Você está na página 1de 24

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
(UU No.20 Tahun 2003 Pasal 1).
Pendidikan mengandung pengertian suatu perbuatan yang disengaja
untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan sebagainya.
Pendidikan IPS pada tingkat sekolah dasar menggunakan pendekatan secara
terpadu / fusi. Hal ini disesuaikan dengan karakteristik tingkat perkembangan
usia siswa SD yang masih pada taraf berfikir abstrak.
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang bersumber
dari kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi dengan menggunakan
konsep-konsep ilmu sosial yang digunakan untuk kepentingan pembelajaran
Pengembangan pendidikan IPS tidak hanya diarahkan pada
pengembangan kompetensi yang berkaitan dengan aspek intelektual saja.
Keterampilan sosial menjadi salah satu faktor yang dikembangkan sebagai
kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa dalam pendidikan IPS.
Keterampilan mencari, memilih, mengolah dan menggunakan informasi
untuk memberdayakan diri serta keterampilan bekerjasama merupakan aspek
yang sangat penting dimiliki oleh peserta didik yang kelak akan menjadi
warga masyarakat yang baik.
Untuk itu dalam makalah kali ini kami akan membahas mengenai
bagaimana kompetensi pembelajaran yang dikembangkan pada KTSP dengan
Kurikulum 2013 dengan maksud agar kita mampu mendesain dan
merencanakan proses pembelajaran IPS dengan baik.
.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kurikulum?
2. Bagaimana kompetensi pembelajaran IPS pada KTSP?
3. Bagaimana kompetensi pembelajaran IPS pada Kurikulum 2013?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari kurikulum
2. Untuk memahami kompetensi pembelajaran IPS pada KTSP
3. Untuk memahami kompetensi pembelajaran IPS pada Kurikulum 2013

BAB II

1
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum
Menurut Alice Miel dalam bukunya Changing in the Curriculum a Social
Process (1946) menyatakan bahwa “curriculum is all experience and influence
gained in school children”. Artinya, kurikulum adalah segala pengalaman dan
pengaruh yang diperoleh anak di sekolah. Kurikulum mencakup pengetahuan,
kecakapan, kebiasaan-kebiasaan, sikap, apresiasi, cita-cita, norma-norma, pribadi
guru, kepala sekolah, dan seluruh pegawai sekolah.
Menurut William B. Ragan dalam bukunya Modern Elementary Curriculum
(1955) menyatakan bahwa “the curriculum covers the whole program and life in
school, even all the children experiences under the responsibility of the school”.
Artinya, kurikulum meliputi seluruh program dan kehidupan dalam sekolah, yakni
segala pengalaman anak dibawah tanggung jawab sekolah. Kurikulum tidak hanya
meliputi bahan pelajaran, tetapi juga meliputi seluruh kehidupan dalam kelas,
termasuk didalamnya hubungan sosial antara guru dan murid, metode mengajar,
dan cara mengevaluasi.
Sementara itu, menurut PP Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, “kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu”. Menurut Hasan dan Said Hamid (2002, hlm. 80) “kurikulum
dapat diartikan sebagai suatu dokumen atau rencana tertulis mengenai kualitas
pendidikan yang harus dimiliki oleh peserta didik melalui suatu pengalaman
belajar”.
Jadi, kurikulum adalah rencana tertulis mengenai seluruh program yang
berfungsi sebagai acuan pelaksanaan pembelajaran di sekolah, mencakup segala
aspek yang berhubungan dengan terlaksananya studi.

B. Kompetensi Pembelajaran IPS dalam Kurikulum 2006 (KTSP)

2
Sejalan dengan reformasi sistem pendidikan nasional, kurikulum sebagai salah
satu subsistem pendidikan nasional pun mengalami reformasi. Reformasi
kurikulum ditandai oleh perubahan pada orientasi pengembangannya. Untuk
kurikulum IPS-SD, jika pada kurikulum 1964-1968 berorientasi pada penguasaan
materi (subjectmatter-based curriculum), pada kurikulum 1975-1994/1999
berorientasi pada tujuan (goal-based curriculum), maka pada kurikulum baru—
disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)--yang dikembangkan
berdasarkan standar isi dan standar kompetensi lulusan (SKL) berorientasi pada
pencapaian standar kompetensi (competency-based curriculum).
a. Struktur Dasar Kompetensi IPS-SD
Struktur dasar kompetensi IPS-SD (SKD IPS-SD) dimaksudkan sebagai pola
organisasi kompetensi-kompetensi IPS-SD yang bersifat sistemik, saling berkaitan
antara kompetensi yang satu dengan kompetensi yang lain sebagai sebuah totalitas
atau kesatuan, yang terdapat di dalam standar isi dan standar kompetensi lulusan
SD. SKD IPS-SD diorganisasi secara sistemik dari tiga kompetensi, yakni: (1)
kompetensi personal; (2) kompetensi sosio-kultural; dan (3) kompetensi
intelektual-keilmuan.
Di dalam Permendiknas no. 22/2006 dan Permendiknas no. 23/2006, SKD
IPS-SD dijabarkan sebagai berikut: (1) SKL-MP IPS-SD seluruhnya berjumlah 10
standar kompetensi, terbagi menjadi satu standar kompetensi personal; lima
standar kompetensi sosio-kultural; dan empat standar kompetensi intelektual-
keilmuan; (2) SK-KMP IPS-SD seluruhnya berjumlah lima standar kompetensi,
dan seluruhnya termasuk dalam klasifikasi kompetensi intelektual-keilmuan.
Tidak ada SK-KMP yang memuat standar kompetensi personal dan sosio-kultural;
dan (3) SKMP IPS-SD seluruhnya berjumlah 14 standar kompetensi, terbagi
menjadi: satu standar kompetensi personal; tiga standar kompetensi sosio-kultural;
dan 10 standar kompetensi intelektual-keilmuan.
SKL-MP IPS-SD berjumlah 10 standar kompetensi, dengan klasifikasi: (a)
satu standar kompetensi personal: pemahaman identitas diri; (b) lima standar
kompetensi sosio-kultural: pemahaman identitas keluarga; sikap toleransi dalam
keluarga; penghargaan terhadap berbagai peninggalan dan tokoh sejarah nasional;
keragaman suku bangsa dan kegiatan ekonomi di Indonesia; dan penghargaan

