Você está na página 1de 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Halusinasi merupakan gangguan orintasi realita, karena terganggunya fungsi otak:


kognitif dan proses pikir, fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi motorik dan fungsi sosial.
Gangguan terhadap fungsi kognitif dan persepsi akan mengakibatkan kemampuan
menilai terganggu, sedangkan gangguan fungsi emosi, motorik dan sosial akan
mengakibatkan terganggunya kemampuan berespon yakni perilaku non verbal
(Ekspresi,gerakan tubuh) dan perilaku verbal (penampilan hubungan sosial). Memperhatikan
perilaku klien seperti ini tentu akan menjadi suatu hal yang perlu direspon oleh Perawat
profesional, paling tidak mengeliminir masalah-masalah yang ada sehingga keadaan seorang
pasien tidak berkembang menjadi lebih berat ( perilaku agresif / perilaku kekerasan).

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum mememperoleh pengalaman nyata dalam melakukan asuhan dan
tindakan keperawatan pada klien dengan halusinasi, diharapkan akan mampu
mengidentifikasikan seluruh masalah yang terjadi sehubungan dengan halusinasi.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengkaji klien dengan masalah utama halusinasi.
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan klien dengan masalah
utama halusinasi.
c. Mahasiswa mampu merencistrian tindakan keperawatan klien dengan masalah
utama halusinasi.
d. Mahasiswa mampu mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan klien
dengan masalah utama halusinasi.
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan keperawatan klien dengan masalah
utama halusinasi.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. PENGERTIAN
Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana
terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh/baik.
Gangguan terhadap fungsi kognitif dan persepsi akan mengakibatkan kemampuan
menilai terganggu, sedangkan gangguan fungsi emosi, motorik dan sosial akan
mengakibatkan terganggunya kemampuan berespon yakni perilaku non verbal
(ekspresi,gerakan tubuh) dan perilaku verbal (penampilan hubungan sosial). Memperhatikan
perilaku klien seperti ini tentu akan menjadi suatu hal yang perlu direspon oleh Perawat
profesional, paling tidak mengeliminir masalah-masalah yang ada sehingga keadaan seorang
pasien tidak berkembang menjadi lebih berat ( perilaku agresif / perilaku kekerasan).
Individu yang mengalami halusinasi sering kali beranggapan sumber atau penyebab
halusinasi itu berasal dari lingkungannya, padahal rangsangan primer dari halusinasi adalah
kebutuhan perlindungan diri secara psikologik terhadap kejadian traumatik sehubungan deng
an rasa bersalah, rasa sepi, marah, rasa takut ditinggalkan oleh orang yang diicintai,
tidak dapat mengendalikan dorongan ego, pikiran dan perasaannya sendiri. (Budi Anna
Keliat, 1999)

B. ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya respon
neurobiologi seperti halusinasi antara lain:
a. Faktor Genetik
Lesi pada area frontal, temporal dan limbik, gangguan otak (kerusakan otak,
keracunan zat halusinogenik), dan juga bisa karena faktor genentik.
b. Studi neurotransmitter.
Schizofrenia diduga juga disebabkan oleh ketidak seimbangan neurotransmitter
dimana dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar serotin.
c. Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ke-3 kehamilan dapat menjadi factor
predisposisi schizofrenia.
d. Psikologis.
Beberapa kondisi pikologis yang menjadi factor predisposisi schizofrenia antara
lain istri yang di pelihara oleh ibu yang suka cemas, terlalu melindungi, dingin dan tak
berperasaan, sementara ayah yang mengambil jarak dengan istrinya.
2. Faktor presipitasi
Faktor –faktor pencetus respon neurobiologis meliputi :
a. Berlebihannya proses informasi pada system syaraf yang menerima dan
memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
b. Mekanisme penghataran listrik di syaraf terganggu ( mekanisme gateing abnormal)
c. Gejala-gejala pemicu kondisi kesehatan lingkungan, sikap dan perilaku seperti
yang tercantum pada tabel dibawah ini ;

Kesehatan Nutrisi Kurang


Kurang tidur
Ketidak siembangan irama sirkardian
Kelelahan infeksi
Obat-obatan system syaraf pusat
Kurangnya latihan
Hambatan unutk menjangkau pelayanan kesehatan
Lingkungan Lingkungan yang memusuhi, kritis
Masalah di rumah tangga
Kehilangan kebebasan hidup, pola aktivitas sehari-hari
Kesukaran dalam berhubungan dengan orang lain
Isoalsi social
Kurangnya dukungan social
Tekanan kerja ( kurang keterampilan dalam bekerja)
Stigmasasi
Kemiskinan
Kurangnya alat transportasi
Ketidakmampuan mendapat pekerjaan
Sikap/Perilaku Merasa tidak mampu ( harga diri rendah)
Putus asa (tidak percaya diri )
Merasa gagal ( kehilangan motivasi menggunakan
keterampilan diri
Kehilangan kendali diri (demoralisasi)
Merasa punya kekuatan berlebihan dengan gejala tersebut.
Merasa malang ( tidak mampu memenuhi kebutuhan
spiritual )
Bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun
kebudayaan
Rendahnya kemampuan sosialisasi
Perilaku agresif
Perilaku kekerasan
Ketidak adekuatan pengobatan
Ketidak adekuatan penanganan gejala.

