Você está na página 1de 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah
kesehatan yang sering dialami pada sebagian masyarakat yang ditandai dengan
berat lahir kurang dari 2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya
berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu
dan hal ini berhubungan dengan banyak factor. BBLR termasuk faktor utama
dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan diabilitas neonatus, bayi dan
anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya di
masa depan.
BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan
timbulnya masalah pada semua sistem organ tubuh, dapat mengalami
gangguan mental dan fisik serta tumbuh kembang. BBLR berkaitan dengan
tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada
kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan
perkembangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan (Depkes
RI, 2005).
Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2009 terdapat
5 juta kematian neonatus setiap tahun dengan angka mortalitas neonatus
(kematian dalam 28 hari pertama kehidupan) adalah 34 per 1000 kelahiran
hidup, dan 98% kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Secara
khusus angka kematian neonatus di Asia Tenggara adalah 39 per 1000
kelahiran hidup. Dalam laporan World Health Organization yang dikutip dari
State of the world’s mother 2007 (data tahun 2000-2003) dikemukakan bahwa
27% kematian neonatus disebabkan oleh bayi dengan berat badan lahir
rendah. Jumlah ini diperkirakan lebih tinggi karena sebenarnya kematian yang
disebabkan oleh sepsis, asfiksia dan kelainan kongenital sebagian juga adalah
BBLR.
Di Indonesia, menurut survei ekonomi nasional (SUSENAS) 2005,
kematian neonatus yang disebabkan oleh BBLR saja sebesar 38,85% .
Penyebab utama kematian neonatal adalah bayi dengan berat badan lahir
rendah (BBLR) 30,3%, dan penyebab utama kematian pada bayi adalah
gangguan perinatal sebesar 34,7% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2010). Angka Kematian bayi berdasarkan SDKI tahun 2012 di Indonesia
sebesar 32/1.000 kelahiran hidup, sedangkan di Jawa Tengah sebesar 32 dari
100.000 kelahiran hidup tertinggi pertama di pulau jawa selain di wilayah
Banten (SDKI, 2012). Di wilayah Cilacap terdapat 303 kasus selama tahun
2011 dan dilihat penyebab dari kematian bayi yaitu asfiksia, infeksi dan
komplikasi lahir serta BBLR (Profil Kesehatan Kabupaten Cilacap tahun
2011).
AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 10,75/1.000
kelahiran hidup, meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar
10,34/1.000 kelahiran hidup. Dibandingkan dengan target Millenium
Development Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015 sebesar 17/1.000 kelahiran
hidup maka AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sudah cukup baik
karena telah melampaui target.
Angka kematian bayi/AKB tahun 2013 di Kabupaten Cilacap
mencapai 325 kasus atau 10,96 per 1000 kelahiran hidup, kita harus
mengupayakan bersama untuk mengatasinya, sehingga target penurunan
angka kematian bayi dari 34 menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup pada tahun
2015 dapat tercapai.
Perawatan yang dilakukan pada awal kehidupan ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan dasar terutama kebutuhan fisiologis agar tercapai suatu
keadaan yang stabil dan terbebas dari penyulit selama proses adaptasi,
sehingga memungkinkan bayi untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.
Kebutuhan fisiologis itu seperti oksigen, nutrisi dapat berupa ASI,
keseimbangan suhu tubuh, eliminasi, istirahat dan tidur. Oleh karena itu
penulis akan membahas tentang kasus BBLR.

B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum:
Melakukan asuhan kebidanan/penatalaksanaan secara komprehensif
pada kasus bayi baru lahir dengan BBLR.
b. Tujuan Khusus:
1. Mengetahui cara pengkajian pada asuhan kebidanan dengan bayi
BBLR .
2. Melakukan interpretasi data dan pencegahan diagnosa kebidanan pada
kasus bayi dengan BBLR.
3. Menegakkan masalah prioritas dan kemungkinan masalah potensial
yang akan muncul.
4. Melakukan perencanaan tindakan asuhan kebidanan pada kasus bayi
dengan BBLR.
5. Melakukan evaluasi menyeluruh terhadap asuhan kebidanan yang telah
diberikan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. BBLR
1. Pengertian
Bayi berat lahir rendah ialah bayi baru lahir yang beratnya saat lahir
kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). (Prawirohardjo,2006).
a. Prematuritas murni
Adalah bayi lahir pada kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat
badan yang sesuai.
b. Small for date (SFD) atau kecil untuk masa kehamilan (KMK)
Adalah bayi yang berat badannya kurang dari seharusnya umur
kehamilan.
c. Retardasi pertubuhan janin intrauterine
Adalah bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai
dengan tuanya kehamilan.
d. Light for date sama dengan small for date.
e. Dismaturitas
Adalah suatu sindrom klinik dimana terjadi ketidak seimbangan antara
pertumbuhan janin dengan lajunya kehamilan. Atau bayi-bayi yang
lahir dengan berat badan yang tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.
Atau bayi dengan gejala intrauterine malnutrition or wasting.
f. Large for date
Adalah bayi yang dilahirkan lebih besar dari seharusnya tua
kehamilan, misalnya pada diabetes militus.
Pada bayi yang mengalami gangguan pertubuhan intrauterine dipakai
grafik Lubchenco dinyatakan adanya retardasi bila berat badan bayi
dibawah 10 persentil dari grafik baku. Frekuensi BBLR di Negara maju
berkisar antara 3,6-10,8 %, di Negara berkembang berkisar antara 10-43%.
Ratio antara Negara maju dengan Negara berkembang adalah 1 : 4.

2. Etiologi
Sering faktor penyebab tidak diketahui atau pun kalau diketahui
faktor penyebabnya tidaklah berdiri sendiri, antara lain adalah :
a. Faktor genetic atau kromosom
b. Infeksi
c. Bahan toksik
d. Radiasi
e. Insufisiensi atau disfungsi plasenta
f. Faktor nutrisi
g. Faktor lain : merokok, peminum alkohol, bekerja berat masa hamil,
plasenta previa, kehamilan ganda, obat-obatan dan sebagainya.

3. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan
yang belum cukup bulan atau prematur, disamping itu juga disebabkan
dismaturitas. Artinya, bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu),
tapi BB lahirnya lebih kecil ketimbang kehamilannya, yaitu tidak
mencapai 2500 gram.
Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi
sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti
adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi, dan keadaan-keadaan lain
yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang. Gizi yang baik
diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami
hambatan dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal.
Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal,
tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa prahamil
maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dari pada ibu
dengan kondisi kehamilan yang sebailknya, ibu dengan kondisi kurang
gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang
rendah dan kematian yang tinggi.

