Você está na página 1de 15

3.

UNSUR PADUAN PADA BAJA

3.1. Fungsi unsur paduan dalam baja


Walaupun suatu baja dinamakan baja karbon (baja tanpa paduan), sebenarnya ia juga
mengandung unsur lain selain besi dan karbon. Setidaknya ada silikon dan mangan, karena
kedua unsur ini biasa digunakan sebagai deoxidizer pada proses pembuatan besi/baja. Sebagai
deoxidizer silikon dan mangan akan mengikat oksigen yang larut dalam besi cair, menjadi terak
yang mudah dipisahkan dari baja cair yang diperoleh. Mangan juga dipergunakan untuk
mengikat belerang sehingga menghilangkan pengaruh buruk dari belerang. Belerang biasanya
merupakan pengotoran dalam bijih besi.
Untuk menjamin tingkat kadar oksigen (dan belerang) yang cukup rendah maka perlu
ada sedikit ekses silikon dan mangan, karena itu baja selalu mengandung silikon dan mangan
dalam jumlah tertentu yang biasanya tidak terlalu besar.
Suatu baja akan dikatakan sebagai baja paduan bila mengandung unsur paduan dalam
jumlah tertentu melebihi kadar yang biasa dijumpai dalam baja karbon. Unsur paduan yang
sering ditambahkan pada baja paduan Cr,Ni,Mn, Si,W,Mo, V, Co, Ti,Al, Cu,Nb, Zr, B,N, and
Be, bahkan juga belerang dan phosphor.
Penambahan unsur paduan biasanya dimaksudkan untuk memperbaiki sifat mekanik
(terutama kekuatan, keuletan, ketangguhan) pada temperatur kamar, juga untuk temperatur
tinggi maupun rendah, sifat tahan aus, sifat tahan korosi, machinability atau untuk memperbaiki
sifat hardenability (sifat mampu-keras). Selain itu unsur paduan juga mempengaruhi
reaksi/responsnya terhadap pemanasan/pendinginan.
Bagaimana pengaruh suatu unsur paduan terhadap sifat dan tingkah laku baja tergantung
pada bagaimana interaksinya dengan komponen utama baja yaitu besi dan karbon, dan berapa
banyak yang ditambahkan.
Bila suatu unsur ditambahkan ke dalam suatu logam, ada 3 (tiga) kemungkinan yang
dapat terjadi:
1. Membentuk senyawa, seperti misalnya karbon dalam besi membentuk karbida besi
2. Membentuk campuran, misalnya karbon dalam besi dapat berupa grafit
3. Membentuk larutan padat, misalnya karbon larut dalam ferrit, dalam austenit

Penambahan unsur paduan ke dalam baja hanya memberi dua kemungkinan,


membentuk senyawa atau menjadi larutan padat. Opsi kedua, unsur paduan membentuk
campuran dengan baja tidak pernah dijumpai. Baja memang biasanya berupa campuran dari
beberapa fase, tetapi tidak pernah salah satunya adalah unsur murni dari suatu unsur paduan.
Misalnya ke dalam baja ditambahkan Cr, tidak pernah dijumpai Cr tsb sebagai fase tersendiri,
tetapi Cr tsb akan berupa larutan padat atau akan berupa senyawa.
Berdasarkan bentuk keberadaannya di dalam baja maka unsur paduan dapat
dikelompokkan sebagai:
1. Unsur paduan yang larut dalam besi (ferrit/austenit)
2. Unsur paduan yang membentuk senyawa (karbida)

36
Jur. Tek. Material dan Metalurgi FTI-ITS Perlakuan Panas

Ada unsur paduan yang biasanya dijumpai dalam baja sebagai senyawa (karbida), ada
juga beberapa yang lain yang biasanya dijumpai terlarut di dalam besi. Banyak unsur paduan
yang dapat membentuk larutan padat maupun senyawa, kecenderungannya saja yang berbeda,
ada yang lebih cenderung membentuk senyawa ada juga yang lebih cenderung larut. Berikut
ini adalah daftar pengelompokan unsur paduan berdasarkan kecenderungan bentuk
keberadaannya di dalam baja.

