Você está na página 1de 33

Pengertian uang

Pengertian uang dibagi menjadi dua. Yaitu pengertian dalam ilmu ekonomi tradisional dan modern.

 Pengertian uang dalam ekonomi tradisional didefinisikan sebagai setiap alat tukar yang
diterima secara umum. Alat tukar ini bisa berupa apapun yang diterima orang dalam
masyarakat dalam proses pertukaran barang dan jasa. Uang seperti ini disebut juga uang
barang.
 Sedangkan dalam ilmu ekonomi modern, uang didefinisikan sebagai sesuatu yang tersedia
dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang-barang dan
jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya bahkan untuk pembayaran hutang. Beberapa ahli
juga menyebutkan fungsi uang sebagai alat penunda pembayaran.

Sejarah uang
Jangankan uang, pertukaran barang secara barter pun awalnya belum dikenal manusia. Kehidupan
saat itu belum sekompleks sekarang. Dengan sangat sederhana manusia memenuhi kebutuhan
hidup sendiri-sendiri.

Misalnya pergi berburu jika lapar; butuh pakaian tinggal membuat sendiri dengan bahan kulit binatang
atau pohon; jika ingin makan makanan lain, mereka pergi ke hutan untuk mencari dan memetik buah
yang diinginkan; dan lain sebagainya.

Namun, seiring berjalannya waktu manusia menghadapi kenyataan bahwa yang mereka peroleh tidak
bisa memenuhi kebutuhannya sendiri secara menyeluruh. Sehingga dicarilah cara tukar-menukar
barang antara individu satu dengan yang lain. Cara seperti ini dikenal sebagai sistem barter.

Sistem barter
Sistem barter digunakan cukup lama, berabad-abad. Sampai akhirnya manusia mendapati kendala
pada sistem tersebut karena kehidupan lebih kompleks lagi.

Kendala pada sistem barter misalnya sulit ketemunya dua orang pemilik barang yang saling
membutuhkan satu sama lain. Misal, Si A punya buah dan butuh ikan, ketemunya dengan B yang
punya ikan tetapi butuhnya bukan buah, melainkan pakaian.

Fungsi uang
Sudah dijelaskan di atas, fungsi uang sebagai perantara pertukaran barang dengan barang,
menghindari sistem barter yang banyak menemui kendala, sehingga diharapkan transaksi
perdagangan menjadi lebih mudah. Namun, secara lebih rinci dibedakan menjadi dua. Yaitu fungsi
asli dan fungsi turunan.

Fungsi asli dibagi menjadi tiga:

1. Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat mempermudah
pertukaran
2. Uang juga berfungsi sebagai satuan hitung (unit of account) : Menunjukan nilai barang/ jasa
(alat penunjuk harga), dan sebagai satuan hitung yang mempermudah pertukaran.
3. Selain itu, uang berfungsi sebagai alat penyimpan nilai (valuta).

Fungsi turunan dibagi menjadi:

1. Uang sebagai alat pembayaran yang sah.


2. Uang sebagai alat pembayaran utang.
3. Uang sebagai alat penimbun kekayaan.
4. Uang sebagai alat pemindah kekayaan.
5. Uang sebagai alat pendorong kegiatan ekonomi

Syarat-syarat uang
Suatu benda dapat dijadikan sebagai uang jika memenuhi syarat-syarat berikut:

1. Benda itu harus diterima secara umum (acceptability)


2. Untuk memenuhi kriteria poin 1, benda tersebut harus bernilai tinggi atau setidaknya dijamin
oleh pemerintah
3. Terbuat dari bahan yang bisa tahan lama (durability)
4. Kualitasnya sama (uniformity)
5. Jumlahnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan uang tersebut
6. Tidak mudah dipalsukan (scarcity)
7. Mudah dibawa (portable)
8. Mudah dibagi tanpa mengurangi nilai (divisibility)
9. Memiliki cenderung stabil dari waktu ke waktu (stability of value).

Jenis uang
Berdasarkan jenisnya, uang dibagi menjadi dua. Yaitu uang kartal dan uang giral.

 Uang kartal adalah alat bayar yang sah dan wajib digunakan oleh masyarakat dalam
melakukan transaksi jual beli sehari-hari (common money).
 Uang giral adalah uang yang dimiliki masyarakat dalam bentuk simpanan (deposito) yang
dapat ditarik sesuai kebutuhan, contoh cek.

Uang menurut bahan pembuatannya


 Uang logam

Adalah uang yang terbuat dari logam. Dipilih menggunakan logam karena bisa tahan lama. Pada
awal kemunculannya dibuat dengan bahan emas atau perak. Semakin tinggi kadarnya semakin tinggi
pula daya tukarnya. Dengan begitu uang seperti ini memiliki tiga nilai: Nilai intrinsik, yaitu nilai
bahannya. Nilai nominal, yaitu nilai yang tercetak/tercantum pada uang tersebut. Nilai tukar, yaitu nilai
daya tukarnya. Misal Rp500.00 nilai tukarnya dapat permen, Rp10.000.00 nilai tukarnya bisa dapat
sepiring nasi.

 Uang kertas

Yaitu uang yang terbuat dari bahan kertas. Uang jenis ini hanya memiliki nilai nominal dan nilai tukar
yang tinggi, sedangkan nilai intrinsiknya tidak. Begitu juga pada zaman sekarang, uang logam dibuat
dengan logam biasa sehingga nilai intrinsiknya tidak sebanding dengan nilai nominal.

Menurut nilainya uang dibedakan menjadi dua:


 Uang penuh (full bodied money). Nilai uang dikatakan sebagai uang penuh apabila nilai yang
tertera di atas uang tersebut sama nilainya dengan bahan yang digunakan. Dengan kata lain,
nilai nominal yang tercantum sama dengan nilai intrinsik yang terkandung dalam uang
tersebut.
 Uang tanda (token money). Uang tanda adalah apabila nilai yang tertera pada uang lebih
tinggi daripada nilai bahan yang digunakan untuk membuatnya. Dengan kata lain nilai
nominal lebih besar daripada nilai intrinsik. Misal, untuk membuat uang Rp1.000,00
pemerintah mengeluarkan biaya Rp750,00.
Teori nilai uang
Teori nilai uang dibagi menjadi dua. Yaitu teori uang statis dan teori uang dinamis.

 Teori uang statis

Teori ini disebut statis karena tidak mempersoalkan perubahan nilai uang yang diakibatkan
perkembangan ekonomi. Teori ini dibuat dengan tujuan untuk menjawab pertanyaan seperti: apakah
sebenarnya uang? Mengapa uang itu ada harganya? Mengapa uang itu sampai beredar?

Teori ini meliputi:

1. Teori metalisme. Teori yang hampir sama dengan pengertian nilai intrinsik.
2. Teori konvensi. Teori yang menyatakan uang bisa diterima secara umum di masyarakat
karena atas dasar perjanjian/mufakat.
3. Teori nominalisme. Teori ini menyatakan diterimanya uang berdasarkan nilai daya belinya.
4. Teori negara. Teori ini menyatakan bahwa uang adalah benda yang ditetapkan oleh negara
yang berfungsi sebagai alat tukar dan alat bayar. Jadi nilainya pun ditetapkan oleh
pemerintah yang diatur oleh undang-undang.

 Teori uang dinamis

Kalau teori diatas tidak mempersoalkan perubahan nilai uang, maka teori uang dinamis ini adalah
sebaliknya.

Teori ini meliputi:

1. Teori kuantitas. Pada teori ini David Ricardo menyatakan kuat atau lemahnya nilai uang
sangat tergantung pada jumlah uang yang beredar. Kemudian Irving Fisher
menyempurnakan teori diatas dengan menyatakan tidak hanya tergantung pada jumlah saja,
melainkan juga pada kecepatan peredaran uang, barang dan jasa sebagai faktor yang
memengaruhi nilai uang.
2. Teori persediaan kas. Teori ini menyatakan bahwa perubahan nilai uang tergantung dari
jumlah uang yang tidak dibelikan barang-barang.
3. Teori ongkos produksi. Teori ini menyatakan nilai uang dalam peredaran yang berasal dari
logam dan uang itu dapat dipandang sebagai barang.

Sekian pembahasan tentang uang ini. Mulai dari pengertian, sejarah, fungsi, syarat, jenis, dan sampai
teorinya sudah dituliskan pada post pertama ini. Semoga kedepannya admin memiliki kesempatan
untuk update artikel secara berkala.

Ekonomi Moneter = bagian ilmu ekonomi yang mempelajari sifat, fungsi, dan
pengaruh uang terhadap kegiatan ekonomi sbb :

1. peranan dan fungsi uang


2. sistem moneter
3. struktur / fungsi bank sentral
4. pengaruh jumlah uang dan kredit terhadap ekonomi
5. pembayaran internasional.

