Você está na página 1de 9

PERBEDAAN PREVALENSI OBESITAS DAN BERAT BADAN LEBIH

PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI ANTARA


DAERAH URBAN DAN RURAL DI KABUPATEN GIANYAR
Made Windha Prajaskari Armi1, I Made Pande Dwipayana2
1
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
2
Divisi Endokrin Bagian/SMF Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP
Sanglah Denpasar

ABSTRAK
Obesitas dan berat badan lebih pada usia remaja berisiko tinggi meningkat pada usia dewasa.
Faktor risiko obesitas meliputi wilayah tempat tinggal dan asupan karbohidrat. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perbandingan prevalensi obesitas dan berat badan lebih pada siswa
Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri antara daerah urban dan rural di Kabupaten Gianyar.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan disain analitik cross-sectional. Sampel
adalah siswa SMA Negeri di Kabupaten Gianyar daerah urban (SMAN 1 Gianyar) dan rural
(SMAN 1 Tegallalang). Dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan responden untuk
menghitung IMT dan dilanjutkan analisis data mencari prevalensi berat badan lebih dan obesitas
pada masing-masing daerah. Prevalensi berat badan lebih adalah 12.2% (296 responden) dan
obesitas 5.4%. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi berat badan lebih dan obesitas pada
daerah urban (14.2% dan 7.4%) lebih tinggi daripada daerah rural (10.1% dan 3.4%), nilai
p=0.266 (p>0.05). Sehingga dikatakan tidak ada perbedaan bermakna secara statistik. Dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan prevalensi obesitas dan berat badan lebih pada
siswa SMA Negeri antara daerah urban dan rural di Kabupaten Gianyar. Hasil penelitian
diharapkan dapat digunakan sebagai refrensi penelitian sejenis atau lebih lanjut terkait faktor
risiko obesitas pada daerah urban dan rural, khususnya di Kabupaten Gianyar.

Kata Kunci: obesitas, urban, rural

DIFFERENCE IN THE PREVALENCE OF OBESITY AND


OVERWEIGHT IN PUBLIC HIGH SCHOOL STUDENT BETWEEN
URBAN AND RURAL AREAS IN THE DISTRICT GIANYAR
ABSTRACT

Obesity and overweight that occur in adolescence would be a high risk to increase in adulthood.
The risk factors associated with obesity include residential areas and carbohydrate intake. This
study aimed to compare the prevalence of obesity and overweight in public high school student
between urban and rural areas in district Gianyar. This study is observational and cross sectional
design. Sample was a public high school student in urban (SMAN 1 Gianyar) and rural (SMAN
1 Tegallalang) areas of district Gianyar. Measurement of height and weight respondents to
calculate BMI and then BMI analyzed to obtain prevalence of obesity and overweight in each
region. The prevalence of overweight was 12.2% (296 respondents) and obesity was 5.4%. The
result of this study show that the prevalence of overweight and obesity in urban areas (14.2% and
7.4%) is higher than rural areas (10.1% and 3.4%), p value=0.266 (p>0.05). So, it can be said
there is no statistically significant difference. It can be concluded that there is no difference in
obesity and overweight prevalence in public high school student between urban and rural areas in
district Gianyar. This result expected to be used as a reference of similar research or futher
studies to find risk factors associated with obesity in urban and rural areas, especially in the
districts Gianyar.

Keyword: obesity, urban, rural.