Tabel 3.1. Perilaku unsur paduan dalam Baja (annealed)


Group 1 Group2
Tendencies
Dissolved in Ferrite Combined in Carbide
Ni
Si
Al
Cu
Mn Mn
Cr Cr
W W
Mo Mo
V V
Ti Ti

Dari Tabel di atas tampak bahwa Ni, Si, Al dan Cu di dalam baja tidak pernah dijumpai
sebagai karbida, larut di dalam besi. Sebagai larutan padat ia akan menaikkan
kekuatan/kekerasan, tidak mengurangi keuletan, jadi akan menaikkan ketangguhan. Besarnya
pengaruh ini akan tergantung pada jenis dan jumlah unsur paduan yang ditambahkan.
Mn biasanya sebagai larutan padat, tetapi sudah mulai ada kecenderungan membentuk
karbida, walaupun sebenarnya jarang sekali dijumpai sebagai karbida. Sedang unsur lain mulai
Cr, W, Mo dst, secara berurutan makin kecil kecenderungannya membentuk larutan padat,
makin kuat kecenderungan membentuk karbida, V dan Ti hampir selalu membentuk karbida,
kecuali bila kadar karbon dalam bajanya sangat rendah, baru ia akan larut dalam besi.
Semua karbida yang dijumpai di dalam baja keras dan getas, sehingga jumlah dan
persebarannya di dalam baja akan mempengaruhi sifat mekanik baja, makin banyak karbidanya
baja akan makin keras, makin tahan aus, makin kuat tetapi juga makin getas.
Bila berada dalam larutan padat, unsur paduan akan membuat larutan padat itu tidak
mudah berdekomposisi, misalnya karena perubahan temperatur, dikatakan unsur paduan itu
menstabilkan larutan padat itu. Demikian juga bila ia membentuk suatu senyawa, dalam hal ini
karbida, karbida akan lebih stabil.
Selanjutnya dilihat bagaimana pengaruh unsur paduan terhadap temperatur transformasi
Fe, A3 dan A4. Sebagian unsur paduan menaikkan A4 dan menurunkan A3 sekaligus sehingga
memperluas daerah austenit (Gambar 3.1), paduan semacam ini dikatakan sebagai austenite
forming elements (unsur paduan pembentuk austenit). Sebagian lagi unsur paduan itu
menurunkan A4 dan menaikkan A3, memperluas daerah ferrit (Gambar 3.2). Unsur paduan
- 37 -
Jur. Tek. Material dan Metalurgi FTI-ITS Perlakuan Panas

semacam ini dikatakan sebagai ferrite forming elements (unsur paduan pembentuk ferrit). Dari
sini dapat dilihat bahwa unsur paduan yang berfungsi sebagai pembentuk (former) dari suatu
fase, sekaligus juga adalah penstabil (stabilizer) fase tsb.

Gambar 3.1.a. Diagram Fase Fe – Ni, menunjukkan Fe dan Ni saling melarutkan sebagai austenit,
b. Diagram Fase Fe – C, menunjukkan C larut dalam austenit dalam jumlah terbatas

Gambar 3.2. a. Diagram Fase Fe – Cr, menunjukkan Fe dan Cr saling melarutkan sebagai ferrit,
b. Diagram Fase Fe – Ta, menunjukkan Ta larut dalam ferrit dalam jumlah terbatas.

