Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Kasus al-gharawain ini terjadi hanya dalam dua kemungkinan saja, yaitu :
1. Jika seseorang yang meninggal dunia hanya meninggalkan ahli waris : Suami, Ibu, Bapak
2. Jika seseorang yang meninggal dunia hanya meninggalkan ahli waris : Istri, Ibu, Bapak
Maka penyelesaiannya sebagai berikut :
AW Bagian AM (6)
Suami 1/2 3 (sisa=3)
Ibu 1/3 dari sisa 1/3 x 3 = 1
Bapak Ashabah 2
6/6
AW JP AM (12)
Istri ¼ 3 (sisa=9)
Ibu 1/3 dari sisa 1/3 x sisa(=9) = 3
Bapak Ashabah 6
12/12
Perlu diingat bahwa untuk memudahan dalam penyelesaiannya tempatkan suami /istri
paling atas, sebab 1/3 dari sisa merekalah (setelah dikeluarkan bagian mereka) untuk bagian ibu.
c. Pembagian harta warisan dengan cara aul
Definisi al-‘aul menurut istilah yaitu bertambahnya jumlah harta waris dari yang telah
ditentukan dan berkurangnya bagian para ahli waris.
Aul adalah suatu situasi dimana fard / saham-saham para ahli waris yang berkumpul
dalam mewarisi melebihi dari harta yang dibagi.
Contoh :
Seseorang meninggal dunia, harta warisannya sebesar Rp. 60.000,- ahli warisnya terdiri
dari istri, ibu, 2 saudara perempuan sekandung dan saudara seibu. Bagian masing-masing adalah
:
jika diselesaikan dengan langsung :
Ahli Waris Bag. HW Rp. 60.000.000,- Penerimaan
Istri 1/4 1/4 x 60.000.000 Rp. 15.000.000
Ibu 1/6 1/6 x 60.000.000 Rp. 10.000.000
2 saudara perempuan sekandung 2/3 2/3 x 60.000.000 RP. 40.000.000
saudara seibu 1/6 1/6 x 60.000.000 Rp. 10.000.000
Jumlah Rp. 75.000.000
Hasilnya terjadi kekurangan harta sebesar Rp. 15.000.000,-
jika diselesaikan dengan cara ‘aul, maka akan diperoleh hasil sebagai berikut :
Ahli Waris Bag. AM (12) HW Rp. 60.000.000,- Penerimaan
Istri 1/4 3 3/15 x 60.000.000 Rp. 12.000.000
Ibu 1/6 2 2/15 x 60.000.000 Rp. 8.000.000
2 saudara perempuan sekandung 2/3 8 8/15 x 60.000.000 RP. 32.000.000
saudara seibu 1/6 2 2/15 x 60.000.000 Rp. 8.000.000
15 Jumlah Rp. 60.000.000
Asal masalah di’aulkan dari 12 menjadi 15, karena jika tidak di’aulkan akan terjadi
kekurangan harta sebesar Rp. 15.000.000,-
d. Pembagian harta warisan dengan cara radd
Menurut istilah ar-radd adalah berkurangnya pokok masalah dan bertambahnya jumlah
bagian ashhabul furudh. Terjadinya masalah radd apabila pembilang lebih kecil daripada
penyebut dan merupakan kebalikan dari masalah aul. Pembagian dengan cara radd
dilakukan agar harta warisaan tidak meninggalkan sisa. Adapun suami atau istri dari
muwaris tidak boleh menerima sisa harta warisan
Ar-radd tidak akan terjadi dalam suatu keadaan, kecuali bila terwujud tiga syarat sebagai
berikut :1[9]
1. Adanya ashhabulfurudh
2. Tidak adanya ashabah
3. Ada sisa harta waris
Contoh radd.
1. Seluruh ahli waris yang ada boleh menerima sisa harta warisan. Terdapat dua cara,
Yang pertama, yaitu langsung dihitung dengan cara radd
Contoh I :
Seseorang meninggal dunia, ahli warisnya terdiri dari : anak perempuan dan ibu.
Harta warisannya sebesar Rp. 12.000.000,- bagian masing-masing adalah :
Yang kedua, dengan cara harta warisan lebih dulu dihitung sesuai bagian masing-masing,
kemudian sisa harta yang telah diberikan sesuai ketentuan dihitung dengan cara radd
Contoh II :
Seseorang meninggal dunia, ahli warisnya tediri dari : saudara perempuan sekandung,
saudara perempuan seayah, dan saudara perempuan seibu. Harta warisannya sejumlah
Rp. 30.000.000,- bagian masing-masing adalah :
Ahli Waris Bag. HW Rp. 30.000.000,- Penerimaan
Saudara perempuan sekandung 1/2 1/2 x 30.000.000 Rp.15.000.000
saudara perempuan seayah 1/6 1/6 x 30.000.000 Rp. 5.000.000
saudara perempuan seibu 1/6 1/6 x 30.000.000 Rp. 5.000.000
Jumlah Rp. 25.000.000,-
Jadi ada kelebihan harta sebanyak Rp. 5.000.000,-
Cara pertama yaitu terlebih dahulu meghitung sesuai ketentuan, kemudian membagi sisa
warisan
Contoh I :
Seseorang meninggal dunia, ahli warisnya tediri dari : saudara laki-laki seibu, Ibu, dan
istri. Harta warisannya sejumlah Rp. 90.000.000,- bagian masing-masing adalah :
Ahli Waris Bag. HW Rp. 90.000.000,- Penerimaan
saudara laki-laki seibu 1/6 1/6 x 90.000.000 Rp.15.000.000
Ibu 1/3 1/3 x 90.000.000 Rp. 30.000.000
suami 1/4 1/4 x 90.000.000 Rp. 22.500.000
Jumlah Rp. 67.500.000,-
Terdapat sisa Rp. 22.500.000
Sisa tersebut kemudian dihitung uang bagi ahli waris yang berhak menerima sisa
Ahli Waris Bag. AM (6-3) HW Rp. 22.500.000 Penerimaan
Saudara laki-laki seibu 1/6 1 1/3 x 22.500.000 Rp. 7.500.000
Ibu 1/3 2 2/3 x 22.500.000 Rp. 15.000.000
Dengan demikian jumlah yang didapat tiap-tiap ahli waris :
Ahli Waris Perhitungan pertama Perhitungan kedua Jumlah
saudara laki-laki seibu Rp.15.000.000 Rp. 7.500.000 Rp. 22.500.000
Ibu Rp. 30.000.000 Rp. 15.000.000 Rp. 45.000.000
suami Rp. 22.500.000 - Rp. 22.500.000
Cara kedua yaitu dengan menghitung bagian ahli waris yang tidak dapat menerima sisa,
kemudian menghitung bagian ahli waris yang diperbolehkan menerima sisa.
Contoh II :
Seseorang meninggal dunia, ahli warisnya tediri dari : saudara laki-laki seibu, Ibu, dan
istri. Harta warisannya sejumlah Rp. 90.000.000,- bagian masing-masing adalah :
Syariah adalah sumber hukum tertinggi yang harus ditaati. Orang yang paling durhaka
adalah orang yang menentang hukum syariah. Syariah itu sendiri diturunkan untuk
kebaikan hidup umat Islam.
Pembagian waris Islam merupakan pembagian dengan nilai keadilan paling tinggi.
Keadilan yang telah diterapkan tersebut secara otomatis akan mencegah muncul berbagai
konflik dalam keluarga yang dapat berujung pada tragedi pertumpahan darah.