Você está na página 1de 13

ANALISIS ASPEK TEKNIK DAN TEKNOLOGIS

Aspek teknis merupakan lanjutan dari aspek pemasaran. Kegiatan ini timbul apabila
sebuah gagasan usaha/proyek yang direncanakan telah menunjukan peluang yang cukup
cerah dilihat dari segi pemasaran. Penilaian kelayakan terhadap aspek ini sangat penting
dilakukan sebelum perusahaan dijalankan. Penentuan kelayakan teknis perusahaan
menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan teknis/operasi, sehingga apabila tidak dianalisis
dengan baik, maka akan berakibat fatal bagi perusahaan dalam perjalanannya di kemudian
hari.
Produk dapat dikatakan layak secara teknis jika produk dapat diterima dan dapat
diproduksi secara massal dengan mudah. Evaluasi kelayakan teknis melihat kepada
kelayakan teknis teknologi yang digunakan. Hal ini berarti bahwa evaluasi ini melihat kepada
apakah teknologi yang digunakan dapat bekerja sesuai desain dan kapasitas penggunanya.
Soeharto (1995) menambahkan pengkajian aspek-aspek teknik mencakup hal-
hal: menentukan letak geografis lokasi, mencari dan memilih teknologi proses produksi,
menentukan kapasitas produksi, denah atau tata letak instalasi, bangunan instalasi (plant
building).
Secara umum ada beberapa hal yang hendak dicapai dalam penilaian aspek ini yaitu :
a. Agar perusahaan dapat menentukan lokasi yang tepat, baik untuk lokasi pabrik, gudang,
cabang maupun kantor pusat.
b. Agar perusahaan dapat menentukan layout yang sesuai dengan proses produksi yang dipilih,
sehingga dapat memberikan efisiensi.
c. Agar perusahaan bisa menentukan teknologi yang paling tepat dalam menjalankan
produksinya.
d. Agar perusahaan bisa menentukan metode persediaan yang paling baik untuk dijalankan
sesuai dengan bidang usahanya.
e. Agar dapat menentukan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan sekarang dan di masa yang
akan datang.
Di dalam menyusun studi kelayakan bisnis, aspek teknis perlu dipertimbangkan dan
diperhitungkan secara tepat dan benar karena kesalahan dalam menentukan aspek ini juga
mengakibatkan perusahaan mengalami kegagalan. Banyak perusahaan yang telah jalan,
namun aspek ini masih merupakan masalah yang memerlukan pemecahan karena kesalahan
memperhitungkan aspek teknis secara tepat dan benar pada saat pendirian usaha, seperti tidak
tepatnya lokasi perusahaan, terbatasnya bahan baku, besarnya ongkos angkut, tidak cocoknya
teknologi yang digunakan, mahalnya biaya tenaga kerja, dan lain sebagainya
A. Penentuan Lokasi Pabrik
Penentuan lokasi pabrik merupakan suatu hal yang penting. Pemilihan lokasi yang
tepat akan berpengaruh terhadap kelangsungan dan efisiensi perusahaan. Beberapa hal yang
harus dipertimbangan dalam pemilihan lokasi pabrik adalah ketersediaan bahan mentah, letak
pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, suplai tenaga kerja, dan fasilitas transportasi (Husnan
dan Muhammad, 2005).
Tujuan penentuan lokasi suatu perusahaan atau pabrik dengan tepat adalah untuk
dapat membantu perusahaan atau pabrik beroperasi dengan lancar, efektif dan efisien.
Adapun faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi perusahaan adalah
rencana masa depan, biaya tanah dan bangunan, kemungkinan perluasaan, adanya fasilitas
pelayanan, ketersediaan air, pajak, sikap masyarakat sekitar lokasi, iklim, tanah, perumahan
dan fasilitas lainnya. Husnan dan Suwarsono (2000) menambahkan beberapa variabel utama
yang perlu mendapat perhatian dalam penentuan lokasi pabrik adalah ketersediaan bahan
mentah, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, supply tenaga kerja, fasilitas
transportasi.
Penentuan lokasi menjadi faktor penting bagi industri pengolahan gula semut jahe
“Gendhis Jahe” karena hal ini sangat mempengaruhi kedudukan perusahaan dalam
persaingan dan menentukan kelangsungan hidup perusahaan. Lokasi pabrik harus
memperhatikan ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, ketersediaan tenaga kerja,
listrik dan air, supply tenaga kerja serta fasilitas transportasi.
Terdapat dua tahap penentuan lokasi yang dilakukan, yaitu penentuan bobot prioritas
parameter kelayakan lokasi dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan
penentuan alternatif lokasi dengan metode zero-one.
Metode AHP adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas
persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan
keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian
atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, member nilai numerik pada pertimbangan
subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk
menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk
mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.
Pembobotan dilakukan dengan nilai yang paling tinggi diasumsikan sebagai biaya
yang termurah. Menurut Husnan dan Suwarsono (1984) penentuan bobot prioritas meliputi
lima parameter kelayakan lokasi perusahaan. Parameter-parameter yang akan dibandingkan
adalah kemudahan penyediaan bahan baku (Bb), kemudahan akses pasar (Ps), ketersediaan
