Você está na página 1de 10

UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MENCUCI TANGAN PADA SISWA

TK DAN TPQ TARBIYATUL ADFHAL

Ika Himawati 1*
Email: ikahima9@gmail.com
1
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang Kampus Sekaran
Gunungpati Semarang 50229 Jawa Tengah – Indonesia Telp. (024) 8508007
*
e-mail: fik@unnes.ac.id

ABSTRAK
Latar Belakang : Masih banyak Kasus diare yang ditemukan dan tidak ditangani di Wilayah
Dusun Watukebo. Hal tersebut mendorong untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Mencuci tangan dengan sabun dikenal sebagai
upaya pencegahan penyakit diare. Menurut WHO permasalahan diare di Negara-negara
berkembang khususnya Indonesia dapat dikurangi dengan perilaku hidup bersih yaiu Cuci
Tangan Pakai Sabun (CTPS) dengan enam langkah.
Metode : Penentuan Prioritas masalah dengan Hanlon kualitatif, penyebab masalah dengan
Delbeq, dan alternatif pemecahan masalah dengan CARL.
Hasil dan Pembahasan : Kegiatan Penyuluhan dilakukan di dua tempat yaitu di TK dan TPQ
Tarbiyatul Adfhal. Setelah pemberian materi dan melakukan praktik cuci tangan dengan enam
langkah, dilakukan tanya jawab kepada anak-anak mengenai cara cuci tangan 6 langkah,
kapan waktu untuk mencuci tangan dan bahaya tidak bisa mencuci tangan sebagian besar
anak bisa menjawab semua pertanyaan dengan benar. Anak-anak mau menerima dan
memperhatikan ilmu baru mengenai cuci tangan serta mampu mempraktekkan ilmu baru. Hal
tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan dan sikap anak tentang cuci
tangan pakai sabun.
Penutup : Diperlukan komitmen yang kuat dari para guru untuk bisa melanjutkan kegiatan ini
menjadi pembiasaan perilaku hidup bersih dan sehat dengan mencuci tangan pakai sabun
pada anak-anak.

Kata Kunci : CTPS, anak-anak, pengetahuan, sikap.

ABSTRACT

Background: Many diarrhea cases are found and not handled in Watukebo Hamlet. It is
encourage to increase public awareness about of Clean and Healthy living behavior. Hand
washing with soap is known as diarrhea disease prevention. According WHO, diarrhea
problems in developing countries, especially Indonesia can be reduced by clean living behavior
is Hand washing with Soap (CTPS) with six steps hand washing.

Method: Determination of problem Priority with Hanlon qualitative, causes of problems with
Delbeq, and alternative problem solving with CARL.

Results and Discussion: Activity elucidation were conducted in two places at TK and TPQ
Tarbiyatul Adfhal. After giving the material and practice handwashing with six steps, the giving
question for children about method handwashing with six steps, when to wash hand and the
danger of not washing hands most children can answer all questions correctly. Children will
accept and attention to new knowledge about hand washing and able to practice new
knowledge. This shows that there is an increase in knowledge and attitude of children about
handwashing with soap.
Conclusion: Needed forceful commitment from teachers to be able to continue this activity
become habit of clean and healthy living behavior by washing hands with soap at children.

Keywords: CTPS, children, knowledge, attitude

PENDAHULUAN

Pembangunan kesehatan di Indonesia merupakan bagian dari pembangunan nasional


yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud terajat kessehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Terwujudnya derajat kesehatan masyarakat tersebut dapat tercapai salah satunya melalui
program perilaku hidup bersih dan sehat. Program PHBS merupakan upaya memberikan
pengalaman belajar dengan memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina
suasana (social Support) dan Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment). Menurut
Permenkes nomor 3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat menyatakan
bahwa Penyelenggaraan STBM bertujuan untuk mewujudkan perilaku masyarakat yang
higienis dan saniter secara mandiri dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam STBM Terdapat lima pilar salah satu pilar yakni
perilaku cuci tangan pakai sabun. Tujuan dari pilar-pilar STBM yakni untuk memutus mata
rantai penularan penyakit dan keracunan. (Kemenkes RI, 2014).

