Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Definisi Materialitas
FASB mendefinisikan materialitas sebagai berikut:
“Besarnya suatu penghilangan atau salah saji informasi akuntansi yang dipandang dari
keadaan-keadaan yang melingkupinya, memungkinkan pertimbangan yang dilakukan
oleh orang yang mengandalkan pada informasi menjadi berubah atau dipengaruhi oleh
penghilangan atau salah saji tersebut”.
Menunjukkan seberapa besar salah saji dapat diterima oleh auditor agar pemakai LK
tidak terpengaruh oleh salah saji tersebut.
Pengalokasian materialitas
Rekening Rencana A % Rencana B %
Kas Rp 500,000.00 5% Rp 200,000.00 2%
Piutang Dagang Rp 1,500,000.00 15% Rp 1,800,000.00 18%
Persediaan Rp 3,000,000.00 30% Rp 5,000,000.00 50%
Aktiva Tetap Rp 5,000,000.00 50% Rp 3,000,000.00 30%
Total Rp 10,000,000.00 100% Rp 10,000,000.00 100%
Hubungan Materialitas dengan Bukti Audit
Semakin rendah tingkat materialitas semakin banyak bukti audit
Salah saji Rp. 100.000,00 Banyak
Salah saji Rp. 300.000,00 Sedikit
Resiko audit
Resiko yang terjadi dalam hal auditor tanpa disadari tidak memodifikasikan
pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material.
semakin besar keinginan auditor menyatakan pendapat yang benar, semakin
rendah risiko audit yang akan bisa ia terima jika diinginkan keyakinan 99%,
maka risiko audit yang dapat diterima adalah 1%.
RA = RB x RP x RD
keterangan
RA = Risiko Audit
RB = Risiko Bawaan/Melekat
RP = Risiko Pengendalian
RD = Risiko Deteksi
Resiko melekat/bawaan
kerentanan suatu saldo rekening atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji
yang material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur
struktur pengendalian intern yang terkait
Resiko pengendalian
risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi dalam suatu asersi tidak
dapat dicegah atau dideteksi tepat waktu oleh struktur pengendalian intern satuan
usaha
Resiko deteksi
resiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat
dalam suatu asersi
Definisi
COSO (The Committee of Sponsoring Organization’s of the Treadway Commision)
mendefinisikan pengendalian internal adalah sistem pengendalian internal merupakan
suatu proses yang melibatkan dewan komisaris, manajemen, dan personil lain, yang
dirancang untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga tujuan
berikut ini:
1) Keandalan laporan Keuangan
2) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
3) Efektivitas dan efisiensi operasi
4) Pengendalian internal
Sebuah sistem pengendalian internal terdiri dari kebijakan dan prosedur yang
dirancang agar manajemen mendapatkan keyakinan yang memadai bahwa perusahaan
mencapai tujuan dan sasarannya. Kebijakan dan prosedur yang sering disebut sebagai
pengendalian dan secara kolektif akan membentuk suatu pengendalian internal entitas.
Manajemen biasanya memiliki 3 (tiga) tujuan umum terkait dalam merancang sistem
pengendalian:
1. Keandalan laporan keuangan.
Manajemen bertanggung jawab untuk menyusun laporan keuangan bagi para
investor, kreditur dan pengguna lainnya. Manajemen memiliki tanggung
jawab hukum maupun professional untuk meyakinkan bahwa informassi
disajikan secara wajar sesuai dengan ketentuan dalam pelaporan seperti
misalnya GAAP. Tujuan pengendalian internal yang efektif terhadap laporan
keuangan adalah untuk memenuhi tanggung jawab pelaporan keuaangan ini.
2. Efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi.
Pengendalian dalam suatu perusahaan akan mendorong penggunaan
sumber daya perusahaan secara efisien dan efektif untuk mengoptimalkan
sasaran yang dituju perusahaan. Sebuah tujuan penting atas pengendalian
tersebut adalah akurasi informasi keuangan dan nonkeuangan mengenai
kegiatan operasi perusahaan yang akan digunakan dalam pengambilan
keputusan oleh para pengguna laporan.
3. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan.
Perusahaan publik, perusahaan nonpublic maupun organisasi nirlaba
diharuskan untuk mematuhi beragam ketentuan hokum dan peraturan.
Beberapa peraturan ada yang terkait dengan akuntansi secara tidak langsung,
misalnya perlindungan terhadap lingkungan dan hukum hak-hak sipil, sedang
yang terkait erat dengan akuntansi misalnya peraturan pajak penghasilan
dan kecurangan.
Fokus auditor dalam pengauditan atas laporan keuangan maupun audit atas
pengendalian internal terletak pada pengendaalian terhadap keandalan laporan
keuangan ditambah beberapa pengendalian terhadap kegiatan operasional.dan
kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang dapat berdampak secara signifikan
pada laporan keuangan.