Menurut fungsinya ini unsur paduan dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok,
yaitu :

- 38 -
Jur. Tek. Material dan Metalurgi FTI-ITS Perlakuan Panas

1. Austenite-forming elements
Sebagian dari kelompok ini memperluas daerah austenit sangat banyak, karena
kelarutannya dalam besi γ sangat besar, bahkan tidak terbatas, yaitu Ni, Co, Mn, Pt, Pd,
Rh, dan Ir. Dengan penambahan unsur dari kelompok ini ke dalam baja akan membuat
larutan padat  (austenit) menjadi lebih stabil sampai ke temperatur rendah. Dengan kadar
yang cukup tinggi dapat menjadikan baja berstruktur austenitik sampai pada temperatur
kamar, seperti pada Hadfield steel (13 % Mn, 1,2 % Cr dan 1 % C) dan Austenitic stainless
steel (18 %Cr, 8 %Ni). Sebagian lagi, yang kelarutannya terbatas, antara lain N, C, Cu, Zn,
Au, Re dll, daerah austenitnya juga bertambah luas tetapi terbatas, dan di luar batas
kelarutan akan muncul fase lain.
2. Ferrite-forming elements
Sebagian dari kelompok ini memperluas daerah ferrit sangat banyak, karena kelarutannya
dalam besi α sangat tinggi, bahkan tidak terbatas, yaitu Cr, Mo, W, Si, Ti, Al dan Be.
Penambahan unsur paduan dari kelompok ini ke dalam baja dapat membuat larutan padat
 (ferit) meluas ke temperatur yang lebih tinggi. Bahkan bila kadarnya cukup tinggi dapat
membuat daerah ferrit α bersambung dengan daerah ferrit δ sehingga selama pemanasan
strukturnya tetap ferrit sampai mencair. Seperti pada Ferritic Stainless Steel (23 %Cr, <0,2
%C). Sebagian yang lain kelarutannya terbatas, Zr, Ta, Nb, Ce dll, daerah ferritnya juga
terbatas, di luar batas kelarutannya muncul fase lain.
3. Carbide-forming elements
Karbida yang mungkin dijumpai dalam baja hanya karbida besi dan karbida logam-logam
yang berada di sebelah kiri besi (dalam Tabel Periodik), makin ke kiri letaknya pada Tabel
makin kuat kecenderungannya membentuk karbida, seperti Mn, Cr, Mo, W, V, Nb, Ta, Ti,
Zr yang makin ke kanan kuat. Pembentuk karbida yang lemah baru akan dapat membentuk
karbida bila terdapat cukup banyak karbon dan bila tidak terdapat pembentuk karbida yang
lebih kuat.
Semua karbida memiliki titik lebur serta kekerasan tinggi. Karbida dalam baja ini dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok:
Group I Group II
M3C Fe3C, Mn3C MC WC, VC, TiC, NbC, TaC, ZrC
M23C6 Cr23C6 M2C Mo2C, W2C, Ta2C
M7C3 Cr7C3
M6C Fe3Mo3C, Fe3W3C

Dimana M adalah forming element (dapat lebih dari satu), pada Kelompok I M adalah
carbide forming element yang kurang kuat (Fe, Mn, Cr, ditambah Mo dan W), kelompok
II yang kuat (Mo, W, V, Nb, Ta, Ti, Zr). Kelompok II lebih stabil, tidak mudah larut.
4. Carbide stabilizer
Pada umumnya pembentuk karbida adalah juga penstabil karbida. Kestabilan karbida
tergantung pada adanya unsur lain pada baja, tergantung pada bagaimana unsur itu dipartisi
antara karbida dengan matriksnya. Koeffisien partisi K, yaitu perbadingan antara
kandungan unsur itu dalam karbida dan dalam matriks. Makin besar harga K makin kuat
kestabilan karbida. Harga K untuk beberapa unsur :