4. Diagnosis dan gejala klinik


a. Sebelum bayi lahir
1) Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus
prematurus dan lahir mati.
2) Pembesaran uterus tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.
3) Pergerakan janin yang pertama (quickening) terjadi lebih lambat,
gerakan janin lebih lambat walaupun kehamilannya sudah agak
lanjut.
4) Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuia menurut
seharusnya.
5) Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula
dengan hidramnion, hiperemesis gravidarum, dan pada ibu lanjut
dengan toksemia gravidarum, atau perdarahan antepartum.
b. Setelah bayi lahir
1) Bayi dengan retardasi intrauterine
Secara klasik tampak seperti bayi yang kelaparan. Tanda-tanda
bayi ini adalah tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas,
verniks kaseosa sedikit atau tidak ada, kulit tipis kering, berlipat-
lipat mudah di angkat. Abdomen cekung atau rata, jaringan lemak
bawah kulit sedikit, tali pusat tipis, lembek, dan berwarna
kehijauan.
2) Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
Vernik kaseosa ada, jaringan lemak bawah kulit sedikit, tulang
tengkorak lunak mudah bergerak, muka seperi boneka (doll-like),
abdomen buncit, tali pusat tebal dan segar, menangis lemah, tonus
otot hipotoni, dan kulit tipis, merah, dan transaran.
3) bayi small for date sama dengan bayi dengan retardasi pertumbuhan
intrautern
4) bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam
tubuhnya, karena itu sangat peka terhadap gangguan pernapasan,
infeksi, trauma kelahiran, hipotermi, dan sebagainya. Pada bayi
kecil untuk masa kehamilan (small for date) alat-alat dalam tubuh
lebih berkembang dibandingkan dengan bayi premature berat badan
sama, kare itu akan lebih mudah hidup di luar rahim, namun tetap
lebih peka terhadap infeksi dan hipotermi dibandigkan bayi matur
dengan berat badan normal.

5. Klasifikasi
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir
rendah dibedakan dalam :
a. Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500-2500 gram.
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat bayi <1500 gram.
c. Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER), berat lahir <1000 gram.

6. Pencegahan
a. Berikan pendkes kepada ibu tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi
pada saat kehamilan.
b. Anjurkan pada ibu konsumsi makanan yang bernutrisi dan menjaga
agar ibu hamil makan lebih banyak atau 1 kali lebih sering dari pada
sebelum hamil.
c. Memeriksakan kehamilan secara teratur, minimal 4 kali selama hamil,
yaitu 3 bulan pertama kehamilan minimal 1 kali, 3 bulan kedua
kehamilan minimal 1 kali dan 3 bulan ketiga kehamilan minimal 2
kali.
d. Pantau berat badan ibu, bila berat badan ibu naik di bawah 1 kg per
bulan, ibu perlu segera ke Puskesmas.
e. Menghindari kerja berat yang melelahkan dan mendapat istirahat yang
cukup selama hamil.
f. Berikan pendkes kepada ibu dan keluarga tentang menghindari infeksi,
bahan toksik, radiasi dan faktor lain : merokok, peminum alkohol,
obat-obatan dan sebagainya.

7. Komplikasi
Beberapa penyakit yang berhubungan dengan prematuritas :
a. Sindrom gangguan napas ideopatik (Penyakit membrane hialin)
b. Pneumonia aspirasi, karena reflex menelan dan batuk belum sempurna.
c. Perdarahan spontan dalam ventrikel otak lateral, akibat anoksia otak
(erat kaitannya dengan gangguan pernapasan)
d. Hiperbilirubinemia, karena fungsi hati belum matang
e. Hipotermia
f. Fibroplasia retrolental, gangguan oksigen berlebihan.
Beberapa penyakit yang berhubungan dengan dismaturitas :
a. Sindrom aspirasi mekonium
b. Hipoglikemia
c. Hiperbilirubinemia
d. Hipotermia

8. Penatalaksanaan medis
Yang perlu diperhatikan adalah pengaturan suhu lingkungan,
pemberian makanan, dan siap sedia dengan tabung oksigen. Pada bayi
premature makin pendek masa kehamilan makin sulit dan bayak persoalan
yang akan dihadapi, dan makin yinggi angka kematian perinatal. Biasanya
kematian disebabkan oleh gangguan pernafasan, infeksi, cacat bawaan,
dan trauma pada otak.
a. Mempertahankan suhu dengan ketat.
1) Bayi dimasukkan dalam incubator dengan suhu:
a) Bayi berat badan dibawah 2 kg : 35o C
b) Bayi berat badan 2 kg sampai 2,5 kg : 34oC
2) Suhu incubator diturunkan 1oC setiap minggu sampai bayi dapat
ditempatkan pada suhu lingkungan sekitar 24-27oC
3) BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya
harus dipertahankan dengan ketat.

b. Mencegah infeksi dengan ketat.


BBLR sangat rentan akan infeksi, pperhatikan prinsip-prinsi
pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang
bayi.
c. Pengasupan nutrisi/ASI
Umumnya bayi premature belum sempurna reflex menghisap dan
batuknya, kapasitas lambung masiih kecil, dan daya enzim pencernaan,
terutama lipase masih kurang. Maka makanan diberikan dengan pipet
sedikit-sedikit namun lebih sering. Sedangkan pada bayi small for date
sebaliknya kelihatan seperti orang kelaparan, rakus minum dan makan.
Yang harus diperhatikan adalah terhadap kemungkinan pnueumonia
aspirasi.
d. Penimbangan ketat.
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan
erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan
berat badan harus dilakukan dengan ketat.
Kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120-150 ml/kg/hari atau
100-120 cal/kg/hari. Pemberian dilakukan secara bertahap sesuai
dengan kemampuan bayi untuk segera mungkin mencukupi kebutuhan
cairan /kalori.
Kapasitas lambung BBLR sangat kecil sehingga minum harus
sering diberikan tiap jam. Perhatikan apakah pemberian minum bayi
menjadi cepat lelah, menjadi biru atau perut membesar atau kembung.
Bagan penanganan Bayi berat lahir rendah (BBLR)
Kriteria Berat lahir bayi < 2500 gram
Kategori Bayi berat lahir sangat Bayi berat lahir rendah
rendah (BBLSR) (BBLR)
Penilaian Berat lahir <1500 gram Berat lahir 1500-2500
gram
Penanganan
Puskesmas - Keringkan secepatnya dengan handuk hangat
- Kain yang basah secepatnya diganti dengan
kain kering dan hangat. Pertahankan tetap
hangat.
- Berikan lungkungan hangat dengan cara
kontak kulit ke kulit dan atau bungkus
BBSLR dengan kain hangat.
- Beri lampu 60 watt, dengan jarak minimal 60
cm dari bayi.
- Kepala bayi di tutupi topi.
- Beri oksigen
- Tali pusat dalam keadaan bersih.
- Beri ASI. Bila
- Tetesi ASI bila tidak dapat
dapat menelan. menghisap, bisa
Bila tidak dapat menelan langsung
menelan langsung tetesi langsung
dirujuk. dari putting.
- Rujuk ke Rumah - Bila tidak dapat
sakit menelan langsung
dirujuk
Rumah sakit - Sama dengan di atas
- Beri Minum dengan sonde atau tetesi ASI.
- Bila tidak mungkin, infuse detrokse 10 % +
Bicarbonas NAtricus 1,5% = 4 : 1
Hari I : 60 cc/kg/hari
Hari II : 70 cckg/hari
- Antibiotika

- Bila tidak dapat menghisap putting susu atau


tidak dapat menelan langsung atau
sesak/biru/tanda-tanda hipotermia berat,
terangkan kemungkinan akan meninggal.

