Setiap tahunnya, pada tanggal 26 Maret seluruh masyarakat dunia memperingati
World Purple Day. Ya, Purple Day merupakan suatu gerakan dimana masyarakat dunia ramai-ramai menggalang kampanye kesehatan yang dimaksudkan untuk membangkitkan kepedulian terhadap penyandang epilepsi di seluruh dunia dengan mengenakan warna ungu dalam pelaksanaan kegiatannya. Purple Day pertama kali dicetuskan oleh Cassidy Megan, seorang anak berusia 9 tahun asal Nova Scotia,Kanada pada tahun 2008. Cassidy Megan mencetuskan gagasannya melalui Asosiasi Epilepsi Nova Scotia (EANS). Kenapa disebut Purple Day? Ini berawal dari pemilihan warna ungu pada bunga lavender sebagai warna internasional untuk epilepsi. Bunga lavender ini diasosiasikan sebagai lambang kesendirian dan kesepian dimana perasaan inilah yang sering menghinggapi para penyandang epilepsi. Maka dari itu, salah satu tujuan Cassidy mencetuskan Purple Day adalah untuk mengkampanyekan kepada seluruh penyandang epilepsi di seluruh dunia bahwa mereka tidaklah sendiri. Kesadaran untuk meningkatkan kepedulian terhadap epilepsi pada anak menjadi sangat penting karena epilepsi sangat berpotensi menyebabkan gangguan tumbuh kembang anak. Untuk itu berbagai kampanye seperti promosi kesehatan, deteksi dini, dan penanganan awal terus digalakkan untuk mencegah terjadinya epilepsi pada stadium lebih berat. Epilepsi merupakan salah satu penyakit yang berpotensi mengganggu tumbuh kembang anak. World Health Organization menyebutkan insidensi epilepsi pada anak di Negara Berkembang terdapat 100 kasus per 100.000 anak per tahunnya, termasuk Indonesia didalamnya. Di Indonesia, insidensi epilepsi sekitar 1-4 juta. Menurut Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Cipto Mangunkusumo dalam kurun waktu 2009 sampai 2010 terdapat 218 pasien baru dengan epilepsi umum dan 71 dengan epilepsi fokal dari 1700 pasien baru per tahunnya. Epilepsi merupakan diagnosis terbanyak pada pasien yang mengunjungi poliklinik RSUPN Cipto Mangunkusumo. Pada RSU dr. Soetomo didapatkan insidensi 86 kasus pada anak dalam rentan waktu satu bulan. Epilepsi adalah suatu kejang/’ayan’ yang diakibatkan karena aktifitas listrik yang tidak normal di dalam otak dimana penyebabnya tidak jelas (bukan karena demam). Epilepsi secara garis besar dibagi menjadi 2, yaitu epilepsi umum dan epilepsi fokal (sebagian). Gejala biasanya kejang/’ayan’ terjadi secara tiba-tiba berlangsung beberapa detik sampai menit dan biasanya anak tidak sadar akan kejadian kejang tersebut. Kemudian setelah kejang anak beraktifitas seperti biasanya kembali. Dalam perjalanannya memang sebagian besar epilepsi tidak diketahui faktor penyebabnya, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang dapat memicu terjadinya epilepsi. Dimulai dari faktor ibu saat mengandung, melahirkan sampai setelah melahirkan sang anak. Jadi dapat kita lihat kualitas kehamilan ibu dari usia ibu saat hamil, adanya hipertensi saat hamil (eklampsia), dan pemakaian obat-obatan yang tidak perlu. Kemudian saat melahirkan seperti gangguan pernafasan pada bayi, berat bayi lahir rendah (BBLR) <2500 gr, kurang bulan/lebih bulan (preterm/postterm), dan persalinan dengan alat. Setelah melahirkan apakah didapatkan sang anak memiliki kejang karena demam, ada benturan pada kepalanya, dan infeksi pada otak. Selain itu faktor keturunan juga dapat menjadi pemicu epilepsi. Apakah terjadinya epilepsi ini dapat dicegah? Ya, kita dapat melakukan pencegahan dini dengan menghindari seminimal mungkin dari faktor-faktor resiko epilepsi diatas. Apakah ini termasuk suatu epilepsi atau bukan? Kita harus mengetahui dulu apakah terdapat kejang berulang yang tidak disebabkan oleh apapun (Unprovoked) contohnya demam sebagai faktor pencetus pada kejang demam. Pemeriksaan standart pada kasus kejang/’ayan’ adalah dengan Elektroensefalografi (EEG) atau rekam otak untuk mengetahui fokus bangkitan kejang terletak di daerah mana serta sebagai pemantau keberhasilan dari pengobatan epilepsi yang sudah di berikan. Jika terdapat defisit neurologis menetap (seperti penurunan kesadaran) dapat kita lakukan pemeriksaan pencitraan seperti CT-Scan atau Magnetic Resonance Imaging (MRI). Berbicara tentang Elektroensefalografi perlu kita ulas sedikit sejarah penemuan dari EEG. Ya, jadi EEG ini pertama kali ditemukan oleh seorang profesor psikiater dan fisiolog berkebangsaan Jerman, yaitu Hans Berger pada tahun 1920. Berger mengembangkan penelitian tentang aktivitas listrik di otak yang dilakukan oleh Richard Caton. Hans Berger mengatakan bahwa sangatlah mungkin untuk merekam arus listrik lemah yang dihasilkan oleh otak tanpa membuka tengkorak yang hasilnya dapat dilihat di sebuah kertas. Kemudian Hans menamakan format perekam penemuannya dengan elektroensefalografi (EEG) seperti yang kita kenal saat ini. Bila anda sebagai orang tua menemukan anak kejang, apa yang harus dilakukan? Jangan panik! Pindahkan anak pada tempat yang aman untuk menghindari trauma pada epilepsi, longgarkan pakaian anak dan miringkan kepala anak untuk menghindari lidah yang menutupi jalan napas anak. Karena hal tersebut dapat menjadi penyebab kematian anak pada epilepsi. Setelah itu segeralah bawa anak ke fasilitas kesehatan primer terderkat untuk dilakukan penanganan lebih lanjut oleh dokter. Epilepsi bukanlah suatu penyakit yang menyebabkan kematian, tetapi dalam pengobatannya diperlukan kerjasama antara dokter, keluarga pasien, pasien itu sendiri, dan pihak sekolah pasien. Karena obat-obatan epilepsi harus dikonsumsi rutin sampai anak sudah tidak kejang selama 2 tahun. Jadi amat sangat diperlukan kesdaran dari pasien dan keluarga pasien dalam pengobatannya. Epilepsi yang dibiarkan terjadi terus meneru dan tidak ditangai dengan baik dapat menyebabkan berbagai komplikasi dan beberapa diantaranya dapat menyebabkan kematian. Sejumlah komplikasi yang berpotensi muncul meliputi : Gangguan tumbuh kembang pada anak Status epileptikus (kejang terus-menerus) Trauma karena keadaan yang berbahaya saat kejang Apakah epilepsi dapat menular?? Epilepsi ini tidaklah menular, jadi tidak perlu takut ketika anda kontak dengan penyandang epilepsi karena penyebabnya murni karena aktivitas listrik yang abnormal di otak. Jika mempunyai tanda-tanda yang mengarah ke epilepsi seperti diatas keluarga harus segera memeriksakan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat sehingga tidak terjadi komplikasi-komplikasi yang lebih parah sampai terjadi kematian.