3. Mekanisme Koping.
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi adalah:
a. Register, menjadi malas beraktifitas sehari-hari.
b. Proyeksi, mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan tanggung
jawab kepada orang lain atau sesuatu benda.
c. Menarik diri, sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal.
d. Keluarga mengingkari masalah yang dialami klien

4. Perilaku
Halusinasi benar-benar riil dirasakan oleh klien yang mengalaminya, seperti
mimpi saat tidur. Klien mungkin tidak punya cara untuk menentukan persepsi tersebut
nyata. Sama halnya seperti seseorang mendengarkan suara- suara dan tidak lagi
meragukan orang yang berbicara tentang suara tersebut. Ketidakmampuannya
mempersepsikan stimulus secara riil dapat menyulitkan kehidupan klien. Karenanya
halusinasi harus menjadi prioritas untuk segera diatasi. Untuk memfasilitasinya klien
perlu dibuat nyaman untuk menceritakan perihal haluinasinya.
Klien yang mengalami halusinasi sering kecewa karena mendapatkan respon
negatif ketika mencoba menceritakan halusinasinya kepada orang lain.Karenanya
banyak klien enggan untuk menceritakan pengalaman –pengalaman aneh
halusinasinya. Pengalaman halusinasi menjadi masalah untuk dibicarakan dengan
orang lain. Kemampuan untuk memperbincangkan tentang halusinasi yang dialami
oleh klien sangat penting untuk memastikan dan memvalidasi pengalaman halusinasi
tersebut.Perawat harus memiliki ketulusan dan perhatian untuk dapat memfasilitasi
percakapan tentang halusinasi.
Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung pada jenis
halusinasinya.Apabila Perawat mengidentifikasi adanya tanda –tanda dan perilaku
halusinasi maka pengkajian selanjutnya harus dilakukan tidak hanya sekedar
mengetahui jenis halusinasi saja.

C. JENIS –JENIS HALUSINASI


I. Jenis - jenis dan Tanda Halusinasi
1. Halusinasi Pendengaran
Halusinasi pendengaran adalah ketika mendengar suara atau kebisingan, paling
sering mendengar suara orang. Suara berbentuk kebinsingan yang kurang jelas sampai
kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai ada percakapan lengkap
antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien
mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat
membahayakan. (stuart,2007)
a. Data Objektif
1) Bicara atau tertawa sendiri.
2) Marah-marah tanpa sebab
3) Mengarahkan telinga kea rah tertentu
4) Menutup telinga
b. Data Subjektif
1) Mendengar suara atau kegaduhan
2) Mendengar suara yang mengajak bercakap – cakap
3) Mendengar suara yang menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
2. Halusinasi Penglihatn
Halusinasi pengelihatan adalah stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya,
gambar geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan
biasa yang menyenangkan atau menakut ksn seperti melihat monster. (stuart,2007)
a. Data Objektif
1) Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
2) Ketakutan Kepada sesuatu yang tidak jelas
b. Data Objektif
1) Melihat bayangan, sinar bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu
atau monster.
3. Halusinasi Penghidu
Halusinasi Penghidu adalah membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin,
dan feses umumnya bau-bauan yang tidak menyenang kan. Halusinasi penghidu
sering akibat stroke, tumor, kejang , atau dimensia. (stuart,2007)
a. Data Objektif
1) Menghidu sedang membaui bau-bauan tertentu
2) Menutup hidung
b. Data Subjektif
1) Membaui bau-bauan seperti bau darah, urin, feses kadang-kadang bau itu
menyenangkan
4. Halusinasi Pengecap
Halusinasi pengecap adalah Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau
feses. (stuart,2007)
a. Data Objektif
1) Sering meludah
2) Muntah
b. Data Subjektif
1) Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses

5. Halusinasi Perabaan
Halusinasi Perabaan adalah mengalami nyeri atau ketidak nyamanan tanpa
stimulus yang jelas. Rasa tesentrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau
orang lain. (stuart,2007)
a. Data Objektif
1) Menggaruk-garuk permukaan kulit
b. Data Subjektif
1) Menyatakan ada serangga di permukaan kulit.
2) Merasa tersengat listrik
6. Halusinasi seksual
Persepsi tentang alat genital yang palsu, penderita merasa adanya sensasi luar
biasa pada alat genitalnya.
7. Halusinasi kinesti
Persepsi palsu pada seseorang setelah mengalami operasi besar/ mayor.
8. Agnosia
Gangguan persepsi yang ditandai dengan ketidakmampuan mengenal dan
menginterpretasikan kesan sensorik.

D. FASE HALUSINASI.

Halusinasi yang dialami oleh klien biasanya berbeda intensitas dan keparahannya.
Fase halusinasi terbagi empat:
1. Fase Pertama
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah, kesepian.Klien
mungkin melamun atau memfokukan pikiran pada hal yang menyenangkan untuk
menghilangkan kecemasan dan stress.Cara ini menolong untuk sementara.Klien masih
mampu mengotrol kesadarannya dan mengenal pikirannya, namun intensitas persepsi
meningkat.

2. Fase Kedua
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan eksternal,
klien berada pada tingkat “listening” pada halusinasi.Pemikiran internal menjadi
menonjol, gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa bisikan yang tidak jelas
klien takut apabila orang lain mendengar dan klien merasa tak mampu
mengontrolnya.Klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasi dengan
memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang lain.

3. Fase Ketiga
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi terbiasa dan tak
berdaya pada halusinasinya.Halusinasi memberi kesenangan dan rasa aman sementara.

4. Fase Keempat.
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol halusinasinya.
Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi mengancam, memerintah
dan memarahi klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk
dengan halusinasinya klien berada dalam dunia yang menakutkan dalam ibuaktu singkat,
beberapa jam atau selamanya. Proses ini menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi.
E. POHON MASALAH

resiko perilaku kekerasan

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi

isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep diri : Harga diri


rendah

F. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Tindakan keperawatan untuk membantu klien mengatasi masalahnya di mulai
dengan membina hubungan saling percaya dengan klien.
2. Setelah hubungan saling percaya terbina , intervensi keperawatan selanjutnya
adalah membntu klien mengenali halusinasinya.
3. Setelah klien mengenal halusinasinya selanjutnya klien dilatih bagaimana cara
yang biasa terbukti efektif mengatasi atau mengontrol halusinasi.