Di Indonesia sampai saat ini diare masih menjadi masalah masyarakat. Berdasarkan
data profil kesehatan Indonesia tahun 2016 jumlah kasus diare yang ditemukan dan tercatat
di Fasilitas Kesehatan sebanyak 6.897.463 dan presentase kasus diare yang ditangani
sebanyak 39,6%. Sedangkan kasus diare di Jawa Tengah pada tahun 2016 sebanyak 911.901
merupakan urutan kasus diare terbanyak ke 3 di Indonesia setelah Jawa Barat dan Jawa
Timur. Kasus diare yang ditangani sebanyak 10,5%. (Ditjen P2P. Kemenkes RI, 2017).
Penemuan kasus diare pada tahun 2014 di Kabupaten Semarang 21.420 kasus dengan
jumlah kasus yang ditangani sebanyak 74,2%. (Profil Kesehatan Kab.Semarang, 2015).

Kasus diare di Wilayah Kerja Puskesmas Kalongan ditemukan dan ditangani pada tahun
2016 berjumlah 473 kasus yaitu laki-laki 181 kasus dan perempuan 292 kasus. Jumlah kasus
diare tahun 2016 meningkat dari tahun sebelumnya yang berjumlah 429 kasus. Hal tersebut
mendorong untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang perilaku Hidup Bersih dan
Sehat masyarakat melalui program STBM di wilayah Puskesmas Kalongan. Dari 11.043
jumlah rumah tangga ada 7.856 rumah tangga yang dipantau di wilayah Kalongan tahun 2016.
Dengan menggunakan indicator PHBS dan menggunakan metode cluster, didapatkan rumah
tangga (RT) ynag ber-PHBS sejumlah 40,8% dari jumlah rumah tangga yang ada.
Berdasarkan observasional awal yang dilakukan di Dusun Watukebo diketahui bahwa kasus
diare yang terdeteksi oleh Nakes sebanyak 58 Kasus dalam satu tahun terakhir sedangkan
kasus diare yang tidak diobati sebanyak 62 kasus.

Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan
membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk
menjadi bersih dan memutus mata rantai kuman. Mencuci tangan dengan sabun dikenal
sebagai upaya pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan seringkali menjadi agen
yang membawa kuman dan penyebab pathogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik
dengan kontak langsung ataupun kontak tidak langsung (menggunakan permukaan-
permukaan seperti handuk, gelas). Menurut kutipan WHO permasalahan diare di Negara-
negara berkembang khususnya Indonesia dapat dikurangi dengan perilaku hidup bersih yaiu
Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). Namun masih kurangnya perhatian dan kesadaran
masyarakat tentang CTPS. Banyak orang belum menyadari pentingnya perilaku cuci tangan
pakai sabun (CTPS) bagi kesehatan. (Depkes RI, 2011).

Mencuci tangan dengan sabun dan air dilakukan selama 40-60 detik (KemenKes RI,
2011). Enam langkah mencuci tangan dengan benar menggunakan sabun Menurut WHO
adalah sebagai berikut:

a. Ratakan sabun dengan cara menggosok pada kedua telapak tangan.


b. Gosok punggung tangan dan sela-sela jari, lakukan pada kedua tangan.
c. Gosok kedua telapak dan sela-sela jari kedua tangan
d. Gosok punggung jari kedua tangan dengan posisi tangan saling mengunci
e. Gosok ibu jari kiri dengan diputar dalam genggaman tangan kanan, lakukan juga ada
tangan satunya.
f. Usapkan ujung kuku tangan kanan dengan diputardi telapak tangan kiri, lakukan juga
pada tangan satunya kemudian bilas.

Cuci tangan sering dianggap sebagai hal yang sepele di masyarakat, padahal cuci
tangan bisa memberi kontribusi pada peningkatan status kesehatan masyarakat. Berdasarkan
fenomena yang ada terlihat bahwa anak-anak usia sekolah mempunyai kebiasaan kurang
memperhatikan perlunya cuci tangan dalam kehidupan sehari-hari, terutama ketika di
lingkungan sekolah. Mereka biasanya langsung makan makanan yang mereka beli di sekitar
sekolah tanpa cuci tangan terlebih dahulu, padahal sebelumnya mereka bermain-main.
Perilaku tersebut tentunya berpengaruh dan dapat memberikan kontribusi dalam terjadinya
penyakit diare. Sehingga kami Tim PKL memberikan sosialisasi dengan mengadakan simulasi
6 langkah cuci tangan pakai sabun kepada anak usia sekolah yang duduk di bangku Taman
Kanak-kanak dan anak usia sekolah dasar di TPQ. Penanaman pemahaman kebiasan
mencuci tangan pada anak usia tersebut merupakan sasaran yang tepat karena kasus diare
paling umum diderita oleh anak-anak dan balita. Pembiasaan perilaku cuci tangan pakai sabun
setiap setelah beraktifitas, setelah buang air besar, ataupun sebelum makan untuk mencegah
terjadinya penyakit diare kepada anak usia sekolah di Desa Kalikayen, terutama di Dusun
Watukebo.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dengan diadakannya penyuluhan Pembiasaan
CTPS di Dusun Watukebo diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang sudah
diidentifikasi yaitu permasalahan kurangnya higiene sanitasi masyarakat. Dalam jangka
panjang, penyuluhan ini diharapkan dapat membantu mengatasi permasalahan diare pada
masyarakat di Dusun Watukebo.