Lingkungan pengendalian:
Lingkungan pengendalian adalah menggambarkan keseluruhan sikap
organisasi yang mempengaruhi kesadaran dan tindakan personel organisasi
mengenai pengendalian. Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu
organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya.
Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen
pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur serta mempengaruhi
kesadaran personel organisasi tentang pengendalian. Faktor-faktor yang
membentuk lingkungan pengendalian dalam suatu entitas antara lain:
a) Integritas dan nilai etika
Efektifitas pengendalian intern bersumber dari dalam diri orang yang
mendesain dan melaksanakannya. Pengendalian intern yang memadai
desainnya, namun dijalankan oleh orang-orang yang tidak menjunjung
tinggi integritas dan tidak memiliki etika, akan mengakibatkan tidak
terwujudnya tujuan pengendalian intern. Oleh karena itu, tanggung jawab
manajemen adalah menjunjung tinggi nilai integritas yaitu suatu
kemampuan untuk mewujudkan apa yang dikatakan atau telah menjadi
komitmennya. Nilai integritas dan etika bisnis dikomunikasikan oleh
manajer melalui personal behavior dan operational behavior. Melalui
personal behavior, manajer mengkomunikasikan nilai integritas dan etika
melalui tindakan individual mereka, sehingga nilai-nilai tersebut dapat
diamati oleh karyawan entitas.
b) Komitmen pada kompentensi
Kompetensi adalah pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas yang dibebankan kepada individu. Untuk mencapai
tujuan entitas, personel disetiap tingkat organisasi harus memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan
tugasnya secara efektif. Komitmen terhadap kompetensi mencakup
pertimbangan manajemen atas pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan dan paduan antara kecerdasan, pelatihan dan pengalaman yang
dituntut dalam pengembangan kompetensi.
c) Filosofis manajemen dan gaya operasi
Filosofi adalah seperangkat keyakinan dasar (basic beliefs) yang menjadi
parameter bagi perusahaan dan karyawannya. Filosofi merupakan apa yang
seharusnya dikerjakan dan apa yang seharusnya tidak dikerjakan oleh
perusahaan. Filosofi memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan:
1) Apa yang menjadi alasan perusahaan dalam bisnis?
2) Bagaimana perusahaan melaksanakan bisnis?
3) Apa yang dilakukan dan apa seharusnya tidak dilakukan sebagai
bisnis perusahaan?
Falsafah dan gaya operasi manajemen menjangkau rentang karakteristik
yang luas. Karakteristik ini dapat meliputi antara lain: Pendekatan
manajemen dalam mengambil dan memantau resiko usaha; sikap dan
tindakan manajemen terhadap pelaporan keuangan dan upaya manajemen
untuk mencapai anggaran, laba serta tujuan bidang keuangan dan sasaran
operasi lainnya. Karakteristik ini berpengaruh sangat besar terhadap
lingkungan pegendalian terutama bila manajemen didominasi oleh satu
atau beberapa orang individu, tanpa mempertimbangkan faktor-faktor
lingkungan pengendalian lainnya.
d) Struktur organisasi
Organisasi dibentuk untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Sumber daya
bergabung kedalam suatu organisasi dengan maksud utama untuk
mencapai tujuan-tujuan yang tidak dapat dicapainya dengan kemampuan
yang dimilikinya sendiri. Struktur organisasi suatu entitas memberikan
kerangka kerja menyeluruh bagi perencanaan, pengarahan dan
pengendalian operasi. Suatu struktur organisasi meliputi pertimbangan
bentuk dan sifat unit-unit organisasi entitas, termasuk organisasi
pengolahan data serta hubungan fungsi manajemen yang berkaitan dengan
pelaporan. Selain itu, struktur organisasi harus menetapkan wewenang dan
tanggung jawab entitas dengan cara yang semestinya.
e) Penetapan otoritas dan pertanggung jawaban
Pembagian wewenang dan tanggung jawab merupakan perluasan lebih
lanjut dari pengembangan struktur organisasi. Dengan pembagian
wewenang yang jelas, organisasi akan dapat mengalokasikan berbagai
sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai tujuan organisasi. Metode
ini mempengaruhi pemahaman terhadap hubungan pelaporan dan
tanggung jawab yang ditetapkan dalam entitas. Metode penetapan
wewenang dan tanggung jawab meliputi pertimbangan atas:
1) Kebijakan entitas mengenai masalah seperti praktik usaha yang
dapat diterima, konflik kepentingan dan aturan perilaku.
2) Penetapan tanggung jawab dan delegasi wewenang untuk
menangani masalah seperti maksud dan tujuan organisasi, fungsi
operasi dan persyaratan instansi yang berwenang.
3) Uraian tugas pegawai yang menegaskan tugas-tugas spesifik,
hubungan pelaporan dan kendala.
