Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun Oleh:
Kasus: Ny. A melaporkan anaknya, Ny. B karena telah melakukan Kekerasan Fisik Dalam
Rumah Tangga karena emosi yang dipicu oleh perkataan Ny. A yang menyinggung
perasaan Ny. B
Diskusi : Kekerasan dalam rumah tangga dapat dipicu oleh faktor kepribadian
pelaku, pendapatan pelaku, kebersamaan keluarga pelaku, karakteristik pekerjaan
pelaku dan lingkungan tempat tinggal. Salah satu contoh pemicu KDRT merupakan
factor kepribadian dimana penyebab utama adalah ketidakstabilan emosi,
Kematangan emosi ini dapat mempengaruhi bagaimana suatu induvidu dapat
menghadapi suatu tekanan. Individu yang sulit dalam mengendalikan emosi lebih
cenderung berperilaku agresif. Kekerasan dalam rumah tangga dapat terpicu
dengan adanya tekanan dari pihak keluarga. Hukum yang mengatur tentang KDRT
adalah Pasal 44 UU RI no. 23 Tahun 2004.
Simpulan: Pada kasus ini, Ny.A merupaka korban kekerasan fisik yang dilakukan
oleh Ny. B anak nya yang dipicu oleh amarah Ny. B karena perkataan Ny. A,Pasal
44 UU NO 23 tahun 2004. Dalam islam, durhaka kepada orang tua merupakan dosa
besar yang dapat menimbulkan hukuman di akhirat maupun hukuman yang akan
disegerakan di dunia.
Kata Kunci: domestic violence, kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan fisik,
ketidakstabilan emosi
Pendahuluan
Keutuhan dan kerukunan rumah tangga dapat terganggu jika kualitas dan
pengendalian diri tidak dapat dikontrol yang pada akhirnya dapat terjadi kekerasan
dalam rumah tangga sehingga timbul ketidakamanan atau ketidakadilan terhadap
orang yang berada dalam lingkup rumah tangga. Hal ini dapat menimbulkan
ketidakharmonisan rumah tangga. Tidak jarang keti- dakharmonisan rumah tangga
ini memicu perselisihan yang berkepanjangan dan beru- jung pada tindak kekerasan
dalam rumah tangga. Untuk mencegah, melindungi korban dan menindak pelaku
kekerasan dalam rumah tangga, Negara dan masyarakat wajib melak- sanakan
upaya perlindungan korban dan penindakan pelaku sesuai dengan falsafah
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Negara berpandangan bahwa segala
bentuk kekerasan terutama kekerasan dalam rumah merupakan pelanggaran hak
asasi manu- sia dan kejahatan terhadap martabat manusia. (Prasetyawati E,et al,
2014)
Emosi nampak dari luar sebagai perilaku yang sesuai dengan cara- cara
yang dipelajari dari masyarakatnya. Pengalaman sangat memengaruhi per-
kembangan dan kemasakan emosi. Orang yang mempunyai banyak pengalaman
positif tentu akan memiliki perkembangan dan kemasakan emosi yang berbeda
dengan anak yang sedikit mengalami pengalaman positif Goleman menjelaskan
bahwa pada prinsipnya emosi dasar manusia meliputi takut, marah, sedih dan
senang. Sutanto (2012) menambahkan malu, rasa bersalah, dan cemas sebagai
emosi dasar manusia. Emosi tersebut penting karena sangat berpengaruh
tidak hanya pada perilaku saat ini namun juga perilaku dimasa mendatang,
terutama emosi negatif. Sedangkan marah sendiri merupakan reaksi
terhadap sesuatu hambatan yang menyebabkangagalnya suatu usaha atau
perbuatan. Marah yang timbul seringkali diiringi oleh berbagai ekspresi perilaku.