3
terhadap peranan tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia; dan (c) empat standar
kompetensi intelektual-keilmuan: mendeskripsikan kedudukan dan peran
anggota dalam keluarga dan lingkungan tetangga, serta kerja sama di antara
keduanya; memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di
lingkungan kabupaten/kota dan provinsi; mengenal sumber daya alam, kegiatan
ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi;
memahami perkembangan wilayah Indonesia, keadaan sosial negara di Asia
Tenggara serta benua-benua; mengenal gejala (peristiwa) alam yang terjadi di
Indonesia dan negara tetangga, serta dapat melakukan tindakan dalam
menghadapi bencana alam; dan memahami peranan Indonesia di era global.
Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP)
SK-KMP IPS-SD berjumlah lima standar kompetensi, dan seluruhnya
termasuk dalam klasifikasi kompetensi intelektual-keilmuan, yakni kompetensi:
(1) mengenal dan menggunakan berbagai informasi tentang lingkungan sekitar
secara logis, kritis, dan kreatif; (2) menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis,
dan kreatif; (3) menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi; (4) menunjukkan
kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari; dan
(5) menunjukkan kemampuan mengenali gejala alam dan sosial di lingkungan
sekitar.
Standar Kompetensi Mata Pelajaran (SKMP)
SKMP IPS-SD berjumlah 14 standar kompetensi, dengan klasifikasi: (a) satu
standar kompetensi personal: pemahaman identitas diri; (b) tiga standar
kompetensi sosio-kultural: memahami identitas keluarga, serta sikap saling
menghormati dalam kemajemukan keluarga; menghargai berbagai peninggalan
dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha dan Islam,
keragaman kenampakan alam dan suku bangsa, serta kegiatan ekonomi di
Indonesia; menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam
mempersiapkan dan mempertahankaan kemerdekaan Indonesia; dan (c) 10 standar
kompetensi intelektual-keilmuan: mendeskripsikan lingkungan rumah;
pemahaman terhadap peristiwa penting dalam keluarga secara kronologis;
kedudukan dan peran anggota dalam keluarga dan lingkungan tetangga;
lingkungan dan melaksanakan kerjasama di sekitar rumah dan sekolah; jenis

4
pekerjaan dan penggunaan uang; sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku
bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi; sumber daya alam, kegiatan
ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi;
perkembangan wilayah Indonesia, kenampakan alam dan keadaan sosial negara-
negara di Asia Tenggara, serta benua-benua; alam yang terjadi di Indonesia dan
sekitarnya; dan pemahaman terhadap peranan bangsa Indonesia di era global.
Kompetensi Dasar Mata Pelajaran (KDMP)
KDMP IPS-SD berjumlah 48 kompetensi dasar, yang merupakan penjabaran
dari SKMP--setiap SKMP dijabarkan menjadi 2—6 KDMP. KDMP IPS-SD
tersebut dapat diklasifikasikan menjadi: (a) empat standar kompetensi personal:
Menceritakan pengalamannya dalam melaksanakan peran dalam anggota
keluarga; Memelihara dokumen dan koleksi benda berharga miliknya;
Mengidentifikasi identitas diri, keluarga, dan kerabat; Menceriterakan pengalaman
diri; (b) delapan standar kompetensi sosio-kultural: Memelihara lingkungan alam
dan buatan di sekitar rumah; melakukan kerjasama di lingkungan rumah, sekolah,
dan kelurahan/desa; Menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan
setempat (kabupaten/kota, provinsi) dan menjaga kelestariannya; Meneladani
kepahlawanan dan patriotisme tokoh-tokoh di lingkungannya; Menghargai
keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia; Menghargai jasa dan peranan
tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia; Menghargai
jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan; Menghargai
perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan; dan (c) 36 standar
kompetensi intelektual-keilmuan: Memanfaatkan dokumen dan benda penting
keluarga sebagai sumber cerita; Menceritakan peristiwa penting dalam keluarga
secara kronologis; Menceritakan kembali peristiwa penting yang dialami sendiri
di lingkungan keluarga; Mendeskripsikan letak rumah; Menjelaskan lingkungan
rumah sehat dan perilaku dalam menjaga kebersihan rumah; Menceriterakan kasih
sayang antar anggota keluarga; mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan
dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya; Mengenal jenis-jenis
pekerjaan; Memahami pentingnya semangat kerja; Memahami kegiatan jual beli
di lingkungan rumah dan sekolah; Mengenal sejarah uang; Mengenal penggunaan
uang sesuai dengan kebutuhan; Membaca peta lingkungan setempat

