Você está na página 1de 14

CASE REPORT

TINDAK KEKERASAN FISIK YANG DILAKUKAN OLEH


ANAK TERHADAP ORANG TUA YANG DIPICU OLEH
KETIDAKSTABILAN EMOSI

Disusun Oleh:

Nama :Desya Billa Kusuma Anindhira


NPM :1102014070
Blok : Elektif
Kepeminatan : Domestic Violence
Nama Tutor : dr. Endah Purnamasari, Sp.PK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI


2017
Abstrak

Pendahuluan: kematangan emosional adalah keadaan seseorang yang tidak cepat


terganggu rangsang yang bersifat emosional, baik dari dalam maupun dari luar
dirinya, selain itu dengan matangnya emosi maka individu dapat bertindak tepat
dan wajar sesuai dengan situasi dan kondisi . Keutuhan dan kerukunan rumah
tangga dapat terganggu jika kualitas dan pengendalian diri tidak dapat dikontrol
yang pada akhirnya dapat terjadi kekerasan dalam rumah tangga sehingga timbul
ketidakamanan atau ketidakadilan terhadap orang yang berada dalam lingkup
rumah tangga.

Kasus: Ny. A melaporkan anaknya, Ny. B karena telah melakukan Kekerasan Fisik Dalam
Rumah Tangga karena emosi yang dipicu oleh perkataan Ny. A yang menyinggung
perasaan Ny. B

Diskusi : Kekerasan dalam rumah tangga dapat dipicu oleh faktor kepribadian
pelaku, pendapatan pelaku, kebersamaan keluarga pelaku, karakteristik pekerjaan
pelaku dan lingkungan tempat tinggal. Salah satu contoh pemicu KDRT merupakan
factor kepribadian dimana penyebab utama adalah ketidakstabilan emosi,
Kematangan emosi ini dapat mempengaruhi bagaimana suatu induvidu dapat
menghadapi suatu tekanan. Individu yang sulit dalam mengendalikan emosi lebih
cenderung berperilaku agresif. Kekerasan dalam rumah tangga dapat terpicu
dengan adanya tekanan dari pihak keluarga. Hukum yang mengatur tentang KDRT
adalah Pasal 44 UU RI no. 23 Tahun 2004.

Simpulan: Pada kasus ini, Ny.A merupaka korban kekerasan fisik yang dilakukan
oleh Ny. B anak nya yang dipicu oleh amarah Ny. B karena perkataan Ny. A,Pasal
44 UU NO 23 tahun 2004. Dalam islam, durhaka kepada orang tua merupakan dosa
besar yang dapat menimbulkan hukuman di akhirat maupun hukuman yang akan
disegerakan di dunia.
Kata Kunci: domestic violence, kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan fisik,
ketidakstabilan emosi
Pendahuluan

Keutuhan dan kerukunan rumah tangga dapat terganggu jika kualitas dan
pengendalian diri tidak dapat dikontrol yang pada akhirnya dapat terjadi kekerasan
dalam rumah tangga sehingga timbul ketidakamanan atau ketidakadilan terhadap
orang yang berada dalam lingkup rumah tangga. Hal ini dapat menimbulkan
ketidakharmonisan rumah tangga. Tidak jarang keti- dakharmonisan rumah tangga
ini memicu perselisihan yang berkepanjangan dan beru- jung pada tindak kekerasan
dalam rumah tangga. Untuk mencegah, melindungi korban dan menindak pelaku
kekerasan dalam rumah tangga, Negara dan masyarakat wajib melak- sanakan
upaya perlindungan korban dan penindakan pelaku sesuai dengan falsafah
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Negara berpandangan bahwa segala
bentuk kekerasan terutama kekerasan dalam rumah merupakan pelanggaran hak
asasi manu- sia dan kejahatan terhadap martabat manusia. (Prasetyawati E,et al,
2014)