Kebijakan moneter : kebijakan tentang jumlah uang dan perbankan.

Fungsi Uang :
 sebagai satuan ukur

 sebagai alat tukar-menukar

 sebagai alat penimbun/penyimpan kekayaan.

Uang adalah aset yang paling likuid sebab kapan saja dapat ditukar dengan
barang/jasa.

Kriteria Uang :

diterima umum /acceptability

nilainya stabil /stability

mudah dibawa /portability

dpt dipecah /divisibility

materialnya awet /durability

mudah dikenal /reconcilability.

Jenis Uang :

 Full Bodied money (jaman dulu) = emas/perak yang nilainya sebagai barang
sama dengan sebagai uang

 Representative Full Bodied (jaman dulu) = uang kertas yang dijamin emas

 Credit money (berlaku) = uang kertas, logam, dll yang dibatasi cetakannya.

Jenis credit money :

1. Token coin = nilai nominalnya < nilai intrinsik logam

2. Representative token coin = nominalnya lebih tinggi

3. Uang kertas

4. Uang giral (demand deposit)= cheque, credit card dsb

Seignior Age = keuntungan dari nilai kertas (Rp500,-) yang dijadikan uang
(Rp50.000,-).
Tingkat Likuiditas Uang :

 M1 = paling likuid = uang kartal + uang giral (demand deposit)

 M2 = M1 + tabungan/deposito berjangka

 M3 = M2 + tabungan/deposito di lembaga keuangan non-bank.

Yang dimaksud dengan :

Nilai uang = nilai intrinsik/nominal

Daya beli uang = bila nilai barang/jasa naik, daya beli uang turun :

a) Indeks harga konsumen (IHK/CPI) = nilai uang berbanding harga 9 bahan


pokok, 62 barang, dll

b) Indeks harga pedagang besar (WSI) = nilai uang berbanding harga bahan baku
produksi

c) GNP deflator = nilai uang berbanding dengan GNP

GNPdef = GNP Nominal x 100%

GNP riel

Standar Moneter / Uang :

 Standar Emas (dulu) = bila cadangan emas meningkat, uang dicetak, bisa
terjadi stok emas tetap, uang tidak bisa dicetak.

 Standar Kembar (Bimetalis) = menggunakan perbandingan nilai


emas/perak (mint ratio), misalnya : harga emas 15 kali harga perak, pemerintah
membuat uang dengan perbandingan tersebut untuk mengatasi kelemahan
standar emas. Hukum Gresham : kerugian standar kembar bila harga logam di
luar negeri tidak sama, juga biaya peleburan berbeda membuat nilai uang tidak
stabil.

 Standar Fiat = jaminan "surat emas" untuk mencetak uang. Cathcart : (a)fiat
primer = sertifikat uang kartal, (b)fiat sekunder = uang giral dan uang kuasi
(rekening valas di bank domestik).
PERANAN LEMBAGA KEUANGAN

Lembaga keuangan sebagai badan yang melakukan kegiatan-kegiatan di bidang keuangan


mempunyai peranan sehagai berikut:
Pengalihan Aset (Asset Transfer)
Lembaga keuangan memiliki aset dalam bentuk “janji—janji untuk membayar” atau dapat
diartikan sebagai pinjaman kepada pihak lain dengan jangka waktu yang diatur sesuai
dengan kebutuhan peminjam. Dana pembiayaan asset tersebut diperoleh dari tabungan
masyarakat. Dengan demikian lembaga keuangan sebenarnya hanyalah mengalihkan atau
memindahkan kewaiban peminjam menjadi suatu aset dengan suatu jangka waktu jatuh
tempo sesuai keinginan penabung. Proses pengalihan kewajiban menjadi suatu aset disebut
transmutasi kekayaan atau asset transimutation.
Likuiditas (liquidity)
Likuiditas berkaitan dengan kemampuan untuk memperoleh uang tunai pada saat
dibutuhkan. Beberapa sekuritas sekunder dibeli sektor usaha dan rumah tangga terutama
dimaksudkan untuk tujuan likuiditas. Sekuritas sekunder seperti tabungan, deposito,
sertifikat deposito yang diterbitkan bank umum memberikan tingkat keamanan dan
likuiditas yang tinggi, di samping tambahan pendapatan.
Realokasi Pendapatan (income reallocation)
Dalam kenyataannya di masyarakat banyak individu memiliki penghasilan yang memadai
dan menyadari bahwa di masa datang mereka akan pensiun sehingga pendapatannya jelas
akan berkurang. Untuk menghadapi masa yang akan datang tersebut mereka menyisihkan
atau merealokasikan pendapatannya untuk persiapan di masa yang akan datang. Untuk
melakukan hal tersebut pada prinsipnya mereka dapat saja membeli atau menyimpan
barang misalnya : tanah, rumah dan sebagainya, namun pemilikan sekuritas sekunder yang
dikeluarkan lembaga keuangan, misalnya program tahungan, deposito, program pensiun,
polis asuransi atau saham-saham adalah jauh lebih baik jika dibandingkan dengan alteniatif
pertama.

Transaksi (transaction)
Sekuritas sekunder yang diterbitkan oleh lembaga intermediasi keuangan misalnya rekening
giro, tabungan, deposito dan sebagainya, merupakan bagian dari sistem pembayaran.
Produk-produk tabungan tersebut dibeli oleh rumah tangga dan unit usaha untuk
mempermudah mereka melakukan penukaran barang dan jasa. Dalam hal tertentu, unit
ekonomi membeli sekuritas sekunder (misalnya giro) untuk mempermudah penyelesaian
transaksi keuangannya sehari-hari.
GRUP FINANSIAL

Sistem Moneter Indonesia terdiri dari : BS, Bank Umum, Dep Keu. Otoritas Moneter di
tangan bank sentral dan pemerintah. Lembaga Keuangan Bank =
menghimpun/menyalurkan dana dan jasa lalu-lintas uang. Lembaga Keuangan Non-
Bank (LKBB) = tidak boleh menghimpun dana langsung dari masyarakat, misalnya :
asuransi, pensiun, ventura, efek, pegadaian, penjamin dll.

Present Value tingkat bunga sbb :

PV = C/r

C = pendapatan bunga

r = tingkat bunga.

Tingkat bunga riel = tingkat bunga (r ) dikurangi tingkat inflasi (i ).

Dana Bank :

Asset bank = Utang + Modal sendiri

Pengelolaan Likuiditas bank = berapa besar alat likuid (uang dll) yang disediakan
untuk menghadapi penagihan nasabah. Makin tinggi likuiditas, makin rendah
kemungkinan memperoleh keuntungan sebab uang disimpan saja (idle). Dua
pendekatan mengelola bank :

1. Pengelolaan Asset / kredit :

o comercial loan theory, hanya memberi pinjaman jangka pendek yang


produktif, bunga tinggi dan pengembalian langsung dari hasil pinjaman (self
liquidating)
o shift ability theory, pengembalian dalam bentuk lain, misalnya : dengan surat
berharga dll yang dapat dijual cepat
o doctrine of anticipated income, pinjaman yang dapat diangsur (credit
worthiness).

2. Pengelolaan Utang :

Muncul tahun 1960 di AS, yaitu menerbitkan sertifikat deposito dan euro
dolar (rekening dolar di bank luar AS) untuk modal bank.
Federal funds = kelebihan cadangan minimun yang dapat dipinjamkan ke bank lain
yang ditentukan Federal Reserve Bank (bank sentral AS). Programasi Linier =
prosedur matematika untuk memaksimumkan masalah likuiditas.

Alasan merger bank :

 Pailit/bankrut

 Diseconomi of scale : rentability rendah, modal kecil, dll

 Sulit bayar gaji karyawan

 Likuiditas rendah

 Kesulitan menjual saham baru

 Economi of scale : untuk memperluas usaha dan menekan ongkos


sehubungan law of diminishing cost.