5
(kabupaten/kota, provinsi) dengan menggunakan skala sederhana;
Mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi
serta hubungannya dengan keragaman sosial dan budaya; Menunjukkan jenis dan
persebaran sumber daya alam serta pemanfaatannya untuk kegiatan ekonomi di
lingkungan setempat; Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat
(kabupaten/kota, provinsi); Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat; Mengenal perkembangan teknologi produksi,
komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya; Mengenal
permasalahan sosial di daerahnya; Mengenal makna peninggalan-peninggalan
sejarah yang berskala nasional dari masa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia;
Menceriterakan tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu-Budha dan Islam di
Indonesia; Mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian
wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/globe dan media
lainnya; Mengenal jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia;
Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda
dan Jepang; Mendeskripsikan perkembangan sistem administrasi wilayah
Indonesia; Membandingkan kenampakan alam dan keadaan sosial negara-negara
tetangga; Mengidentifikasi benua-benua; Mendeskripsikan gejala (peristiwa) alam
yang terjadi di Indonesia dan negara tetangga; Mengenal cara-cara menghadapi
bencana alam; Menjelaskan peranan Indonesia pada era global dan dampak positif
serta negatifnya terhadap kehidupan bangsa Indonesia; dan Mengenal manfaat
ekspor dan impor di Indonesia sebagai kegiatan ekonomi antar bangsa;
Menceritakan lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dan sekolah;
Membuat denah dan peta lingkungan rumah dan sekolah; Mendeskripsikan
kedudukan dan peran anggota keluarga; Memberi contoh bentuk-bentuk
kerjasama di lingkungan tetangga; Menunjukkan sikap hidup rukun dalam
kemajemukan keluarga
b. Struktur Kompetensi IPS-SD
Yang dimaksud dengan struktur kompetensi IPS dalam tulisan ini adalah pola
organisasi kompetensi-kompetensi dalam suatu jalinan atau relasi sistemik yang
saling berkaitan antara kompetensi yang satu dengan kompetensi yang lain

6
sebagai sebuah totalitas atau kesatuan, yang terdapat di dalam standar isi dan
standar kompetensi lulusan SD.
Sebelumnya sudah dikemuka-kan, bahwa pengembangan kompetensi di
dalam IPS-SD 2006 difokuskan tiga aspek kompetensi, yaitu kompetensi “sosio-
kultural”, “intelektual-keilmuan”, dan “personal” . Ketiga orientasi
pengembangan kompetensi tersebut tampaknya dimaksudkan agar IPS-SD lebih
diarahkan pada pengembangan “kemampuan-kemampuan dasar alamiah”
(native capacities, natural capabilities) siswa dalam upaya me-ngembangkan
jatidirinya sebagai makh luk personal, sosio-kultural, dan intelektual (Dewey,
1964). Dengan demikian, kompetensi-kompetensi yang dirumuskan di dalam
IPS-SD benar-benar bersifat “mendasar” bagi setiap siswa dalam upaya
membentuk dan membangun sendiri struktur pengetahuan/pengertian, kete-
rampilan, nilai, sikap, dan tindakannya baik dalam konteks kehidupan pribadi,
sosial, dan kultural; serta menjadi bagian integral dalam setiap ikhtiar siswa
untuk membangun dan mengembangkan identitas, karakter, atau jatidirinya
sebagai makhluk personal, sosiokultural dan intelektual. Sejalan dengan orientasi
pengembangan pada ketiga kompetensi di atas, maka secara struktural
kompetensi IPS-SD tersusun sebagai berikut:
1) Kompetensi Personal
Kompetensi personal adalah kompetensi yang dikembangkan untuk
mambantu siswa mampu membentuk dan mengembangkan kepribadiannya
sebagai makhluk personal atau individu dalam konteks kehidupan keseharian
personal, sosial dan kultural. Dengan kata lain, pembentukan dan pengem-bangan
kompetensi personal dimaksud-kan pada upaya mengenalkan dan memahamkan
siswa atas identitas dirinya, dan membangun “kesadaran diri” (self awareness)
siswa pada dirinya sebagai makhluk pribadi (homo persona) dengan segala
keunikan dan keutuhan pribadinya yang senantiasa akan terus berkembang
(Hasan, 1993; Sumaatmadja, 2003; Wiriaatmadja, 2003). Kompetensi personal ini
selama perkembangan kurikulum IPS-SD 1964—1994 tampak terpinggirkan,
tidak dinyatakan secara eksplisit (Hasan, 2002).
Kompetensi personal yang dikembangkan di dalam IPS-SD berdasarkan
standar isi dan standar kompetensi lulusan SD adalah kemampuan memahami

7
identitas diri dalam konteks kehidupan sosial (Permendiknas no. 23, 2006).
Kompetensi ini dikembangkan pada diri siswa melalui pembentukan kemampuan:
mengidentifikasi identitas diri; menceriterakan pengalaman diri; menceritakan
kembali peristiwa penting yang dialami sendiri di lingkungan keluarga;
memelihara dokumen dan koleksi benda berharga miliknya; menceritakan
pengalaman-nya dalam melaksanakan peran dalam anggota keluarga
(Permendiknas no. 22, 2006).
Signifikansi kompetensi per-sonal dalam IPS-SD, didukung oleh sejumlah
hasil penelitian empirik dan kepustakaan yang ditinjau oleh Jantz & Klaweitter
(1991); Wyner & Farquhar (1991); dan Alleman & Rosaen (1991). Dalam tinjauan
tersebut, disimpulkan bahwa kompetensi personal dipandang sebagai “crucial
component” dan “dominant purposes” dalam IPS-SD. Kompetensi tersebut
dipandang sebagai pemberi dasar atau fondasi bagi siswa untuk lebih mengetahui
dan memahami dirinya dan harga dirinya, sebagai dasar untuk membedakan
dirinya dengan orang lain, yang dipandang esensial bagi kepentingan belajar
selanjutnya; dan menjadi dasar bagi IPS-SD dalam mengembangkan kapa-bilitas
mental yang dipandang penting bagi siswa untuk merealisasikan diri (Wyner &
Farquhar, 1991; Sumantri, 2002); sebagai pengorganisasi dan penyaring terhadap
apapun sikap dan reaksi orang lain tentang dirinya (Martorella, 1985).
Kepemilikan kompetensi personal juga dipandang mampu memberikan
pengertian diri lebih baik, dari sisi pribadi maupun orang lain di luar diri siswa
(NCSS:1989); juga dipandang sangat berpengaruh terhadap perilaku siswa dengan
bertindak sebagai “sistem penyaring” yang melibatkan persepsi siswa dan
konstruksi realitas siswa; berkaitan secara positif dengan kemampuan dan prestasi
akademik siswa; dengan sikap, perilaku, dan performansi siswa di sekolah/kelas
(Jantz & Klaweitter, 1991). Kompetensi personal juga dipandang penting bagi
siswa agar mereka mampu bersikap dan bertindak, baik di dalam kehidupan
pribadi maupun sosial, atas dasar suatu nilai tertentu yang telah menjadi miliknya,
menjadi panduan dalam dirinya (Hasan, 1993); serta sebagai motivator bagi siswa
dalam pencapaian hasil-hasil belajarnya, tidak hanya oleh akuntabiltas dan sistem
peringkat (Brophy & Alleman, 1996:45).
2) Kompetensi Sosio-Kultural