(Al Baqi S,2015)
Hurlock mendefinikan kematangan emosi sebagai tidak meledaknya emosi
di hadapan oranng lain melainkan menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk
mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih dapat diterima. Sartre
mengatakan bahwa kematangan emosi adalah keadaan seseorang yang tidak cepat
terganggu rangsang yang bersifat emosional, baik dari dalam maupun dari luar
dirinya, selain itu dengan kematangan emosi maka individu dapat bertindak dengan
tepat dan wajar sesuai dengan situasi dan kondisi. Meichati mengatakan bahwa
kematangan emosional adalah keadaan seseorang yang tidak cepat terganggu
rangsang yang bersifat emosional, baik dari dalam maupun dari luar dirinya, selain
itu dengan matangnya emosi maka individu dapat bertindak tepat dan wajar sesuai
dengan situasi dan kondisi. Kematangan emosi adalah kemampuan dan
kesanggupan individu untuk memberikan tanggapan emosi dengan baik dalam
menghadapi tantangan hidup yang ringan dan berat serta mampu menyelesaikan,
mampu mengendalikan luapan emosi dan mampu mengantisipasi secara kritis
situasi yang dihadapi. (Asih G,et al 2010)
Kekerasan merupakan sebuah terminologi yang sarat dengan arti dan makna
“derita”, baik dikaji dari perspektif psikologik maupun hukum, bahwa di dalamnya
terkandung perilaku manusia (seseorang/kelompok orang) yang dapat
menimbulkan penderitaan bagi orang lain, (pribadi/ kelompok). Tindak kekerasan
atau “violence” oleh Jerome Skolncik didefinsikan sebagai “... an ambiguous term
whose meaning is established throught political process”. Dalam arti tingkah laku,
Michael Levi lalu menyebutkan kekerasan sebagai “... its content and cuase are
socially constructed”. Dari pandangan demikian, tampaknya perumusan tindak
kekerasan sangat terkait dengan tingkah laku manusia yang bersifat kejam dan tidak
manusiawi, namun tidak jelas apakah perumusan itu juga menampung aspirasi
kaum minoritas (perempuan dan anak) yang selama ini rentang terhadap kekerasan.
(Pasalbessy J,2010)
Presentasi Kasus
Diskusi
Kekerasan dalam rumah tangga adalah masalah signifikan bagi mereka
yang terpengaruhi dengan masalah ini,masyarakat, agen kesehatan dan peradilan
pidana yang merespon kepada masalah ini dan lingkungan masyarakat yang lebih
besar ini harus bertanggung jawab. Sementara kekerasan dalam rumah tangga
bukanlah fenomena baru,pada 30 tahun kebelakangan tapak meningkatkan
kesadaran masyarakat dan konsensus politik yang bahwa ada sesuatu yang perlu
dilakukan. Seiring waktu, pemahaman kita tentang presentasi, dinamika dan
dampak kekerasan dalam rumah tangga telah berkembang, sehingga kebutuhan
untuk menentukan apa yang masyarakat perlu atasi. Ini, bagaimanapun, bukanlah
usaha yang mudah, dengan definisi dan pemahaman tentang kekerasan yang
bervariasi di seluruh studi penelitian, wilayah dan budaya. Di Irlandia Utara
Domestic Violence (juga disebut sebagai kekerasan dalam rumah tangga atau
kekerasan pasangan intim dalam literatur) telah didefinisikan sebagai: Mengancam,
mengendalikan, melakukan tindakan pemaksaan, kekerasan atau pelecehan
(psikologis, fisik, verbal, seksual, finansial atau emosional) yang ditimbulkan pada
siapapun (terlepas dari usia, etnis, agama, jenis kelamin atau orientasi seksual) oleh
pasangan intim atau anggota keluarga saat ini atau mantan keluarga .(Devaney J
,2015)
mengancam;
Baik kekerasan agresif maupun defensif bisa bersifat terbuka atau tertutup.
Perspektif definisi kekerasan di atas lebih menekankan pada sifat dari sebuah
kekerasan. Bagaimana sebuah kekerasan itu disebut terbuka, tertutup, agresif dan
ofensif. Kiranya ini akan dapat dihubungkan dengan kekerasan macam apa yang
terjadi dalam sebuah rumah tangga (Merung P, 2016)
Interpretasi Agama
Orangtua merupakan sosok penuh kasih sayang yang senantiasa menjaga
dan merawat buah hatinya. Mereka bahkan rela untuk bersusah payah agar bisa
membesarkan anak-anaknya.Tidak hanya itu di antara mereka ada yang rela
melakukan apapun agar si anak mendapatkan yang terbaik. Namun, fenomena yang
terjadi saat ini adalah banyak yang kemudian tidak bersyukur atas yang telah
dilakukan orangtuanya. Bahkan banyak di antara mereka yang menjadi anak
durhaka kepada kedua orangtuanya dan menganggap sepele hal tersebut. Padahal
sebenarnya hukuman durhaka kepada orangtua tersebut akan disegerakan di dunia.