Adapun cara yang efektif dalam memutuskan halusinasi adalah :


1. Menghardik halusinasi.
2. Berinteraksi dengan orang lain.
3. Beraktivitas secara teratur dengan menyusun kegiatan harian.
4. Memanfaatkan obat dengan baik.

Keluarga perlu diberi penjelasan tentang bagaimana penanganan klien yang


mengalami halusinasi sesuai dengan kemampuan keluarga. Hal ini penting karena keluarga
adalah sebuah system dimana klien berasal dan halusinasi sebagai salah satu gejala psikosis
dapat berlangsung lama (kronis) sehingga keluarga perlu mengetahu caraPerawatan klien
halusinasi dirumah.
Dalam mengendalikan halusinasi diberikan psikofarmaka oleh tim medis sehingga
Perawat juga perlu memfasilitasi klien untuk dapat menggunakan obat secara tepat. Prinsip
lima benar harus menjadi focus utama dalam pemberian obat.

G. EVALUASI KEPERAWATAN

Asuhan keperawatan klien dengan halusinasi berhasil jika :


1. Klien menunjukkan kemampuan mandiri untuk mengontrol halusinasi
2. Mampu melaksistrian program pengobatan berkelanjutan
3. Keluarga mampu menjadi sebuah sistem pendukung yang efektif dalam membantu
klien mengatasi masalahnya.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI
SENSORI HALUSINASI

Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan data subyektif dan obyektif yang


ditemukan pada pasien :
Gangguan sensori persepsi: Halusinasi

A. Tindakan Keperawatan Pasien Halusinasi

1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien

a. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:


1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal

b. Tindakan Keperawatan

1) Membantu pasien mengenali halusinasi.


Untuk membantu pasien mengenali halusinasi Saudara dapat melakukannya
dengan cara berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang
didengar/dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi
yang menyebabkan halusinasi muncul dan respon pasien saat halusinasi muncul

2) Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agar mampu


mengontrol halusinasi Saudara dapat melatih pasien empat cara yang sudah
terbukti dapat mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut meliputi:
a) Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi
dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk
mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak mempedulikan
halusinasinya. Kalau ini dapat dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan
diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada
namun dengan kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk menuruti apa
yang ada dalam halusinasinya. Tahapan tindakan meliputi:
 Menjelaskan cara menghardik halusinasi
 Memperagakan cara menghardik
 Meminta pasien memperagakan ulang
 Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien
b) Bercakap-cakap dengan orang lain
Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan orang
lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi distraksi;
fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang
dilakukan dengan orang lain tersebut. Sehingga salah satu cara yang efektif
untuk mengontrol halusinasi adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
c) Melakukan aktivitas yang terjadwal
Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukkan
diri dengan aktivitas yang teratur. Dengan beraktivitas secara terjadwal, pasien
tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang seringkali
mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien yang mengalami halusinasi bisa
dibantu untuk mengatasi halusinasinya dengan cara beraktivitas secara teratur
dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu.
Tahapan intervensinya sebagai berikut:
 Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi.
 Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien
 Melatih pasien melakukan aktivitas
 Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah
dilatih. Upayakan pasien mempunyai aktivitas dari bangun pagi sampai
tidur malam, 7 hari dalam seminggu.
 Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan penguatan terhadap
perilaku pasien yang positif.
d) Menggunakan obat secara teratur
Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih untuk
menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program. Pasien gangguan
jiwa yang dirawat di rumah seringkali mengalami putus obat sehingga
akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila kekambuhan terjadi maka
untuk mencapai kondisi seperti semula akan lebih sulit. Untuk itu pasien perlu
dilatih menggunakan obat sesuai program dan berkelanjutan.
Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat:
 Jelaskan guna obat
 Jelaskan akibat bila putus obat
 Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat
 Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat,
benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis).

SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara


mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi
dengan cara pertama: menghardik halusinasi

Orientasi:
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi D! Perkenalkan nama saya Arta Gilang Mahardika dan senang
di penggil Arta. Saya mehasiswa dari Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Ponorogo yang akan ujian disini selama beberapa hari
kedepan, selama disini saya akan merawat dan membantu D menyelesaikan
masalah yang D alami sekarang, kalau boleh tahu nama D siapa dan senang di
panggil siapa?”

b. Kontrak

- Topik : “D tadi kita sudah berkenalan, bagaimana kalau hari ini kita
berbincang-bincang tentang alasan D masuk ke tempat ini dan siapa yang
membawa D ke tempat ini?”

- Waktu : “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang selama 15 menit,


apakah ibu setuju?”
- Tempat : “Dimana tempat yang ibu sukai untuk berbincang-bincang
dengan saya? Bagaimana kalau di sini saja?”

Kerja:

”Apakah D mendengar suara tanpa ada Wujudnya? Apa yang dikatakan suara itu?”

” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering D


dengar suara? Berapa kali sehari D alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar?
Apakah pada waktu sendiri?”

” Apa yang D rasakan pada saat mendengar suara itu?”

”Apa yang D lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-
suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-
suara itu muncul?

” D , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat
dengan teratur.”

”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.