8
Kompetensi sosio-kultural ada-lah kemampuan membentuk dan
mengembangkan karakter atau jatidiri siswa sebagai makhluk sosial dan kultural,
yakni karakter siswa yang dicirikan oleh kesadaran dan pemahaman diri terhadap
arti penting dirinya sebagai makhluk yang se-nantiasa ingin mencari kawan atau
sahabat, perlu bekerjasama, memba-ngun relasi-relasi sosial di antara sesama
manusia guna memenuhi kebutuhan dan kepentingan personal, sosiokulturalnya.
Dengan kata lain, kompetensi sosio-kultural ini berkaitan dengan
pembentukan dan pengembang-an pengembangan “kesadaran” dan “kepribadian”
siswa sebagai makhluk sosiokultural.
Dengan kepemilikan kompetensi-kompetensi sosial tersebut siswa SD sejak
dini diharapkan sudah terbentuk dan terbina didalam dirinya bahwa mereka secara
fitriah adalah anggota masyarakat yang matang pada saatnya nanti. Pembentukan
dan pengembangan kompetensi-komptensi sosio-kultural ini sesuai dengan
tuntutan sosial pada masa kini dan mendatang, termasuk tuntutan di dalam
masyarakat global (Saxe, 1991; Stopsky & Lee, 1994).
Sejumlah kompetensi sosio-kultural yang dikembangkan di dalam IPS-SD
berdasarkan standar isi dan standar kompetensi lulusan SD adalah kemampuan:
1) Memahami identitas keluarga, serta mewujudkan sikap saling menghormati
dalam kemaje-mukan keluarga. Kompetensi ini dikembangkan pada diri
siswa melalui pembentukan kemam-puan: mengidentifikasi identitas keluarga
dan kerabat; menceriterakan kasih sayang antar anggota keluarga; dan
menunjuk kan sikap hidup rukun dalam kemajemukan keluarga.
2) Mendeskripsikan kerja sama yang terjadi di dalamnya. Kompetensi ini
dikembangkan pada diri siswa melalui pem-bentukan kemampuan: memberi
contoh bentuk-bentuk kerjasama di lingkungan tetangga; dan memahami
lingkungan dan melaksanakan kerjasama di sekitar rumah dan sekolah.
3) Menghargai peranan tokoh pejuang dalam mempersiapkan dan
mempertahankan kemerde-kaan Indonesia. Kompetensi ini dikembangkan
pada diri siswa melalui pembentukan kemampu an: mendeskripsikan
perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang;
menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia; menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memprok-

9
lamasikan kemerdekaan; dan menghargai perjuangan para tokoh dalam
mempertahankan kemerdekaan (Permendiknas no 22 dan 23 tahun 2006).

3) Kompetensi Intelektual-Keilmuan
Secara umum kompetensi intelektual-keilmuan diartikan sebagai kemampuan
berpikir atau bernalar yang didasarkan pada adanya kesadaran atau keyakinan atas
sesuatu baik yang bersifat fisikal, sosial, kultural, psikologis, dll. (inderawi atau
tidak) yang dipandang memiliki makna baik bagi dirinya maupun orang lain
(Dewey, 1910). Termasuk dalam kompetensi intelektual-keilmuan dalam
pengertian ini adalah kemampuan berpikir “standar” maupun “ilmiah”.
Berpikir standar adalah kemampuan berpikir (thinking abilities), atau “cara-
cara berpikir” (ways of thinking) yang bersifat “standar” bagi setiap manusia,
tanpa harus dikaitkan dengan cara-cara berpikir suatu disiplin ilmu tertentu,
melainkan lebih pada upaya melatih dan membina siswa agar dapat bermanfaat
dalam memenuhi kebutuh-an perkembangan hidup mereka, baik secara
psikologis, sosial dan budaya pada masa kini dan mendatang (Hasan, 1993).
Berpikir ilmiah adalah kemampuan berpikir (thinking abilities), atau “cara-
cara berpikir” (ways of thinking) berdasarkan pada kesadaran adanya masalah
yang perlu mendapatkan pemecahan secara kritis-reflektif, objektif, daan
dukungan fakta yang mendukung dan teruji.
Secara fitriyah, kompetensi intelektual-keilmuan merupakan satu-satunya
kemampuan yang hanya dinisbatkan kepada manusia, tidak kepada makhluk lain.
“Allah has not created anything better than reason”. Kompetensi intelektual-
keilmuan juga merupakan kekuatan terbesar manusia yang memungkinkan
mereka mampu berpikir dan berbuat sehingga bisa melahirkan atau menciptakan
peradab-an tinggi seperti sekarang ini (Somantri, 2001).
Adalah sunnatullah, bahwa pada diri setiap manusia—termasuk siswa SD—
terdapat sejumlah dorongan dasar yang bersifat intelektual-keilmuan, yaitu: (1)
rasa ingin tahu (sense of curiosity), (2) hasrat ingin membuktikan secara nyata apa
yang sedang dan sudah dipelajari (sense of reality), (3) dorongan untuk menemu-
kan sendiri (sense of dis-covery) (Sumaatmadja, 2003). Atas dasar itu,
pembentukan dan pengembangan kompetensi intelektual-keilmuan dalam IPS-SD
juga merupakan sebuah keniscayaan atas fitrah diri siswa sebagai manusia.