sarana transportasi (St), dan ketersediaan utilitas air dan listrik (Ut). Penentuan bobot
prioritas terhadap kelima parameter dilakukan dengan survei.
Tahap kedua yaitu penentuan alternatif lokasi dengan zero-one. Metode ini
merupakan penilaian terhadap perbandingan alternatif lokasi yang didasarkan pada kondisi
wilayah yang dimiliki dengan menggunakan bobot parameter yang telah diketahui
sebelumnya. Usaha gula semut jahe “Gendhis Jahe” ini dilakukan di Kecamatan
Karanganyar, Kecamatan Mrebet, Kecamatan Cilongok, Kecamatan Kemranjen.
Parameter yang digunakan adalah bahan baku, kemudahan akses pasar, tenaga kerja,
transportasi, serta tersedianya pembangkit tenaga listrik dan air.
 Daerah pemasaran
Kebijakan dalam menentukan lokasi usaha/proyek, apakah dekat dengan pasar hasil
produksi atau dekat dengan bahan baku harus dipertimbangkan secara teknis dan ekonomis
sehingga kelangsungan dari usaha dapat terjamin. Lokasi usaha yang dekat dengan pasar
biasanya mempunyai beberapa keunggulan, antara lain pelayanaan terhadap konsumen dapat
dilakukan dengan lebih cepat, ongkos angkut dari produk yang dihasilkan relative lebih
murah dan volume penjualan dapat ditingkatkan.
Ditinjau dari segi biaya pengangkutan, apabila biaya pengangkutan barang jadi
lebih besar dari biaya pengangkutan bahan mentah dalam ukuran yang sama, selayaknya
lokasi usaha/proyek yang dekat dengan pasar lebih menguntungkan dari pada dekat dengan
bahan baku.
 Bahan baku
Pendirian usaha/proyek yang dekat dengan bahan baku mempunyai beberapa
keunggulan, antara lain supply bahan mentah dapat menjamin kontinuitas kegiatan usaha,
ongkos angkut bahan lebih murah, dan perluasan usaha lebih mudah untuk dilakukan.
Dilihat dari ongkos angkut bahan mentah, apabila jumlah bahan mentah yang
diangkut jauh lebih besar daripada bahan jadi sebagai akibat proses produksi, lokasi
usaha/proyek yang dekat dengan bahan baku lebih menguntungkan dalam jangka panjang.
 Tenaga kerja
Dalam menentukan lokasi usaha/proyek, supply tenaga kerja juga perlu mendapat
perhatian, baik dilihat dari jumlah tenaga kerja maupun kualitas yang diperlukan. Apabila
usaha jenang yang didirikan membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah yang relative besar
(padat karya) sebaiknya lokasi usaha yang didirikan dekat dengan pemukiman penduduk.
Demikian pula dengan usaha-usaha yang memanfaatkan keahlian penduduk setempat.
Supply tenaga kerja yang cukup bagi usaha padat karya pada umumnya merupakan
faktor yang perlu mendapat perhatian, walaupun kualitas dan komposisi tenaga kerja yang
tersedia juga amat diperlukan. Untuk gagasan usaha/pabrik yang direncanakan memerlukan
tenaga yang mempunyai keahlian (skill) sebaiknya lokasi usaha tersebut didirikan dekat
dengan tenaga kerja yang mempunyai skill karena ada kalanya untuk memindahkan tenaga
kerja skill amat sulit untuk dilakukan.
Berdasarkan pada uraian ini, dalam menyusun studi kelayakan bisnis, faktor supply
tenaga kerja perlu mendapat perhatian terutama menyangkut dengan penyediaan tenaga kerja
baik tenaga kerja ahli, setengah ahli, maupun tenaga kerja yang tidak mempunyai keahlian.
 Fasilitas pengangkutan
Fasilitas pengangkutan yang tersedia dalam pemilihan lokasi perlu menjadi
perhatian dari penyusunan studi kelayakan, karena masalah pengangkutan merupakan
masalah dalam pengangkutan bahan mentah, barang jadi, maupun tenaga kerja.
Pendirian usaha yang tidak mempunyai fasilitas angkutan, terpaksa membangun
jalan-jalan baru yang memerlukan investasi yang cukup besar dan kesemuanya itu merupakan
beban dari proyek/kegiatan usaha yang direncanakan. Besarnya biaya transportasi yang
dikeluarkan akan berpengaruh terhadap harga pokok produksi dan keadaan ini menyebabakan
gagasan usaha/proyek yang direncanakan tidak feasible untuk dikerjakan.
 Fasilitas tenaga listrik dan air
Secara teknis, apabila usaha/proyek yang direncanakan memerlukan fasilitas listrik
dalam kegiatan produksi, tentu dalam penyusunan studi kelayakan dalam perhitungan lokasi
proyek (pabrik) perlu mendapat perhatian, terutama ada tidaknya tenaga listrik yang tersedia.
Tenaga listrik yang telah ada seperti PLN biayanya lebih murah dibanding dengan
membangun tenaga listrik sendiri.
Demikian pula dengan air, apabila usaha/proyek yang didirikan dalam proses produksi
memerlukan air dalam proses produksi maka lokasi proyek/pabrik harus dekat dengan air.
Berdasarkan pada uraian ini, peranan lokasi dalam menentukan tempat pendirian kegiatan
proyek/pabrik yang akan didirikan tidak dapat diabaikan, tapi harus diperhitungkan secara
objektif dengan menggunakan penilaian dan perhitungan yang cermat dan teliti sehingga
keadaan ini dapat menjamin kontinuitas dari kegiatan usaha yang akan didirikan.
Kec. Kec. Kec.
Kec. Mrebet
Kriteria Bobot Karanganyar Cilongok Kemranjen
Nilai NT Nilai NT Nilai NT Nilai NT
Bahan Baku 0.52 60 31.2 80 41.6 75 39 70 36.4
Akses Pasar 0.13 70 9.1 75 9.75 80 10.4 65 8.45
Transportasi 0.08 65 5.2 70 5.6 75 6 60 4.8
Utilisasi 0.27 60 16.2 75 20.25 65 17.55 70 18.9
Total 1.0 61.7 77.2 72.95 68.55