PENDAHULUAN terhadap aktivitas fisik oleh peneliti dunia,


Obesitas dan berat badan lebih dan ditemukan kurangnya aktivitas fisik pada
merupakan akibat dari keadaan energi yang peningkatan penggunaan transportasi dan
tidak seimbang antara asupan energi yang teknologi otomatis yang ada di rumah dan
terlalu banyak dan tidak melakukan aktivitas tempat bekerja2.
fisik yang cukup. Perubahan dalam diet dan Pada tahun 2014, penduduk berusia
pola aktivitas fisik dipengaruhi oleh 18 tahun atau lebih yang mengalami obesitas
perubahan sosial dan lingkungan yang sebanyak 600 juta penduduk. Secara
berhubungan dengan berbagai sektor seperti keseluruhan penduduk dewasa yang
sektor kesehatan, budaya, transportasi, proses mengalami obesitas mencapai angka lebih
pengolahan makanan, distribusi, pemasaran, dari 13% penduduk dewasa di dunia3. Jumlah
dan edukasi. Penurunan aktivitas fisik, penduduk yang mengalami obesitas
terutama di area urban karena meningkatnya diperkirakan akan terus bertambah.
kehidupan sedentari pada beberapa jenis Prevalensi berat badan kurang pada remaja
pekerjaan, perubahan model transportasi, dan usia 13-15 tahun dan 16-18 tahun adalah
peningkatan urbanisasi1. 11,1% dan 9,4%, berat badan lebih sebesar
Peningkatan pendapatan dan populasi 8,3% dan 5,7%, dan obesitas sebesar 2,5%
urban, asupan tinggi karbohidrat kompleks dan 1,6%. Prevalensi berat badan lebih dan
membuat asupan semakin bervariasi dengan obesitas pada remaja usia 13-15 tahun di Bali
proporsi asupan lemak yang jauh lebih tinggi, lebih rendah dari prevalensi nasional,
terutama lemak jenuh dan gula. Pada saat sementara pada remaja usia 16-18 tahun
yang sama telah dilakukan penelitian prevalensinya lebih tinggi4.
Obesitas yang terjadi pada usia penelitian ini bertujuan mencari tahu
remaja akan berisiko tinggi meningkat pada perbedaan prevalensi obesitas dan berat
usia dewasa dan meningkatkan mortalitas badan lebih pada remaja di daerah urban dan
serta menjadi faktor risiko penyakit rural di Kabupaten Gianyar. Manfaat
degeneratif. Obesitas pada remaja penelitian ini adalah memberikan informasi
dipengaruhi oleh faktor genetik dan bagi klinisi mengenai prevalensi obesitas dan
lingkungan. Asupan makanan pada remaja berat badan lebih pada siswa Sekolah
adalah salah satu faktor lingkungan yang Menengah Atas Negeri agar nantinya dapat
berperan penting dalam terjadinya obesitas5. dilakukan upaya preventif untuk dapat
Terdapat hubungan yang signifikan antara menekan angka kejadiannya sehingga
obesitas dan sindroma metabolik. Individu mengurangi kejadian penyakit metabolik
yang mengalami obesitas memiliki risiko terkait obesitas dan berat badan lebih.
terjadi sindroma metabolik adalah enam kali
lebih besar dibandingkan individu tanpa METODE
obesitas6. Penelitian ini merupakan penelitian
Setidaknya 2,8 juta penduduk dunia observasional dan menggunakan disain
meninggal setiap tahun oleh karena analitik cross-sectional. Penelitian dilakukan
mengalami obesitas atau berat badan lebih. di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN)
Berat badan lebih dan obesitas memiliki efek 1 Gianyar pada tanggal 12 Agustus 2015
metabolik pada tekanan darah, kolesterol, mewakili daerah urban dan Sekolah
trigliserida, dan resistensi insulin. Menengah Atas Negeri (SMAN) 1
Peningkatan Indeks Massa Tubuh (IMT) Tegallalang pada tanggal 13 Agustus 2015
diikuti oleh meningkatnya risiko penyakit mewakili dan daerah rural. Instrumen yang
diabetes mellitus tipe 2, jantung koroner, dan digunakan dalam penelitian berupa
stroke iskemik. Peningkatan IMT juga kuesioner data responden, alat ukur tinggi
meningkatkan risiko kanker payudara, kolon, badan, dan alat ukur berat badan. Kuesioner
prostat, endometrium, ginjal, dan kantong data responden terdiri dari nama responden,
empedu. Angka kematian meningkat seiring tempat tanggal lahir, asal sekolah, jenis
peningkatan derajat berat badan lebih3. kelamin, usia, berat badan dan tinggi badan.
Berdasarkan perubahan asupan Indeks Massa Tubuh (IMT) dihitung
makanan dan aktivitas fisik tersebut, berdasarkan tinggi badan dan berat badan.
Sampel penelitian adalah siswa penelitian ini ditetapkan besar sampel
Sekolah Menengah Atas Negeri di daerah sebanyak 310 orang. Dilakukan penambahan
urban dan rural di Kabupaten Gianyar. Cara jumlah sampel untuk mengantisipasi adanya
pemilihan sampel pada penelitian ini adalah sampel yang keluar dari penelitian.
dengan teknik Cluster sampling. Pada Analisis data pada penelitian ini
penelitian ini, estimasi besar sampel adalah analisis univariat terhadap data
penelitian ditentukan dengan rumus berikut: karakteristik responden, tabulasi silang
antara beberapa karakteritik responden
𝑍𝛼 2 (𝑃1 𝑄1 + 𝑃2 𝑄2 ) dengan kategori IMT, uji Mann-Whitney U
𝑛1 = 𝑛2 =
𝑑2 untuk mengetahui perbedaan rerata IMT
antara daerah urban dan rural, dan uji Chi-
𝑛1 = 𝑛2 Square untuk mengetahui perbedaan
2
1,96 (0,079 × 0,921 + 0,02 × 0,98) proporsi kategori IMT antara daerah urban
=
0,052
dan rural.
= 141
Dimana,
HASIL
n1: besar sampel di daerah urban
Karakteristik sampel
n2: besar sampel di daerah rural
Zα: sama dengan 1,96 pada interval Karakteristik responden pada