10
Tujuan akhir pengembangan kedua jenis kompetensi intelektual-keilmuan
tersebut adalah terbentuknya kemampuan siswa untuk mengkon-struksi atau
membangun (building/construction) konsep-konsep dan gagasan-gagasan
abstrak; maupun projek-projek nyata (concreate pro-jects) dengan menyusun dan
menemu-kan kaitan antar unsur-unsur, atau “mendekonstruksi”-nya
(deconstruct-ion) menjadi unsur-unsur yang lebih kecil berdasarkan cara-cara
memper-oleh pengetahuan yang bersifat “standar” atau “ilmiah” bagi setiap siswa.
Kedua kemampuan tersebut dipandang sebagai kebutuhan dasar kedua bagi
setiap siswa di dalam memahami dan memecahkan berbagai masalah yang
dihadapi di dalam kehidupan masyarakat (Saxe, 1994).

C. Kompetensi Pembelajaran IPS dalam Kurikulum 2013


a. Definisi Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPS SD/MI Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk
setiap kelas yang diturunkan dari kompetensi inti. Kompetensi dasar adalah
kompetensi yang terdiri atas sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
bersumber pada kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik dengan
memperhatikan karakter dan kemampuan awal peserta didik serta ciri dari suatu
mata pelajaran.
Kompetensi dasar dikembangkan dari kompetensi inti, sedangkan
pengembangan kompetensi inti mengacu pada struktur kurikulum. Dalam
mengembangkan kompetensi tersebut perlu memperhatikan karakteristik peserta
didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran.
Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Kompetensi
dasar SD/MI untuk setiap mata pelajaran mencakup mata pelajaran meliputi
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,
Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan
Sosial, Seni Budaya dan Prakarya, dan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan.
Kompetensi dasar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas I, II dan III
diintegrasikan ke dalam mata pelajaran lain (integrasi inter-disipliner) untuk
memudahkan pengorganisasian. Yaitu kompetensi dasar Ilmu Pengetahuan Sosial
diintegrasikan ke kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia, ke

11
kompetensi dasar mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, dan
ke kompetensi dasar mata pelajaran Matematika.
Sedangkan untuk kelas IV, V, dan VI kompetensi dasar mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial berdiri sendiri, namun pembelajarannya tetap menggunakan
tematik terpadu yaitu kompetensi dasar mata pelajaran IPS diintegrasikan ke
dalam berbagai tema.
Integrasi inter-disipliner dilakukan dengan menggabungkan kompetensi-
kompetensi dasar beberapa mata pelajaran agar terkait satu dengan yang lainnya,
sehingga dapat saling memperkuat, menghindari terjadinya tumpang tindih, dan
menjaga keselarasan pembelajaran.
b. Mata Pelajaran IPS SD/MI
IPS merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan Sosial dan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial juga sering disingkat Pendidikan IPS atau PIPS. Istilah IPS
mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1970-an sebagai hasil kesepakatan
komunitas akademik. Namun secara formal digunakan dalam sistem pendidikan
nasional dalam kurikulum 1975. Pengertian pendidikan IPS dalam istilah asing
lebih dikenal dengan istilah Social Studies. Sebuah organisasi profesional yang
diberi nama National Council for the Social Studies (NCSS) yang secara khusus
membina dan mengembangkan Social Studies pada tingkat pendidikan dasar dan
menengah serta keterkaitannya dengan disiplin ilmu-ilmu sosial dan disiplin ilmu
pendidikan. Pada tahun 1993 NCSS merumuskan social studies sebagai berikut.
Social studies is the integrated study of the social sciences and humanities to
promote civic competence. Within the school program, social studies provides
coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology,
archeology, economics, geography, history, law, philosophy, political science,
psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the
humanities, mathematics, and natural sciences. The primary purpose of social
studies is to help young people develop the ability to make informed and
reasoned decisions for the public good as citizens of a culturally diverse,
democratic society in an interdependent world.
Mata pelajaran merupakan suatu unit organisasi kompetensi dasar yang
terkecil. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang
diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. Ilmu Pengetahuan

12
Sosial mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang
berkaitan dengan isu sosial. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan
untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan
bertanggungjawab, serta warga dunia yang cinta damai. Pendidikan IPS
diharapkan dapat memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan
mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral dan keterampilannya
berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. Sedangkan konsep IPS itu meliputi:
interaksi, saling ketergantungan, kesinambungan dan perubahan, keragaman atau
kesamaan atau perbedaan, konflik dan konsensus, pola, tempat, kekuasaan, nilai
kepercayaan, keadilan dan pemerataan kelangkaan, kekhususan, budaya, dan
nasionalisme.
Dimensi-dimensi pendidikan IPS yang komprehensif mencakup empat
dimensi, yaitu: dimensi pengetahuan (knowledge), dimensi keterampilan (skills),
dimensi nilai dan sikap (values and attitudes), dan dimensi tindakan (action).
Dimensi pengetahuan mencakup fakta, konsep, dan generalisasi yang dipahami
oleh peserta didik. Dimensi keterampilan merupakan kecakapan mengolah dan
menerapkan informasi, meliputi: keterampilan meneliti, berfikir, partisipasi
sosial, dan berkomunikasi. Dimensi nilai dan sikap merupakan seperangkat
keyakinan atau prinsip perilaku yang telah melekat dalam diri seseorang atau
kelompok masyarakat tertentu yang terungkap ketika berpikir atau bertindak.
Dimensi tindakan, peserta didik belajar berlatih secara konkrit dan praktis
sehingga peserta didik menjadi aktif. Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS
adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar agar dapat
mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan
lingkungannya serta berbagai bekal untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi.
IPS merupakan salah satu nama mata pelajaran yang diberikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Mata pelajaran IPS merupakan sebuah nama
mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta
mata pelajaran ilmu sosial lainnya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas
dasar realitas dan fenomena sosial. Nama IPS ini sejajar dengan mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam atau yang disingkat menjadi IPA sebagai integrasi dari
nama mata pelajaran Biologi, Kimia, Fisika. Menurut Nu’man Somantri, istilah