BB PS ST UT VE VP VA VB
BB 1 5 6 4 3.3098 0.5801 2.4923 4.2962
PS 0.2 1 1 0.25 0.4729 0.0829 0.3393 4.0940
ST 0.17 1 1 0.2 0.4273 0.0749 0.3069 4.0976
UT 0.25 4 5 1 1.4953 0.2621 1.1131 4.2470
Jumlah 5.7053 1 16.7348

Nilai Eigen Maksimum = = = 4.1837


CI = = = 0.0612
CR = = = 0.068 → CR < 0.1 → Matriks Perbandingan dapat diterima

 Tabel Zero-One parameter kemudahan suplai bahan baku


Indeks
Alternatif (1,2) (1,3) (1,4) (2,3) (2,4) (3,4) Ʃ
Performa
Kec. Karanganyar 0 0 0 0 0
Kec. Mrebet 1 1 1 3 50.00
Kec. Cilongok 1 0 1 2 33.33
Kec. Kemranjen 1 0 0 1 16.67

 Tabel Zero-One parameter kemudahan akses pasar


Indeks
Alternatif (1,2) (1,3) (1,4) (2,3) (2,4) (3,4) Ʃ
Performa
Kec. Karanganyar 0 0 1 1 16.67
Kec. Mrebet 1 0 1 2 33.33
Kec. Cilongok 1 1 1 3 50.00
Kec. Kemranjen 0 0 0 0 0