kepercayaan 95% penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 dan

P1: proporsi obesitas daerah urban = 0,079 Tabel 2 meliputi wilayah tempat tinggal,

(berdasarkan pustaka) Q1:1-P1 = 0,921 jenis kelamin, dan usia.

P2: proporsi obesitas daerah rural = 0,02 Indeks Massa Tubuh (IMT) diperoleh

(berdasarkan pustaka) Q2: 1-P2 = 0,98 dari membagi berat badan responden dalam

d2: ketetapan absolute yang dikehendaki= kg dengan kuadrat tinggi badan responden

5% = 0,052 dalam m2. Selanjutnya dilakukan uji Mann-


Whitney U terhadap IMT responden daerah
Berdasarkan perhitungan di atas,
urban dan rural. Hasil uji analitik didapatkan
jumlah sampel minimal dalam penelitian ini
nilai p=0,451 (>0,05), sehingga dapat
sebanyak 141 untuk masing-masing daerah
dikatakan tidak ada perbedaan rerata IMT
urban dan rural, sehingga total seluruh
pada responden daerah urban dan rural.
sampel minimal sebanyak 282. Pada
Tabel 1. Karakteristik Responden Siswa Tabel 2 Karakteristik Responden Siswa
SMA Daerah Urban dan Daerah Rural

Karakteristik SMAN 1 SMAN 1


n (%) Median
Responden Karakteristik Gianyar Tegallalang
Total Responden (Urban) (Rural)
296 (100,0)
Responden n % n %
Daerah Jenis
Urban (SMAN 1 Kelamin
148 (50,0)
Gianyar) Laki-laki 51 34,5 76 51,4
Rural (SMAN 1 Perempuan 97 65,5 72 48,6
148 (50,0)
Tegallalang) Usia
Jenis Kelamin 14 4 2,7 0 0.0
Laki-laki 127 (42,9) 15 75 50,7 44 29,7
Urban 51 (40,2+) 16 41 27,7 60 40,5
Rural 76 (59,8+) 17 27 18,2 37 25,0
Perempuan 169 (57,1) 18 1 0,7 7 4,7
Urban 91 (57,4+)
Prevalensi Obesitas dan Berat
Rural 72 (42,6+)
Badan Lebih
Usia
Pada keseluruhan responden
14 4 (1,4)
didapatkan siswa dengan berat badan lebih
15 119 (40,2)
sebanyak 36 orang (12,2%) dan obesitas
16 101 (34,1)
sebanyak 16 orang (5,4%). Dari 36 orang
17 64 (21,6)
siswa yang memiliki berat badan lebih,
18 8 (2,7)
sebanyak 21 orang (58,3%) berasal dari
IMT (kg/m2)
responden urban dan 15 orang (41,7%)
Total 20,6052
berasal dari responden rural. Pada status gizi
Urban 20,7410
obesitas didapatkan 11 orang (68,8%)
Rural 20,4695
berasal dari responden urban dan 5 orang
+) % dalam Jenis Kelamin
(31,3%) berasal dari responden rural. Data
keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 3,
sementara prevalensi status gizi pada
masing-masing daerah dapat dilihat pada berat badan lebih dan sebanyak 3,4%
Gambar 1. termasuk kategori obesitas. Selanjutnya
Pada siswa daerah urban didapatkan dilakukan uji chi-square terhadap perbedaan
hasil 14,2% siswa memiliki berat badan proporsi obesitas dan berat badan lebih
lebih, dan sebesar 7,4% tergolong obesitas. daerah urban dan rural, lalu didapatkan hasil
Sedangkan pada siswa daerah rural nilai p sebesar 0,067 (>0,05), hasilnya dapat
sebanyak 10,1% termasuk dalam kategori dilihat pada Tabel 4.