- 39 -
Jur. Tek. Material dan Metalurgi FTI-ITS Perlakuan Panas

Al Cu P Si Co Ni W Mo Mn Cr V Ti Nb Ta
0 0 0 0 0.2 0.3 2 8 11.4 28 Increasing
Di atas tampak bahwa Mn, yang sebenarnya adalah pembentuk karbida yang sangat lemah
sehingga hampir tidak pernah dijumpai karbida Mn dalam baja, ternyata adalah penstabil
karbida yang potensial. Adanya Mn akan mendorong terbentuknya karbida.
5. Nitride forming elements
Semua pembentuk karbida adalah juga pembentuk nitrida. Nitrida terjadi pada permukaan
baja pada proses nitriding, dimana pada saat itu nitrogen ditambahkan ke permukaan baja
dengan diffusi. Nitriding dilakukan pada base metal (baja dengan kekerasan sebelum
nitriding 400 HV). Gambar 3.4 memperlihatkan kekuatan berbagai unsur paduan dalam
membentuk nitrida (tampak dengan naiknya kekerasan dengan penambahan kadar paduan).

Gambar 3.4. Pengaruh unsur paduan terhadap pertambahan kekerasan setelah nitriding. Base
composition 0-25% C,0-30% Si, 0-70% Mn

Pada gambar tampak bahwa dengan sedikit Al atau Ti dapat diperoleh kekerasan yang
tinggi. Juga tampak bahwa dengan penambahan Ni tidak terjadi kenaikan kekerasan,
karena Ni bukan sebagai nitride former.

3.2. Pengaruh unsur paduan pada baja


Dalam membicarakan pengaruh unsur paduan terhadap baja disini lebih dititik beratkan
pada pengaruhnya terhadap beberapa hal yang menyangkut perlakuan panas, seperti misalnya
terhadap diagram fase, diagram transformasi, terhadap pertumbuhan butir, terhadap
dekomposisi martensit dan lain-lain.
- 40 -
Jur. Tek. Material dan Metalurgi FTI-ITS Perlakuan Panas

3.2.1. Pengaruh terhadap kekerasan Ferit


Semua unsur paduan yang membentuk larutan padat dalam ferit akan menaikkan
kekerasan ferit. Kenaikan kekerasan ditunjukkan pada Gambar 3.5, dimana Si dan Mn, unsur
paduan yang paling sering digunakan sebagai deoksidiser, juga menambah kekerasan ferit
cukup tinggi. Sedangkan Cr paling sedikit menaikkan kekerasan. Dengan demikian bila baja
diinginkan mempunyai hardenability tinggi dan akan dicold work sebelum dikeraskan, maka
sebaiknya diberi unsur paduan Cr (Cr menaikkan hardenability tetapi hanya sedikit menaikkan
kekerasan ferit).

Gambar 3.5. Pengaruh penambahan unsur paduan pada kekerasan ferit

3.2.2. Pengaruh terhadap pertumbuhan butir


Unsur-unsur Al, Nb, Ti dan V dalam jumlah sedikit (0,03 - 0,10 %) akan mencegah
terjadinya pertumbuhan butir pada temperatur austenitisasi. Unsur-unsur tsb adalah pembentuk
karbida yang sangat kuat, dengan jumlah sangat kecilia akan membentuk karbida, nitrida (hanya
Al) atau karbo-nitrida yang terdispersi halus dan merata dalam matriks. Adanya partikel-
partikel halus tsb mendorong terbentuknya butiran kristal yang halus, di samping juga memberi
efek penguatan. Partikel-partikel tsb juga sangat stabil, diperlukan temperatur yang tinggi untuk
melarutkannya ke dalam larutan padat, sehingga mencegah pertumbuhan butir. Bila temperatur
pemanasan sudah cukup tinggi sehingga semua fase itu larut, maka pertumbuhan butir akan
terjadi sangat cepat.
Baja berbutir halus (fine grained steel) antara lain digunakan untuk High Strength Low
Alloy Steel (HSLA steel) dan untuk case hardening steel. Pada proses case hardening baja
biasanya dipanaskan pada temperatur cukup tinggi (950 - 1000oC) dalam jangka waktu yang
cukup panjang. Bila baja mudah mengalami pertumbuhan butir maka tentu akan terjadi
pertumbuhan butir yang sangat hebat selama pemanasan, dan akan menjadikan baja itu getas.
Sebaliknya pada baja berbutir halus, akan tetap ulet bahkan sampai setelah pengerasan kulitnya,
baja itu masih tetap ulet.