B. MUNTAH
1. Pengertian
Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi
lambung yang terjadi secara paksa melalui mulut, disertai dengan
kontraksi lambung dan abdomen
Muntah merupakan keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi
lambung yang terjadi setelah agak lama makanan masuk ke dalam
lambung (Depkes R.I, 1994).
Muntah ialah pengeluaran isi lambung melalui mulut atau hidung
secara reflex, sedangkan gumoh (regurgitasi) ialah pengeluaran isi
lambung melalui mulut atau hidung tanpa adanya reflex. (Dra. Suryanah.
Keperawatan Anak untuk Siswa SPK. Jakarta, EGC. 1996)
Pada masa bayi, terutama masa neonatal, muntah jarang terjadi. Oleh
karena itu, bila terjadi muntah maka harus segera dilakukan observasi
terhadap kemungkinan adanya gangguan.
Muntah harus dibedakan dengan regurgitasi. Pada regurgitasi,
pengeluaran susu terjadi setelah minum susu. Hal ini dapat disebabkan
karena kebanyakan minum atau kegagalan untuk mengeluarkan udara
yang tertelan. Muntah merupakan aksi refleks yang dikoordinasi medulla
oblongata, sehingga isi lambung dikeluarkan dengan paksa melalui mulut.
2. Etiologi
a. Kelainan kongenital saluran pencernaan, iritasi lambung, atresia
esofagus, atresia/stenosis, hirschsprung, tekanan intrakranial yang
tinggi, cara memberi makan atau minum yang salah, dan lain-lain.
b. Pada masa neonatus semakin banyak misalnya factor infeksi (infeksi
traktus urinarius, hepatitis, peritonitis, dll)
c. Gangguan psikologis, seperti keadaan tertekan atau cemas terutama
pada anak yang lebih besar.
3. Patofisiologi
Muntah merupakan respon refleks simpatis terhadap berbagai
rangsangan yang melibatkan berbagai aktifitas otot perut dan pernafasan.
Proses muntah dibagi 3 fase berbeda, yaitu :
a. Nausea (mual) merupakan sensasi psikis yang dapat ditimbulkan
akibat rangsangan pada organ dan labirin dan emosi dan tidak selalu
diikuti oleh retching atau muntah.
b. Retching (muntah) merupakan fase dimana terjadi gerak nafas
spasmodic dengan glottis tertutup, bersamaan dengan adanya
inspirasi dari otot dada dan diafragma sehingga menimbulkan
tekanan intratoraks yang negatif.
c. Emesis (ekspulsi) terjadi bila fase retching mencapai puncaknya dan
ditandai dengan kontraksi kuat otot perut, diikuti dengan bertambah
turunannya diafragma disertai dengan penekanan mekanisme
antirefluks. Pada fase ini, pylorus dan antrum berkontraksi, fundus
dan esofagus berelaksasi dan mulut terbuka.

4. Tanda Dan Gejala


Ada beberapa gangguan yang dapat diidentifikasi akibat muntah, yaitu :
a. Muntah terjadi beberapa jam setelah keluarnya lendir yang kadang
disertai dengan sedikit darah. Kemungkinan ini terjadi karena iritasi
akibat sejumlah bahan yang tertelan selama proses kelahiran.
Muntah kadang menetap setelah pemberian makanan pertama kali.
b. Muntah yang terjadi pada hari-hari pertama kelahiran, dalam jumlah
banyak, tidak secara proyektif, tidak berwarna hijau, dan cenderung
menetap biasanya terjadi sebagai akibat dari obstruksi usus halus.
c. Muntah yang terjadi secara proyektil dan tidak berwarna kehijauan
merupakan tanda adanya stenosis pylorus.
d. Peningkatan tekanan intrakranial dan alergi susu.
e. Muntah yang terjadi pada anak yang tampak sehat. Karena tehnik
pemberian makanan yang salah atau pada faktor psikososial.

5. Pencegahan
a. Perlambat pemberian susu. Bila diberi susu formula, beri sedikit saja
dengan frekuensi agak sering.
b. Sendawakan bayi selama dan setelah pemberian susu. Bila bayi
diberi ASI, sendawakan setiap kali akan berpindah ke payudara
lainnya.
c. Susui bayi dalam posisi tegak lurus, dan bayi tetap tegak lurus
selama 20-30 menit setelah disusui.
d. Jangan didekap atau diayun-ayun sedikitnya setengah jam setelah
menyusu.
e. Jika diberi susu botol, pastikan lubang dot tidak terlalu kecil atau
terlalu besar.

6. Penatalaksanaan
a. Cepat miringkan tubuhnya, atau diangkat ke belakang seperti
disendawakan atau ditengkurapkan agar muntahannya tak masuk ke
saluran napas yang dapat menyumbat dan berakibat fatal.
b. Jika muntahnya keluar lewat hidung, orang tua tidak perlu khawatir.
Bersihkan saja segera bekas muntahnya. Justru yang bahaya bila dari
hidung masuk lagi terisap ke saluran napas. Karena bisa masuk ke
paru-paru dan menyumbat jalan napas. Jika ada muntah masuk ke
paru-paru tak bisa dilakukan tindakan apa-apa, kecuali membawanya
segera ke dokter untuk ditangani lebih lanjut.

BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “H” UMUR 2 JAM NCB KMK
DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH
DI RUANG SOKA RSUD MAJENANG

I. PENGKAJIAN
Tanggal : 18 Maret 2014
Jam : 08.30 WIB
Tempat : Ruang Soka RSUD Majenang

A. Data Subyektif
1. Anamnese
a. Biodata Bayi
Nama : By Ny “H”
No. Reg : 027598
Tanggal lahir : 18-3-2014 jam 06.30 WIB
Umur : 2 jam
Jenis kelamin : Laki-laki
Anak ke :1
Alamat : Karangpucung
b. Biodata orang tua
Nama Ibu : Ny “H” Nama Ayah : Tn “S”
Umur : 17 tahun Umur : 25 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Pamulihan Alamat : Pamulihan
1/11Karang 1/11Karang
pucung pucung

2. Alasan datang:
BBL lahir spontan tgl 18-3-2014 jam 06.30 WIB, rujukan bidan dengan
BBLR. BB = 1700 gram, bayi lahir langsung menangis, sisa air ketuban
hijau kental. Injeksi vit. K (-), salep mata (+).
Keluhan :
Berat bayi kurang

3. Riwayat Kesehatan ibu / keluarga:


Ibu mengatakan ibu dan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
berbahaya.

4. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu


Tgl lahir/Jenis Kelaina Usia
No. UK Penolong Sex BBL PB
jam Persalinan n sekarang
1 37 18-3-2014 Spontan Bidan ♂ 1700 40 - 2 jam
minggu Jam 06.30

Lama persalinan:
Kala I : tidak terkaji
Kala II : tidak terkaji
Kala III : tidak terkaji
Kala IV : tidak terkaji

Keadaan Ketuban :
Pecah jam : < 6 jam
Warna : hijau kental
Banyaknya : cukup
Bau : khas
Obat yg diberikan selama persalinan : Oxytosin 10 IU pada kala III
Tanda gawat janin sebelum lahir : Ada

5. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari


a. Nutrisi
Bayi belum diberi ASI
b. Istirahat
Bayi belum tidur
c. Aktivitas
Gerakan aktif, menangis kuat
d. Eliminasi
BAB = 1x, konsistensi lembek, warna : hijau kecoklatan
BAK = 1x, konsistensi : cair, warna kuning jernih.
e. Personal hygine
Bayi belum dimandikan

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
KU : baik
Suhu : 36,6 0C
RR : 50 x/menit
BB : 1696 gram
PB : 39 cm
LK : 25,5 cm
LD : 24 cm

2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Kepala : Mesochepal, tampak tidak ada benjolan, tidak ada
caput, tidak ada cepal hematoma, tidak ada kelainan
pada kepala.
Muka : tidak syanosis, tidak pucat, tidak oedema, tidak
ikterik
Mata : Simetris, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak
ikterus.
Hidung : Simetris, bersih, tidak ada screat, tidak ada
pernafasan cuping hidung.
Telinga : Simetris, tidak ada benjolan, tidak ada serumen
berlebih.
Mulut : Tidak ada stomatitis, tidak terdapat labioskistis,
labiopalatokisis. dan labio gnatopalatokisi, bibir
tidak sianosis.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid maupun vena
jugularis.
Dada : Simetris, suara nafas vesikuler, detak jantung
reguler, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada
kelenjar payudara.
Abdomen : Tali pusat basah, tidak ada benjolan abnormal, tidak
ada pernafasan perut, tidak ada distensi.
Genetalia : JK : laki-laki, testis sudah turun ke skrotum, lubang
penis terdapat di ujung.
Anus : Tidak mengalami atresia ani, tidak ada hemoroid
Ekstremitas : Gerak aktif, terdapat lanugo, kulit tipis dan tidak
ada kelainan (sindaktil/ polidaktil).
Kulit : Turgor kulit baik, tidak ikterik, tidak syanosis.

3. Pemeriksaan neorologis
a. Reflek moro : ada, baik, tangan bayi seperti gerakan memeluk
saat dikejutkan.
b. Reflek rooting : ada, baik, bayi menoleh ke arah sentuhan.
c. Reflek sucking : ada, baik bayi menghisap kuat.
d. Graps Reflek : ada, baik, bayi menggenggam salah satu jari yang
diletakkan di telapak tangan.

4. Pemeriksaan penunjang
Tgl : 18-3-2014 jam : 09.22 WIB
a. Darah lengkap
 Leukosit : 16,3 x 103/µl ( N : 4,5 – 10,5)
 HB : 19,8 gr / dl (N :12,0 – 18)
 Hematrokit : 54,5% (N : L=40-48 L=37-43)
 Trombosit : 166 x 103/ µl (N:150 – 450)
 Erytrosit : 5,21 x 106/µl (N : 4,5-6,5)
 Golongan Darah A

C. Assesment
Diagnosa : By Ny “H” umur 2 jam NCB KMK dengan BBLR
Masalah : berat bayi kurang
Antisipasi masalah potensial : Hipotermia
Identifikasi Kebutuhan Segera :
- Memberikan kehangatan pada bayi
- Kolaborasi medis dengan dr. spesialis anak untuk penanganan BBLR

D. PLANNING
Tgl : 18-3-2014 jam : 08.45 WIB
1. Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan
Hasil : Ibu mengerti
2. Melaksanakan hasil kolaborasi dengan dr.Sp.A
- Memasang infuse D10% 70-80 cc/ 24 jam
- Memberikan therapy dexamethason

- Memberikan therapy cefotaxime


- Melatih netek
Hasil : telah dilaksanakan
3. Menjaga Kehangatan Bayi, dimasukkan dalam incubator dengan suhu
33oC
Hasil : kehangatan bayi terjaga
4. Mengobservasi Keadaan umum & TTV bayi
Hasil : KU dan TTV bayi terpantau
KU : Baik
Suhu = 36,8oC
Nadi = 143x/ menit,
RR = 40x/menit.
5. Menjaga personal hygiene bayi
Hasil : popok, baju, selimut bayi diganti jika basah / kotor
6. Memberikan ASI tiap 2 jam sesuai jumlah kebutuhan harian.

Hasil =

=
= 6 cc/jam atau 12 cc/2 jam
7. Mengobservasi intake & output
Hasil : Intake & output terpantau
Intake : PASI 5cc peroral
Output : BAK = 7 x/ hari BAB = 2x/ hari
8. Melakukan dokumentasi
Hasil : dokumentasi telah dilakukan

CATATAN PERKEMBANGAN I

Tgl : 18-3-2014 jam : 12.00 WIB


S :-
O : KU : cukup, tidak sianosis, menangis kuat, gerak aktif, bayi di dalam
incubator, BAB : (+), BAK : (+), tidak muntah, tidak gumoh, Suhu =
36,8oC
Nadi = 143x/ menit,
RR = 40x/menit.
Terpasang infuse D10% 70-80cc/24 jam

Pemeriksaan penunjang
Tgl : 18 maret 2014-03-29 jam : 09.22 WIB
Darah lengkap
 Leukosit : 16,3 x 103/µl ( N : 4,5 – 10,5)
 HB : 19,8 gr / dl ( N :12 – 18 )
 Hematrokit : 54,5% ( N : L=40-48 L=37-43)
 Trombosit : 166 x 103/ µl ( N : 150 – 450)\
 Erytrosit : 5,21 x 106/µl (N : 4,5-6,5)
 Golongan Darah A

A :
Diagnosa : By Ny “H” umur 6 jam NCB KMK dengan BBLR
Masalah potensial : Hipotermia
P :
1. Melakukan perawatan pada bayi
Hasil : perawatan rutin dilakukan setiap hari dan bayi terjaga
kebersihannya
2. Menjaga kehangatan bayi di dalam incubator dengan suhu 33oC
Hasil : bayi tetap hangat
3. Memberikan ASI 12 cc/2 jam
Hasil : setiap 2 jam bayi disusui, kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi
4. Mengganti popok bayi bila basah atau kotor
Hasil : popok bayi selalu dalam keadaan kering dan bersih
5. Melakukan penimbangan ketat setiap hari
Hasil : bayi ditimbang setiap hari
6. Melaksanakan advis dokter :
- Lanjutkan infuse D10% 70-80 cc/ 24 jam
- Injeksi Taxe 2x 100 mg
- Injeksi indexon 2x 0,75 mg
Hasil : telah dilaksanakan
7. Mengobservasi Keadaan umum & TTV bayi
Hasil : KU dan TTV bayi terpantau
Suhu = 36,7oC
Nadi = 143x/ menit,
RR = 52x/menit.