13
pensejajaran mata pelajaran IPS dan IPA adalah penegasan dan akibat dari istilah
IPS-IPA saja agar bisa dibedakan dengan pendidikan pada tingkat universitas.
Ciri khas mata pelajaran IPS pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
adalah bersifat terpadu (integrated) dari sejumlah mata pelajaran dengan tujuan
agar mata pelajaran ini lebih bermakna bagi peserta didik sehingga
pengorganisasian materi atau bahan pelajaran disesuaikan dengan lingkungan,
karakteristik, dan kebutuhan peserta didik. Oleh karena itu, dalam
perkembangannya muncul berbagai pendekatan yang berorientasi pada kebutuhan
peserta didik seperti students’ centered, integrated approach, social problem
based approach, broad field approach, dan sebagainya.
Berdasarkan pendekatan integrasi kompetensi dasar mata pelajaran yang
mengintegrasikan konten mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas I, II,
dan III ke dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,
Bahasa Indonesia, Matematika, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan, sehingga terjadi penyederhanaan mata pelajaran SD/MI menjadi
berkurang. Untuk kelas IV, V, dan VI nama mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial tercantum dalam struktur kurikulum dan memiliki kompetensi dasar
masing-masing. Sebagaimana kompetensi dasar mata pelajaran lain dalam proses
pembelajaran, kompetensi dasar Ilmu Pengetahuan Sosial diintegrasikan ke
dalam berbagai tema. Oleh karena itu, proses pembelajaran semua kompetensi
dasar dari semua mata pelajaran terintegrasi dalam berbagai tema.
c. Kurikulum 2013
Definisi yang senada dalam pedoman pengembangan kurikulum 2013 yaitu
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
Berdasarkan pengertian tersebut, terdapat dua dimensi kurikulum, yang
pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran,
sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran.
Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum berbasis kompetensi
(KBK) yang pernah diujicobakan pada tahun 2004. KBK yang pernah digagas

14
dalam rintisan KBK 2004, tapi belum terselesaikan karena desakan untuk segra
mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. KBK atau
(Competency Based Curriculum) dijadikan sebagai acuan dan pedoman bagi para
pelaksana pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan
(pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dalam seluruh jenjang dan jalur
pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah.
Perubahan kurikulum KTSP 2006 ke kurikulum 2013 merupakan salah satu
upaya untuk memperbaharui setelah diadakannya evaluasi kurikulum sesuai
dengan kebutuhan anak bangsa atau generasi muda. Kurikulum 2013 disiapkan
untuk mencetak generasi yang siap dalam menghadapi tantangan masa depan.
Kurikulum 2013 diberlakukan karena ditemukan beberapa kelemahan yang
ada dalam kurikulum sebelumnya (KTSP), antara lain: materi atau isi dalam
kurikulum yang masih padat, belum mengembangkan potensi secara utuh,
kompetensi yang dikembangkan masih didominasi oleh aspek kognitif, belum
terakomodasinya keseimbangan antara soft skill dengan hard skill, belum peka
dan tanggap terhadap berbagai persoalan, belum menggambarkan urutan
pembelajaran yang rinci, pembelajaran masih bersifat teachered centered dan
penilaian belum menggunakan standar penilaian berbasis kompetensi.
Selain hal tersebut, faktor lainnya yang menyebabkan terjadinya perubahan
adalah arus global dan perkembangan pendidikan pada tingkat internasional. Arus
globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan
tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan dunia.
Kurikulum 2013 berbasis kompetensi memfokuskan pada sejumlah
kompetensi dan seperangkat tujuan pembelajaran, sehingga pencapaiannya dapat
diamati dalam bentuk perilaku atau keterampilan peserta didik sebagai suatu
kriteria.
Kurikulum 2013 bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan yang lebih
baik dalam melakukan observasi, bertanya (wawancara), bernalar, dan
mengkomunikasikan (mempresentasikan) apa yang diperoleh atau diketahui
setelah menerima materi pembelajaran.
Adapun objek pembelajaran kurikulum 2013 berupa: fenomena alam, sosial,
seni, dan budaya. Setidaknya terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan dalam
pengembangan kurikulum 2013 berbasis kompetensi, yakni penetapan kompetensi

15
yang akan dicapai, pengembangan strategi untuk mencapai kompetensi, dan
evaluasi.
Pembelajaran yang dirancang berdasarkan kompetensi, penilaian tidak
dilakukan berdasarkan pertimbangan yang bersifat subjektif melainkan secara
objektif berdasarkan kinerja peserta didik dengan bukti penguasaan peserta didik
terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap sebagai hasil belajar.
Beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Pengetahuan (knowledge), yaitu kesadaran dalam bidang kognitif
b. Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman kognitif, dan afektif yang
dimiliki oleh seseorang
c. Kemampuan (skill), yaitu sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk
melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya
d. Nilai (value), yaitu suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara
psikologis telah menyatu dalam diri seseorang
e. Sikap (attitude), yaitu perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka) atau
reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar
f. Minat (interest), adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu
perbuatan
Adanya perbedaan mencolok antara kurikulum 2013 dibanding kurikulum
2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) adalah adanya pendekatan afektif
yang tidak hanya mengutamakan pendekatan kognitifnya saja. Selain kompetensi
dasar, kurikulum 2013 juga mengandung kompetensi inti mengenai pencapaian
aspek spiritual.
Menurut Sutarto dalam koran Suara Merdeka mengemukakan bahwa untuk
mencapai kompetensi dalam kurikulum 2013 tidak hanya sekedar hafalan, pola
belajar mengajar harus dirubah, tidak lagi berpola searah melainkan peserta didik
harus aktif melalui 5M. 5M adalah yang pertama peserta didik harus lebih dahulu
mengamati gejala atau kondisi di sekitarnya. Kedua, peserta didik harus aktif
menanyakan hal yang diamatinya. Ketiga, peserta didik harus mencoba agar lebih
paham. Keempat, peserta didik harus bisa mengasosiasikan, dan yang kelima,
peserta didik harus bisa menyimpulkan.