Emosi nampak dari luar sebagai perilaku yang sesuai dengan cara- cara
yang dipelajari dari masyarakatnya. Pengalaman sangat memengaruhi per-
kembangan dan kemasakan emosi. Orang yang mempunyai banyak pengalaman
positif tentu akan memiliki perkembangan dan kemasakan emosi yang berbeda
dengan anak yang sedikit mengalami pengalaman positif Goleman menjelaskan
bahwa pada prinsipnya emosi dasar manusia meliputi takut, marah, sedih dan
senang. Sutanto (2012) menambahkan malu, rasa bersalah, dan cemas sebagai
emosi dasar manusia. Emosi tersebut penting karena sangat berpengaruh
tidak hanya pada perilaku saat ini namun juga perilaku dimasa mendatang,
terutama emosi negatif. Sedangkan marah sendiri merupakan reaksi
terhadap sesuatu hambatan yang menyebabkangagalnya suatu usaha atau
perbuatan. Marah yang timbul seringkali diiringi oleh berbagai ekspresi perilaku.
(Al Baqi S,2015)
Hurlock mendefinikan kematangan emosi sebagai tidak meledaknya emosi
di hadapan oranng lain melainkan menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk
mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih dapat diterima. Sartre
mengatakan bahwa kematangan emosi adalah keadaan seseorang yang tidak cepat
terganggu rangsang yang bersifat emosional, baik dari dalam maupun dari luar
dirinya, selain itu dengan kematangan emosi maka individu dapat bertindak dengan
tepat dan wajar sesuai dengan situasi dan kondisi. Meichati mengatakan bahwa
kematangan emosional adalah keadaan seseorang yang tidak cepat terganggu
rangsang yang bersifat emosional, baik dari dalam maupun dari luar dirinya, selain
itu dengan matangnya emosi maka individu dapat bertindak tepat dan wajar sesuai
dengan situasi dan kondisi. Kematangan emosi adalah kemampuan dan
kesanggupan individu untuk memberikan tanggapan emosi dengan baik dalam
menghadapi tantangan hidup yang ringan dan berat serta mampu menyelesaikan,
mampu mengendalikan luapan emosi dan mampu mengantisipasi secara kritis
situasi yang dihadapi. (Asih G,et al 2010)

Kekerasan merupakan sebuah terminologi yang sarat dengan arti dan makna
“derita”, baik dikaji dari perspektif psikologik maupun hukum, bahwa di dalamnya
terkandung perilaku manusia (seseorang/kelompok orang) yang dapat
menimbulkan penderitaan bagi orang lain, (pribadi/ kelompok). Tindak kekerasan
atau “violence” oleh Jerome Skolncik didefinsikan sebagai “... an ambiguous term
whose meaning is established throught political process”. Dalam arti tingkah laku,
Michael Levi lalu menyebutkan kekerasan sebagai “... its content and cuase are
socially constructed”. Dari pandangan demikian, tampaknya perumusan tindak
kekerasan sangat terkait dengan tingkah laku manusia yang bersifat kejam dan tidak
manusiawi, namun tidak jelas apakah perumusan itu juga menampung aspirasi
kaum minoritas (perempuan dan anak) yang selama ini rentang terhadap kekerasan.
(Pasalbessy J,2010)

Presentasi Kasus

Ny. A berusia 65 tahun datang ke Polres Metro Jaya,Jakarta pusat pada


tanggal 13 Oktober 2016 melaporkan tindakan tindakan kekerasan dalam rumah
tangga pada dirinya yang dilakukan oleh anaknya Ny.B .Berdasarkan pelaporan
tindakan kekerasan ini terjadi pada tanggal 12 Oktober 2016 pukul 08.00 WIB. Ny.
A mengaku Ny. B memukul Ny.A dengan memggunakan gantungan baju hingga
mengenai lengan tangan kiri dan bagian kanan kemudian menonjok dada,pipi
bagian kiri kemudian menekan dada Ny.A bagian bawah saat kejadian diliat oleh
dua saksi yaitu suami Ny. A dan anak Ny. A Akibat yang dialami oleh korban
setelah dipukul oleh Ny.B adalah pada pipi bagian kiri masih memar dan dada
masih sesak namun korban masih bisa melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari.
Menurut Ny. A kemarahan Ny.B diawali dengan dirinya mengajak cucunya (anak
dari tersangka) membawakan makanan ke rumah ayahnya yang terletak di Bogor
karena menurutnya suami dari Ny. B tidak ada yang mengurus. Ny. B tidak terima
dengan perkataan Ny.A yang menyatakan bahwa suami Ny. B tidak ada yang
mengurus sehingga amarah Ny.B memuncak dan melakukan tindak kekerasan yang
telah disebutkan.