CATATAN PERKEMBANGAN II

Tgl : 19-3-2014 jam : 15.00 WIB


S :-
O : KU : cukup, tidak sianosis, menangis kuat, gerak aktif, bayi di dalam
incubator, BAB : (+), BAK : (+), tidak muntah, tidak gumoh, BB : 1696
gram
Suhu = 37,6oC
Nadi = 143x/ menit,
RR = 50x/menit.
Terpasang infuse D10% 70-80cc/24 jam
A :
Diagnosa : By Ny “H” umur 1 hari NCB KMK dengan
BBLR
Masalah : febris
Masalah potensial : Hipertermi
P :
1. Mengompres hangat bayi dengan kassa air hangat pada daerah lipatan.
Hasil : kompres hangat telah dilakukan.
2. Menjaga kehangatan bayi di dalam incubator dengan suhu 33 oC, bayi
dibedong dan diselimuti.
Hasil : kehangatan bayi terjaga
3. Memberikan ASI

=
= 6 cc/jam atau 12 cc/2 jam
Hasil : setiap 2 jam bayi disusui, kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi
4. Mengobservasi intake & output
Hasil : Intake & output terpantau
Intake : PASI 3cc peroral
Output : BAK = 7 x/ hari BAB = 2x/ hari muntah = 3x warna
hitam campur putih kental banyak.
5. Mengganti popok bayi bila basah atau kotor
Hasil : popok bayi selalu dalam keadaan kering dan bersih
6. Melaksanakan advis dokter :
- Lanjutkan infuse D10% 70-80 cc/ 24 jam
- Injeksi Taxe 2x 100 mg
- Injeksi indexon 2x 0,75 mg
Hasil : telah dilaksanakan
7. Mengobservasi Keadaan umum & TTV bayi
Hasil : KU dan TTV bayi terpantau
Suhu = 36,5oC
Nadi = 147x/ menit,
RR = 52x/menit.

CATATAN PERKEMBANGAN III

Tgl : 20-3-2014 jam : 08.00 WIB


S :-
O : KU : cukup, tidak sianosis, menangis kuat, gerak aktif, bayi di dalam
incubator, BAB : (+), BAK : (+), muntah & gumoh masih, BB = 1704
gram
Suhu = 36,5oC
Nadi = 147x/ menit,
RR = 52x/menit.
Terpasang infuse D10% 70-80cc/24 jam
A :
Diagnosa : By Ny “H” umur 2 hari NCB KMK dengan
BBLR
Masalah : muntah dan gumoh
Masalah potensial : aspirasi
P :
1. Mengobservasi muntah dan gumoh pada bayi
Hasil : bayi terpantau muntah & gumoh.
Muntah : 4x/hari
Gumoh : 3x/hari
2. Melakukan perawatan pada bayi
Hasil : perawatan rutin dilakukan setiap hari dan bayi terjaga
kebersihannya
3. Menjaga kehangatan bayi di dalam incubator dengan suhu 33oC
Hasil : bayi tetap hangat
4. Memberikan ASI
=

=
= 7 cc/jam atau 14 cc/2 jam
Hasil : setiap 2 jam bayi disusui, kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi
9. Mengobservasi intake & output
Hasil : Intake & output terpantau
Intake : PASI 2cc peroral
Output : BAK = (+), BAB = (+)
5. Mengganti popok bayi bila basah atau kotor
Hasil : popok bayi selalu dalam keadaan kering dan bersih
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis Anak, dan melaksanakan
advis dokter :
- Lanjutkan infuse D10% 75 cc/ 24 jam
- Injeksi Taxe 2x 100 mg
- Injeksi indexon 2x 0,75 mg
- Pasang sonde , cek residu tiap jam
Hasil : telah dilaksanakan, residu 0,5 cc warna coklat
7. Mengobservasi Keadaan umum & TTV bayi
Hasil : KU dan TTV bayi terpantau
Suhu = 36,5oC
Nadi = 158x/ menit,
RR = 53x/menit.

CATATAN PERKEMBANGAN IV

Tgl : 20-3-2014 jam : 18.00 WIB


S :-
O : KU : lemah, tidak sianosis, menangis lemah, gerak kurang aktif, bayi di
dalam incubator, BAB : (+), BAK : (+), muntah darah segar, sudah
dilakukan section.
Suhu = 36,5oC
Nadi = 158x/ menit,
RR = 53x/menit.
Terpasang infuse D10% 100cc/ 24 jam, terpasang sonde
A :
Diagnosa : By Ny “H” umur 2 hari NCB KMK dengan BBLR
Masalah : muntah darah segar
Masalah potensial : anemia, dehidrasi
P :
1. Mengobservasi muntah
Hasil : bayi terpantau muntah
Muntah darah segar 2x
2. Mempuasakan bayi untuk sementara waktu
Hasil : bayi puasa
3. Melakukan perawatan pada bayi
Hasil : perawatan rutin dilakukan setiap hari dan bayi terjaga
kebersihannya
4. Menjaga kehangatan bayi di dalam incubator 33oC
Hasil : bayi tetap hangat
5. Mengganti popok bayi bila basah atau kotor
Hasil : popok bayi selalu dalam keadaan kering dan bersih
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis Anak, dan melaksanakan
advis dokter :
- Lanjutkan infuse D10% 100 cc/ 24 jam = 3,1 tpm
- Injeksi Taxe 2x 100 mg
- Injeksi indexon 2x 0,75 mg
- Cek residu tiap jam warna merah kecoklatan, banyaknya 5 cc
- Bayi dipuasakan
Hasil : telah dilaksanakan, residu coklat kemerahan.
7. Mengobservasi Keadaan umum & TTV bayi
Hasil : KU dan TTV bayi terpantau
Suhu = 36,5oC
Nadi = 158x/ menit,
RR = 53x/menit.
CATATAN PERKEMBANGAN V

Tgl : 21-3-2014 jam : 08.00 WIB


S :-
O : KU : lemah, tidak sianosis, menangis lemah, gerak kurang aktif, bayi di
dalam incubator, BAB : (+), BAK : (+), muntah coklat kemerahan. BB =
1664 gram.
Suhu = 36,5oC
Nadi = 158x/ menit,
RR = 53x/menit.
Terpasang infuse D10% 100cc/ 24 jam, terpasang sonde
A :
Diagnosa : By Ny “H” umur 3 hari NCB KMK dengan
BBLR
Masalah : muntah darah
Masalah potensial : dilatasi lambung
P :
1. Mengobservasi muntah
Hasil : bayi terpantau muntah
Muntah 5x merah kecoklatan
2. Mempuasakan bayi untuk sementara waktu
Hasil : bayi puasa
3. Melakukan perawatan pada bayi
Hasil : perawatan rutin dilakukan setiap hari dan bayi terjaga
kebersihannya
4. Menjaga kehangatan bayi di dalam incubator dengan suhu 33oC
Hasil : bayi tetap hangat
5. Mengganti popok bayi bila basah atau kotor
Hasil : popok bayi selalu dalam keadaan kering dan bersih
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis Anak, dan melaksanakan
advis dokter :
- Lanjutkan infuse D10% 100 cc/ 24 jam
- Injeksi Taxe 2x 100 mg
- Injeksi indexon 2x 0,75 mg
7. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis Bedah, dan melaksanakan
advis dokter :
- Lakukan peemeriksaan Rontgen BNO
- NGT decompress, cek residu tiap jam
- Ukur lingkar perut tiap jam
- Lakukan aspirasi sampai dengan kembung hilang
Hasil : telah dilaksanakan,
residu coklat kemerahan 3cc (11.00 WIB), 0,7 cc (13.00), 2 cc
(15.00 WIB), 0,1 cc (16.00), 1 cc (17.00)
lingkar perut = 26 cm.
8. Mengobservasi Keadaan umum & TTV bayi
Hasil : KU dan TTV bayi terpantau
Suhu = 36,5oC
Nadi = 158x/ menit,
RR = 53x/menit.