METODE

Program ini merupakan program berbasis masyarakat dimana masyarakat dituntut aktif
dan ikut serta dalam kegiatan. Langkah awal penentuan program adalah dengan melakukan
observasi dan wawancara mendalam menggunakan kuesioner pada aplikasi program ODK
collect berbasis android pada masyarakat Dusun Watukebo Desa Kalikayen Kecamatan
Ungaran Timur. Sumber data primer diperoleh berdasarkan hasil kuesioner pada aplikasi
program ODK collect berbasis android tersebut, sedangkan sumber data sekunder diperoleh
data dari Puskesmas Kalongan dan bidan desa. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan
olah data dan analisis situasi untuk mengetahui permasalahan yang paling banyak terjadi. Dari
hasil observasi dan data yang ada dilapangan diketahui masalah kesehatan yang ditemukan
di Dusun Watukebo diantaranya adalah Rendahnya pengetahuan anak tentang cuci tangan
sebagai upaya pencegahan penyakit menular melalui tangan yakni diare, rendahnya konsumsi
buah dan sayur serta pengguanaan BPJS yang masih rendah. Dari beberapa masalah yang
ditemukan perlu dilakukan prioritas masalah guna untuk dapat dilakukan pemecahan masalah.
Metode yang digunakan untuk menetukan prioritas masalah di Dusun Watukebo, Desa
Kalikayen, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang tahun 2017 yaitu menggunakan
metode Hanlon Kualiitatif.

Berdasarkan metode tersebut ditemukan prioritas masalah yaitu Rendahnya


pengetahuan tentang Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) pada anak. Sedangkan untuk
prioritas penyebab masalah disusun menggunakan metode Delbeq dan diperoleh prioritas
pertama yaitu kurangnya pengetahuan tentang CTPS pada anak. Kemudian untuk
penyusunan prioritas alternatif pemecahan masalah disusun menggunakan metode CARL dan
diperoleh hasil yakni penyuluhan dan Praktek Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS).

HASIL
Metode yang digunakan untuk menetukan prioritas masalah di Dusun Watukebo, Desa
Kalikayen, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang tahun 2017 yaitu menggunakan
metode Hanlon Kualitatif. Prinsip dari metode Hanlon Kualitatif ini adalah membandingkan
pentingnya masalah yang satu dengan yang lainnya dengan cara matching. Penentuan
prioritas masalah terhadap permasalahan-permasalahan di bidang kesehatan dan lingkungan
dengan Metode Hanlon Kualitatif sebagai berikut:

Tabel 1. Prioritas Pemecahan Masalah

Total Horizontal
Masalah A B C

A + + 2
B - 0
C 0
Total Vertikal 0 0 1
Total Horizontal 2 0 0
Total 2 0 1
Prioritas Masalah I III II

Keterangan
A Rendahnya Pengetahuan Tentang CTPS pada anak
B BPJS Kesehatan
C Rendahnya Konsumsi Buah

Berdasarkan metode hanlon kualitatif yang telah dilakukan diatas, maka prioritas
masalah yang akan diangkat adalah Rendahnya Pengetahuan CTPS pada anak. Setelah
mengetahui prioritas masalah yang harus diselesaikan maka penulis mengidentifikasi
penyebab masalah rendahnya pengetahuan CTPS pada anak, yaitu:

a. Kurangnya pengetahuan dan praktek cuci tangan pakai sabu di sekolah.


b. Kurangnya sarana dan prasaran pendukung CTPS di Area sekolah.

Tabel 2. Prioritas Penyebab Masalah

Daftar Kriteria dan bobot maksimum


No Penyebab Besar Jumlh
Kegawatan Biaya Kemudahan Prioritas
Masalah Masalah Skor
Bobot Rata-rata 8 8 8 8
Kurangnya
pengetahuan
dan praktek
1. 7x8 6x8 7x8 8x8 224 I
cuci tangan
pakai sabun
di sekolah.
Kurangnya
sarana dan
prasaran
2. 7x8 6x8 5x8 6x8 192 II
pendukung
CTPS di Area
sekolah.