- 41 -
Jur. Tek. Material dan Metalurgi FTI-ITS Perlakuan Panas

Gambar 3.6 dan 3.7 memperlihatkan kelarutan nitrida aluminium dan beberapa karbida
dalam baja pada berbagai temperatur.

Gambar 3.6. Kurva yang memperlihatkan kelarutan AlN dalam austenit

Misalnya baja dengan 0,005 % N dan 0,025 % Al, masih tetap berbutir halus sampai
temperatur 980 oC, karena sampai pada temperatur ini nitrida aluminium belum seluruhnya larut
(lihat Gambar 3.6), masih belum terjadi pertumbuhan butir. Tetapi bila dipanaskan sampai 1000
o
C atau lebih, nitrida dapat seluruhnya larut dan dapat terjadi pertumbuhan butir. Temperatur
kelarutan AlN ini makin tinggi bila kadar Al dan/atau N dinaikkan.
Baja yang mengandung sedikit Nb atau Ti (0,05 %) dan karbon 0,2 %, karbidanya
belum seluruhnya larut pada pemanasan sampai 1200 oC, karenanya belum akan terjadi
pertumbuhan butir. Sedang baja dengan V 0,10 % dan N 0,010 % masih tetap berbutir halus
sampai ke temperatur 1000 oC (lihat Gambar 3.7).

Gambar 3.7. Kurva yang memperlihatkan kelarutan karbida niobium, karbida titanium dan karbida
vanadium dalam baja.

Sebenarnya pertumbuhan butir tidak hanya tergantung pada temperatur pemanasan


tetapi juga pada lamanya holding time, seperti pada Gambar 3.8.

- 42 -
Jur. Tek. Material dan Metalurgi FTI-ITS Perlakuan Panas

Gambar 3.8. (a) Pengaruh temperatur pemanasan terhadap ukuran butir, holding time 30 menit, dan
(b) Pengaruh holding time (pada pemanasan 950 dan 1000 oC) terhadap ukuran butir, untuk baja
En 352 (%C = 0,20 max; Mn = 0,50-1.00; Si = 0,35 max; Cr = 0,75-1,25; Ni = 1,00-1,50).

Dari gambar di atas tampak bahwa pertumbuhan butir pada baja En 352 ini tidak akan
terjadi bila pemanasan ≤ 950 oC, dengan holding time berapapun. Dengan pemanasan pada
1000 oC pertumbuhan butir mulai terjadi setelah holding time 10 menit. Unsur paduan lain yang
juga berfungsi mencegah pertumbuhan butir adalah W dan Mo, seperti pada HSS dan beberapa
baja lain.

3.2.3. Pengaruh pada titik eutektoid


Unsur-unsur pembentuk austenit akan menurunkan temperatur eutektoid, sedang unsur-
unsur pembentuk ferit akan menaikkannya. Jadi misalnya baja dengan 3 % Ni akan mulai
menjadi austenit pada temperatur kurang dari 700 oC (baja karbon mulai menjadi austenit pada
723 oC), sedang baja dengan 12 % Cr (pembentuk ferit) akan memerlukan temperatur
austenitizing lebih tinggi daripada yang tanpa Cr.

(a) (b)

Gambar 3.9. (a). Pengaruh penambahan unsur paduan terhadap temperatur eutektoid dari baja dan
(b). pengaruh penambahan unsur paduan terhadap kadar karbon dari eutektoid baja.