Periode sebelum deregulasi 1983, kondisi perbankan ditandai intervensi pemerintah


yang kuat. Periode Pakjun 1983, menghapus sistem pagu suku bunga dan kredit.
Pakto 1988, LKBB dapat menerbitkan sertifikat deposito dan mendirikan kantor di
daerah. UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan jo. PP No. 70 tahun 1992 :
semua LKBB dapat menjadi bank umum selambatnya tanggal 25 Maret 1993. Saat
ini, LKBB hanya menarik dana tidak langsung = non-deponsitory. Jenis-jenis LKBB :

1. Lembaga pembiayaan : a)sewa guna usaha (leasing), b)modal ventura,


c)anjak piutang (factoring), d)pembiayaan konsumen (finance), e)credit card,
f)surat berharga (efek)
2. Asuransi, UU No. 2 tahun 1992 : a)asuransi jiwa, b)asuransi kerugian,
c)reasuransi, d)pialang asuransi, e)konsultan aktuaria
3. Pensiun : a)Program Pensiun Iuran Pasti, b)Program Pensiun Manfaat Pasti =
dengan aktuaria
4. Reksa dana : menghimpun dana dengan menjual saham, lalu diinvestasikan
ke efek di pasar modal / uang
5. Ventura : penyertaan modal ke perusahaan tertentu maksimal 10 th
6. Penjaminan : a)penjamin langsung (PT  Penjamin  Bank), b)tidak
langsung (PenjaminBank  PT).
7. Pegadaian, hak yang diperoleh atas piutang barang bergerak.
Tujuan atau Fungsi Bank Sentral (Bank Indonesia)
Seperti yang telah disebutkan di atas, tujuan atau fungsi bank sentral atau Bank
Indonesia yang utama adalah untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Kestabilan nilai rupiah yang dimaksud terdiri dari dua aspek yaitu:

1. Kestabilan terhadap barang dan jasa, yang tercermin dalam kestabilan tingkat inflasi di
Indonesia
2. Kestabilan terhadap mata uang negara lain, yang tercermin dalam nilai tukar mata
uang asing (kurs)

Tugas Bank Sentral di Indonesia


Untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan, tugas bank sentral memiliki tiga tugas
utama sebagai berikut:

Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter


Tugas bank sentral ini dilakukan dalam rangka mengendalikan jumlah uang beredar,
agar tercipta kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa. Selain itu, kebijakan ini
juga dapat dilaksanakan untuk mendorong perekonomian nasional. Dalam
pelaksanaannya, Bank Indonesia juga perlu berkoordinasi dengan Pemerintah agar
kebijakan moneter yang dilaksanakan sejalan dengan kebijakan fiskal dan kebijakan
ekonomi lainnya yang ditetapkan pemerintah, sehingga hasil yang diperoleh dari
pelaksanaan kebijakan tersebut dapat dimaksimalkan.

Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran


Tugas bank sentral ini dilakukan dalam rangka terciptanya kesepakatan, aturan, standar
dan prosedur yang digunakan untuk mengatur peredaran uang. Sistem pembayaran
yang dimaksud dapat berupa sistem pembayaran tunai dan non tunai.

Mengatur dan mengawasi perbankan


Seiring dengan terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tugas pengawasan yang
dilaksanakan oleh Bank Indonesia difokuskan kepada pengawasan makroprudensial,
sementara pengawasan mikroprudensial diserahkan kepada OJK. Pelaksanaan
pengawasan makroprudensial dimaksudkan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan.
Stabilitas sistem keuangan adalah suatu kondisi dimana seluruh lembaga keuangan,
pasar keuangan dan sarana-sarana pendukungnya memiliki ketahanan dan mampu
mengarasi ketidakseimbangan keuangan. Dengan demikian, secara umum, kebijakan
makroprudensial dapat diartikan sebagai kebijakan untuk membatasi risiko dan biaya
krisis sistemik dalam rangka memelihara kesimbangan sistem keuangan secara
keseluruhan.

Wewenang Bank Indonesia


Dalam pelaksaan tugasnya, Bank Indonesia memilik wewenang tertentu yang telah
ditetapkan oleh undang-undang, yaitu:

1. Wewenang bank sentral yang berkaitan dengan tugas menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter, yang meliputi:
1. Menetapkan tingkat diskonto, cadangan minimum bank umum, serta mengatur
kredit atau pembiayaan
2. Menetapkan sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi
3. Melakukan pengendalian moneter dengan tidak terbatas pada operasi pasar
terbuka di pasar uang, baik dalam bentuk mata uang Rupiah maupun valuta asing
2. Wewenang yang berkaitan dengan tugas mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran, yang meliputi:
1. Menetapkan penggunaan alat atau instrumen pembayaran
2. Melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas penyelenggaraan jasa
sistem pembayaran
3. Mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan laporan
kegiatannya
3. Wewenang bank sentral yang berkaitan dengan tugas mengatur dan mengawasi bank,
yang meliputi:
1. Mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan peraturan perundang-undangan
2. Menetapkan peraturan
3. Memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu
dari bank
4. Mengawasi bank, baik secara individual maupun sebagai sistem perbankan

BANK SENTRAL

Bank sentral di suatu negara, pada umumnya adalah sebuah instansi yang
bertanggung jawab atas kebijakan moneter di wilayah negara tersebut. Bank Sentral
berusaha untuk menjaga stabilitas nilai mata uang, stabilitas sektor perbankan, dan
sistem finansial secara keseluruhan.
Di Indonesia, fungsi bank sentral diselenggarakan oleh Bank Indonesia.
Bank sentral adalah suatu institusi yang bertanggung jawab untuk menjaga
stabilitas harga atau nilai suatu mata uang yang berlaku di negara tersebut, yang
dalam hal ini dikenal dengan istilah inflasi atau naiknya harga-harga yang dalam arti
lain turunnya suatu nilai uang. Bank Sentral menjaga agar tingkat inflasi terkendali
dan selalu berada pada nilai yang serendah mungkin atau pada posisi yang optimal
bagi perekonomian (low/zero inflation), dengan mengontrol keseimbangan jumlah
uang dan barang. Apabila jumlah uang yang beredar terlalu banyak maka bank
sentral dengan menggunakan instrumen dan otoritas yang dimilikinya.

Fungsi bank sentral :

1. memperlancar lalu lintas pembayaran dengan : a)menyediakan alat likuiditas,


b)melakukan clearing, yakni pembayaran diantara bank-bank umum
(misalnya : sejumlah cek terkait 3 bank ditotal seluruhnya tanpa harus
diselesaikan satu-per-satu pelunasannya)
2. pemegang kas Pemerintah, dengan : a)menerima pajak, b)pembayaran
transaksi pemerintah, c)administrasi surat berharga pemerintah
3. mengatur / mengawasi kegiatan bank umum
4. pusat data ekonomi.
Kekayaan bank sentral :

 cadangan : a)sertifikat emas, b)special drawing right, (sertifikat emas


IMF), c)valas

 pinjaman : a)penjualan surat berharga, b)pinjaman langsung (advance)

 lainnya : tanah, gedung, dll.

Utang Bank Sentral :

o Uang kertas yang diedarkan

o Simpanan bank umum sebagai cadangan minimum / sarana clearing

o Surplus / bunga efek-efek dll.

Kebijakan moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh otoritas moneter untuk
mempengaruhi jumlah uang beredar dan jumlah kredit, jenisnya :

1. politik pasar terbuka : jual/beli surat berharga (SBI) dan mencetak uang
2. politik diskonto : menentukan tingkat bunga, termasuk kredit bank umum
kepada bank sentral
3. perubahan cadangan minimum
4. margin requirement, membatasi spekulan efek, misalnya : margin 80 %,
artinya membeli surat berharga : 80% dibayar kas, 20% pinjam bank
5. moral persuasi, pidato-pidato gubernur bank dll.

Sejarah Bank Sentral (BS) :

A. tahun 1828 : de javasche bank sebagai bank sirkulasi dan komersial

B. 1949 dengan Konferensi Meja Bundar menjadi : bank sentral

C. disahkan : lahir 1 Juli 1953 dengan UU No. 11/1953

D. UU No. 13/1968 tentang Bank Sentral : tidak lagi sebagai bank komersial

E. UU No.23/1999 pas 4 ay 2 : status independen bank sentral

F. UU No.3/2004 : independen kecuali hal-hal yang diatur dalam UU ini, a.l.


sasaran inflasi
Struktur Organisasi BS :

 Sektor Moneter, tugasnya :

1. operasi pasar terbuka


2. cadangan minimum : giro wajib minimum = 5% dari dana pihak ketiga yang
diterima bank sebagai lender of last resort, memberi pinjaman kepada bank
yang tidak likuid maksimal 90 hari dengan agunan yang berkualitas tinggi dan
– mudah dicairkan.
3. kebijakan nilai tukar.
4. mengelola cadangan devisa.
5. kredit program (dulu).

 Sektor Perbankan, tugasnya : a)menetapkan ketentuan perbankan dengan


prinsip kehati-hatian, b)perijinan usaha bank, c)pengawasan bank,
d)restrukturisasi perbankan

 Sektor Sistem Pembayaran, tugas :

a)melaksanakan perijinan jasa, sistem pembayaran, transfer dana, kliring,


kartu kredit, ATM, RTGS

b)melakukan pengawasan.

 Sektor Manajemen Intern

Tiga jenis kredit yang pernah diberikan BS : 1)kredit likuiditas bank, 2)kredit langsung
(contoh : untuk BULOG, subsidi), 3)kredit Pertamina th 1975-1976.