16
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai
berikut:
- Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat
pada peserta didik (student centered)
- Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi
pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan
alam, sumber atau media lainnya)
- Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta
didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat
dihubungi serta diperoleh melalui internet)
- Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif– mencari (diperkuat
dengan model pembelajaran pendekatan sains)
- Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim)
- Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat
multimedia
- Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users)
dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap
peserta didik
- Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodicipline) menjadi
pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidiciplines), dan
- Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis, kreatif dan inovatif
Berdasarkan penyempurnaan kurikulum 2013 bertujuan untuk
mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai
pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif
serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara,
dan peradaban dunia (Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013).
Karena kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:
- Mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual, sosial, rasa ingin tahu,
kreativitas, kerjasama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik
- Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman
belajar terencana di mana peserta didik menerapkannya dalam masyarakat
dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar
- Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya
dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat
- Memberikan waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai
sikap, pengetahuan, dan keterampilan

17
- Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti yang dirinci lebih
lanjut dalam kompetensi dasar
- Kompetensi inti menjadi unsur pengorganisasian kompetensi dasar, di mana
semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk
mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti
- Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling
memperkuat, dan memperkaya antar mapel dan jenjang pendidikan
d. Tingkat Kompetensi dan Ruang Lingkup Materi IPS
1) Tingkat Kompetensi
Tingkat kompetensi merupakan kriteria capaian kompetensi yang bersifat
generik mencakup tiga ranah yakni sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang
harus dipenuhi oleh peserta didik pada setiap tingkat kelas dalam rangka
pencapaian Standar Kompetensi Lulusan. Berikut adalah tabel tingkat
kompetensi.
Tabel 2.1 Tingkat Kompetensi
No. Tingkat Tingkat Kelas
Kompetensi
1. Tingkat 0 TK/RA
2. Tingkat 1 Kelas 1 SD/MI/SDLB/Paket A
Kelas II SD/MI/SDLB/Paket A
3. Tingkat 2 Kelas III SD/MI/SDLB/Paket A
Kelas IV SD/MI/SDLB/Paket A
4. Tingkat 3 Kelas V SD/MI/SDLB/Paket A
Kelas VI SD/MI/SDLB/Paket A
5. Tingkat 4 Kelas VII SMP/MTs/SMPLB/Paket B
Kelas VIII SMP/MTs/SMPLB/Paket B
6. Tingkat 4A Kelas IX SMP/MTs/SMPLB/Paket B
7. Tingkat 5 Kelas X SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/
Paket C Kejuruan
Kelas XI SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/
Paket C Kejuruan
8. Tingkat 6 Kelas XII SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/
Paket C Kejuruan
Keterangan: SDLB, SMPLB, dan SMALB yang dimaksud hanya
diperuntukkan bagi tuna netra, tuna rungu, tuna aksara, dan tuna laras yang
intelegensinya normal.
Uraian kompetensi inti untuk tingkat kompetensi kelas IV-VI
disajikan dalam tabel di bawah ini.

18
Tabel 2.2 Tingkat Kompetensi 2
(Tingkat Kelas IV SD/MI/ SDLB/Paket A)
Kompetensi Deskripsi Kompetensi
Sikap Spiritual 1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran
agama yang dianutnya.
Sikap Sosial 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung
jawab, santun. Peduli, dan percaya diri, dalam
berinterkasi dengan keluarga, teman, guru dan
tetangganya
Pengetahuan 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara
mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin
tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya
di rumah, di sekolah, dan tempat bermain
Keterampilan 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa
yang jelas, sistemati, dan logis, dalam karya
yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan
anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak bermain dan
berakhlak mulia.

Tabel 2.3 Tingkat Kompetensi 3


(Tingkat Kelas V-VI SD/MI/ SDLB/Paket A)
Kompetensi Deskripsi Kompetensi
Sikap Spiritual 1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran
agama yang dianutnya.
Sikap Sosial 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung
jawab, santun, peduli, dan percaya diri, dalam
berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganua serta cinta tanah air.
Pengetahuan 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara
mengamati, menanya dan mencoba berdasarkan
rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan
Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat

19
bermain
Keterampilan 4. Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual
dalam bahasa yang jelas, sistematis, logis dan
kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan
yang mencerminkan anak sehat, dan dalam
tindakan yang mencerminkan perilaku anak
bermain dan berakhlak mulia.