”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung D bilang, pergi
saya tidak mau dengar! Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-
ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba D peragakan! Nah begitu, … bagus!
Coba lagi! Ya bagus D sudah bisa”

Terminasi:

”Bagaimana perasaan D setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara itu


muncul lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal
latihannya. Mau jam berapa saja latihannya? (Saudara masukkan kegiatan latihan
menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana kalau kita
bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang
kedua? Jam berapa D?Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan
berlatih?Dimana tempatnya”

”Baiklah, sampai jumpa. Assalamu’alaikum”

SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua:


bercakap-cakap dengan orang lain

Orientasi:

a. Salam terapeutik

“Selamat pagi D, masih ingat nama saya? Bagaimana perasaan D pagi hari
ini? Bagaimana tidur D semalam? Apakah D sudah melakukan latihan menghardik
suara yang saya ajarkan, apa yang D rasakan setelah melakukan latihan
menghardik secara teratur?”

b. Kontrak

- Topik : Baik D, sesuai dengan janji kita kemarin.hari ini kita akan latihan
mengendalikan halusinasi dengan cara (Bercakap-cakap dengan orang lain).

- Waktu : Bagaimana kalau kita berbincang-bincang selama 15 menit, apakah D


setuju?

- Tempat : Kita berbincang-bincang di dalam ruangan ini saja, D setuju?

Kerja:

“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan


bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau D mulai mendengar suara-suara,
langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan
D. Contohnya begini; … tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan
saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya Kakak D katakan: Kak, ayo ngobrol
dengan D. D sedang dengar suara-suara. Begitu D. Coba D lakukan seperti saya tadi
lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya D!”

Terminasi:

“Bagaimana perasaan D setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang D
pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau D
mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan
harian D. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara
teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi saya akan ke mari lagi.
Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal?
Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00? Mau di mana/ Di sini lagi? Sampai
besok ya. Assalamualaikum”

SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga:


melaksanakan aktivitas terjadwal

Orientasi:

a. Salam terapeutik

“Selamat pagi D, bagaimana keadaan D hari ini? Bagaimana perasaan D pagi hari
in? Bagaimana tidur D semalam? Apakah D sudah melakukan latihan mengontrol
halusinasi dengan cara bercakap-cakap, Lalu apa yang D rasakan setelah D
melakukan bercakap-cakap dengan orang lain?”

c. Kontrak

- Topik : Baik D, sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini kita akan
latihan mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan yang mampu
D lakukan”.
- Waktu : seperti janji kita kemarin kita akan berbincang-bincang
selama 15 menit ya D! D setuju?

- Tempat : Bagaimana kalau di tempat ini lagi saja ya D!! D mau kan?

Kerja:

“Apa saja yang biasa D lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam berikutnya
(terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak sekali
kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut). Bagus
sekali D bisa lakukan. Kegiatan ini dapat D lakukan untuk mencegah suara tersebut
muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada
kegiatan.

Terminasi:

“Bagaimana perasaan D setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk


mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih
untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal
kegiatan harian D. Coba lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih aktivitas
yang lain pada pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai
malam) Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita membahas cara minum
obat yang baik serta guna obat. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 12.00
pagi?Di ruang makan ya! Sampai jumpa. Wassalammualaikum.

SP 4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur

Orientasi:
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi D. Bagaimana perasaan D hari ini? Apa yang D rasakan saat ini?
apakah D sudah melakukan latihan mengontrol halusinasi dengan cara melakukan
kegiatan yang semampu untuk D lakukan, lalu apa yang D rasakan setelah D
melakukanya?”
c. Kontrak
- Topik : Baik D, sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini kita akan melakukan
latihan mengontrol halusinasi dengan cara minum obat secara teratur.
- Waktu : Berapa lama D mau? Bagaimana kalau selama 15 menit ya D!! D
setuju?
- Tempat : Bagaimana kalau di ruangan ini kembali saja ya D?

Kerja:
”Apakah D mmelakukan jadwal kegiatan harian itu secara teratur? Apakah D sudah
melakukan latihan dengan cara melakukan kegiatan semampu D, seperti yang saya
ajarkan?”
”D harus mengetahui pentingnya minum obat secara teratur ya D, obat di minum
dan di habiskan jangan ada yang di buang-buang iya D”
”Nah,.. D tadi sudah melakukan latihan mengontrol halusinasi dengan cara minum
obat secara teratur, bagaimana kalau kita memasukkan latihan ini kedalam jadwal
kegiatan sehari-hari D, kapan waktu yang D inginkan untuk melakukan latihan ini,
bagaimana kalau setiap jam 15.00 sore saja bisa D? Kalau obat habis D bisa minta
ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. D juga harus teliti saat menggunakan obat-
obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya D harus memastikan bahwa itu obat yang
benar-benar punya D. Jangan keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama
kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu
diminum sesudah makan dan tepat jamnya. D juga harus perhatikan berapa jumlah
obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari”

Terminasi:
“Bagaimana perasaan D setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah berapa
cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus! (jika
jawaban benar). Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan D.
Jangan lupa pada waktunya minta obat pada perawat atau pada keluarga kalau di
rumah. Nah makanan sudah datang. Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 4
cara mencegah suara yang telah kita bicarakan. Mau jam berapa? Bagaimana kalau
jam 10.00. sampai jumpa. Wassalammu’alaikum D.”
Tindakan Keperawatan Kepada Keluarga

a. Tujuan:

1) Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di di rumah sakit maupun
di rumah
2) Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.

b. Tindakan Keperawatan
Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan asuhan
keperawatan pada pasien dengan halusinasi. Dukungan keluarga selama pasien di
rawat di rumah sakit sangat dibutuhkan sehingga pasien termotivasi untuk sembuh.
Demikian juga saat pasien tidak lagi dirawat di rumah sakit (dirawat di
rumah).Keluarga yang mendukung pasien secara konsisten akan membuat pasien
mampu mempertahankan program pengobatan secara optimal. Namun demikian jika
keluarga tidak mampu merawat pasien, pasien akan kambuh bahkan untuk
memulihkannya lagi akan sangat sulit. Untuk itu perawat harus memberikan
pendidikan kesehatan kepada keluarga agar keluarga mampu menjadi pendukung
yang efektif bagi pasien dengan halusinasi baik saat di rumah sakit maupun di rumah.

Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga pasien halusinasi adalah:
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi
yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi,
dan cara merawat pasien halusinasi.
3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien
dengan halusinasi langsung di hadapan pasien
4) Buat perencanaan pulang dengan keluarga
SP 1 Keluarga : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi
yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara merawat pasien
halusinasi.

Orientasi:
“Assalammualaikum Bapak/Ibu!”“Saya Arta Gilang Mahardika, perawat yang
merawat anak Bapak/Ibu.”
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini? Apa pendapat Bapak/Ibu tentang anak
Bapak/Ibu?”
“Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang anak Bapak/Ibu alami dan
bantuan apa yang Bapak/Ibu bisa berikan.”
“Kita mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang wawancara? Berapa lama
waktu Bk/Ibu? Bagaimana kalau 30 menit”

Kerja:
“Apa yang Bpk/Ibu rasakan menjadi masalah dalam merawat D. Apa yang Bpk/Ibu
lakukan?”
“Ya, gejala yang dialami oleh anak Bapak/Ibu itu dinamakan halusinasi, yaitu
mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya.
”Tanda-tandanya bicara dan tertawa sendiri,atau marah-marah tanpa sebab”
“Jadi kalau anak Bapak/Ibu mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara
itu tidak ada.”
“Kalau anak Bapak/Ibu mengatakan melihat bayangan-bayangan, sebenarnya
bayangan itu tidak ada.”
”Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada
beberapa cara untuk membantu anak Bapak/Ibu agar bisa mengendalikan halusinasi.
Cara-cara tersebut antara lain: Pertama, dihadapan anak Bapak/Ibu, jangan
membantah halusinasi atau menyokongnya. Katakan saja Bapak/Ibu percaya bahwa
anak tersebut memang mendengar suara atau melihat bayangan, tetapi Bapak/Ibu
sendiri tidak mendengar atau melihatnya”.
”Kedua, jangan biarkan anak Bapak/Ibu melamun dan sendiri, karena kalau
melamun halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap
dengannya. Buat kegiatan keluarga seperti makan bersama, sholat bersama-sama.
Tentang kegiatan, saya telah melatih anak Bapak/Ibu untuk membuat jadwal kegiatan
sehari-hari. Tolong Bapak/Ibu pantau pelaksanaannya, ya dan berikan pujian jika dia
lakukan!”
”Ketiga, bantu anak Bapak/Ibu minum obat secara teratur. Jangan menghentikan
obat tanpa konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah melatih anak
Bapak/Ibu untuk minum obat secara teratur. Jadi bapak/Ibu dapat mengingatkan
kembali. Obatnya ada 3 macam, ini yang orange namanya CPZ gunanya untuk
menghilangkan suara-suara atau bayangan. Diminum 3 X sehari pada jam 7 pagi,
jam 1 siang dan jam 7 malam. Yang putih namanya THP gunanya membuat rileks,
jam minumnya sama dengan CPZ tadi. Yang biru namanya HP gunanya
menenangkan cara berpikir, jam minumnya sama dengan CPZ. Obat perlu selalu
diminum untuk mencegah kekambuhan”
”Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi anak
Bapak/Ibu dengan cara menepuk punggung anak Bapak/Ibu. Kemudian suruhlah
anak Bapak/Ibu menghardik suara tersebut. Anak Bapak/Ibu sudah saya ajarkan
cara menghardik halusinasi”.
”Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi anak Bapak/Ibu. Sambil menepuk
punggung anak Bapak/Ibu, katakan: D, sedang apa kamu?Kamu ingat kan apa yang
diajarkan perawat bila suara-suara itu datang? Ya..Usir suara itu, D. Tutup telinga
kamu dan katakan pada suara itu ”saya tidak mau dengar”. Ucapkan berulang-
ulang, D”
”Sekarang coba Bapak/Ibu praktekkan cara yang barusan saya ajarkan”
”Bagus Pak/Bu”

Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan
halusinasi anak Bapak/Ibu?”
“Sekarang coba Bapak/Ibu sebutkan kembali tiga cara merawat anak bapak/Ibu”
”Bagus sekali Pak/Bu. Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk
mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan anak Bapak/Ibu”
”Jam berapa kita bertemu?”
Baik, sampai Jumpa. Assalamu’alaikum
SP 2 Keluarga: Melatih keluarga praktek merawat pasien langsung dihadapan pasien

Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien


dengan halusinasi langsung dihadapan pasien.

Orientasi:
“Assalammualaikum”
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu pagi ini?”
”Apakah Bapak/Ibu masih ingat bagaimana cara memutus halusinasi anak Bapak/Ibu
yang sedang mengalami halusinasi?Bagus!”
” Sesuai dengan perjanjian kita, selama 20 menit ini kita akan mempraktekkan cara
memutus halusinasi langsung dihadapan anak Bapak/Ibu”.
”mari kita datangi Anak bapak/Ibu”