Komposisi eutektoid juga berubah, tidak lagi 0,8 %C. Semua unsur paduan akan
menurunkan kadar karbon dalam eutektoid. Gambar 3.9, memperlihatkan pengaruh unsur
paduan terhadap titik eutektoid. Dari situ tampak bahwa hanya Ni dan Mn (keduanya
- 43 -
Jur. Tek. Material dan Metalurgi FTI-ITS Perlakuan Panas

pembentuk austenit) yang menurunkan temperatur eutektoid, sedang unsur lain semua
menaikkan temperatur eutektoid. Jadi dapat dikatakan bahwa semua unsur paduan akan
menggeser titik eutektoid ke kiri atas, kecuali Ni dan Mn yang menggeser titik eutektoid itu ke
kiri bawah.
Disamping itu unsur paduan juga mempengaruhi daerah austenit, unsur paduan
pembentuk ferit mempersempit daerah austenit dan memperluas daerah ferit, makin tinggi
kadar unsur paduan ferit former ini makin sempit daerah austenitnya, sedang daerah ferit akan
makin luas, bahkan akan "menyambung" daerah ferit  dengan daerah ferit , seperti yang
terjadi pada baja tahan karat feritik. Gambar 3.10 dan 3.11 memperlihatkan pengaruh kadar
chrom dan mangan terhadap daerah austenit.

Gambar 3.10. Pengaruh kadar Cr dan C terhadap daerah austenit

Gambar 3.11. Pengaruh kadar Mn dan C terhadap daerah austenit

- 44 -
Jur. Tek. Material dan Metalurgi FTI-ITS Perlakuan Panas

3.2.3. Pengaruh pada temperatur pembentukan martensit


Semua unsur paduan, kecuali kobalt (Co), akan menurunkan temperatur Ms, temperatur
awal pembentukan martensit, dan Mf, temperatur akhir pembentukan martensit. Temperatur Ms
untuk baja paduan dapat dihitung dari :

Ms (oC) = 561 - 474C - 33 Mn - 17 Ni - 17 Cr - 21 Mo

dimana symbol unsur menunjukkan persentase unsur tersebut dalam austenit, yaitu bila unsur
tersebut larut seluruhnya dalam austenit (lihat Bab 2).
Untuk medium dan high alloy steel, Stuhlmann menganjurkan memakai persamaan :

Ms (oC) = 550 - 350 C - 40 Mn - 20 Cr - 10 Mo - 17 Ni - 8 W - 35 V - 10 Cu + 15 Co + 30 Al

Temperatur Mf kira-kira 163 - 246 oC dibawah Ms.

3.2.4. Pengaruh pada pembentukan perlit dan bainit


Semua unsur paduan, kecuali Co, menghambat terjadinya transformasi austenit menjadi
ferit/sementit. Jadi akan menggeser kurva transformasi ke kanan. Ini berarti unsur paduan
menurunkan laju pendinginan kritis (CCR) jadi akan menaikkan hardenability.
Suatu kurva transformasi sebenarnya terdiri dari beberapa kurva transformasi, yaitu
kurva transformasi bainit, kurva transformasi proeutektoid (ferit atau sementit) dan kurva
transformasi perlit. Beberapa unsur paduan berpengaruh sama kuat dalam menghambat
transformasi bainit dan perlit, sehingga semua kurva transformasi itu tergeser ke kanan bersama-
sama. Unsur paduan yang memperlihatkan sifat seperti ini adalah unsur paduan yang bukan
pembentuk karbida, yaitu Ni, Mn, Si, Cu dan Al (Gambar 3.12.a.). Paduan tsb selain menggeser
kurva transformasi ke kanan juga menurunkan hidung diagram transformasi (kecuali Al,
menaikkan).