CATATAN PERKEMBANGAN VI

Tgl : 21-3-2014 jam : 20.00 WIB


S :-
O : KU : lemah, tidak sianosis, menangis lemah, gerak kurang aktif, bayi di
dalam incubator, BAB : (+), BAK : (+), muntah coklat kemerahan. Bayi
sempat diberi ASI karena residu sedikit, tetapi jam 15.00 residu kembali
banyak dan dipuasakan lagi.
Suhu = 36,5oC
Nadi = 158x/ menit,
RR = 53x/menit.
Terpasang infuse D10% 100cc/ 24 jam, terpasang sonde
A :
Diagnosa : By Ny “H” umur 3 hari NCB KMK dengan
BBLR
Masalah : muntah darah
Masalah potensial : dilatasi lambung
P :
1. Mengobservasi muntah
Hasil : bayi terpantau muntah
Muntah 2x merah kecoklatan
2. Mempuasakan bayi untuk sementara waktu
Hasil : bayi puasa
3. Melakukan perawatan pada bayi
Hasil : perawatan rutin dilakukan setiap hari dan bayi terjaga
kebersihannya
4. Menjaga kehangatan bayi di dalam incubator dengan suhu 33oC
Hasil : bayi tetap hangat
5. Mengganti popok bayi bila basah atau kotor
Hasil : popok bayi selalu dalam keadaan kering dan bersih
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis Anak, dan melaksanakan
advis dokter :
- Lanjutkan infuse D10% 100 cc/ 24 jam
- Injeksi Taxe 2x 100 mg
- Injeksi indexon 2x 0,75 mg
- NGT decompress, cek residu tiap jam
- Ukur lingkar perut tiap jam
- Lakukan aspirasi sampai dengan kembung hilang
Hasil : telah dilaksanakan, residu coklat kemerahan, lingkar perut = 25
cm
7. Mengobservasi Keadaan umum & TTV bayi
Hasil : KU dan TTV bayi terpantau
Suhu = 36,5oC
Nadi = 158x/ menit,
RR = 53x/menit.

CATATAN PERKEMBANGAN VII

Tgl : 22-3-2014 jam : 06.00 WIB


S :-
O : KU : lemah, tidak sianosis, menangis lemah, gerak kurang aktif, bayi di
dalam incubator, BAB : (+), BAK : (+), muntah coklat kemerahan. BB =
1600 gram
Suhu = 36,5oC
Nadi = 158x/ menit,
RR = 53x/menit.
Terpasang infuse D10% 100cc/ 24 jam, terpasang sonde
A :
Diagnosa : By Ny “H” umur 4 hari NCB KMK dengan
BBLR
Masalah : muntah darah
Masalah potensial : dilatasi lambung
P :
1. Mengobservasi muntah
Hasil : bayi terpantau muntah
Muntah 2x coklat kemerahan
2. Mempuasakan bayi untuk sementara waktu
Hasil : bayi puasa
3. Melakukan perawatan pada bayi
Hasil : perawatan rutin dilakukan setiap hari dan bayi terjaga
kebersihannya
4. Menjaga kehangatan bayi di dalam incubator 33oC
Hasil : bayi tetap hangat
5. Mengganti popok bayi bila basah atau kotor
Hasil : popok bayi selalu dalam keadaan kering dan bersih
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis Anak, dan melaksanakan
advis dokter :
- Lanjutkan infuse D10% 100 cc/ 24 jam
- Injeksi Taxe 2x 100 mg
- Injeksi indexon 2x 0,75 mg
- NGT decompress, cek residu tiap jam
- Lakukan aspirasi sampai dengan kembung hilang
Hasil : telah dilaksanakan, residu coklat kemerahan 0,5 cc, 8cc, 6 cc.
Lingkar perut : 26 cm
7. Mengobservasi Keadaan umum & TTV bayi
Hasil : KU dan TTV bayi terpantau
Suhu = 36,6oC
Nadi = 148x/ menit,
RR = 52x/menit

CATATAN PERKEMBANGAN VIII

Tgl : 23-3-2014 jam : 08.00 WIB


S :-
O : KU : lemah, tidak sianosis, menangis lemah, gerak kurang aktif, bayi di
dalam incubator, BAB : (+), BAK : (+), muntah coklat kemerahan. BB =
1584 gram
Suhu = 36,6oC
Nadi = 148x/ menit,
RR = 52x/menit.
Terpasang infuse D10% 100cc/ 24 jam, terpasang sonde
A :
Diagnosa : By Ny “H” umur 5 hari NCB KMK dengan
BBLR
Masalah : muntah darah
Masalah potensial : dilatasi lambung
P :
1. Mengobservasi muntah
Hasil : bayi terpantau muntah
Muntah : 2x coklat kehitaman
2. Mempuasakan bayi untuk sementara waktu
Hasil : bayi puasa
3. Melakukan perawatan pada bayi
Hasil : perawatan rutin dilakukan setiap hari dan bayi terjaga
kebersihannya
4. Menjaga kehangatan bayi di dalam incubator dengan suhu 33oC
Hasil : bayi tetap hangat
5. Mengganti popok bayi bila basah atau kotor
Hasil : popok bayi selalu dalam keadaan kering dan bersih
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis Anak, dan melaksanakan
advis dokter :
- Lanjutkan infuse D10% 100 cc/ 24 jam
- Injeksi Taxe 2x 100 mg
- Injeksi indexon 2x 0,75 mg
- NGT decompress, cek residu tiap jam
- Lakukan aspirasi sampai dengan kembung hilang
Hasil : telah dilaksanakan, residu coklat kemerahan 3 cc, 7 cc, 8 cc.
7. Mengobservasi Keadaan umum & TTV bayi
Hasil : KU dan TTV bayi terpantau
Suhu = 36,5oC,
Nadi = 150x/ menit,
RR = 48x/menit.

CATATAN PERKEMBANGAN IX

Tgl : 24-3-2014 jam : 09.00 WIB


S :-
O : KU : lemah, tidak sianosis, menangis lemah, gerak kurang aktif, bayi di
dalam incubator, BAB : (+), BAK : (+). BB = 1580 gram
Suhu = 36,5oC,
Nadi = 150x/ menit,
RR = 48x/menit.
Residu tidak ada, tidak muntah.
Terpasang infuse D10% 75cc/ 24 jam, terpasang sonde
A :
Diagnosa : By Ny “H” umur 6 hari NCB KMK dengan
BBLR
Masalah : tidak ada
Masalah potensial : Hipotermia
P :
1. Melakukan perawatan pada bayi
Hasil : perawatan rutin dilakukan setiap hari dan bayi terjaga
kebersihannya
2. Mengobservasi muntah
Hasil : bayi tidak muntah
3. Menjaga kehangatan bayi
Hasil : bayi tetap hangat
4. Mengganti popok bayi bila basah atau kotor
Hasil : popok bayi selalu dalam keadaan kering dan bersih
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis Anak, dan melaksanakan
advis dokter :
- Lanjutkan infuse D10% 75 cc/ 24 jam
- Injeksi Taxe 2x 100 mg
- Injeksi indexon 2x 0,75 mg
6. Mengobservasi intake & output
Hasil : Intake & output terpantau
Intake : Sonde ASI 6,5 cc , residu 4cc coklat jam 14.30
Output : BAK = (+), BAB = (+)
7. Mengobservasi Keadaan umum & TTV bayi
Hasil : KU dan TTV bayi terpantau
Suhu = 36,7oC
Nadi = 154x/ menit,
RR = 52x/menit