Berdasarkan hasil VER (Visum Et Repertum)


Didapatkan tekanan darah 150/90 mmhg,frekuensi nadi 80 kali per
menit,dengan frekuensi nafas 20 kali per menit. Terdapat nyeri tekan pada sisi
kanan 19 cm dari garis pertengahan depan,dua puluh 28cm dibawah puncak bahu.
Pada pelipis kiri terdapat luka lecet berukuuran empat millimeter kali tiga
millimeter,lima sentimeter dari garis pertengahan depan. Terdapat dua buah memar
bentuk bulat yang berwarna merah dan merah kebiruan berukuran satu koma lima
sentimeter kali satu sentimeter dan dua sentimeter disertai memar bentuk garis
warnaa merah ukuran empat koma lima sentimeter.

Diskusi
Kekerasan dalam rumah tangga adalah masalah signifikan bagi mereka
yang terpengaruhi dengan masalah ini,masyarakat, agen kesehatan dan peradilan
pidana yang merespon kepada masalah ini dan lingkungan masyarakat yang lebih
besar ini harus bertanggung jawab. Sementara kekerasan dalam rumah tangga
bukanlah fenomena baru,pada 30 tahun kebelakangan tapak meningkatkan
kesadaran masyarakat dan konsensus politik yang bahwa ada sesuatu yang perlu
dilakukan. Seiring waktu, pemahaman kita tentang presentasi, dinamika dan
dampak kekerasan dalam rumah tangga telah berkembang, sehingga kebutuhan
untuk menentukan apa yang masyarakat perlu atasi. Ini, bagaimanapun, bukanlah
usaha yang mudah, dengan definisi dan pemahaman tentang kekerasan yang
bervariasi di seluruh studi penelitian, wilayah dan budaya. Di Irlandia Utara
Domestic Violence (juga disebut sebagai kekerasan dalam rumah tangga atau
kekerasan pasangan intim dalam literatur) telah didefinisikan sebagai: Mengancam,
mengendalikan, melakukan tindakan pemaksaan, kekerasan atau pelecehan
(psikologis, fisik, verbal, seksual, finansial atau emosional) yang ditimbulkan pada
siapapun (terlepas dari usia, etnis, agama, jenis kelamin atau orientasi seksual) oleh
pasangan intim atau anggota keluarga saat ini atau mantan keluarga .(Devaney J
,2015)

Tindak KDRT seringkali bisa menyebabkan trauma jangka panjang kepada


anak-anak pasangan pelaku dan korban. Manumpahi menyimpulkan KDRT dapat
menyebabkan pertumbuhan dan perkem-bangan jiwa anak terganggu, dan menye-
butkan faktor internal dan faktor eksternal keluarga merupakan pemicu terjadinya
tindak KDRT. Terdapat 5 faktor pemicu KDRT yaitu faktor kepribadian pelaku,
pendapatan pelaku, kebersamaan keluarga pelaku, karakteristik pekerjaan pelaku
dan lingkungan tempat tinggal. (Arifianti L,et al 2017)

Murray mengemukakan karakteristik kematangan emosi pada individu


yaitu memiliki kemampuan untuk memberi dan menerima cinta, memiliki
kemampuan untuk menghadapi kenyataan, mementingkan memberi daripada
menerima, memiliki penilaian yang objektif, memiliki kemampuan untuk belajar
dari pengalaman, memiliki kemampuan untuk menerima frustrasi, memiliki
kemampuan untuk menangani bentuk-bentuk permusuhan dan relatif bebas dari
gejala ketegangan. Sementara, Abubakar Baradja menjelaskan bahwa terjadinya
kematangan emosi juga sangat dipengaruhi oleh kondisi individu tersebut, antara
lain :
1. Faktor Fisiologis, yaitu pada perkembangan kelenjar endokrin yang akan
mematangkan perilaku emosi individu. Pada masa bayi produksi kelenjar
endokrin sangat kurang dan akan berkembang sesuai dengan bertambahnya usia.
Begitu juga dengan kelenjar adrenalin yang memainkan peranan penting pada
emosi. Pada awalnya kelenjar adrenalin mengecil, kemudian membesar dan
sampai pada taraf kestabilan di usia 16 tahun.
2. Faktor Psikologis, yaitu perkembangan pengertian individu akan lebih
menjelaskan proses munculnya emosi itu sendiri. Dengan individu mampu
memperhatikan, mengerti satu rangsangan dalam waktu yang lebih lama,
kemudian memutuskan untuk bereaksi terhadap rangsangan tersebut, dengan
menyenangkan atau tidak menyenangkan. Rangsangan yang menyenangkan
akan diterima dengan reaksi gembira dan tertawa, sedangkan rangsangan yang
tidak menyenangkan akan diterima individu dengan reaksi yang takut dan malu.
Bertambah matangnya usia dan perkembangan, membuat individu lebih reaktif
terhadap rangsangan yang ada. ( Nurhadianti D,2013)