Kerja:
”Assalamu’alaikum D” ”D, Bapak//Ibu D sangat ingin membantu D mengendalikan
suara-suara yang sering D dengar. Untuk itu pagi ini Bapak/Ibu D datang untuk
mempraktekkan cara memutus suara-suara yang D dengar. D nanti kalau sedang
dengar suara-suara bicara atau tersenyum-senyum sendiri, maka Bapak/Ibu akan
mengingatkan seperti ini” ”Sekarang, coba Bapak/Ibu peragakan cara memutus
halusinasi yang sedang D alami seperti yang sudah kita pelajari sebelumnya. Tepuk
punggung D lalu suruh D mengusir suara dengan menutup telinga dan menghardik
suara tersebut” (saudara mengobservasi apa yang dilakukan keluarga terhadap
pasien)Bagus sekali!Bagaimana D? Senang dibantu Bapak/Ibu? Nah Bapak/Ibu ingin
melihat jadwal harian D. (Pasien memperlihatkan dan dorong orang tua memberikan
pujian) Baiklah, sekarang saya dan orang tua D ke ruang perawat dulu” (Saudara
dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga

Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah mempraktekkan cara memutus halusinasi
langsung dihadapan anak Bapak/Ibu”
”Dingat-ingat pelajaran kita hari ini ya Pak/Bu. Bapak/Ibu dapat melakukan cara itu
bila anak Bapak/Ibu mengalami halusinas”.
“bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk membicarakan tentang jadwal
kegiatan harian anak Bapak/Ibu untuk persiapan di rumah. Jam berapa Bapak/Ibu
bisa datang?Tempatnya di sini ya. Sampai jumpa.”

SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

Orientasi :
“Assalamualaikum Pak/Bu, karena besok D sudah boleh pulang, maka sesuai janji
kita sekarang ketemu untuk membicarakan jadual D selama dirumah”
“Bagaimana pak/Bu selama Bapak/Ibu membesuk apakah sudah terus dilatih cara
merawat D?”
“Nah sekarang kita bicarakan jadwal D di rumah? Mari kita duduk di ruang
perawat!”
“Berapa lama Bapak/Ibu ada waktu? Bagaimana kalau 30 menit?”

Kerja :
“Ini jadwal kegiatan D di rumah sakit. Jadwal ini dapat dilanjutkan di rumah. Coba
Bapak/Ibu lihat mungkinkah dilakukan di rumah. Siapa yang kira-kira akan
memotivasi dan mengingatkan?”Pak/Bu jadwal yang telah dibuat selama D di rumah
sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik jadwal aktivitas maupun jadwal minum
obatnya”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh
anak ibu dan bapak selama di rumah.Misalnya kalau B terus menerus mendengar
suara-suara yang mengganggu dan tidak memperlihatkan
perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang
lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi Suster B di Puskesmas terdekat dari
rumahBapak/Ibu, ini nomor telepon puskesmasnya: (0651) 554xxx
Selanjutnya suster B yang akan membantu memantau perkembangan D selama di
rumah

Terminasi
“Bagaimana Bapak/Ibu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu sebutkan cara-cara
merawat D di rumah! Bagus(jika ada yang lupa segera diingatkan oleh perawat. Ini
jadwalnya untuk dibawa pulang. Selanjutnya silakan ibu menyelesaikan administrasi
yang dibutuhkan. Kami akan siapkan D untuk pulang”
Tgl Dx. Tujuan Kriteria Evaluasi Rencana Tindakan
Keperawatan Keperawatan
Gangguan TUM: Klien Setelah 1 x pertemuan Bina hubungan saling
sensori dapat klien mampu membina percaya
persepsi: mengontrol hubungan saling percaya dengan menggunakan
halusinasi halusinasi dengan perawat dengan prinsip komunikasi
(lihat/dengar/p yang kriteria evaluasi : ekspresi terapeutik
enghidu/raba/ dialaminya wajah bersahabat, a. Sapa klien dengan
kecap) Tuk 1 : menunjuk-kan rasa ramah baik verbal
Klien dapat senang, ada montak mata, maupun non verbal.
membina mau berjabat tangan, mau b. Perkenalkan nama,
hubungan menyebutkan nama, mau nama panggilan dan
saling membalas salam, mau tujuan perawat
percaya duduk berdampi-ngan berkenalan
dengan perawat mau c. Tanyakan nama
mengutarakan masalahnya lengkap dan nama
panggilan yang
disukai klien
d. Buat kontrak yang
jelas
e. Tunjukkan sikap jujur
dan menepati janji
setiap kali interaksi
f. Tunjukan sikap
empati dan menerima
apa adanya
g. Beri perhatian kepada
klien dan perhatikan
kebutuhan dasar klien
h. Beri kesempatan klien
untuk
mengungkapkan
perasaannya.
i. Dengarkan ungkapan
kliendengan penuh
perhatian ekspresi
perasaan klien

TUK 2 : Setelah 1x interaksi klien 2.1 Adakan kontak sering


Klien dapat dapat menyebutkan : dan singkat secara
mengenal a. Isi bertahap.Observasi
halusinasinya b. Waktu tingkah laku klien
c. Frekunsi terkait halusinasinya(den
d. Situasi dan kondisi gar/lihat/penghidu/raba/k
e. yang menimbulkan ecap), jika menemukan
halusinasi klien yang sedang
halusinasi:bicara dan
tertawa tanpa stimulus,
memandang ke kanan /
kekiri / kedepan seolah-
olah ada teman bicara.
Bantu klien mengenal
halusinasinya
a. Jika menemukan klien
sedang halusinasi,
tanyakan apakah ada
bisikan yang
didengar/melihat
bayangan yang tanpa
wujud atau merasakan
sesuatu yang tidak
ada wujudnya

b. Jika klien menjawab


ada, lanjutkan apa
yang dialaminya
c. Katakan
bahwa perawat
percaya klien
mengalami hal
tersebut, namun
perawat sendiri tidak
mengalaminya (
dengan nada
bersahabat tanpa
menuduh atau
menghakimi)
d. Katakan bahwa klien
lain juga ada yang
seperti klien
e. Katakan bahwa
perawat akan
membantu klien
b. Jika klien tidak
sedang berhalusinasi
klarifikasi tentang
adanya pengalaman
halusinasi, diskusikan
dengan klien :
a) Isi, waktu dan
frekuensi terjadinya
halusinasi ( pagi,
siang, sore, malam
atau sering dan
kadang – kadang )
b) Situasi dan kondisi
yang menimbulkan
atau tidak
menimbulkan
halusinasi
2.2 Diskusikan dengan
klien apa yang
dirasakan jika terjadi
halusinasi
(marah/takut, sedih,
senang,bingung)beri
kesempatan
mengungkapkan
perasaan.