Riwayat kebijakan nilai tukar BS :

Tahun 1970 = nilai tukar tetap (terkendali penuh). Tahun 1978 = mengambang
terkendali. Tahun 1997 (14 Agustus) = mengambang bebas, nilai rupiah ditentukan
pasar. BS bertugas menjaga stabilitas valas sebagai pemain biasa.

Riwayat kredit & cadangan minimum :

1. 1973 : cadangan minimum = 30% dari besar tabungan/deposito


2. 1974 : batas kredit menjadi penetapan batas tertinggi (ceiling credit)
3. 1 Juni 1983 Pakjun : cadangan minimum turun = 15%, bank umum bebas
menentukan sendiri tingkat bunga, dan ceiling credit dihapus
4. Pakto 1988 : cadangan minimum turun = 2% dan disimpan di brankas
masing-masing dan BUMN boleh menyimpan di bank umum
5. 1991 : tight money policy, gebrakan Sumarlin : dana BUMN harus di BS dan
ditanamkan berbentuk SBI
6. 1995 : cadangan minimum = 3%
7. 1996 : cadangan minimum = 5% & disimpan dalam bentuk giro di BI.

Riwayat devaluasi rupiah :

1. 1968 : 1 $=Rp280 dinaikkan 1 $= Rp414, karena inflasi indonesia lebih


tinggi daripada inflasi dunia
2. 1970 : sistem devisa dipecah 2, devisa umum 1$=Rp378 dan devisa kredit
1$=Rp326
3. April 1970, digabung 1$=Rp378
4. 1971 : 1$=Rp415, akibat bubarnya sistem bretton woods (IMF dll)
5. Nopember 1978 : naik 1$=Rp625, untuk mempertahankan devisa dan
meningkatkan pendapatan eksportir
6. Maret 1983 : naik 1$=Rp975 karena capital outflow, resesi dunia 1980,
hilangnya subsidi migas dll.

Fischer : kebebasan BS adalah instrument independence, yaitu bebas dalam cara dan
sarana dalam mencapai sasaran. Pemerintah dapat menetapkan sasarannya (goal).

Wagner law : kegiatan pemerintah cenderung meluas/meningkat.

Amtenbrink : independensi BS secara hukum terdiri atas :

1. independen institusi = terpisah dari eksekutif/legislatif


secara politikal dan goal, tetapi bukan negara dalam negara sebab tetap
tunduk hukum
2. independen fungsi = secara instrumen, juga dilarang memberi fasilitas
kredit kepada pemerintah.
3. independensi organisasi = bebas dalam masalah pengangkatan karyawan
dan pejabat BS dari kekuasaan dan politik. Tapi atas dasar kinerja dan dapat
dipilih lagi setelah dicopot dll.
4. independensi keuangan = bebas dalam anggaran. Maka tidak masuk APBN,
tapi dana sendiri dari bank notes dan operasi pasar terbuka.
Pengertian Bank Umum

1. Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998, pengertian bank umum adalah bank yang melakukan
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang kegiatannya memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2. Bank umum adalah lembaga keuangan yang bertugas menghimpun dana dari
masyarakat (funding) dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam
bentuk kredit (lending), bank umum juga berfungsi sebagai agent of trust, agent of equity, dan agent of
development.
3. Bank umum menurut para ahli perbankan di negara-negara maju adalah sebagai institusi keuangan
yang berorientasi pada laba. Untuk mencapai tujuannya tersebut bank umum
melaksanakan fungsi intermediasi. Karna bank umum diizinkan mengumpulkan dana berbentuk
deposito, bank umum juga disebut sebagai lembaga keuangan depositori. Bank umum juga disebut
sebagai bank umum pencipta uang (giral) karena berdasarkan kemampuannya menciptakan uang
(giral).
4. Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 9/7/PBI/2007, Pengertian bank umum adalah bank yang
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, dalam usahanya secara konvensional
atau berdasarkan prinsip syariah.

5. Bank umum sering disebut dengan bank komersial (commercial bank). Jasa yang diberikan bank
umum bersifat umum, itu artinya dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada.

B. Tugas dan Fungsi Bank Umum

Tugas bank umum secara umum adalah melakukan 2 (dua) kegiatan yaitu

1. Menghimpun dana dari masyarakat atau disebut juga funding dan


2. Menyalurkan dana lending.
Fungsi Bank Umum secara umum dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu:

1. Agent of Trust (Agen Kepercayaan)


2. Agent of Equity (Agen Ekuitas/Permodalan)
3. Agent of Development (Agen Pembangunan)

C. Jenis Jenis Bank Umum Berdasarkan Statusnya

Berdasarkan kemampuannya dalam melayani masyarakat luas, maka bank umum dikelompokkan
menjadi 2 (dua) macam. Pembagian jenis ini disebut juga pembagian berdasarkan kedudukan
atau status bank tersebut. Kedudukan menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani
masyarakat, baik dari segi jumlah produk, modal atau kualitas pelayanannya. Status bank yang
dimaksud adalah sebagai berikut:

Dilihat dari segi kemampuannya dalam melayani masyarakat, maka bank umum dapat dibagi ke
dalam dua macam. Pembagian jenis ini disebut juga pembagian berdasarkan kedudukan atau
status bank tersebut. Kedudukan atau status ini menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam
melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal, maupun kualitas pelayanannya. Oleh
karena itu, untuk memperoleh status tersebut diperlukan penilaian-penilaian dengan kriteria
tertentu. Status bank yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Bank umum memiliki banyak jenis kegiatan. Kegiatan utama bank umum diantaranya adalah
sebagai berikut:

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, dan
tabungan;
2. Memberikan kredit;
3. Menerbitkan surat pengakuan utang;
4. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan nasabah maupun untuk kepentingan bank itu
sendiri;
5. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan atau
dengan pihak ketiga;
6. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga; dan
7. Melakukan penempatan dana dari nasabah ke nasabah lainnya dalam bentuk surat
berharga yang tidak tercatat di bursa efek.
Dari berbagai kegiatan bank umum diatas, kita bisa merasakan manfaat dari menggunakan jasa
bank umum. Apalagi di zaman yang sudah canggih ini pasti seseorang akan sangat membutuhkan
kemudahan dan keamanan dalam bertransaksi.

Untuk membuat masyarakat agar berniat menyimpan uang di bank, pihak perbankan biasanya
memberikan rangsangan berupa hadiah, bunga dan tawaran balas jasa lain yang menarilk
masyarakat, sehingga masyarakat mau menyimpan uangnya di bank umum.

KLASIK & KEYNES

Teori Ekonomi Moneter Klasik

J.B. Say = supply creates its own demand. Produksi pada full employment. Saving dan investasi adalah
fungsi dari tingkat bunga, makin tinggi tingkat bunga makin besar keinginan menabung – dan sebaliknya.
Untuk meningkatkan investasi pada saat kenaikan tingkat bunga dilakukan efisiensi.

Irving Fisher = teori kuantitas uang. Uang hanya sebagai tudung (veil) dalam perekonomian,
pengaruhnya hanya pada harga. Kenaikan jumlah uang beredar mengakibatkan kenaikan harga pada
proporsi yang sama. Uang tidak berpengaruh pada sektor riel (classical dichotomy) = moneter dan riel
terpisah. Pendapatan nasional ditentukan : tenaga kerja, modal dan teknologi. Rumus :

MV = PT = PY
M = jumlah uang beredar
V = velocity, tingkat perputaran uang
P = harga
T = volume barang
Y = pendapatan

Marshall Pigou = memperlihatkan ada permintaan uang di masyarakat (k = kas balans), uang bukan
"tudung". Ada nilai riel (NR) uang & nilai nominal/beredar (M).

NR = M / P
M = k PY
k = proporsi GNP dalam bentuk kas ( k = 1/V )
PY = Pendapatan Disposebel yang siap dikonsumsi
Asumsi Irving dan Marshall :
1. full employment
2. Velocity tetap, berubah jika ada kebiasaan baru, misalnya : alat-alat pembayaran baru, kebiasaan
kredit dll.

Keyness : perlunya campur tangan pemerintah dalam perekonomian (the end of laizzes faire).
Tingkat bunga bukan untuk stabilisasi antara saving dan investasi. Tingkat bunga untuk
kebijakan stabilisasi harga. Stabilisasi tidak dapat dilakukan pada sistem standar emas. Ada 2
macam tingkat bunga :

a)market rate (saving-Mr)

b)natural rate(kredit/obligasi-Nr)

Mr < Nr = investasi meningkat, harga naik. Mr > Nr = investasi turun, harga turun. Ekonomi
seimbang dapat terjadi pada keadaan kurang dari full employment.