Gambar 3.12. Pengaruh unsur paduan terhadap kurva transformasi (a). Pengaruh unsur paduan yang bukan
carbide former, (b) Pengaruh unsur paduan carbide former

Unsur paduan pembentuk karbida (seperti Cr, Mo, W, V dll) mempunyai pengaruh
berbeda terhadap transformasi perlit dan bainit. Unsur paduan ini menghambat pembentukan
perlit, menggeser kurva transformasi perlit ke kanan atas, tetapi mempercepat pembentukan
bainit, menggeser kurva bainit ke kiri bawah, sehingga kedua kurva terpisah satu sama lain,
ditunjukkan pada Gambar 3.12.b. Diagram transformasinya akan mempunyai dua waktu
- 45 -
Jur. Tek. Material dan Metalurgi FTI-ITS Perlakuan Panas

minimum, yaitu pada transformasi perlit (hidung), dan kurva transformasi bainit (lutut). Dalam
hal ini laju pendinginan kritis (CCR) adalah laju pendinginan yang tepat menyinggung kurva
transformasi bainit.
Dengan demikian pada baja yang mengandung unsur paduan pembentuk karbida
dimungkinkan untuk memperoleh bainit dengan pendinginan kontinyu, sedang pada baja
karbon dan baja yang hanya mengandung unsur paduan bukan pembentuk karbida bainit baru
dapat diperoleh dengan pendinginan isothermal.
Gambar 3.14. menunjukkan beberapa diagram transformasi (TTT diagram) dari baja
chrom dengan kadar chrom bervariasi dan kadar karbon hampir sama, menunjukkan pengaruh
chrom terhadap bentuk diagram transformasi.

Gambar 3.14. Diagram transformasi isothermal baja chrom: (a) 0,4 %C, 0,5 %Cr (b) 0,4 %C, 0,9 %Cr;
(c) 0,35 %C, 2,0 %Cr; (d) 0,5 %C, 3,1 %Cr.

- 46 -
Jur. Tek. Material dan Metalurgi FTI-ITS Perlakuan Panas

Dari Gambar di atas tampak bahwa dengan makin tingginya kadar Cr dalam baja maka
kurva transformasi makin ke kanan dan antara kurva pembentukan perlit dengan kurva
pembentukan bainit makin terpisah .
Gambar 3.15. memperlihatkan beberapa diagram transformasi isothermal baja nikel
dengan kadar nikel bervariasi (kadar karbon sama), untuk menunjukkan pengaruh nikel
terhadap bentuk diagram transformasi.

Gambar 3.15. Diagram transformasi isothermal baja nikel; (a) 0,6 %C, 1,0 %Ni; (b) 0,6 %C, 2,0 %Ni; (c)
0,6 %C, 4,0 %Ni; (d) 0,6 %C, 5,0 %Ni.

Dari Gambar di atas tampak bahwa bentuk diagram transformasi hampir tidak berubah
(kurva pembentukan ferit/perlit tetap bersambung dengan kurva pembentukan bainit), hanya
letaknya makin tergeser ke kanan dengan makin tingginya kadar nikel.
Gambar 3.16. memperlihatkan beberapa diagram transformasi isothermal dari baja
paduan Cr-Mo dengan berbagai kadar karbon, menunjukkan makin kuatnya pengaruh unsur
paduan dengan naiknya kadar karbon.
- 47 -
Jur. Tek. Material dan Metalurgi FTI-ITS Perlakuan Panas

Gambar 3.16. Diagram transformasi isothermal baja paduan Cr-Mo, 0,8 %Mn; 1,1 %Cr; 0,2 %Mo, dengan
variasi kadar karbon, (a) 0,25 %C, (b) 0,35 %C, (c) 0,40 %C dan (d) 0,50 %C.