Individu yang sulit dalam mengendalikan emosi mungkin lebih cenderung


berperilaku agresif dalam upaya memperbaiki, mengakhiri, atau menghindari
keadaan emosional yang tidak menyenangkan. Dimana induvidu yang over regulasi
terhadap emosi dapat menyebabkan perilaku agresif dengan meningkatkan
pengaruh negatif, mengurangi hambatan terhadap agresi, mengurangi proses
pengambilan keputusan, mengurangi jaringan sosial, meningkatkan gairah
fisiologis dan menghalangi penyelesaian situasi sulit. Akhirnya, ditinjau dari tiga
keterampilan untuk mendasari regulasi emosi yang disengaja: kesadaran emosional,
penerimaan emosional dan kemampuan dalam berbagai strategi pengaturan emosi.
(Roberton T,2012)
Menurut Douglas dan Waksler istilah kekerasan sebenarnya digunakan
untuk menggambarkan perilaku, baik yang terbuka (overt) atau tertutup (covert),
baik yang bersifat menyerang (offensive) atau yang bertahan (defensive), yang
disertai penggunaan kekuatan kepada orang lain. Oleh karena itu secara umum ada
empat jenis kekerasan:

1. Kekerasan terbuka, kekerasan yang dilihat, seperti perkelahian; 


2. Kekerasan tertutup, kekerasan yang tersembunyi atau tidak dilakukan, seperti

mengancam;


3. Kekerasan agresif, kekerasan yang dilakukan tidak untuk perlindungan, 
 tetapi

untuk mendapatkan sesuatu, seperti penjabalan; dan 


4. Kekerasan defensive, kekerasan yang dilakukan untuk perlindungan diri. 


Baik kekerasan agresif maupun defensif bisa bersifat terbuka atau tertutup.
Perspektif definisi kekerasan di atas lebih menekankan pada sifat dari sebuah
kekerasan. Bagaimana sebuah kekerasan itu disebut terbuka, tertutup, agresif dan
ofensif. Kiranya ini akan dapat dihubungkan dengan kekerasan macam apa yang
terjadi dalam sebuah rumah tangga (Merung P, 2016)

Kekerasan dalam rumah tangga diatur dalam Pasal 44 UU NO 23 tahun 2004


tentang penghapusan kekerasan dalam trumah tangga yang berbunyi
(1) Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup
rumahtangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp 15.000.000,00
(lima belas juta rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
korban mendapat jatuh sakit atau luka berat, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun atau denda paling banyak Rp 30.000.000,00(tiga puluh juta
rupiah).
(3) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengakibatkan
matinya korban, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun
atau denda paling banyak Rp 45.000.000,00 (empat puluh lima jutaupiah).
(4) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan olehsuami
terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atauhalangan
untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian ataukegiatan sehari-
hari, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat)bulan atau denda paling
banyak Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah).

Interpretasi Agama
Orangtua merupakan sosok penuh kasih sayang yang senantiasa menjaga
dan merawat buah hatinya. Mereka bahkan rela untuk bersusah payah agar bisa
membesarkan anak-anaknya.Tidak hanya itu di antara mereka ada yang rela
melakukan apapun agar si anak mendapatkan yang terbaik. Namun, fenomena yang
terjadi saat ini adalah banyak yang kemudian tidak bersyukur atas yang telah
dilakukan orangtuanya. Bahkan banyak di antara mereka yang menjadi anak
durhaka kepada kedua orangtuanya dan menganggap sepele hal tersebut. Padahal
sebenarnya hukuman durhaka kepada orangtua tersebut akan disegerakan di dunia.
Berikut penjelasan selengkapnya. Menurut Imam Ad Dzhabi, durhaka kepada
orangtua termasuk dalam dosa besar. Hal tersebut juga telah disepakati oleh para
ulama. Mungkin banyak anak yang tidak menyadari hal tersebut dan tetap durhaka
kepada orangtuanya. Padahal Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
”Setiap dosa-dosa, Allah Ta’ala mengakhirkan (balasannya), sebagaimana yang
Dia kehendaki dari dosa-dosa itu hingga hari kiamat. Kecuali durhaka kepada kedua
oranguanya, sesungguhnya Allah menyegerakan (balasan) nya bagi pelakunya saat
hidup di dunia sebelum wafat.” (Riwayat At Thabarani dan Al Hakim, dishahihkan
oleh Al Hakim dan As Suyuthi). (Setiawati W,2016)