C=a+bY
a = konsumsi autonomous
b = marginal propensity to consume = MPC ( ΔC / ΔY )
Multiplier = 1 / (1-b)

Perubahan investasi sifatnya autonomous = independent = tidak tergantung pendapatan, tetapi tergantung
tingkat bunga dan harapan keuntungan. Perubahan konsumsi sifatnya = induced = tergantung
pendapatan = makin besar MPC makin besar perubahan GNP. Terjadi inflasi bila pengeluaran auto-
nomous investasi naik, bukan auto-nomous konsumsi.

Yd = Y – T

Yd = pendapatan disposebel, yang siap dibelanjakan


T = pajak
Y=C+I+G
C=a+b(Y–T)
T = T0 + tY
T0 = pajak tetap
t = tarif
Multiplier G dan I = 1 / (1 – MPC )
Multiplier T = -b /(1 – MPC)

TEORI KEYNES

Tingkat bunga ditentukan penawaran dan permintaan uang. Uang mempengaruhi ekonomi (GNP) bila
uang ini mempengaruhi tingkat bunga. Liquidity preference (permintaan uang) tergantung tingkat
bunga. Opportunity cost of holding money (biaya memegang uang kas) makin tinggi jika tingkat bunga
tinggi. Liquidity trap kejadian masyarakat condong ke kas, karena kenaikan uang beredar tidak
menyebabkan tingkat bunga turun (sudah sangat kecil) sebab harga surat berharga tinggi. Motif
menyimpan uang tidak untuk transaksi saja (klasik) tapi yang utama untuk spekulatif.
Keseimbangan pasar barang :
Y=C+I+G
S+T=I+G
T = pajak
Pasar uang = Ms= Md

Kurva IS = pasar barang, hubungan negatif bunga ( r) dan pendapatan (Y). Biasa disebut elastisitas
investasi/supply uang. Kurva LM = pasar uang, hubungan positif. Biasa disebut elastisitas demand
uang.

Saat kondisi keseimbangan : keinginan menabung = keinginan investasi. Pada tingkat pendapatan yang
lebih tinggi (permintaan uang kas naik), maka tingkat bunga harus naik untuk menurunkan tingkat
permintaan uang kas.

Kebijakan moneter Keyness :

1. makin datar kurva IS = makin elastis investasi terhadap tingkat bunga = kebijakan moneter
makin efektif. Makin tegak = tidak efektif
2. makin datar kurva LM = elastis permintaan uang terhadap tingkat bunga = kebijakan moneter
tidak efektif.

Dua elastisitas yang berpengaruh kepada kebijakan moneter : 1)makin datar (elastis) lereng kurva
permintaan uang (LM), kebijakan moneter makin tidak efektif, yaitu tingkat bunga naik/turun sedikit saja
menyebabkan permintaan uang berubah drastis. 2)Elastisitas investasi terhadap tingkat bunga besar,
kebijakan moneter makin efektif.

Kebijakan fiskal Keynes :

a) makin tegak kurva IS = kebijakan fiskal makin efektif

b)makin datar kurva LM = kebijakan fiskal makin efektif.

Beda Keynes dan Klasik : Keyness : kebijakan fiskal lebih besar penga-ruhnya terhadap pendapatan
daripada kebijakan moneter. Sebab ada kecenderungan :

1)kurva LM horizontal (datar)

2)kurva IS tegak.

Klasik : kebalikannya, (a)kurva LM vertikal karena motif memegang uang untuk transaksi saja, (b)IS
datar.

MONEY DEMAND

Teori permintaan uang adalah teori yang ingin menjawab, mengapa orang mewujudkan kekayaan dalam
bentuk uang kas yang tidak meng-hasilkan laba?

Klasik : permintaan uang adalah untuk transaksi yang besarnya tergantung pendapatan.
Keyness : mengakui Klasik + ada permintaan uang untuk spekulasi yang besarnya tergantung tingkat
bunga.

Irving Fischer (klasik) :

MV = PT = PY
M = jumlah uang beredar
V = velocity, perputaran uang
P = harga
T = volume barang / output riel (O)
Y = GNP nominal

Marshall Pigou (neo-klasik) :

M = k PY
k = proporsi GNP dalam bentuk kas (k = 1/V )
Kelemahan Klasik dan Neo-Klasik :
V = tidak konstan dan tingkat bunga tidak diperhitungkan.

Keynes : makin tinggi tingkat bunga makin rendah keinginan masyarakat akan uang kas untuk
tujuan spekulasi. Alasannya = tingkat bunga tinggi = ongkos memegang uang kas tinggi =
keinginan memegang uang kas turun. Liquidity trap = pada tingkat bunga yang relatif rendah
(menurut pengalaman masa lalu), permintaan uang kas besar sekali. Masyarakat tidak ingin
memegang surat berharga pada tingkat bunga ini karena khawatir keuntungannya lebih kecil
daripada kerugiannya.

Baumol (post-keynes) : "Minimal uang kas yang harus dipegang dalam satu bulan berjalan = ½ x C".

Volume Transaksi = T / C

T = Pendapatan 1 bulan

C = Nilai surat berharga yang dikonversi ke kas, atau uang kas yang diambil dari tabungan tiap satu kali
ambil.

Permintaan uang kas untuk transaksi juga tergantung tingkat bunga (opportunity cost of holding money
= ½ x C x tingkat bunga). Jumlah uang kas optimal = turunan pertama (T/C + ½ rC)

Tobin (post-baumol) : alat pembayar = kas dan surat berharga. Adanya biaya menukar surat berharga ke
kas dan tingkat bunga surat berharga itu sendiri mempengaruhi jumlah uang kas optimal. Bila tidak ada
biaya menukar maka permintaan uang kas = nol.

PORTOFOLIO INVESTASI

P th-n = A / r (th-n)
P = Consol = harga obligasi tanpa batas waktu
A = nilai bunga yang diterima per tahun (tetap ?)
Akan timbul : g = gain/loss of capital
P=A/r
g = (r / r (th-n)) – 1
r = tingkat bunga obligasi
r (th-n) = tingkat bunga yang diharapkan
Pendapatan total obligasi = E
E=r+g
Contoh :
Tingkat bunga = 6%
Tingkat bunga diharapkan = 5%
g = (6% / 5%) – 1 = 20%
E = 26%

Keyness : bila E > 0 investor akan mewujudkan kekayaan dalam obligasi. E < 0 investor akan memilih
uang kas. Bila tingkat bunga ( r ) rendah kemungkinan E negatif. Konsekuensinya : "tidak ada
diversifikasi kekayaan, individu akan memegang uang kas semua atau obligasi semua".

Kelemahan Keynes : individu ingin melakukan diversifikasi kekayaan, disebut Teori Portofolio.
Misalnya :

 mendapat Rp1.000,- dengan 100%

 kemungkinan 50% : 50% dengan Rp750 atau Rp1.250

 kemungkinan 50% : 50% dengan Rp250 atau Rp1750, dst.

Atas dasar risiko (risk averse) tsb umumnya individu memilih yang pertama. Masalahnya, memilih kom-
posisi agar kepuasannya maksimum. Tanpa variasi resiko, obligasi lebih laku. Individu mau menanggung
resiko lebih besar bila tingkat pendapatan lebih besar, meskipun tingkat kepuasan tetap.

E = H (r + g)

E = total pendapatan diharapkan

H = resiko

Tobin : optimasi investor adalah titik singgung kurva pendapatannya dengan kurva indiferen (kepuasan).
Maka tingkat bunga tinggi, jumlah uang kas dipegang makin kecil sebagai balasan untuk melakukan
diversifikasi kekayaan (α).

E = H (r + g) / α

α = standar deviasi

Milton Friedman (golongan mone-taris) : teori kuantitas uang adalah teori tentang permintaan uang
adalah teori tentang modal karena uang + faktor produksi menghasilkan produk. Dari sudut pemilik
kekayaan (bukan pengusaha) = teori permintaan barang konsumsi. Maka tingkat bunga = harga.

W=Y/r
W = kekayaan
Y = aliran pendapatan
r = tingkat bunga.
Bentuk kekayaan :
a) uang kas (M)
b) obligasi (B)
c) saham (E)
d) kekayaan fisik, mesin dll (G)
e) sdm, manusia skill (H)
Faktor yang mempengaruhi permintaan uang :
1) besar kekayaan
2) pendapatan
3) harga barang/jasa
4) tingkat bunga
5) selera (U).
M=W=U

Homogeneous tingkat satu = bila harga barang/jasa dan pendapatan naik 2 kali, maka permintaan uang
naik 2 kali juga. Faktor lain yang mempengaruhi permintaan uang :

1. kekayaan masyarakat, makin kaya makin besar permintaan uang


2. fasilitas kredit, adanya credit card menyebabkan permintaan uang makin kecil
3. kepastian pendapatan, makin pasti – permintaan uang makin turun/kecil.
4. stabilitas harga, harga turun – uang kas ditahan, harga naik – permintaan uang kas besar.
5. alternatif bentuk kekayaan, jenisnya makin banyak – per-mintaan uang kecil
6. cara pembayaran, kredit/ tunai
7. monopoli, ada monopoli – permintaan uang kas kecil. Bila industri hulu dan hilir tidak
dipegang satu
perusahaan – permintaan uang besar karena perputaran diantara perusahaan, dll.