2) Ruang Lingkup Materi IPS


Ruang lingkup materi untuk setiap muatan diatur dalam pasal 77I ayat (1),
dan pasal 77C ayat (1), dan pasal 77K ayat (2), ayat (4), dan ayat (5) Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Berikut adalah tabel muatan IPS kelas IV-VI.
Tabel 2.4 Muatan Ilmu Pengetahuan Sosial pada SD/MI/SDLB/Paket A

Tingkat Tingkat Kompetensi Ruang Lingkup


Kompetensi kelas

2 IV  Menerima karunia Manusia, tempat, dan


Tuhan Yang Maha lingkungan
Esa atas pencipta-
an waktu,manusia,  Wilayah geografis
dan lingkungan tempat tinggal bangsa
Indonesia
 Menunjukkan
perilaku sosial dan  Konektivitas dan interaksi
budaya yang men- sosial kehidupan bangsa
cerminkan jati diri di wilayah Negara
bangsa Indonesia Indonesia

 Mengenal konsep
ruang,waktu,dan Waktu, keberlanjutan, dan
aktivitas manusia perubahan
dalam kehidupan
sosial, budaya, dan  Perkembangan kehidupan
ekonomi bangsa Indonesia dalam
waktu sejak masa
 Menceritakan hasil Praksara hingga masa
eksplorasi menge- Islam
nai kehidupan......
bangsa Indonesia Sistem sosial dan budaya
 Kehidupan manusia dan
kelembagaan sosial,

20
ekonomi, pendidikan, dan
budaya masyarakat dan
bangsa Indonesia
Perilaku ekonom dan
kesejahteraan
 Kehidupan ekonomi
masyarakat Indonesia
yang bertanggungjawab

3 V- VI  Menerima Manusia, tempat dan


karunia Tuhan
lingkungan
Yang Maha Esa
atas penciptaan  Konektivitas antar ruang
manusia dalam dan penanggulangan
mengelola permasalahan lingkungan
lingkungannya hidup secara bijaksana
dalam kehidupan bangsa
 Menceritakan
Indonesia Waktu,
keberadaan
keberlanjutan, dan
kelembagaan
perubahan
sosial, budaya,
ekonomi dan  Perkembangan kehidupan
politik dalam bangsa Indonesia dari
masyarakat masa penjajahan, masa
pergerakan kemerdekaan
 Menunjukkan
sampai awal reformasi
perilaku sosial
dalam menegakkan dan
dan budaya yang
membangun
mencerminkan
kehidupan berbangsa dan
jati diri dirinya
bernegara
sebagai warga
Negara Indonesia Sistem sosial dan budaya
 Norma, lembaga, dan
 Menjaga politik dalam kehidupan
kelestarian sosial dan budaya bangsa
lingkungan hidup Indonesia
secara bijaksana
dan bertanggung- Perilaku ekonomi dan
jawab kesejahteraan

 Meneladani  Kehidupan perekonomian


tindakan heroik masyarakat dan negara
pemimpin Indonesia sebagai
bangsa dalam perwujudan rasa
kehidupan sosial nasionalisme
dan budaya

21
bangsa Indonesia
 Menceritakan
hasileksplorasi
mengenan
kehidupan
bangsa Indonesia

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kurikulum adalah rencana tertulis mengenai seluruh program yang
berfungsi sebagai acuan pelaksanaan pembelajaran di sekolah, mencakup
segala aspek yang berhubungan dengan terlaksananya studi.
Struktur kompetensi IPS menurut kurikulum 2006 adalah pola organisasi
kompetensi-kompetensi dalam suatu jalinan atau relasi sistemik yang saling
berkaitan antara kompetensi yang satu dengan kompetensi yang lain sebagai
sebuah totalitas atau kesatuan, yang terdapat di dalam standar isi dan standar
kompetensi lulusan SD. Struktur kompetensi IPS di SD dalam kurikulum
2006 ada 3 yakni tiga kompetensi, yakni: (1) kompetensi personal; (2)
kompetensi sosio-kultural; dan (3) kompetensi intelektual-keilmuan.
Sedangkan dalam kurikulum 2013, kompetensi dasar mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial kelas I, II dan III diintegrasikan ke dalam mata pelajaran
lain (integrasi inter-disipliner) untuk memudahkan pengorganisasian. Yaitu
kompetensi dasar Ilmu Pengetahuan Sosial diintegrasikan ke kompetensi
dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia, ke kompetensi dasar mata pelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, dan ke kompetensi dasar mata
pelajaran Matematika.
Sedangkan untuk kelas IV, V, dan VI kompetensi dasar mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial berdiri sendiri, namun pembelajarannya tetap

22
menggunakan tematik terpadu yaitu kompetensi dasar mata pelajaran IPS
diintegrasikan ke dalam berbagai tema.
Integrasi inter-disipliner dilakukan dengan menggabungkan kompetensi-
kompetensi dasar beberapa mata pelajaran agar terkait satu dengan yang
lainnya, sehingga dapat saling memperkuat, menghindari terjadinya tumpang
tindih, dan menjaga keselarasan pembelajaran.
B. Saran
IPS merupakan salah satu ilmu sosial yang wajib dipahami oleh siswa
sebagai pedoman dalam berinteraksi di lingkungan tempat tinggalnya. Oleh
karena itu, guru harus benar-benar memperhatikan segala kebutuhan siswanya
untuk menjalani kehidupannya kelak. Sehingga apa yang disampaikannya di
depan kelas sesuai dengan yang diharapkan di dalam kurikulum. Maka
sebagai seorang calan guru SD tentunya kita diwajibkan untuk memahami
kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa terutama komptensi pembelajaran
IPS.

23
DAFTAR PUSTAKA

Archery, Ahmad. 2014. Pembelajaran IPS SD. Diakses di


[http://ahmadarchery.blogspot.co.id/2014/04/pembelajaran-ips-sd.html]
diakses pada tanggal 04 Maret 2017
E. Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013: Perubahan
dan Pengembangan Kurikulum 2013 Merupakan Persoalan Penting dan
Genting. Bandung: Remaja Rosdakarya
Kemendikbud. 2013. Kurikulum 2013: Kompetensi Dasar SD/MI. Jakarta.
Kemedikbud
Sa’dun Akbar dan Hadi Sriwiyana. 2010. Pengembangan Kurikulum dan
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Yogyakarta: Cipta Media
Sapriya. 2012. Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya
Wanabiyasa, Baga. 2013. Pembelajaran IPS di SD. Diakses dari
[https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/05/16/pembelajaran-ips-di-
sd/] diakses pada tanggal 04 Maret 2017

24

Você também pode gostar