 Tabel Zero-One parameter sarana transportasi


Indeks
Alternatif (1,2) (1,3) (1,4) (2,3) (2,4) (3,4) Ʃ
Performa
Kec. Karanganyar 0 0 1 1 16.67
Kec. Mrebet 1 0 1 2 33.33
Kec. Cilongok 1 1 1 3 50.00
Kec. Kemranjen 0 0 0 0 0

 Tabel Zero-One parameter utilitas


Indeks
Alternatif (1,2) (1,3) (1,4) (2,3) (2,4) (3,4) Ʃ
Performa
Kec. Karanganyar 0 0 0 0 0
Kec. Mrebet 1 1 1 3 50.00
Kec. Cilongok 1 0 0 1 16.67
Kec. Kemranjen 1 0 1 2 33.33

Seluruh alternatif ini dibandingkan satu persatu berdasarkan pada setiap parameter
secara bertahap. Hasil perbandingan suatu alternatif bernilai satu (1) berarti kondisi alternatif
tersebut memilki kondisi yang lebih baik atau lebih menguntungkan dibanding dengan
pembandingnya, sebaliknya jika lebih buruk atau tidak menguntungkan akan bernilai nol
(0). Hasil penilaian bobot parameter akan digabungkan dengan metode AHP dalam satu
matriks keputusan alternatif seperti disajikan pada Gambar 1.
Parameter Bb Ps St Ut Total
Bobot
58 8 8 26 100
Alternatif
0 1.33 1.33 0
Kec. Karanganyar 2.67
0
16.67 16.67 0
29 19.33 19.33 29
Kec. Mrebet 96.66
50 33.33 33.33 50
19.33 29 29 9.67
Kec. Cilongok 87
33.33 50 50 16.67
9.67 0 0 19.33
Kec. Kemranjen 29
16.67 0 0 33.33
Gambar 1. Matriks keputusan pemilihan alternatif lokasi

Berdasarkan matriks keputusan pemilihan alternatif lokasi, diperoleh bahwa alternatif


lokasi dengan presentase terbesar berdasarkan pertimbangan lima parameter kelayakan lokasi
industri yang difokuskan untuk pendirian industri Gendhis Jahe di Kecamatan Mrebet.
Menurut survei dari responden, kelima aspek tersebut pun masing-masing memilki bobot
yang tinggi.
Lokasi yang direncanakan akan didirikannya industri ini adalah daerah sekitar Desa
Bojong, Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Pemilihan lokasi ini
didasarkan pada beberapa pertimbangan berikut:
1. Lokasi ini dekat dengan lokasi yang mudah ditanami pohon kelapa dan jahe.
2. Lokasi ini dekat dengan pasar sasaran.
3. Tenaga listrik dan air terpenuhi dengan baik di lokasi ini.
4. Suplai tenaga kerja masih banyak di lokasi ini.
5. Fasilitas transportasi di lokasi ini baik.
Kedekatan lokasi industri dengan lokasi bahan baku dan pasar akan menghemat biaya
transportasi pengangkutan bahan baku dan penyaluran produk. Dengan demikian efisiensi
biaya transportasi bisa dilakukan. Efisiensi ini tentu saja akan berpengaruh pada biaya
produksi yang lebih rendah.
Tenaga listrik PLN sudah tersalurkan dengan baik di lokasi ini. Suplai air tanah di
lokasi ini juga masih baik. Kualitas air tanah masih terjaga dengan baik dan tidak tercemar.
Air PDAM juga sudah tersedia di lokasi ini, sehingga kebutuhan akan air bersih dapat
terpenuhi dengan baik.
Suplai tenaga kerja tentu saja masih tersedia dalam jumlah besar. Dengan adanya
industri ini, tenaga kerja yang ada di daerah ini bisa terserap dan dapat mengurangi
pengangguran.
Jalan di lokasi ini sudah cukup baik dan letaknya dekat dengan jalur pantura. Dengan
jalan yang baik ini, transportasi bahan baku dan produk dapat dilakukan dengan lancar.