CATATAN PERKEMBANGAN X

Tgl : 25-3-2014 jam : 09.00 WIB


S :-
O : KU : lemah, tidak sianosis, menangis lemah, gerak kurang aktif, bayi di
dalam incubator, BAB : (+), BAK : (+). BB = 1469 gram.
Suhu = 36,7oC
Nadi = 154x/ menit,
RR = 52x/menit.
Residu tidak ada, muntah tidak ada, reflek hisap bagus.
Terpasang infuse D10% 75cc/ 24 jam
A :
Diagnosa : By Ny “H” umur 7 hari NCB KMK dengan
BBLR
Masalah : tidak ada
Masalah potensial : Hipotermia
P :
1. Melakukan perawatan pada bayi
Hasil : perawatan rutin dilakukan setiap hari dan bayi terjaga
kebersihannya
2. Menjaga kehangatan bayi
Hasil : bayi tetap hangat
3. Mengganti popok bayi bila basah atau kotor
Hasil : popok bayi selalu dalam keadaan kering dan bersih
4. Melatih netek ibu.
Hasil : Bayi bisa menetek.
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis Anak, dan melaksanakan
advis dokter :
- Lanjutkan infuse D10% 100 cc/ 24 jam
- Injeksi Taxe 2x 100 mg
- Injeksi indexon 2x 0,75 mg
- Coba minum ASI peroral
6. Mengobservasi Keadaan umum & TTV bayi
Hasil : KU dan TTV bayi terpantau
Suhu = 36,7oC,
Nadi = 146x/ menit,
RR = 52x/menit,

CATATAN PERKEMBANGAN XI

Tgl : 26-3-2014 jam : 15.15 WIB


S :-
O : KU : lemah, tidak sianosis, menangis lemah, gerak kurang aktif, bayi di
dalam incubator, BAB : (+), BAK : (+), muntah coklat kemerahan. BB =
1520 gram.
Suhu = 36,7oC,
Nadi = 146x/ menit,
RR = 52x/menit,
Residu tidak ada, muntah tidak ada, reflek hisap bagus.
A :
Diagnosa : By Ny “H” umur 8 hari NCB KMK dengan
BBLR
Masalah : tidak ada
Masalah potensial : Hipotermia
P :
1. Melakukan perawatan pada bayi
Hasil : perawatan rutin dilakukan setiap hari dan bayi terjaga
kebersihannya
2. Menjaga kehangatan bayi
Hasil : bayi tetap hangat
3. Mengganti popok bayi bila basah atau kotor
Hasil : popok bayi selalu dalam keadaan kering dan bersih
4. Melepas sonde
Hasil : sonde telah dilepas
5. Melatih netek ibu.
Hasil : Bayi bisa menetek.
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis Anak
Hasil : Bayi boleh pulang.
7. Melepas infus.
Hasil : infus dilepas.
8. Melaksanakan protap pulang.
8. Mencocokkan gelang nama dan jenis kelamin di depan keluarga bayi,
9. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan BBL, tanda
bahaya pada BBL ( demam/hypothermia, keluar cairan berbau dari tali
pusat, tidak mau menyusu, lemah, kejang, warna kulit kuning/biru, dll).
Hasil : protap telah dilakukan.
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Pada umumnya pengkajian BBLR sama dengan BBL lain, seperti:
1. Biodata
a. Identitas bayi: Nama, jenis kelamin, BB, TB, LK, LD.
b. Identitas orang tua: Nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat.
c. Keluhan utama: BB < 45 cm, LD < 30 cm, LK < 33 cm, hipotermi.
d. Riwayat penyakit sekarang.
e. Riwayat penyakit keluarga.
f. Riwayat penyakit dahulu.
2. Pemeriksaan fisik biologis
a. Ibu
1) Riwayat kehamilan dan umur kehamilan.
2) Riwayat persalinan dan proses pertolongan persalinan yang
dahulu dan sekarang.
3) Riwayat fisik dan kesehatan ibu saat pengkajian.
4) Riwayat penyakit ibu.
5) Psikososial dan spiritual ibu.
6) Riwayat perkawinan.
b. Bayi
Keadaan bayi saat lahir; BB < 2500 gr, PB < 45 cm, LK 33 cm, LD
< 30 cm.
c. Inspeksi
1) Kepala lebih besar daripada badan, ubun-ubun dan sutura lebar.
2) Lanugo banyak terdapat pada dahi, pelipis, telinga dan tangan.
3) Kulit tipis, transparan dan mengkilap.
4) Rambut halus, tipis dan alis tidak ada.
5) Garis telapak kaki sedikit.
6) Retraksi sternum dengan iga
7) Kulit menggantung dalam lipatan (tidak ada lemak sub kutan).
d. Palpasi
1) Hati mudah dipalpasi.
2) Tulang teraba lunak.
3) Limpa mudah teraba ujungnya.
4) Ginjal dapat dipalpasi.
5) Daya isap lemah.
6) Retraksi tonus – leher lemah, refleks Moro (+).
e. Perkusi
f. Auskultasi
8. Nadi lemah.
9. Denyut jantung 140 – 150 x/menit, respirasi 60 x/menit.

Temuan dilahan pengkajian sudah tepat.


PEMBAHASAN : tidak ada kesenjangan.
SARAN : pertahankan pengkajian yang tepat dan tingkatkan
dalam kelengkapan mengkaji.

B. Diagnosa data
Untuk menegakkan diagnosa BBLR
i. Sebelum bayi lahir
a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus
prematurus dan lahir mati, usia resti.
b. Pembesaran uterus tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.
c. Pergerakan janin yang pertama (quickening) terjadi lebih lambat,
gerakan janin lebih lambat walaupun kehamilannya sudah agak
lanjut.
d. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuia menurut
seharusnya.
e. Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula
dengan hidramnion, hiperemesis gravidarum, dan pada ibu lanjut
dengan toksemia gravidarum, atau perdarahan antepartum.
2. Setelah bayi lahir
a. Bayi dengan retardasi intrauterine
Secara klasik tampak seperti bayi yang kelaparan. Tanda-
tanda bayi ini adalah tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas,
verniks kaseosa sedikit atau tidak ada, kulit tipis kering, berlipat-
lipat mudah di angkat. Abdomen cekung atau rata, jaringan lemak
bawah kulit sedikit, tali pusat tipis, lembek, dan berwarna kehijauan.
b. Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
Vernik kaseosa ada, jaringan lemak bawah kulit sedikit,
tulang tengkorak lunak mudah bergerak, muka seperi boneka (doll-
like), abdomen buncit, tali pusat tebal dan segar, menangis lemah,
tonus otot hipotoni, dan kulit tipis, merah, dan transaran.
c. Bayi small for date sama dengan bayi dengan retardasi pertumbuhan
intrauterin.
d. Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam
tubuhnya, karena itu sangat peka terhadap gangguan pernapasan,
infeksi, trauma kelahiran, hipotermi, dan sebagainya. Pada bayi kecil
untuk masa kehamilan (small for date) alat-alat dalam tubuh lebih
berkembang dibandingkan dengan bayi premature berat badan sama,
kare itu akan lebih mudah hidup di luar rahim, namun tetap lebih
peka terhadap infeksi dan hipotermi dibandigkan bayi matur dengan
berat badan normal.