Sesungguhnya hak kedua orang tua sangat agung, dan kedudukan keduanya dalam
syariat islam sangat tinggi, oleh karena itu perintah berbakti kepada keduanya
digandengkan dengan perintah mentauhidkan Allah Subhanahu wata’ala, Hal ini
disebutkan Allah Subhanahu wata’ala dalam firman-Nya: (Al-atsari A,2015)
َ ْ‫ش ْيئًا َوبِ ْال َوا ِلدَي ِْن إِح‬
‫سانًا‬ َ ‫قُ ْل تَعَالَ ْوا أَتْ ُل َما َح َّر َم َربُّ ُك ْم َعلَ ْي ُك ْم أَالَّ ت ُ ْش ِر ُكوا بِ ِه‬
“Katakan : kemarilah aku bacakan kepada apa-apa yang telah Rabb-mu haramkan
kepada kalian yaitu janganlah kalian menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun
dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua. “ (QS : Al-An’am :151)

Dan perintah bersyukur kepada keduanya juga digandengkan dengan perintah


bersyukur kepada Allah Subhanahu wata’ala. Berbuat baik kepada kedua orangtua
diantara amalan-amalan yang paling mulia dan sangat dicintai Allah. (Al-atsari
A,2015)

ِ ‫ي ْال َم‬
‫صير‬ َ ِ‫سانَ ِب َوا ِلدَ ْي ِه َح َملَتْهُ أ ُ ُّمهُ َو ْهنًا َعلَ ٰى َو ْه ٍن َوف‬
َّ َ‫صالُهُ فِي َعا َمي ِْن أ َ ِن ا ْش ُك ْر ِلي َو ِل َوا ِلدَيْكَ إِل‬ ِ ْ ‫ص ْينَا‬
َ ‫اْل ْن‬ َّ ‫َو َو‬

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada ibu bapaknya,
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan
menyapinya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang
tuamu,hanya kepada-Ku lah kamu kembali” (QS: Luqman : 14)

Dalam Hadits juga diterangkan tentang tingginya kedudukan kedua orang tua dan
keutamaan berbakti dan larangan serta ancaman bagi yang durhaka kepada kedua
orang tua. Dari sahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dia berkata : saya
bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

‫هللا‬ َ ‫ي قَا َل ْال ِج َهادُ فِي‬


ِ ‫سبِي ِل‬ ُّ َ‫ي قَا َل ث ُ َّم بِ ُّر ْال َوا ِلدَي ِْن قَا َل ث ُ َّم أ‬ َّ ‫ي ْالعَ َم ِل أ َ َحبُّ إِلَى هللاِ قَا َل ال‬
ُّ َ ‫صالَة ُ َعلَى َو ْقتِ َها قَا َل ث ُ َّم أ‬ ُّ َ ‫أ‬
“Amalan apa yang paling dicintai Allah? Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda : “Shalat tepat pada waktunya, saya bertanya lagi : kemudian apa lagi
? Nabi menjawab : berbakti kepada kedua orang tua. saya bertanya lagi : kemudian
apa lagi ? Nabi menjawab : berjihad dijalan Allah.“ (HR.Bukhari dan Muslim)
(Al-atsari A,2015)
kesimpulan :
Kekerasan dalam rumah tangga merupakan tindakan mengancam, mengendalikan,
melakukan tindakan pemaksaan, kekerasan atau pelecehan (psikologis, fisik,
verbal, seksual, finansial atau emosional) yang ditimbulkan pada siapapun oleh
pasangan intim atau anggota keluarga saat ini atau mantan keluarga. Yang mana
dapat dipicu oleh faktor kepribadian pelaku. Salah satunya adalah ketidakstabilan
emosi, karakteristik kematangan emosi pada individu yaitu memiliki kemampuan
untuk memberi dan menerima cinta, memiliki kemampuan untuk menghadapi
kenyataan, mementingkan memberi daripada menerima, memiliki penilaian yang
objektif, kematangan emosi dapat dipengaruhi oleh factor fisiologi dan psikologis.
Ketidakstabilan emosi dapat menyebabkan tindak laku agresi yang dapat
menyebabkan kekerasan fisik pada KDRT. Kekerasan dalam rumah tangga diatur
dalam Pasal 44 UU NO 23 tahun 2004. Dalam islam, durhaka kepada orang tua
merupakan dosa besar yang dapat menimbulkan hukuman di akhirat maupun
hukuman yang akan disegerakan di dunia.