B. Penyediaan Bahan Baku


Ketersediaan bahan baku merupakan salah satu faktor produksi yang penting untuk
dikaji dalam studi kelayakan proyek. Ketersediaan bahan baku yang baik akan dapat menjaga
keseimbangan proses produksi suatu industri. Selain itu kajian bahan baku dapat digunakan
untuk mengetahui bagaimana peluang ketersediaan bahan baku di masa yang akan datang.
Selain itu juga ketersediaan bahan baku yang teratur dapat mempengaruhi kualitas produk
yang dihasilkan.
Kebutuhan nira kelapa dan jahe sebagai bahan baku produksi banyak tersedia di
Kabupaten Purbalingga. Karena nira kelapa merupakan salah satu komoditas unggulan di
Kabupaten Purbalingga. Nira dari Kabupaten Purbalingga mempunyai keunggulan dibanding
kelapa dari daerah lain, diantaranya rasa yang manis, tahan lama dan tekstur dagingnya
lembut. Pembuatan Gendhis Jahe diperlukan bahan tambahan/pendukung seperti nira kelapa,
air kapur sirih jahe dan bahan tambahan lainnya. Ketersediaan bahan pendukung khususnya
nira kelapa dan jahe dapat dipenuhi melalui pembelian dari petani yang banyak terdapat di
daerah Kabupaten Purbalingga.

C. Rencana Kapasitas Produksi


Faktor yang mempengaruhi perencanaan kapasitas produksi pada pabrik pengolahan
sirup ini adalah ketersediaan bahan baku, ketersediaan modal, peluang usaha, teknologi mesin
dan kapasitas alat pengolahan, jumlah tenaga kerja, serta nilai ekonomis usaha. Pendirian
usaha pengolahan gula kristal belum banyak terdapat di Kabupaten Purbalingga sehingga
peluang usaha yang masih terbuka lebar.
Produksi gula kristal dalam satu kali produksi menggunakan 60 liter nira kelapa dan
12 kg jahe setelah diolah menjadi gula dikemas menjadi beberapa kemasan dengan berat
bersih yang berbeda.

D. Proses Produksi
Husnan dan Suwarsono (1984 dalam Indrawati, 2006) menyatakan bahwa patokan
umum yang dapat digunakan dalam pemilihan jenis teknologi adalah seberapa jauh derajat
mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang diharapkan, di samping kriteria yang
lain yakni :
a. Ketepatan jenis teknologi yang dipilih dengan bahan mentah yang digunakan.
b. Keberhasilan penggunaan jenis teknologi tersebut ditempat lain yang memiliki ciri-ciri yang
mendekati dengan lokasi proyek.
c. Kemampuan pengetahuan penduduk (tenaga kerja) setempat dan kemungkinan
pengembangannya.
d. Pertimbangan kemungkinan adanya teknologi lanjutan sebagai salinan teknologi yang akan
dipilih sebagai akibat keusangan.
Pada pembuatan Gendhis Jahe ini akan dilalui dalam 3 tahap, yakni tahap persiapan,
tahap pembuatan, dan tahap pengemasan.
a. Tahap persiapan
Tahap persiapan awal dilakukan untuk membuat Gendhis Jahe adalah memilih buah nira
kelapa dan jahe yang memiliki kualitas yang bagus dan Selanjutnya dilakukan persiapan
untuk menentukan komposisi bahan baku dan bahan tambahan lainnya seperti air kapur sirih
dan bahan lainnya.
Bahan tambahan tersebut harus memenuhi komposisi yang sesuai agar atribut sensoris
produk dihasilkan dengan baik/sesuai tuntutan konsumen.
Tindakan persiapan akhir yaitu penentuan ukuran kemasan dan dilakukan pengemasan.
b. Tahap pengolahan
Tahap-tahap yang dilakukan dalam pembuatan Gendhis Jahe adalah pemilihan nira
dan jahe. Setelah itu, buah nira dimasak sekitar 7-8 jam. Kemudian nira tersebut ditambah
dengan air kapur, laru dan ekstrak jahe selama dua jam. Setelah itu, bahan yang
sudah tercampur didinginkan.
Setelah bahan didinginkan, kemudian bahan dihaluskan, dan diayak dengan ayakan 80
mesh. Langkah ini dilakukan terus hingga bahan menjadi halus dan bersih. Bahan yang telah
halus kemudian dimasukkan ke dalam oven untuk dikeringkan.
Proses pemasakan dapat berpengaruh terhadap kualitas warna, rasa, dan tekstur.
Penyaringan dilakukan untuk memisahkan gula kristal dengan kotoran yang masih ikut
dalam proses pemasakan. Jika proses penyaringan kurang bersih dan masih terdapat sisa
kotoran proses maka akan berpengaruh pada kualitas gendhis, terutama tekstur menjadi kasar
dan tidak akan awet karena ada kontaminasi dari luar.
c. Tahap pengemasan
Tahap penyelesaian dalam pembuatan gendhis jahe adalah gendhis dikemas dalam
plastic kemasan yang steril yang ditutup rapat. Sebelum dimasukkan ke dalam kemasan, sirup
harus dalam keadaan sudah dingin. Gendhis jahe yang telah dikemas, disterilkan untuk
menghindari kontaminasi mikroba.
Gula yang akan dikemas harus dalam keadaan dingin, bersih dan disaring, kemasan
sudah bersih agar bebas dari bakteri, ditutup rapat sehingga gula kristal jahe akan tahan lama.
Jika gula yang dikemas dalam keadaan panas, tidak disaring, tidak steril, maka gula kristal
tidak akan tahan lama, cepat rusak dan kualitas sirup rendah.