Tabel 3. Status Gizi Responden Siswa SMA

Status Gizi
Karakteristik Berat Badan
Berat Badan Kurang Normal Obesitas
Responden Lebih
n (%*) n (%*) n (%*) n (%*)
Total 172
72 (24,3) 36 (12,2) 16 (5,4)
Responden (58,1)
Daerah
Urban 33 (45,8) 83 (48,3) 21 (58,3) 11 (68,8)
Rural 39 (54,2) 89 (51,7) 15 (41,7) 5 (31,3)
Jenis Kelamin
Laki-laki 43 (59,7) 63 (36,6) 14 (38,9) 7 (43,8)
109
Perempuan 29 (40,3) 22 (61,1) 9 (56,3)
(63,4)
Usia
14 2 (2,8) 1 (0,6) 0 (0,0) 1 (6,3)
15 32 (44,4) 70 (40,7) 13 (36,1) 4 (25,0)
16 27 (37,5) 55 (32,0) 13 (36,1) 6 (37,5)
17 11 (15,3) 42 (24,4) 7 (19,4) 4 (25,0)
18 0 (0,0) 4 (2,3) 3 (8,3) 1 (6,3)

*) % dalam Status Gizi


kelamin perempuan didapatkan hasil
sebanyak 9 orang (56,3%). Selanjutnya
dilakukan uji chi-square terhadap
perbedaan proporsi status gizi antara laki-
laki dan perempuan, kemudian
didapatkan hasil nilai p sebesar 0,010
(<0,05).

PEMBAHASAN
Gambar 1. Prevalensi Status Gizi Siswa Obesitas dan berat badan lebih
Berdasarkan Daerah didefinisikan sebagai jumlah absolute
atau proporsi relatif dari lemak tubuh
Tabel 4. Prevalensi Obesitas dan Berat yang tidak normal. Kelebihan lemak
Badan Lebih Daerah Urban dan Rural tubuh biasanya mengakibatkan seseorang
Obesitas/Berat memiliki berat badan yang lebih tinggi7.
Badan Lebih Berat badan lebih dan obesitas dapat
Total
Tidak Ya ditentukan melalui pengukuran terhadap