Dari hasil identifikasi penyebab masalah yang dilakukan dengan metode Delbeq
diketahui penyebab utama rendahnya pengetahuan mengenai CTPS pada anak yakni
kurangnya pengetahuan dan praktek CTPS pada anak di Dusun Watukebo, Desa Kalikayen,
Kecamatan Ungaran Timur. Setelah diketahui penyebab masalah kemudian dibuatlah
beberapa alternative intervensi untuk menyelesaikan masalah yang ada.

Tabel 3. Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Rendahnya Pengetahuan CTPS


pada Anak.
No Alternatif Pemecahan C A R L Total Peringkat
Masalah Nilai
1. Pengadaan sarana dan 8 8 8 7 3584 II
prasarana CTPS
2. Penyuluhan dan Praktek 9 8 8 9 5184 I
CTPS

Dari beberapa alternatif pemecahan masalah yang telah diperoleh, didapatkan prioritas
pemecahan masalah rendahnya pengetahuan CTPS pada Anak di Dusun Watukebo yaitu
penyuluhan dan Praktek CTPS.

PEMBAHASAN

Intervensi dalam menangani permasalahan kurangnya pengetahuan mengenai Cuci


Tangan pakai sabun pada anak yakni dengan melakukan penyuluhan dan Praktek CTPS Pada
Anak-Anak. Hasil dari kegiatan Penyuluhan dan Praktek Cuci Tangan Pakai Sabun ini
menunjukkan bahwa masyarakat antusias dalam mengikuti kegiatan ini. Adapun hasil tahapan
dari penyuluhan dan praktek CTPS yang dilakukan kepada anak-anak Dusun Watukebo dapat
dilihat melalui tahapan sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
Pada tahap ini dimulai dengan koordinasi dengan pihak TK dan TPQ Tarbiyatul
Adfhal. Koordinasi dengan TK dilakukan pada hari Selasa, tanggal 22 November 2017
dan koordinasi dengan TPQ dilakukan pada hari Kamis tanggal 24 November 2017. TK
dan TPQ Tarbiyatul Adfhal berlokasi di tempat yang sama, namun waktu pelajaran, murid
dan guru yang mengampu mata pelajaran berbeda. Koordinasi awal dilakukan untuk
mengetahui kondisi awal lokasi dan sarana prasarana yang digunakan untuk melakukan
kegiatan serta wawancara singkat dengan guru mengenai pengetahuan anak-anak
tentang CTPS dan praktek cuci tangan yang biasa dilakukan oleh anak-anak. Dari
koordinasi awal diketahui bahwa guru hanya mengajarkan anak-anak untuk cuci tangan
sebelum jam istirahat dan mencuci tangan hanya dengan satu tahapan yaitu menggosok
telapak tangan. Di area TK dan TPQ belum tersedia sarana dan prasarana cuci tangan
yang mudah dijangkau oleh murid. Tempat cuci tangan hanya terdapat di belakang
bangunan TK dan TPQ, lokasi tempat cuci tangan tersebut tidak mudah terjangkau oleh
anak-anak, untuk dapat melakukan cuci tangan anak-anak harus meminta bantuan
orangtua atau guru untuk menghantar ke belakang.
2. Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini kegiatan Program Penyuluhan dan Praktek Cuci Tangan Pakai
Sabun dilaksanakan pada hari Kamis, Tanggal 23 November 2017 Pukul 08.00 s.d selesai
di TK Tarbiyatul Adfhal dan Pada hari Jumat, Tanggal 24 November 2017 Pukul 16.00 s.d
selesai di TPQ Tarbiyatul Adfhal Dusun Watukebo, Desa Kalikayen. Sasaran dari program
ini yaitu anak-anak yang duduk di kelas TK B yang rata-rata berusia 6 tahun dan anak-
anak yang duduk di TPQ A yang rata-rata berusia 9 tahun.
Dalam penyampaian program ini dilaksanakan dengan metode dialog dengan
bantuan media power point dan video cara cuci tangan pakai sabun. Sebelum
pelaksanaan penyuluhan dimulai, pemateri melakukan tanya jawab kepada anak-anak
untuk mengetahui apakah anak-anak sudah mengerti tentang Cuci tangan pakai sabun
atau belum. Hasil tanya jawab awal diketahui bahwa anak-anak TK dan TPQ sebagian
besar mengetahui cuci tangan tapi tidak dengan cara enam langkah yang dianjurkan,
ketika ditanya kapan harus mencuci tangan anak-anak menjawab ketika jam istirahat.
Penyuluhan dilakukan dengan memberikan materi tentang 6 langkah mencuci
tangan, waktu untuk mencuci tangan dan bahaya yang ditimbulkan ketika tidak mencuci
tangan pakai sabun. Penyampaian materi dilakukan dengan bantuan slide presentasi,
pemateri penyampaikan materi satu persatu dengan perlahan diselingi dengan tanya
jawab untuk tetap menarik focus dan perhatian anak-anak. Untuk dapat mempermudah
anak-anak dalam menghafal cara cuci tangan pemateri mengajari simulasi cuci tangan
dengan nyanyian 6 langkah cuci tangan. Pada mulanya anak-anak kesulitan dalam
mengikuti gerakan cuci tangan dengan nyanyian. Namun, pemateri menjelaskan cara cuci
tangan dengan berulang-ulang sehingga anak-anak dapat hafal dan mengikuti simulasi
praktek cuci tangan pakai sabun dengan nyanyian. Setelah anak-anak hafal cara cuci
tangan pakai sabun dengan nyanyian, anak-anak melakukan praktek cuci tangan yang
sebenernya menggunakan sabun dan air mengalir. Pemateri memberikan contoh cara
melakukan cuci tangan pakai sabun dimulai dengan membasuh tangan menggunakan air
mengalir lalu beri sedikit sabun kemudian mencuci tangan dengan 6 langkah cuci tangan
yang sudah diajarkan. Setelah itu bersihkan tangan dengan air yang mengalir hingga
bersih dan keringkan tangan. Anak-anak mengikuti mempraktekkan cara cuci tangan
dengan sabun menggunakan air mengalir bergantian satu persatu. Anak-anak terlihat
begitu antusias saat melakukan praktek cuci tangan.
3. Tahap Hasil dan Evaluasi
Nama Program Evaluasi Kendala Solusi