Acknowledgnment

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat
dan Ridha Nya saya dapat mengerjakan dan menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Ucapan terima kasih saya berikan kepada dr. Endah Purnamasari, Sp.PK sebagai
tutor kelompok 2 Domestic Violence yang telah meluangkan waktunya serta
memimbing kami dengan baik dalam mengerjakan laporan kasus ini sehingga dapat
terselesaikan. Terima kasih juga kepada dr. Ferryal Basbeth, SpF. DFM, selaku
dosen pengampu serta dr. Hj. R. W. Susilowati, M.Kes dan DR. Drh. Hj. Titiek
Djannatum sebagai coordinator blok elektif. Serta kepada teman-teman kelompok
2 Domestic Violence yang selalu kompak dalam proses pembuatan laporan kasus
ini.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Atsari, A. ‘Dosa Durhaka Kepada Orang Tua’. Sumber:
https://almanhaj.or.id/4119-dosa-durhaka-kepada-orang-tua.html.
(Diakses Tanggal 16 November 2017)

Al Baqi S, 2015. Ekspresi Emosi Marah. Buletin Psikologi. Vol 23, NO. 1, JUNI
2015: 22 – 30

Arifianti,L.Jayanegara,K. Gandhiadi,G. Kencana,K. Identifikasi Faktor-Faktor


Pemicu Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Denpasar. E-Jurnal
Matematika Vol. 6 (1), Januari 2017, pp. 83-89

Asih, G. Y & Pratiwi, M. M. S. (2010). Perilaku Prososial Ditinjau dari Empati dan
Kematangan Emosi. Jurnal Psikologi Vol 1, No 1.

Devaney, J. (2015). Research Review: The Impact of Domestic Violence on


Children. Irish Probation Journal, 12, 79-94.

Merung,P.(2016). Kajian Kriminologi Terhadap Upaya Penanganan Kasus


kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Di Indonesia. Jurnal Hukum
perlindungan terhadap perempuan. Vol.13. No.1

Nurhadianti,D (2013). Kematangan Emosi dan faktor-faktor yang


mempengaruhinya. Journal of Child Development and Personality Vol. 5 ,
No.14

Pasalbessy, J.(2010).Dampak Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak


Serta Solusinya. Jurnal Sasi Vol.16. No.3 Bulan Juli - September 2010

Prasetyawati E,Karya D, 2014. , Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Yang Dilakukan Suami Terhadap Istri . Jurnal Ilmu Hukum
 Edisi: Mei -

Nopember 2014; 81 - 92
Setiawati W, ‘Hukuman Durhaka pada Orangtua Akan Disegerakan di Dunia’.
http://www.infoyunik.com/2016/02/ternyata-hukuman-durhaka-pada-
orangtua.html.(Diakses Tanggal 16 November 2017)

Roberton,T. Daffern,M.Bucks,R.(2012). Emotion regulation and aggression.


Aggression and Violent Behavior. Volume 17, Issue 1, January–February
2012, Pages 72-82