Maka, Keynessian berpendapat permintaan uang tidak stabil dan sulit dihitung. Kaum moneterist (jaman
sesudah klasik) = permintaan uang stabil, mudah dihitung.

MONEY SUPPLY

Jumlah uang kas yang diminta itu tidak ada dalam kenyataan (unobservable), yang “nyata” jumlah uang
yang beredar. Asumsi perhitungan model jumlah uang beredar :

1. ada cadangan minimum


2. tidak ada kebocoran kas – drain
3. semua kelebihan cadangan dipinjamkan
4. hanya 1 macam deposito.

Model 1 : tidak drain


S = 1/R ΔB
S = tambahan uang beredar
R = cadangan minimum
ΔB = tambahan giro
Model 2 : ada kebocoran kas
K = ΔC / ΔD
K = proporsi uang kas terhadap deposito
C = uang kas yang dipegang
D = transaksi deposito
ΔB = R ΔD + ΔC
ΔM = ΔD + ΔC
M = uang beredar

Model 3 : ada kelebihan cadangan :


X = ΔE / ΔD
X = proporsi kelebihan cadangan
ΔE = kelebihan cadangan ditahan

Model 4 : ada giro dan deposito berjangka dan sektor pemerintah :


MB = RS + C

Uang inti (monetary base) adalah utang netto penguasa moneter yang ada di masyarakat (uang kertas).

MB = uang inti
RS = cadangan bank umum pada bank sentral
C = uang kertas beredar
RS = R {D + T + G}
R = cadangan minimum
D = transaksi deposit
T = deposito berjangka
G = deposito pemerintah pada bank umum
T=tD
G=gD
C=kD
t = proporsi (demand deposit); makin tinggi tingkat bunga deposito berjangka t makin besar
g = ditentukan penerimaan dan pengeluaran pemerintah
k = dipengaruhi tingkat pendapatan. Tingkat pendapatan makin besar, k makin kecil.
Penggunaan kartu kredit tinggi, k kecil. Ekonomi tidak stabil (inflasi dll), k besar.

FOREIGN EXCHANGE

Tindakan arbitrage adalah membeli surat berharga di tempat yang murah dijual di negara yang mahal
untuk mendapat hedging(agar tidak ada selisih kurs mata uang pada kontrak saat penyerahan dan
pengesahan).

Fungsi pasar valas :

1. penukaran valas : clearing


2. tempat kontrak jual-beli kredit.

Untuk hedging = transaksi jual-beli valas di tempat berbeda untuk mengurangi kerugian akibat selisih
kurs. Dapat terjadi pada pasar jangka (forward market), yaitu harga disetujui saat transaksi, barang dan
pembayaran diserahkan belakangan. Spot market = harga dan barang hari ini. Hedging dilakukan dengan
tindakan arbitrage. Akhirnya arbitrage cenderung menyamakan kurs valas di berbagai negara karena
biaya bunga dan kerugian. Untuk mencari selisih minimal dari arbitrage disebut interest parity :

P = (rf – rs) / rs
P = ia – ib
P = parity
rs = kurs spot
rf = kurs forward
ia = tk bunga di A
ib = tk bunga di B

Spekulasi adalah tindakan ambil resiko dengan harapan harga berubah. Harga kurs keseimbangan adalah
dimana nilai valas yang diminta = yang ditawarkan. Mata uang "kuat" jika transaksi autonomous kredit
lebih besar daripada debet (surplus). Makin tinggi tingkat pertumbuhan (relatif dengan negara
lain)  makin besar kemungkinan untuk impor  makin besar permintaan valasmata uang sendiri
turun. Inflasi menyebabkan impor naik dan ekspor turun  valas naik. Tingkat bunga naik menarik
modal masuk  valas turun. APBN membuat kenaikan pendapatan dan harga, impor naik  valas naik.
Kurva penawaran/permintaan valas : "pergerakan di salah satu kurva berarti naik/turun kurs". Pergeseran
kurva permintaan valas akibat kenaikan uang beredar, aliran modal ke luar negeri, dan selera ke barang
impor. Kurs stabil sebab :

1. cara aktif : pemerintah menstabilkan dengan dananya. Bila indikasi valas akan turun,
pemerintah menjual/beli valuta. Usaha mencegah valas turun lebih mudah sebab valas dibeli
dengan uang sendiri, yang bisa dicetak.
2. cara pasif : di negara yang menggunakan sistem standar emas. Valas hanya dapat berubah
dalam batas-batas yang ditentukan oleh ongkos angkut emas.

Exchange control = Pemerintah menguasai penuh transaksi valas, pengawasan devisa oleh pemerintah
dengan cara memonopoli semua transaksi valas. Tujuannya :
· mencegah aliran dana keluar dan depresiasi
· melindungi industri dalam negeri
· pendapatan dari surplus
· tie in impor = impor barang dengan syarat membeli produk dalam negeri.

Alokasi valas di BS dengan cara :

1) individual, pemohon devisa diteliti penggunaannya


2) exchange quota, tiap kategori impor ditentukan jumlah devisanya, dijual dengan prinsip
yang datang
duluan dilayani sampai jatah kategori impor tsb habis
3) waiting list, masuk daftar tunggu.

Dua jenis pengawasan devisa :

 single rate, yaitu 1 kurs


 multiple rate, lebih dari satu, misal : $ 1 = Rp8000 untuk komoditi $ 1 = Rp9000 untuk utang
dst.

Bonus ekspor : sistem tahun 60-an, yaitu kurs rendah berlaku untuk program pemerintah.

Gustav Cassel : purchasing power parity (PP) = kurs mata uang itu ditentukan daya belinya (terhadap
barang/jasa) di masing-masing negara. Contoh : harga 1 kg gandum di AS = $2, di Indonesia = Rp16.000,-
maka kurs $1 = Rp8000,-. Indeks PP negara berkembang menunjukkan dinilai rendah (rugi) karena harga-
harga non-trade goods (misalnya : dokter, tukang cukur dll) di negara maju dinilai tinggi.

Price specie flow mechanisme = perubahan valas karena free market, harga barang/jasa antar-negara tidak
sama.

Riwayat euro dollar pertama : tahun 60-an sbb : Soviet menjual emas di London untuk membeli gandum
AS. Sementara menunggu, uang-nya disimpan dalam deposito dolar di London.

Optimum Currency area = kurs yang tetap diantara anggota, untuk mengurangi ketidakpastian ekonomi,
mendorong produsen meluaskan pasar, alokasi faktor produsen lebih efisien karena harga stabil.
Kerugiannya : negara kehilangan kebebasan untuk mengambil kebijakan fiskal dan moneter sendiri,
misalnya dalam mencetak uang.

Neraca pembayaran adalah catatan sistematis transaksi ekonomi internasional antar-negara dalam jangka
waktu tertentu. Yang dicakup : individu, pemerintah, dan badan hukum di mana center of interest.
Cabang di luar negeri dianggap penduduk luar negeri. Hanya menghitung transaksi ekonomi, nonmiliter.
Transaksi debet : yang menimbulkan kewajiban (impor, dll). Transaksi kredit : yang menimbulkan hak
menerima pembayaran (ekspor). Transaksi berjalan : barang/jasa. Transaksi kapital : modal & emas.
Transaksi satu arah : hadiah/hibah. Surplus transaksi berjalan = ekspor lebih besar daripada impor.

Lalu lintas moneter disebut accomodating. Pengertian Balance dalam neraca pembayaran :

1. basic balance, balance dalam transaksi berjalan ditambah transaksi modal jangka panjang,
karena dianggap transaksi modal jangka pendek = nol, modal masuk = modal keluar.
2. balance autonomous, aliran modal jangka pendek ≠ nol
3. liquidity balance, di AS, kekayaan asing (surat berharga, deposito, saham dll) yang dimiliki
warga AS dihitung. Dan kekayaan AS yang dimiliki warga asing juga dihitung.
4. Balance Transaksi Pemerintah Jangka Pendek : ketidakseimbangan disesuaikan dengan
cadangan modal Pemerintah dan modal pemerintah jangka pendek yang dimiliki lembaga
moneter asing.