Berikut penjelasan selengkapnya. Menurut Imam Ad Dzhabi, durhaka kepada
orangtua termasuk dalam dosa besar. Hal tersebut juga telah disepakati oleh para
ulama. Mungkin banyak anak yang tidak menyadari hal tersebut dan tetap durhaka
kepada orangtuanya. Padahal Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
”Setiap dosa-dosa, Allah Ta’ala mengakhirkan (balasannya), sebagaimana yang
Dia kehendaki dari dosa-dosa itu hingga hari kiamat. Kecuali durhaka kepada kedua
oranguanya, sesungguhnya Allah menyegerakan (balasan) nya bagi pelakunya saat
hidup di dunia sebelum wafat.” (Riwayat At Thabarani dan Al Hakim, dishahihkan
oleh Al Hakim dan As Suyuthi). (Setiawati W,2016)
Sesungguhnya hak kedua orang tua sangat agung, dan kedudukan keduanya dalam
syariat islam sangat tinggi, oleh karena itu perintah berbakti kepada keduanya
digandengkan dengan perintah mentauhidkan Allah Subhanahu wata’ala, Hal ini
disebutkan Allah Subhanahu wata’ala dalam firman-Nya: (Al-atsari A,2015)
َ ْش ْيئًا َوبِ ْال َوا ِلدَي ِْن إِح
سانًا َ قُ ْل تَعَالَ ْوا أَتْ ُل َما َح َّر َم َربُّ ُك ْم َعلَ ْي ُك ْم أَالَّ ت ُ ْش ِر ُكوا بِ ِه
“Katakan : kemarilah aku bacakan kepada apa-apa yang telah Rabb-mu haramkan
kepada kalian yaitu janganlah kalian menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun
dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua. “ (QS : Al-An’am :151)
ِ ي ْال َم
صير َ ِسانَ ِب َوا ِلدَ ْي ِه َح َملَتْهُ أ ُ ُّمهُ َو ْهنًا َعلَ ٰى َو ْه ٍن َوف
َّ َصالُهُ فِي َعا َمي ِْن أ َ ِن ا ْش ُك ْر ِلي َو ِل َوا ِلدَيْكَ إِل ِ ْ ص ْينَا
َ اْل ْن َّ َو َو
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada ibu bapaknya,
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan
menyapinya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang
tuamu,hanya kepada-Ku lah kamu kembali” (QS: Luqman : 14)
Dalam Hadits juga diterangkan tentang tingginya kedudukan kedua orang tua dan
keutamaan berbakti dan larangan serta ancaman bagi yang durhaka kepada kedua
orang tua. Dari sahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dia berkata : saya
bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
Acknowledgnment
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat
dan Ridha Nya saya dapat mengerjakan dan menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Ucapan terima kasih saya berikan kepada dr. Endah Purnamasari, Sp.PK sebagai
tutor kelompok 2 Domestic Violence yang telah meluangkan waktunya serta
memimbing kami dengan baik dalam mengerjakan laporan kasus ini sehingga dapat
terselesaikan. Terima kasih juga kepada dr. Ferryal Basbeth, SpF. DFM, selaku
dosen pengampu serta dr. Hj. R. W. Susilowati, M.Kes dan DR. Drh. Hj. Titiek
Djannatum sebagai coordinator blok elektif. Serta kepada teman-teman kelompok
2 Domestic Violence yang selalu kompak dalam proses pembuatan laporan kasus
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Atsari, A. ‘Dosa Durhaka Kepada Orang Tua’. Sumber:
https://almanhaj.or.id/4119-dosa-durhaka-kepada-orang-tua.html.
(Diakses Tanggal 16 November 2017)
Al Baqi S, 2015. Ekspresi Emosi Marah. Buletin Psikologi. Vol 23, NO. 1, JUNI
2015: 22 – 30
Asih, G. Y & Pratiwi, M. M. S. (2010). Perilaku Prososial Ditinjau dari Empati dan
Kematangan Emosi. Jurnal Psikologi Vol 1, No 1.
Yang Dilakukan Suami Terhadap Istri . Jurnal Ilmu Hukum Edisi: Mei -
Nopember 2014; 81 - 92
Setiawati W, ‘Hukuman Durhaka pada Orangtua Akan Disegerakan di Dunia’.
http://www.infoyunik.com/2016/02/ternyata-hukuman-durhaka-pada-
orangtua.html.(Diakses Tanggal 16 November 2017)