E. Mesin dan Peralatan


Alat dan mesin merupakan salah satu faktor produksi utama selain bahan baku, tanpa
alat dan mesin maka proses produksi tidak dapat berjalan. Alat dan mesin yang akan
digunakan meliputi baskom, penyaring, steam blancher, blender, panci stainless steel, sealer,
mesin cetak dan potong label, oven, kompor, tabung LPG 12 kg, timbangan digital dan
timbangan manual, ember plastik, pisau, sendok pengaduk, dan beberapa peralatan tambahan
lainnya.

F. Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu sangat diperhatikan mulai dari persiapan bahan baku hingga
pengemasan. Pemeriksaan kualitas bahan baku untuk produk Gendhis Jahe yang diterapkan
pada industri dilakukan dengan cermat dan teliti. Bahan baku yang digunakan merupakan
bahan baku yang kualitas paling baik dan telah memenuhi syarat yang sudah ditetapkan oleh
industri. Produk akhir yang dihasilkan harus memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan.

G. Desain Tata Letak dan Kebutuhan Ruang Pabrik


Jenis bangunan pada usaha Gendhis Jahe dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu
bangunan produksi dan non produksi. Bangunan produksi adalah bangunan yang diperlukan
untuk keseluruhan proses produksi, sedangkan bangunan non produksi adalah bangunan yang
mendukung proses produksi.
Menurut Suryani et al, (2006) dalam Ardi (2007), bangunan produksi yang
dibutuhkan memiliki kriteria antara lain cukup luas, mudah dibersihkan,ventilasi dan
penerangan cukup, dan tersedianya perlengkapan P3K. Lantai dibuat dari bahan yang kuat,
rata, dan kedap air misalnya keramik. Dinding ruang produksi dibuat dari bahan yang kuat,
rata, halus, dan berwarna terang. Langit-langit ruang dibuat cukup tinggi sehingga tidak
terjadi penumpukkan debu dan mudah dibersihkan.
a. Ruang produksi
Menurut Apple (1990) dalam Ardi (2007), kebutuhan ruang yang digunakan untuk
ruangan produksi ditentukan dengan ketentuan sebagai berikut:
1) kebutuhan ruang disesuaikan dengan bentuk alat dan wadah alat,
2) kebutuhan ruangan mesin adalah panjang mesin dikalikan lebarnya,
3) kebutuhan ruang untuk operator (bila ada) adalah panjang peralatan dikalikan satu meter,
4) kelonggaran yang dipakai adalah 150 persen, kelonggaran ini dipakai untuk jarak antar
peralatan serta lorong untuk pergerakan orang dan bahan.
Perkiraan kebutuhan luas lahan untuk ruang produksi dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perkiraan kebutuhan luas ruang produksi

No. Ukuran
Kebutuhan
Fasilitas Panjang Lebar
Luas (m2)
(m) (m)
1 Penerimaan Bahan Baku 5 5 25
2 Penampungan Bahan
5 5 25
Baku
3 Gudang produk jadi 10 10 100
4 Gudang peralatan 5 5 25
5 Area Pengeringan 40 10 400
Total 65 35 575

b. Ruang non produksi


Ruangan non produksi atau ruang sipil yang dibutuhkan dalam produksi terdiri dari
beberapa ruangan atau tempat penunjang. Perkiraan luas dari tiap ruangan dijelaskan pada
Tabel 3.
No. Ukuran
Kebutuhan
Fasilitas Panjang Lebar
Luas (m2)
(m) (m)
1 Penyedotan air 10 10 100
2 Tandon air 5 5 25
3 Unit pengelolaan limbah 20 10 200
4 Kamar mandi/WC 12 3 36
5 Kantor 9 6 54
6 Area pengeringan 40 10 400
7 Mushola 5 7 35
8 Tempat parker 20 10 200
9 Pos satpam 3 2 6
10 Taman 25 10 250
11 Jalan 100 4 400
Total 249 77 1706

Tabel 3. Perkiraan kebutuhan luas ruang non produksi

Perkiraan kebutuhan luas lahan keseluruhan perusahaan disajikan pada Tabel 4.