PEMBAHASAN :
Tidak ada kesenjangan
SARAN :
Data penunjang diagnosa perlu dilengkapi sejak awal/ sejak timbul masalah.

C. Perencanaan/ Intervensi
Perencanaan pada BBLR yaitu:
1. Mempertahankan suhu dengan ketat.
Bayi dimasukkan dalam incubator dengan suhu:
Bayi berat badan dibawah 2 kg : 35o C
Bayi berat badan 2 kg sampai 2,5 kg : 34oC
Suhu incubator diturunkan 1oC setiap minggu sampai bayi dapat
ditempatkan pada suhu lingkungan sekitar 24-27oC
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya
harus dipertahankan dengan ketat.
2. Mencegah infeksi dengan ketat.
BBLR sangat rentan akan infeksi, pperhatikan prinsip-prinsi
pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi.
3. Pengasupan nutrisi/ASI
4. Penimbangan ketat.
Temuan di Lahan :
Perencanaan pada BBLR : sudah sesuai, yaitu konsultasi dengan dokter bedah
dan dokter SP.A
PEMBAHASAN : tidak ada kesenjangan
SARAN : Lebih di skrining untuk mencegah komplikasi
infeksi neonaturum

D. Evaluasi
Secara umum, bayi dapat dipulangkan apabila bayi dapat bernafas tanpa
kesulitan dan tidak ditemukan masalah lagi, atau perawatan bayi dapat
dilanjutkan dengan rawat jalan. Selain itu suhu tubuh bayi harus bisa
dipertahankan dalam rentang 36,5-37,5OC, bila bayi kecil, menggunakan cara
pengukuran suhu yang dapat digunakan di rumah. Bayi yang akan
dipulangkan harus dapat menyusu dengan baik dan petugas yakin ibu mampu
memberi minum dengan salahsatu alternative cara pemberian minum lain
yang dianjurkan. Berat bayi yang akan dipulangan harus bertambah dan dan
ibu merasa yakin bisa merawat bayinya. Bayi yang akan dipulangkan juga
tidak terdapat komplikasi.
KIE yang harus diberikan kepada ibu sebelum bayi dipulangkan, yakni
menjaga kehangatan bayi, mencegah hipotermi, pemberian ASI, perawatan
tali pusat, mengawasi tanda-tanda bahaya, perawatan bayi sehari-hari,
menjaga keamanan bayi, pencegahan infeksi pada bayi serta imunisasi pada
bayi. Harus ada kebijakan tertulis tentang pemulangan bayi serta
menjelaskan pada ibu dan menjawab pertanyaan ibu bila ada. Bidan harus
melakukan pemeriksaan pada bayi dan memastikan bayi telah mendapatkan
imunisasi yang diperlukan dan memberikan obat/ resep obat dari dokter
dalam jumlah cukup untuk perawatan di rumah.
Bidan juga harus memberikan konseling pada ibu sebelum bayi dibawa
pulang. Konseling yang diberikan bidan pada ibu yakni perawatan bayi baru
lahir, cara menyusui, posisi tidur bayi yang tepat, tanda-tanda bahaya pada
bayi termasuk ibu harus bertindak apa serta jadwal kunjungan ulang.
Temuan dilahan:
BBLR : berat badan bayi menurun menjadi 1696 gram dari 1520 gram.

PEMBAHASAN :
Ada kesenjangan pada pemulangan bayi BBLR yaitu berat badan menurun.

SARAN :
Tingkatkan pemberian konseling kebutuhan bayi kepada ibu dan keluarga
bayi agar bayi dapat tumbuh sehat.
Tingkatkan penjelasan mengenai pemberian asi

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bayi berat lahir rendah ialah bayi baru lahir yang beratnya saat lahir
kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Menurut WHO (1961)
mengganti istilah premature dengan bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR),
karena disadari tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram
pada waktu lahir bukan bayi premature.
Pengkajian untuk BBLR secara umum sama seperti pengkajian pada bayi
baru lahir normal, mulai dari identitas, data subjektif, data obyektif, dan
pemeriksaan penunjang. Pada identitas berguna untuk mengetahui umur
orangtua bayi, yang dapat menjadi risiko terjadinya BBLR seperti usia ibu
terlalu muda, pekerjaan yang berhubungan dengan pemenuhan nutrisi saat
hamil dan sebelum hamil. Data subjektif penting mengenai umur kehamilan
saat ibu bayi bersalin apakah preterm atau aterm atau posterm, riwayat
penyakit, berat saat lahir, tgl lahir, pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari,
umur saat menikah, dan lain sebagainya, penting untuk dikaji karena dapat
menjadi faktor risiko terjadinya BBLR.
Penemuan data objektif untuk BBLR yaitu bayi saat lahir yang beratnya
kurang dari 2500 gram. BBLR dapat digolongkan NCB KMK (Neonatus
cukup bulan, kecil masa kehamilan), NKB SMK (Neonatus kurang bulan
sesuai masa kehamilan disebut dengan prematuritas murni), NKB KMK
(Neonatus kurang bulan kecil masa kehamilan).
Bayi dapat dipulangkan apabila bayi dapat bernafas tanpa kesulitan dan
tidak ditemukan masalah lagi, atau perawatan bayi dapat dilanjutkan dengan
rawat jalan. Selain itu suhu tubuh bayi harus bisa dipertahankan dalam
rentang 36,5-37,5OC, bila bayikecil, menggunakan cara pengukuran suhu
yang dapat digunakan di rumah. Bayi yang akan dipulangkan harus dapat
menyusu dengan baik dan petugas yakin ibu mampu memberi minum dengan
salahsatu alternative cara pemberian minum lain yang dianjurkan. Berat bayi
yang akan dipulangan harus bertambah dan dan ibu merasa yakin bisa
merawat bayinya.

B. Saran
1. Kepada tenaga kesehatan diharapkan dapat meningkatkan proses
perawatan pada BBLR dengan mempertahankan teknik aseptic dalam
setiap melakukan tindakan. Dan diharapkan dapat menganalisis dan
menegakkan diagnosa sesuai dengan prioritas masalah yang ada,
menetapkan intervensi dan mengevaluasi tindakan yang dilakukan pada
BBLR.
2. Untuk Institusi rumah sakit, ada baiknya melengkapi pemeriksaan
diagnostic lebih terkini dan pengobatan terkini dalam penanganan ikterik
agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA

Arvin, Behrman, Kliegman.2000. Ilmu Kesehatan Anak. Volume 1. Jakarta, EGC


DEPKES RI.2004.Buku Acuan Pelatihan PONED Komponen Neonatal. Jakarta:
JNPK-KR
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstertri Jilid 1. Jakarta : EGC
Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta:
Fitramaya
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Saefudin, Abdul Bari, 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal Dan Neonatal. Jakarta : yayasan bina pustaka sarwono
prawirohardjo.

Santoso, T. Trusty. 2010. Senangnya Jadi Ibu. Jakarta: Penebar Plus+


Suririnah. 2009. Buku Pintar merawat bayi 0-12 bulan. Jakarta: Gramedia

Você também pode gostar