Você também pode gostar

  • Leaflet RM
    Leaflet RM
    Documento4 páginas
    Leaflet RM
    Sara Aldridge
    Ainda não há avaliações
  • Sertifikat Soft Copy DV
    Sertifikat Soft Copy DV
    Documento60 páginas
    Sertifikat Soft Copy DV
    Sara Aldridge
    Ainda não há avaliações
  • Autism M
    Autism M
    Documento27 páginas
    Autism M
    Sara Aldridge
    Ainda não há avaliações
  • Referat Skizofrenia
    Referat Skizofrenia
    Documento30 páginas
    Referat Skizofrenia
    Jessica Lawrence
    100% (3)
  • Lapjag 19 April
    Lapjag 19 April
    Documento14 páginas
    Lapjag 19 April
    Sara Aldridge
    Ainda não há avaliações
  • Faza
    Faza
    Documento21 páginas
    Faza
    Sara Aldridge
    Ainda não há avaliações
  • Awalan Nih
    Awalan Nih
    Documento15 páginas
    Awalan Nih
    Sara Aldridge
    Ainda não há avaliações
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Documento13 páginas
    Bab Ii
    Sara Aldridge
    Ainda não há avaliações
  • Autis
    Autis
    Documento27 páginas
    Autis
    Vidyani Adiningtyas
    67% (3)
  • Logbook Sementara
    Logbook Sementara
    Documento4 páginas
    Logbook Sementara
    Sara Aldridge
    Ainda não há avaliações
  • Naskah Publikasi
    Naskah Publikasi
    Documento10 páginas
    Naskah Publikasi
    Sara Aldridge
    Ainda não há avaliações
  • 7.3. Dekongestan
    7.3. Dekongestan
    Documento13 páginas
    7.3. Dekongestan
    AmiieeAsep
    Ainda não há avaliações
  • Leaflet Retardasi Mental
    Leaflet Retardasi Mental
    Documento4 páginas
    Leaflet Retardasi Mental
    Sara Aldridge
    Ainda não há avaliações
  • Awalan Nih
    Awalan Nih
    Documento15 páginas
    Awalan Nih
    Sara Aldridge
    Ainda não há avaliações
  • Agama 53 Yuhu
    Agama 53 Yuhu
    Documento5 páginas
    Agama 53 Yuhu
    Sara Aldridge
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Isi Desya
    Daftar Isi Desya
    Documento3 páginas
    Daftar Isi Desya
    Sara Aldridge
    Ainda não há avaliações
  • Skripsi Bab5
    Skripsi Bab5
    Documento15 páginas
    Skripsi Bab5
    Sara Aldridge
    Ainda não há avaliações
  • Ebm
    Ebm
    Documento2 páginas
    Ebm
    Sara Aldridge
    Ainda não há avaliações
  • Bab 1,5
    Bab 1,5
    Documento26 páginas
    Bab 1,5
    Sara Aldridge
    Ainda não há avaliações
  • BAB IV Desya Gambar'Kkk
    BAB IV Desya Gambar'Kkk
    Documento8 páginas
    BAB IV Desya Gambar'Kkk
    Sara Aldridge
    Ainda não há avaliações
  • Obat Asma
    Obat Asma
    Documento33 páginas
    Obat Asma
    Ferry Juniansyah
    Ainda não há avaliações
  • 7.1. Antitusif, Ekspektoran, Mukolitik & Nasal Dekongestan
    7.1. Antitusif, Ekspektoran, Mukolitik & Nasal Dekongestan
    Documento29 páginas
    7.1. Antitusif, Ekspektoran, Mukolitik & Nasal Dekongestan
    Sara Aldridge
    Ainda não há avaliações
  • Bab 1 Dafpus Well Ye
    Bab 1 Dafpus Well Ye
    Documento17 páginas
    Bab 1 Dafpus Well Ye
    Sara Aldridge
    Ainda não há avaliações
  • Bab 1 Dafpus Well
    Bab 1 Dafpus Well
    Documento8 páginas
    Bab 1 Dafpus Well
    Sara Aldridge
    Ainda não há avaliações
  • 10.7. Pneumotoraks
    10.7. Pneumotoraks
    Documento48 páginas
    10.7. Pneumotoraks
    Sara Aldridge
    Ainda não há avaliações
  • Cover Desya Dan Daftar Isi
    Cover Desya Dan Daftar Isi
    Documento5 páginas
    Cover Desya Dan Daftar Isi
    Sara Aldridge
    Ainda não há avaliações
  • Bab 1 Dafpus
    Bab 1 Dafpus
    Documento6 páginas
    Bab 1 Dafpus
    Sara Aldridge
    Ainda não há avaliações
  • Bronkitis Akut
    Bronkitis Akut
    Documento10 páginas
    Bronkitis Akut
    NiarLatupono
    Ainda não há avaliações
  • Asfiksia Oke
    Asfiksia Oke
    Documento86 páginas
    Asfiksia Oke
    Juwita
    Ainda não há avaliações