Penyuluhan dan - Pelaksanaan Anak-anak tidak Melakukan


Praktek CTPS Progja dilakukan semuanya penyuluhan secara
di TK dan TPQ memperhatikan interaktif dan
Tarbiyatul Adfhal materi dengan baik, menarik sehingga
pada tanggal 23 beberapa anak-anak membuat anak-anak
dan 24 November khususnya anak dapat tertarik untuk
2017 berjalan laki-laki asik bermain mendengarkan
dengan lancar. saat materi tentang materi yang
- Anak-anak dapat Cuci Tangan Pakai disampaikan,
melakukan Sabun diberikan mengajak ibu guru
simulasi cuci dalam
tangan pakai menyampaikan
sabun dengan materi dan simulasi
nyanyian 6 cuci tangan dengan
langkah cuci nyanyiaan 6 langkah
tangan cuci tangan.
- Anak-anak dapat
mempraktekkan
cuci tangan pakai
sabun dengan 6
langkah dan
anak-anak dapat
menjawab
pertanyaan kapan
waktu cuci tangan
dan bahaya yang
dapat ditimbulkan
akibat tidak cuci
tangan.

Setelah mendapat materi dan praktek cuci tangan pemateri melakukan tanya
jawab untuk mengetahui peningkatan pengetahuan dan sikap anak-anak mengenai cara
cuci tangan pakai sabun. Pemateri memberikan pertanyaan kepada anak-anak mengenai
cara cuci tangan 6 langkah, kapan waktu untuk mencuci tangan dan bahaya tidak bisa
mencuci tangan. Anak-anak yang bisa menjawab pertanyaan diberikan hadiah berupa
stiker ajakan mencuci tangan. Dari 22 murid TK B Tarbiyatul Adfhal 19 anak dapat
menjawab pertanyaan dengan benar dan 12 murid TPQ A Tarbiyatul Adfhal semua anak
bisa menjawab semua pertanyaan dengan benar. Hal tersebut menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan pengetahuan anak tentang cuci tangan pakai sabun.

