakana yang memiliki kinerja dengan kategori kurang baik.

1.3. Desain pekerjaan mempengaruhi kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit

Islam Malahayati Medan yaitu nilai p(=0,013) < alpha(=0,05). Artinya

semakin baik desain pekerjaan yang dijalankan perawat pelaksana maka akan

semakin baik pula kinerja perawat yang akan dihasilkan. Demikian pula

sebaliknya, jika desain pekerjaan yang dimiliki kurang baik maka kinerja

yang dihasilkan perawat pelaksana juga kurang baik.

Universitas Sumatera Utara


2. Saran

2.1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa desain pekerjaan mempengaruhi

kinerja perawat. Oleh karena itu, sebuah rumah sakit perlu menyusun desain

pekerjaan dengan mempertimbangkan rincian pekerjaan yang akan dibuat

untuk perawat, pengaturan shift, keterampilan yang dimiliki perawat, hak dan

tanggung jawab dan evaluasi mengenai hasil kerja perawat.

2.2. Bagi Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian yang diperoleh dapat menjadi data dasar dan informasi bagi

penelitian selanjutnya. Penelitian selanjutnya perlu melihat unsur-unsur

desain pekerjaan yang terdiri dari unsure mekanistik, lingkungan dan

keperilakuan. Dengan demikian, gambaran desain pekerjaan suatu rumah

sakit dan pengaruhnya terhadap kinerja perawat pelaksana lebih jelas.

2.3. Bagi Rumah Sakit Islam Malahayati Medan

Untuk menjaga kinerja perawat dalam kategori baik di Rumah Sakit Islam

Malahayati Medan maka tetap disarankan agar desain pekerjaan yang dibuat

oleh pihak rumah sakit benar-benar disosialisasikan. Dengan demikian, jika

perawat memiliki desain pekerjaan baik maka kinerja perawat juga akan

baik.

Universitas Sumatera Utara

Você também pode gostar