3.2.5. Pengaruh pada dekomposisi martensit (tempering)


Pada umumnya semua unsur paduan akan menyebabkan terhambatnya dekomposisi
martensit bila dipanaskan kembali. Jadi adanya unsur paduan dalam baja selain mempermudah
pembentukan martensit juga akan menghambat dekomposisi martensit pada saat pemenasan
kembali, jadi menghambat terjadinya penurunan kekerasan akibat pemanasan kembali
(tempering), membuat baja menjadi lebih tahan terhadap tempering. Tempering pada
temperatur yang sama akan menghasilkan penurunan kekerasan yang lebih sedikit atau untuk
mencapai kekerasan, setelah tempering, yang sama dibutuhkan temperatur yang lebih tinggi
bila dibandingkan dengan tempering pada baja karbon dengan kadar karbon yang sama. Ini
dapat dilihat pada Gambar 3.17.

- 48 -
Jur. Tek. Material dan Metalurgi FTI-ITS Perlakuan Panas

Gambar 3.17. Kurva tempering dari beberapa jenis baja

Dari gambar di atas tampak bahwa kurva tempering, kurva yang menunjukkan pengaruh
temperatur tempering terhadap penurunan kekerasan, untuk baja karbon C45 lebih terjal dari
pada untuk baja paduan dengan kadar karbon yang hampir sama, misalnya baja 42 Cr Mo 4.
Bahkan untuk baja M1, baja perkakas dengan kadar Mo, W, Cr dan V (semuanya adalah unsur
pembentuk karbida yang kuat) yang tinggi, menunjukkan kenaikan kekerasan pada temperatur
tempering tertentu. Dapat diakatakan bahwa unsur paduan pembentuk karbida dalam jumlah
banyak akan dapat memberikan secondary hardness pada baja saat ditemper.

3.2. Pertanyaan
1. Unsur paduan apa yang selalu ada pada baja (baik baja paduan maupun baja karbon).
Jelaskan mengapa unsur tsb selalu ada.
2. Bagaimana unsur paduan yang larut dalam ferrit dapat menaikkan kekuatannya.
3. Bagaimana pengaruh penambahan 1 %Cr terhadap sifat baja karbon rendah? Terhadap
baja karbon tinggi?
4. Faktor apa saja yang menentukan sifat tahan aus sebuah baja?
5. Suatu baja karbon 0,4 %C. Bandingkan banyaknya perlitnya dengan suatu baja paduan
0,4 %C, 1,0 %Cr. Jelaskan.
6. Kedua baja pada soal no. 5, bila dipanaskan, mana yang lebih dulu mulai mengalami
perubahan, mana yang lebih dulu menjadi single phase? Jelaskan?
7. Seperti soal no. 6, tetapi untuk baja karbon dengan baja paduan 1 %Ni.
8. Bila diinginkan baja yang mudah dikeraskan (dapat dikeraskan dengan pendinginan
yang lambat) baja yang mana yang sebaiknya dipilih, baja paduan Cr atau baja paduan
Ni. Jelaskan
9. Mana yang lebih mudah dikeraskan, baja karbon atau baja paduan dengan 9 % Ni.
Jelaskan

- 49 -
Jur. Tek. Material dan Metalurgi FTI-ITS Perlakuan Panas

10. Sebutkan unsur paduan yang dapat membentuk karbida tetapi lebih sering larut dalam
besi. Bagaimana pengaruhnya terhadap pembentukan perlit dan pembentukan bainit.
Jelaskan.
11. Bagaimana pengaruh unsur paduan tsb di soal no. 10, bila pada saat pemanasan masih
berupa karbida. Jelaskan.
12. Bagaimana pengaruh unsur paduan terhadap critical cooling rate dari suatu baja?
Jelaskan.
13. Suatu benda A terbuat dari baja karbon, sebuah benda B mempunyai bentuk & ukuran
yang sama dengan benda A terbuat dari baja chrom dengan kadar karbon sama dengan
A. Kedua benda dikeraskan dengan cara yang sama (temperatur pemanasan dan media
pendingin sama). Mungkinkah kekerasan benda B akan lebih tinggi? Jelaskan.
14. Seperti soal no. 13, mungkinkah kekerasan benda A yang akan lebih tinggi? Jelaskan.

- 50 -

Você também pode gostar