Dalam kegiatan penyuluhan anak-anak telah mau dan memperhatikan semua


materi yang disampaikan oleh pemateri. Dari perhatian anak-anak mengenai cara cuci
tangan, anak telah merespon untuk dapat menerima ilmu baru mengetai cuci tangan.
Ketika anak-anak sudah mau menerima dan mempercayai terhadap ilmu yang
disampaikan maka anak-anak cenderung mau untuk melakukan tindakan. Dengan
penerimaan anak terhadap pengetahuan baru yang dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari mampu mengubah sikap anak dalam melakukan praktek cuci tangan. Setelah
adanya kegiatan ini terjadi perubahan sikap anak mengenai mencuci tangan. Hal tersebut
dapat dilihat dari tanggapan anak yang positif selama kegiatan ini berlangsung, antusias
anak dan saat praktek cuci tangan dilakukan sebagian besar anak-anak sudah mampu
mencuci tangan sesuai dengan pedoman enam langkah cuci tangan.

PENUTUP

Kegiatan Penyuluhan dan Praktek Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) yang bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap anak-anak mengenai cuci tangan pakai sabun.
Pelaksanan kegiatan dilakukan di dua lokasi yaitu TK dan TPQ Tarbiyatul Adfhal Dusun
Watukebo, Desa Kalikayen, Kecamatan Ungaran Timur telah terlaksana dengan baik. Dapat
disimpulkan bahwa anak-anak dapat menerima ilmu baru mengenai Cuci Tangan pakai sabun.
Penerimaan anak-anak mengenai materi cuci tangan secara langsung berdampak pada
peningkatan dan sikap anak tentang cara cuci tangan. Tujuan dari kegiatan ini sudah tercapai
dengan baik, hal tersebut terlihat dari tercapainya semua indicator keberhasilan yakni anak-
anak mengikuti kegiatan pembiasaan cuci tangan pakai sabun dengan antusias, anak-anak
dapat melakukan simulasi cuci tangan pakai sabun dengan nyanyian dan anak-anak dapat
mempraktekkan cara cuci tangan dengan enam langkah sesuai yang diajarkan. Dari hasil
tanya jawab pada awal sebelum penyuluhan dan sesudah penyuluhan terjadi peningkatan
pengetahuan anak mengenai cara cuci tangan, waktu cuci tangan dan bahaya cuci tangan.

Saran yang dapat penulis berikan agar kegiatan ini dapat berkelanjutan menjadi
pembiasaan praktek cuci tangan pakai sabun yaitu komitmen yang kuat dari para guru untuk
tetap mengajarkan cara cuci tangan pakai sabun dan pembiasan praktek cuci tangan dengan
enam langkah setiap hari. Serta diharapkan para guru mampu menamkan nilai-nilai dan
motivasi tentang pentingnya mencuci tangan untuk dapat mengarahkan anak-anak berperilaku
hidup bersih dan sehat dengan salah satu cara yakni cuci tangan pakai sabun. Perbaikan
sarana dan prasarana penunjang seperti tempat cuci tangan juga diperlukan sebagai salah
satu faktor penting penunjang keberhasilan keberlanjutan program ini. Oleh karena itu,
diharapkan pihak TK dan TPQ Tarbiyatul Afdhal untuk dapat memasangkan sarana tempat
cuci tangan yang telah diberikan oleh TIM PKL di area yang mudah dijangkau oleh anak-anak.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI (2011). Cuci Tangan Pakai Sabun Dapat mencegah Berbagai
Penyakit. From http://www.depkes.go.id.
Dinkes Kab. Semarang, 2015. Profil Kesehatan Kabupaten Semarang. Semarang: Dinas
Kesehatan Kabupaten Semarang.
Dinkes Prov. Jateng, 2015. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.Semarang:Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Kemenkes RI, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes RI, 2016. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016.Jakarta:
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Purwandari, Retno,dkk., 2013. Hubungan Antara Perilaku Mencuci Tangan Dengan Insiden
Diare Pada Anak Usia Sekolah Di Kabupaten Jember. Jurnal Keperawatan,
ISSN:2086-3071
Setyaningrum, Ratna, dkk., 2015. Tingkat Pengetahuan dan Sikap Tentang Cuci Tangan
Pakai Sabun (CTPS) Pada Anak SDN Batuah I dan SDN Batuah III Pagatan. Jurnal
Berkala Kesehatan, Vol. 1, No.1 Hal 42-46.
Utomo, Arry, dkk., 2013. Hubungan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (Ctps) Dengan
Kejadian Diare Anak Usia Sekolah Di Sdn 02 Pelemsengir Kecamatan Todanan
Kabupaten Blora. Jurnal Keperawatan Fakultas Kesehatan, Vol.6. No.1.

Você também pode gostar