Masalah balancing = sukar menentukan konsep balance yang relevan. Masalahnya :

o investasi di luar negeri sepintas menambah defisit, tapi dalam jangka panjang surplus
o surplus dianggap baik dan defisit jelek. Salah, contoh : AS defisit sebab investasi di luar negeri
lebih besar daripada investasi dalam negerinya. Keuntungan dari luar negeri masuk lebih
banyak sesuai porsi investasi. Maka keadaan defisit terus.
o keputusan memberi bantuan (aid) seharusnya didasarkan kekuatan ekonomi negara bukan
surplus neraca pembayaran saja.
Teori Permintaan Uang menurut Klasik, Keynes dan
Modern
1 Teori Klasik

teori ini sebenarnya adalah teori mengenai permintaan dan penawaran akan uang, beserta
interaksi antara keduanya. Fokus dari teori ini adalah pada hubungan antara penawaran
uang atau jumlah uang beredar dengan nilai uang atau tingkat harga. Hubungan dua
variable dijabarkan lewat konsepsi teori mereka mengenai permintaan akan uang.
Perubahan akan jumlah uang beredar atau penawaran uang berinteraksi dengan
permintaan akan uang dan selanjutnya menentukan nilai uang.

1.1 Irving Fisher

MVt = PT…………………………………….(1)

Dalam setiap transaksi selalu ada pembeli dan penjual. Jumlah uang yang dibayarkan oleh
pembeli harus sama dengan uang yang diterima oleh penjual. Hal ini berlaku juga untuk
seluruh perekonomian: didalam suatu periode tertentu nilai dari barang-barang atau jasa-
jasa yang dibeli harus sama dengan nilai dari barang yang dijual. Nilai dari barang yang
dijual sama dengan volume transaksi (T) dikalikan harga rata-rata dari barang tersebut (P).
Dilain pihak nilai dari barang yang ditransaksikan ini harus sama dengan volume uang yang
ada dimasyarakat (M) dikalikan berapa kali rata-rata uang bertukar dari tangan satu ke
tangan yang lain, atau rata “perputaran uang”, dalam periode tersebut (Vt). MVt = PT
adalah suatu identitas, dan pada dirinnya bukan merupakan suatu teori moneter. Identitas
ini bisa dikembangkan, seperti oleh Fisher, menjadi teori moneter sebagai berikut:

Vt, atau “transaction velocity of circulation” adalah suatu variable yang ditentukan oleh
faktor-faktor kelembagaan yang ada didalam suatu masyarakat, dan dalam jangka pendek
bisa dianggap konstan. T, atau volume transaksi, dalam periode tertentu ditentukan oleh
tingkat output masyarakat (pendapatan nasional). Identitas tersebut diberi “nyawa” dengan
mentransformasikannya dalam bentuk:

Md = 1/Vt PT…………………………………….(2)

Permintaan atau kebutuhan akan uang dari masyarakat adalah suatu proporsi tertentu 1/Vt
dari nilai transaksi (PT). Persamaan 2, bersama dengan persamaan yang menunjukkan
posisi equilibrium di sektor moneter

Md = Ms………………………………………….(3)

Dimana Ms = supply uang beredar (yang dianggap ditentukan oleh pemerintah)


menghasilkan
Ms = 1/Vt PT……………………………………..(4)

Persamaan (4) berbunyi: dalam jangka pendek tingkat harga umum (P) berubah secara
proporsional dengan perubahan uang yang diedarkan oleh pemerintah. Dalam teori ini T
ditentukan oleh tingkat output equilibrium masyarakat, yang untuk Fisher dan para ahli
ekonomi Klasik, adalah selalu pada posisi “full employment” (Hukum Say atau Say’s Law).
Vt atau transaction velocity of circulation, Fisher mengatakan bahwa permintaan akan
uang timbul dari penggunaan uang dalam proses transaksi. Besar-kecilnya Vt ditentukan
oleh sifat proses transaksi yang berlaku di masyarakat dalam suatu periode (Boediono,2005
: 18).

1.2 Teori Cambridge (Marshall-Pigou)

Teori ini seperti halnya teori Fisher dan teori-teori klasik lainnya, berpangkal pokok
pada fungsi uang sebagai alat tukar umum (means of 25 exchange). Karena itu, teori-teori
Klasik melihat kebutuhan uang atau permintaan akan uang dari masyarakat sebagai
kebutuhan akan alat tukar yang likuid untuk tujuan transaksi. Perbedaan utama antara
teori ini dengan Fisher, terletak pada tekanan dalam teori permintaan uang Cambridge
pada perilaku individu dalam mengalokasikan kekayaannya antara berbagai kemungkinan
bentuk kekayaan, yang salah satunya berbentuk uang. Perilaku ini dipengaruhi oleh
pertimbangan untung-rugi dari pemegang kekayaan dalam bentuk uang. Teori Cambridge
lebih menekankan faktor-faktor perilaku (pertimbangan untung-rugi) yang
menghubungkan antara permintaan akan uang seseorang dengan volume transaksi yang
direncanakannya. Teoritisi Cambridge mengatakan bahwa permintaan akan uang selain
dipengaruhi oleh volume transaksi dan faktor kelembagaan (Fisher), juga dipengaruhi oleh
tingkat bunga, besar kekayaan warga masyarakat, dan ramalan/harapan dari masyarakat
mengenai masa mendatang.

Jadi dalam jangka pendek, teoritisi Cambridge menganggap bahwa jumlah kekayaan,
volume transaksi dan pendapatan nasional mempunyai hubungan yang proporsional-
konstan satu sama lainnya. Teori Cambridge menganggap bahwa, ceteris
paribuspermintaan akan uang adalah proporsional dengan tingkat pendapatan nasional.

Md = k PY………………………………………(1)

dimana Y adalah pendapatan nasional riil.

Supply akan uang (Ms) dianggap ditentukan oleh pemerintah. Dalam posisi keseimbangan
maka :

Ms = Md………………………………………...(2)

sehingga :
Ms = k PY………………………………………(3)

atau :

P = 1/k Ms Y…………………………………....(4)

Jadi ceteris paribus tingkat harga umum (P) berubah secara proporsional dengan
perubahan volume uang yang beredar. Tidak banyak berbeda dengan teori Fisher, kecuali
tambahan ceteris paribus (yang berarti tingkat harga, pendapatan nasional riil, tingkat
bunga dan harapan adalah konstan). Perbedaan ini cukup penting, karena teori Cambridge
tidak menutup kemungkinan bahwa faktor-faktor seperti tingkat bunga dan expectation
berubah, walaupun dalam jangka pendek. Dan kalau faktor-faktor berubah maka k juga
berubah. Teori Cambridge mengatakan kalau tingkat bunga naik, ada kecenderungan
masyarakat mengurangi uang yang ingin mereka pegang, meskipun volume transaksi yang
mereka rencanakan tetap. Demikian juga faktor expectationmempengaruhi: bila
seandainya masa datang tingkat bunga akan naik (yang berarti penurunan surat berharga
atau obligasi) maka orang akan cenderung untuk mengurangi jumlah surat berharga yang
dipegangnya dan menambah jumlah uang tunai yang mereka pegang, dan ini pun bisa
mempengaruhi “k” dalam jangka pendek (Boediono, 2005: 23).

2 Teori Keynes

Meskipun bisa dikatakan bahwa teori uang Keynes adalah teori yang bersumber dari teori
Cambridge, tetapi Keynes mengemukakan sesuatu yang berbeda dengan teori moneter
tradisi klasik. Pada hakekatnya perbedaan ini terletak pada penekanan pada fungsi uang
yang lain, yaitu sebagai store of value dan bukan hanya sebagai means of exchange. Teori
ini kemudian dikenal dengan nama teori Liquidity Preference.

2.1 Motif Transaksi dan Berjaga-jaga

Orang memegang uang guna memenuhi dan melancarkan transaksinya, dan permintaan
akan uang dari masyarakat untuk tujuan ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan
nasional dan tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat pendapatan semakin besar volume
transaksi dan semakin besar pula kebutuhan uang untuk tujuan transaksi. Permintaan uang
untuk tujuan transaksi ini pun tidak merupakan suatu proporsi yang selalu konstan, tetapi
dipengaruhi pula oleh tinggi rendahnya tingkat bunga. Hanya saja faktor tingkat bunga
untuk permintaan transaksi untuk uang ini tidak ditekankan oleh Keynes, akan tetapi
tingkat bunga ditekankan pada permintaan uang untuk tujuan spekulasi.

Motif berjaga-jaga (precautionary motive), orang akan mendapat manfaat dari memegang
uang untuk menghadapi keadaan-keadaan yang tidak terduga, karena sifat uang yang
liquid, yaitu mudah ditukarkan dengan barang-barang lain. Menurut Keynes permintaan
uang untuk tujuan berjaga-jaga ini dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama dengan faktor
yang mempengaruhi permintaan uang untuk transaksi, yaitu terutama dipengaruhi pula
oleh tingkat penghasilan orang tersebut, dan mungkin dipengaruhi pula oleh tingkat bunga
(meskipun tidak kuat pengaruhnya).