Diskusikan dengan klien


apa yang dilakukan untuk
mengatasi perasaan
tersebut.

Diskusikan tentang
dampak yang akan
dialaminya bila klien
menikmati halusinasinya.

TUK 3 : 1. Setelah 1x interaksi 3.1 Identifikasi bersama


Klien dapat klien klien cara tindakan
mengontrol menyebutkan tindakan yang dilakukan jika
halusinasinya yang biasanya dilakukan terjadi halusinasi
untuk mengendalikan (tidur,marah,
halusinasinya menyibukan diri, dll).
2. Setelah 1x interaksi
klien menyebutkan cara 3.2 Diskusikan cara yang
baru mengontrol halusinasi digunakan klien
3. Setelah 1x interaksi a. Jika cara yang
klien dapat memilih dan digunakan adaptif beri
memperagakan cara pujian.
mengatasi halusinasi b. Jika cara yang
(dengar/lihat/penghidu/rab digunakan maladaptif
a/kecap). diskusikan kerugian
4. Setelah 1x interaksi cara tersebut
klien melaksanakan cara 3.3 Diskusikan cara baru
yang telah dipilih untuk untuk memutus/
mengendalikan mengontrol timbulnya
halusinasinya. halusinasi :
5. Setelah 1x pertemuan 1. Menghardik halusinasi
klien mengikuti terapi :Katakan pada diri
aktivitas kelompok sendiri bahwa ini
tidak nyata (“saya
tidak mau dengar/
lihat/ penghidu/ raba
/kecap pada saat
halusinasi terjadi)
2. Menemui orang lain
(perawat/teman/anggo
ta keluarga) untuk
menceritakan
tentang halusinasinya.
/bercakaakap
3. Membuat dan
melaksanakan jadwal
kegiatan sehari
hari yang telah di
susun.
4. Memberikan
pendidikan kesehatan
tentang penggunaan
obat untuk
mengendalikan
halusinasi.
- Bantu klien memilih
cara yang sudah
dianjurkan dan latih
untuk mencobanya.

3.4 Beri kesempatan


untuk melakukan cara
yang di pilih dan
dilatih.
3.5 Pantau pelaksanaan
yang telah dipilih dan
dilatih, jika berhasil
beri pujian

Anjurkan klien
mengikuti terapi aktivitas
kelompok, orientasi
realita, stimulus persepsi

TUK 4 : 1. Setelah 1x pertemuan 4.1 Buat kontrak


Klien dapat keluarga, keluarga dengan keluarga untuk
dukungan menyatakan setuju untuk pertemuan ( waktu,
dari keluarga mengikuti pertemuan tempat dan topik )
dalam dengan perawat
mengontrol
halusinasinya 2. Setelah 1x interaksi 4.2 Diskusikan
keluarga menyebutkan dengan keluarga ( pada
pengertian, tanda dan saat pertemuan keluarga/
gejala, proses terjadinya kunjungan rumah)
halusinasi dan tindakan 1. Pengertian halusinasi
untuk mengendali kan 2. Tanda dan gejala
halusinasi halusinasi
3. Proses terjadinya
halusinasi
4. Cara yang dapat
dilakukan klien dan
keluarga untuk memutus
halusinasi
5. Obat-obatan
halusinasi
6. Cara merawat anggota
keluarga yang halusinasi
di rumah ( beri kegiatan,
jangan biarkan sendiri,
makan bersama,
bepergian bersama,
memantau obat – obatan
dan cara pemberiannya
untuk mengatasi
halusinasi )
7. Beri informasi waktu
kontrol ke rumah sakit
dan bagaimana cara
mencari bantuan jika
halusinasi tidak tidak
dapat diatasi di rumah

TUK 5 : 1. Setelah 1x interaksi 5.1 Diskusikan


Klien dapat klien menyebutkan; dengan klien tentang
memanfaatka a. Manfaat minum obat manfaat dan kerugian
obat dengan b. Kerugian tidak tidak minum obat, nama ,
baik minum obat warna, dosis, cara , efek
c. Nama,warna,dosis, terapi dan efek samping
efek terapi dan efek penggunan obat
samping obat
2. Setelah 1x interaksi 5.2 Pantau klien saat
klien mendemontrasikan penggunaan obat
penggunaan obat dengan Beri pujian jika klien
benar menggunakan obat
3. Setelah 1x interaksi dengan benar
klien menyebutkan akibat 5.3 Diskusikan akibat
berhenti minum obat tanpa berhenti minum obat
konsultasi dokter tanpa konsultasi dengan
dokter
Anjurkan klien untuk
konsultasi kepada
dokter/perawat jika
terjadi hal – hal yang
tidak di inginkan
DAFTAR PUSTAKA

Keliat Budi Ana. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I. Jakarta: EGC

Publikasi tertulis : Pedoman Asuhan Keperawatan Praktek Klinik Keperawatan Jiwa


Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

Stuart GW Sundeen. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Você também pode gostar