116 32 148 indeks massa tubuh (IMT). Berdasarkan


Urban kriteria Asia Pasifik, IMT dikalifikasikan
(47,5%) (61,5%) (50%)
Daerah menjadi berat badan kurang (<18,5
128 20 148
Rural kg/m2), normal, berat badan lebih
(52,5%) (38,5%) (50%)
244 52 296 (23≤IMT≤25 kg/m2), dan obesitas (≥25
Total kg/m2)8.
(100%) (100%) (100%)
Nilai p = 0,067 (p>0,05) Pada penelitian ini mayoritas
responden memiliki status gizi normal,
Selanjutnya, berat badan lebih yaitu sebanyak 172 orang (58,1%). Status
pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 14 gizi berat badan lebih dan obesitas pada
orang (38,9%) dan pada jenis kelamin perempuan (61,1% dan 56,3%) lebih
perempuan didapatkan hasil 22 orang banyak dibandingkan dengan laki-laki
(61,1%). Sementara obesitas pada jenis (38,9% dan 43,8%) dengan nilai p=0,010
kelamin laki-laki didapatkan hasil (<0,05), sehingga dinyatakan prevalensi
sebanyak 7 orang (43,8%) dan pada jenis
obesitas dan berat badan lebih berbeda transportasi dan teknologi otomatis2.
antara laki-laki dan perempuan. Sandjaja (2005) mendapatkan hasil
Penelitian yang dilakukan oleh prevalensi status gizi berat badan lebih
Sandjaja (2005) mendapatkan hasil dan obesitas (10,8% dan 12,8%) lebih
serupa, yaitu prevalensi status gizi berat tinggi pada daerah urban daripada daerah
badan lebih dan obesitas pada perempuan rural (7,5% dan 7,1%)9. Hasil riset
(10,4% dan 13,3%) lebih banyak kesehatan dasar Provinsi Bali (2009)
dibandingkan pada laki-laki (7,2% dan menyatakan bahwa prevalensi berat
5,3%). Selain itu Kussoy (2013) badan lebih dan obesitas (10,4% dan
memperoleh hasil obesitas pada 13,4%) pada daerah urban lebih tinggi
responden perempuan sebanyak 87 orang daripada prevalensi berat badan lebih dan
(22,03%) dan 17 orang (4.30%) obesitas pada daerah rural (7,5% dan
responden laki-laki9. Dwiningsih (2013) 7,8%)12.
menyatakan status gizi berat badan lebih Pada penelitian ini didapatkan
memiliki prevalensi lebih tinggi pada hasil serupa yang menunjukkan
perempuan (6,4%) dibandingkan laki-laki prevalensi status gizi berat badan lebih
(2,1%)10. (Humayrah (2009) menyatakan dan obesitas pada daerah urban (14,2%
terdapat hubungan antara jenis kelamin dan 7,4%) lebih tinggi daripada daerah
dan kejadian kegemukan. Perempuan rural (10,1% dan 3,4%). Akan tetapi
memiliki risiko gemuk lebih tinggi perbedaan prevalensi tidak bermakna
daripada laki-laki. Hal yang dikatakan secara statistik (nilai p=0,067), sehingga
terlibat adalah fungsi hormonal dalam dapat dikatakan tidak ada perbedaan
tubuh. Peningkatan berat badan pada prevalensi obesitas dan berat badan lebih
perempuan secara tidak langsung antara daerah urban dan rural.
berhubungan dengan hormon estrogen11. Perbedaan prevalensi status gizi
Peningkatan pendapatan dan berat badan lebih dan obesitas pada
populasi urban membuat asupan semakin daerah urban dan rural dipengaruhi oleh
bervariasi dengan proporsi asupan lemak asupan makanan dan aktivitas fisik.
yang jauh lebih tinggi. Pada saat yang Dwiningsih (2013) menyatakan asupan
sama ditemukan kurangnya aktivitas fisik energi berlebih pada daerah urban
pada peningkatan penggunaan (38,8%) lebih tinggi daripada daerah rural
(24,5%), rerata asupan lemak di daerah dilakukannya eksklusi terhadap
urban (96 gr) lebih tinggi daripada daerah responden dengan riwayat keluarga
rural (74 gr). Konsumsi makanan instan memiliki berat badan lebih dan obesitas.
pada daerah urban sebanyak 40,8% dan Selain itu, beberapa faktor risiko tidak
42,2% pada daerah rural. Sementara diteliti dalam penelitian ini sehingga tidak
konsumsi junk food sebanyak 39,2% pada dapat mengetahui faktor yang
daerah urban dan 37,5% pada daerah menyebabkan perbedaan prevalensi tidak
rural. Akan tetapi secara statistik signifikan.
perbedaan tersebut tidak bermakna oleh
SIMPULAN
karena nilai p>0,05, sehingga dapat
Dari penelitian ini dapat
dikatakan tidak ada perbedaan asupan
disimpulkan tidak terdapat perbedaan
makanan pada siswa daerah urban dan
prevalensi obesitas dan berat badan lebih
rural10.
pada siswa Sekolah Menengah Atas Negeri
Hasil serupa didapatkan oleh
antara daerah urban dan rural di Kabupaten
Amalia (2012) bahwa pola konsumsi Gianyar
karbohidrat di daerah urban (55,07%) SARAN
lebih tinggi daripada daerah rural 1. Perlu dilakukan sosialisasi kepada
13
(54,97%), nilai p=0,976 (p > 0,05) . remaja, khususnya remaja perempuan
Pada penelitian yang dilakukan oleh untuk memperhatiakan pola makan
Dicaraka (2014) didapatkan rerata dan aktivitas fisik yang berubungan
domain aktifitas fisik pada remaja daerah dengan upaya mencapai indeks massa
urban (480 MET/minggu) lebih tinggi tubuh normal
daripada daerah rural (60 MET/minggu) 2. Penelitian selanjutnya diharapkan
dengan nilai p=0,249 (>0,05). Sehingga memperbanyak jumlah responden dan
dapat dikatakan tidak ada perbedaan menambahkan karakteristik
bermakna rerata aktivitas fisik remaja responden untuk melengkapi hasil
14
daerah urban dan rural . penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa 3. Perlu dilakukan penelitian terhadap
kelemahan yang mempengaruhi hasil faktor-faktor yang dapat memperkuat
penelitian, diantaranya pembatasan hasil penelitian pada responden
terhadap jumlah responden, dan tidak

Você também pode gostar