4) Dokumentasi sistem computer yang menunjukkan prosedur untuk
persetujuan transaksi dan pengesahan perubahan sistem.
f) Kebijakan dan prosedur SDM
Kebijakan dan praktik sumberdaya manusia berhubungan dengan proses
penerimaan, penempatan, pelatihan, evaluasi, konseling, promosi, penggantian
dan tindak perbaikan. Karyawan merupakan unsur penting dalam setiap
pengendalian intern, jika perusahaan memiliki karyawan yang kompeten dan
jujur, unsur pengendalian intern yang lain dapat dikurangi sampai batas
minimum dan perusahaan tetap mampu menghasilkan pertanggung jawaban
keuangan yang dapat diandalkan. Maka dari itu perusahaan perlu memiliki
metode yang baik dalam mengelola dan mengembangkan sumber daya yang
dimiliki.
Penilaian resiko:
Identifikasi entitas dan analisis terhadap resiko yang relevan untuk mencapai
tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana resiko harus
dikelola. Penilaian resiko meliputi penentuan resiko disemua aspek organisasi
dan penentuan kekuatan organisasi melalui evaluasi resiko, serta pertimbangan
tujuan disemua bidang operasi untuk memastikan bahwa semua bagian
organisasi bekerja secara harmonis. Dengan demikian penaksiran resiko
merupakan proses :
a) Perumusan tujuan secara keseluruhan
b) Perumusan tujuan instansi pada tingkat kegiatan
c) Identifikasi resiko
d) Analisa resiko
e) Mengelola resiko
Penilaian resiko manajemen untuk tujuan pelaporan keuangan adalah
penaksiran resiko yang terkandung dalam asersi tertentu dalam laporan
keuangan, desain dan implementasi aktivitas pengendalian yang ditujukan
untuk mengurangi resiko tersebut pada tingkat minimum dengan
mempertimbangkan biaya dan manfaat.
Aktifitas pengendalian:
Kebijakan dan prosedur yang dibuat oleh manajemen untuk membantu dan
menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Kebijakan dan prosedur ini
memberikan keyakinan bahwa tindakan yang diperlukan telah dilaksanakan
untuk mengurangi resiko dalam pencapaian tujuan entitas. Aktivitas
pengendalian memiliki berbagai macam tujuan dan diterapkan dalam berbagai
tingkat dan fungsi organisasi. Aktivitas pengendalian manajemen meliputi:
a) Review pencapaian kinerja
b) Pembinaan SDM untuk mencapai hasil yang diharapkan
c) Pemrosesan informasi
d) Pengendalian fisik asset rawan untuk menjaga dan mengamankan
asset rawan
e) Penetapan dan pemantauan indikator dan ukuran kinerja
f) Pemisahan tugas dan tanggung jawab penting diantara pegawai yang
berbeda untuk mengurangi kesalahan, pemborosan atau kecurangan
g) Pelaksanaan transaksi dan kejadian berdasarkan otorisasi dan
dilaksanakan oleh pengawas yang layak
h) Pencatatan transaksi dan kejadian penting lainnya diklasifikasikan
dan dicatat secara layak
i) Pembatasan akses dan pertanggung jawaban atas sumber daya dan
pertanggung jawaban atas penyimpangan ditetapkan
Pengendalian intern dan semua transaksi dan kejadian penting lainnya
didokumentasikan dengan jelas
Pemantauan:
Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian
intern sepanjang waktu. Pemantauan dilaksanakan oleh personel yang
semestinya melakukan pekerjaan tersebut baik pada tahap desain maupun
pengoperasian pengendalian pada waktu yang tepat untuk menentukan apakah
pengendalian intern beroperasi sebagaimana diharapkan dan untuk
menentukan apakah pengendalian intern tersebut telah memerlukan perubahan
karena terjadinya perubahan keadaan.
a) Monitoring kegiatan yang sedang berjalan
b) Evaluasi yang terpisah
c) Tindak lanjut atas temuan
Pembagian pengendalian dalam lima komponen menyediakan kerangka yang
bermanfaat bagi auditor untuk mempertimbangkan dampak pengendalian
intern entitas terhadap audit. Namun, hal ini tidak perlu mencerminkan
bagaimana suatu entitas mempertimbangkan dan mengimplementasikan
pengendalian intern. Begitu juga pertimbangan utama auditor adalah apakah
pengendalian khusus berdampak pada asersi laporan keuangan, bukan pada
penggolongannya kedalam komponen tertentu. Lima komponen tersebut harus
mempertimbangkan hal-hal yang berkaitan sebagai berikut :
1) Ukuran entitas
2) Karakteristik kepemilikan dan organisasi entitas
3) Sifat bisnis entitas
4) Keberagaman dan kompleksitas operasi entitas
5) Metode yang digunakan oleh entitas untuk mengirimkan, mengolah,
memelihara dan mengakses informasi
6) Penerapan persyaratan hukum dan peraturan