  • Konsep Puskesmas
    Konsep Puskesmas
    Documento22 páginas
    Konsep Puskesmas
    Dhecy Pngent Pergydaridunianie
    Ainda não há avaliações
  • Peran Perawat Pada Terapi Somatik (Terapi Elektrokonvulsive
    Peran Perawat Pada Terapi Somatik (Terapi Elektrokonvulsive
    Documento13 páginas
    Peran Perawat Pada Terapi Somatik (Terapi Elektrokonvulsive
    Gilang Mahardika Arta
    Ainda não há avaliações
  • Telaah Jurnal Bulaily
    Telaah Jurnal Bulaily
    Documento7 páginas
    Telaah Jurnal Bulaily
    Gilang Mahardika Arta
    Ainda não há avaliações
  • Intervensi
    Intervensi
    Documento5 páginas
    Intervensi
    Gilang Mahardika Arta
    Ainda não há avaliações
  • Model Keperawatan Komunitas
    Model Keperawatan Komunitas
    Documento22 páginas
    Model Keperawatan Komunitas
    Dhecy Pngent Pergydaridunianie
    Ainda não há avaliações
  • Proses Keperawatan Komunitas
    Proses Keperawatan Komunitas
    Documento30 páginas
    Proses Keperawatan Komunitas
    Gilang Mahardika Arta
    Ainda não há avaliações
  • Analisis Jurnal Drs
    Analisis Jurnal Drs
    Documento3 páginas
    Analisis Jurnal Drs
    Gilang Mahardika Arta
    Ainda não há avaliações
  • Replant As I
    Replant As I
    Documento20 páginas
    Replant As I
    Gilang Mahardika Arta
    Ainda não há avaliações
  • Peran Perawat Pada Terapi Somatik (Terapi Elektrokonvulsive
    Peran Perawat Pada Terapi Somatik (Terapi Elektrokonvulsive
    Documento13 páginas
    Peran Perawat Pada Terapi Somatik (Terapi Elektrokonvulsive
    Gilang Mahardika Arta
    Ainda não há avaliações
  • Telaah Jurnal
    Telaah Jurnal
    Documento6 páginas
    Telaah Jurnal
    Gilang Mahardika Arta
    Ainda não há avaliações
  • Idhun Bu Mun
    Idhun Bu Mun
    Documento13 páginas
    Idhun Bu Mun
    Gilang Mahardika Arta
    Ainda não há avaliações
  • Patient Safety
    Patient Safety
    Documento24 páginas
    Patient Safety
    Prystia_R
    Ainda não há avaliações
  • Telaah Jurnal (Santi)
    Telaah Jurnal (Santi)
    Documento2 páginas
    Telaah Jurnal (Santi)
    Gilang Mahardika Arta
    Ainda não há avaliações
  • Maternitas Artha
    Maternitas Artha
    Documento33 páginas
    Maternitas Artha
    Tatan
    Ainda não há avaliações
  • Apgar Lansia
    Apgar Lansia
    Documento1 página
    Apgar Lansia
    Riyan Nderr
    Ainda não há avaliações
  • Peng Kaji An Tu Lang
    Peng Kaji An Tu Lang
    Documento15 páginas
    Peng Kaji An Tu Lang
    Gilang Mahardika Arta
    Ainda não há avaliações
  • Cara Membaca Analisa Bivariat
    Cara Membaca Analisa Bivariat
    Documento2 páginas
    Cara Membaca Analisa Bivariat
    Gilang Mahardika Arta
    Ainda não há avaliações
  • Inos
    Inos
    Documento45 páginas
    Inos
    Gilang Mahardika Arta
    Ainda não há avaliações
  • Sistem Pertahanan Tubuh
    Sistem Pertahanan Tubuh
    Documento35 páginas
    Sistem Pertahanan Tubuh
    Gilang Mahardika Arta
    Ainda não há avaliações
  • SGSDG
    SGSDG
    Documento1 página
    SGSDG
    Gilang Mahardika Arta
    Ainda não há avaliações
  • Translatedcopyof 85 THEFUTUREOFPUBLICHEALTHEDUCATION
    Translatedcopyof 85 THEFUTUREOFPUBLICHEALTHEDUCATION
    Documento11 páginas
    Translatedcopyof 85 THEFUTUREOFPUBLICHEALTHEDUCATION
    Gilang Mahardika Arta
    Ainda não há avaliações
  • Mekanisme Imunodefisiensi
    Mekanisme Imunodefisiensi
    Documento12 páginas
    Mekanisme Imunodefisiensi
    Gilang Mahardika Arta
    Ainda não há avaliações
  • Kumpulan Daftar Isi
    Kumpulan Daftar Isi
    Documento6 páginas
    Kumpulan Daftar Isi
    Gilang Mahardika Arta
    Ainda não há avaliações
  • Kasus 3
    Kasus 3
    Documento11 páginas
    Kasus 3
    Gilang Mahardika Arta
    Ainda não há avaliações
  • FILE Edu
    FILE Edu
    Documento22 páginas
    FILE Edu
    Rendika Noprizaldy
    Ainda não há avaliações
  • Program Olahraga Kesehatan
    Program Olahraga Kesehatan
    Documento12 páginas
    Program Olahraga Kesehatan
    Novita Intan Arovah
    Ainda não há avaliações
  • SAP Asam Urat
    SAP Asam Urat
    Documento14 páginas
    SAP Asam Urat
    Gilang Mahardika Arta
    Ainda não há avaliações
  • Revisi Bu Rika
    Revisi Bu Rika
    Documento16 páginas
    Revisi Bu Rika
    Gilang Mahardika Arta
    Ainda não há avaliações
  • Asuhan Keperawatan
    Asuhan Keperawatan
    Documento4 páginas
    Asuhan Keperawatan
    Gilang Mahardika Arta
    Ainda não há avaliações