No Pusat Aktivitas Luas lahan (m2)
1. Bangunan produksi 575
2. Bangunan non produksi 1706
Total luas 1881

Tabel 4. Perkiraan kebutuhan luas lahan


Desain tata letak berhubungan erat dengan penyusunan letak mesin, peralatan
peralatan produksi, dan ruangan-ruangan dalam pabrik. Penyusunan tata letak akan
berpengaruh pada efisiensi produksi. Tata letak yang baik akan membuat proses produksi
dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
Tipe tata letak pabrik ada dua macam, yaitu tipe tata letak berdasarkan produk
(product layout) dan berdasarkan proses (process layout). Penentuan tipe tata letak
bergantung pada spesifikasi proses produksi. Proses produksi yang berbeda akan memiliki
sifat-sifat khusus dan memerlukan desain tata letakyang berbeda pula.
Industri ini hanya memproduksi satu jenis produk, yaitu Gendhis Jahe. Oleh karena
itu, tipe tata letak yang digunakan adalah berdasarkan produk (product layout). Pada tipe tata
letak berdasarkan produk, pengorganisasian pekerjaan didasarkan pada urutan proses
produksi suatu produk atau sekumpulan produk. Mesin-mesin produksi diletakkan pada satu
jalur menurut urutan proses produksinya.
Keterkaitan antar aktivitas digunakan sebagai pedoman dalam merancang tata letak
ruang pabrik secara menyeluruh. Untuk menggambarkan keterkaitan antaraktivitas,
digunakan bagan keterkaitan antaraktivitas. Bagan keterkaitan antaraktivitas
industri ditunjukkan pada Gambar 1.4. Derajat hubungan aktivitas pada bagan keterkaitan
antarkativitas tersebut diberi tanda sandi dengan arti sebagai berikut:
 A (absolutely necessary) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harus saling
berdekatan dan bersebelahan.
 E (especially important) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harus bersebelahan.
 I (important) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan cukup berdekatan.
 O (ordinary) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan tidak harus saling berdekatan.
 U (unimportant) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan bebas dan tidak saling
mengikat.
 X (undesirable) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harus saling berjauhan atau
tidak boleh saling berdekatan.

Gambar 1.4. Bagan keterkaitan antaraktivitas industri

Bagan keterkaitan antaraktivitas tersebut kemudian digunakan untuk merencanakan dan


menganalisis keterkaitan antaraktivitas. Informasi yang dihasilkan dari bagan keterkaitan
antaraktivitas kemudian diwujudkan dalam bentuk diagram yang disebut diagram keterkaitan
antaraktivitas. Diagram keterkaitan antar aktivitas menggunakan template-template yang
menggambarkan kegiatan yang ada (Apple, 1990). Setiap template mencantumkan informasi
mengenai derajat keterkaitan kegiatan tersebut dengan kegiatan lain yang diperoleh dari
bagan keterkaitan antar aktivitas. Diagram keterkaitan antaraktivitas industri sirup glukosa
dapat dilihat pada Gambar 1.5.

Langkah selanjutnya adalah menentukan kebutuhan luas ruang dan menyusun site plan.
Luas ruang dihitung berdasarkan perkiraan kebutuhan luas ruangan yang dibutuhkan oleh
tiap-tiap mesin dan peralatan produksi, kebutuhan luas ruang operator, kelonggaran,
kebutuhan luas gudang, kantor, dan ruangan-ruangan yang lain. Kebutuhan luas ruang pada
industri gendhis jahe dapat dilihat pada Tabel 1.1. Penyusunan site plan didasarkan pada
diagram keterkaitan antaraktivitas dan kebutuhan luas ruang. Site plan industri ini dapat
dilihat pada

Você também pode gostar