2.2 Motif Spekulasi

Sesuai dengan namanya , motif dari memegang uang ini adalah terutama untuk tujuan
memperoleh keuntungan yang bisa diperoleh dari seandainya si pemegang uang tersebut
meramal apa yang akan terjadi dengan benar. Pada teori Cambridge faktor ketidaktentuan
masa depan (uncertainly) dan faktor harapan (expectations) dari pemilik kekayaan bisa
mempengaruhi permintaan akan uang dari pemilik kekayaan tersebut. Namun sayangnya
teori ini tidak pernah membakukan faktor-faktor ini ke dalam perumusan teori moneter
mereka. (Kita lihat bahwa bentuk permintaan dari teori Cambridge tidak berbeda dengan
Fisher, dan faktor-faktor ini hanya masuk analisa secara kualitatif). Perumusan permintaan
uang untuk motif spekulasi dari Keynes merupakan langkah “formalisasi” dari faktor-faktor
ini ke dalam teori moneter.

Keynes tidak membicarakan faktor “uncertainly” dan “expectations” hanya secara umum,
seperti teori Cambridge. Tetapi ia membatasi “uncertainly” dan “expectations” mengenai
satu variable yaitu tingkat bunga. Pada garis besarnya teori Keynes membatasi pada
keadaan dimana pemilik kekayaan bisa memilih memegang kekayaannya dalam bentuk
uang tunai atau obligasi (bond). Uang tunai dianggap tidak memberikan penghasilan
sedangkan obligasi dianggap memberikan berupa sejumlah uang tertentu setiap periode.
Dalam teori Keynes dibicarakan khusus obligasi yang memberikan suatu penghasilan
berupa sejumlah uang tertentu setiap periode selama waktu yang tak terbatas (perpetuity).

Secara umum bisa ditulis dengan persamaan sebagai berikut :

K = RP………………………………………(1)

Dimana K adalah hasil per tahun yang diterima, R adalah tingkat bunga, dan P adalah harga
pasar atau nilai sekarang dalam obligasi “perpetuity” tersebut. Persamaan tersebut bisa juga
ditulis sebagai berikut :

P = K/R………………………………………..(2)

yang menunjukkan bahwa (karena K adalah konstan) harga pasar obligasi (P) berbanding
terbalik dengan tingkat bunga R bila tingkat bunga turun, maka berarti harga pasar obligasi
naik, dan sebaliknya bila tingkat bunga naik maka harga pasar obligasi turun, atau dengan
kata lain semakin tinggi tingkat suku bunga semakin rendah permintaan uang tunai oleh
seseorang atau masyarakat. Karena, semakin tinggi tingkat suku bunga, maka semakin
besar ongkos memegang uang tunai sehingga seseorang atau masyarakat lebih baik
membeli obligasi. Sebaliknya apabila tingkat suku bunga semakin rendah maka semakin
rendah pula ongkos memegang uang tunai dan semakin besar seseorang atau masyarakat
untuk menyimpan uang tunai.

Permintaan total akan uang :

Bentuk yang sederhana dari fungsi permintaan (total) akan uang dari teori Keynes adalah:

Md/P = [ k Y + Ø (R, W) ]…………………………….(1)

Md/P adalah permintaan uang total dalam arti riil, suku pertama dalam kurung, yaitu k Y
adalah permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga, yang dinyatakan sebagai suatu
proporsi (k) dari pendapatan nasional riil. Ø (R, W) adalah permintaan akan uang untuk
motif spekulasi yang dinyatakan sebagai fungsi dari tingkat bunga yang berlaku (R) dan
nilai asset (kekayaan atau wealth) yang ada di masyarakat (W). Variable W ini dimasukkan
karena permintaan uang untuk motif spekulasi dinyatakan sebagai bagian dari W yang
dipegang dalam bentuk uang tunai. Persamaan (1) tersebut bisa pula dinyatakan dalam
bentuk permintaan akan uang dalam satuan moneter sebagai berikut :

Md = [ k Y + Ø (R, W) ] P…………………………..(2)

dalam analisa jangka pendek W biasanya dianggap konstan sehingga fungsi (2) menjadi :

Md = [ k Y + Ø (R) ] P………………………………(3)

dimana Ø (R) = Ø (R,W), dalam posisi equilibrium, supply uang (Ms), yang dianggap juga
oleh Keynes sebagai variable yang ditentukan oleh pemerintah, sama dengan Md. Sehingga
:

Ms = [ k Y + Ø (R) ] P………………………………(4)

Teori permintaan uang Keynes mempunyai implikasi bahwa fungsi permintaan akan uang
(Liquidity Preference) adalah fungsi yang tidak stabil, dalam arti bahwa fungsi ini bisa
bergeser dari waktu ke waktu. Hal ini karena Keynes menekankan
faktor uncertainly danexpectation dalam menentukan posisi permintaan uang untuk
tujuan spekulasi (Boediono, 2005 : 27).

2.3 Teori Kuantitas Modern (Friedman)

Friedman tidak bertitik tolak dari pembahasan yang mendalam mengenai motif-motif
memegang uang. Secara umum dianggap bahwa orang mau memegang uang karena uang
adalah salah satu bentuk aktiva (asset) yang memberikan manfaat karena merupakan
sumber daya beli yang liquid (readily available source of purchasing power). Teori
permintaan uang Friedman menganggap bahwa “pemilik kekayaan” memutuskan aktiva-
aktiva apa (termasuk uang tunai) dan berapa yang akan ia pegang atas dasar perbandingan
manfaat (penghasilan dalam bentuk uang ataupun dalam bentuk in natura ataupun
“utility”), selera dan jumlah kekayaannya.

Pengertian “kekayaan” dari Friedman mempunyai ciri khas, yaitu bahwa yang dimasukkan
dalam definisi “kekayaan” tidak hanya aktiva-aktiva yang berbentuk uang atau bisa diubah
(dijual) menjadi uang, tetapi juga nilai (tepatnya,”nilai sekarang” atau “present value”) dari
aliran aliran penghasilan di tahun-tahun mendatang dari tenega kerjanya. Friedman
berpendapat bahwa “kekayaan” tidak lain adalah nilai sekarang dari aliran-aliran
penghasilan yang diharapkan dari aktiva - aktiva yang dipegang. Konsep “kekayaan” dari
Friedman ini merupakan suatu inovasi dalam teori ekonomi mengenai capital, dan
sekaligus merupakan jembatan antara teori permintaan biasa (untuk barang dan jasa)
dengan teori capital.

Pengertian yang kedua adalah konsep “manfaat”. Manfaat dari setiap bentuk aktiva
merupakan faktor pertimbangan dari pemilik kekayaan untuk memutuskan berapa jumlah
dari masing-masing bentuk aktiva yang akan ia pegang. Disebut diatas bahwa Marginal
Rate of Substitution dari suatu aktiva terhadap aktiva-aktiva lain menurun dengan makin
besarnya jumlah aktiva tersebut yang dipegang. Ini berarti bahwa bila seseorang memegang
terlalu banyak satu bentuk aktiva, misalnya uang maka manfaat marginal dari uang akan
menjadi lebih kecil dari pada marginal returns dari aktiva-aktiva yang lain. Ini berarti
bahwa ia bila ia mengurangi jumlah uang yang ia pegang dan menggantinya dengan aktiva-
aktiva lain berupa obligasi, surat-surat berharga lainnya ataupun aktiva fisik seperti mobil,
rumah, mesin dan sebagainya, maka orang tersebut akan memperoleh manfaat total yang
lebih besar.

Jadi, menurut pandangan Friedman permintaan uang ditentukan oleh faktor seperti
berikut : tingkat harga, suku bunga obligasi, suku bunga “equities”, modal fisik dan
kekayaan mengenai peranan harga dalam menentukan permintaan uang, Friedman
berpendapat dikarenakan memegang uang adalah salah satu cara untuk menyimpan
kekayaan. Cara-cara yang lain adalah menyimpan uang dalam bentuk harta keuangan
(financial asset) seperti obligasi, deposito dan saham, menyimpan dalam bentuk harta tetap
(tanah dan rumah) dan kekayaan manusiawi (Boediono, 2005 : 63). Berdasarkan faktor-
faktor yang mempengaruhi permintaan uang seperti diatas, teori permintaan yang
didasarkan pada teori kuantitas modern yang dikembangkan oleh Friedman dapat
dinyatakan dalam persamaan berikut :

Md = f (P, r, rFC, Y)

Dimana Md adalah permintaan uang nominal, P adalah tingkat harga, r adalah tingkat suku
bunga, rFC adalah tingkat pengembalian modal fisik dan Y adalah pendapatan dan
kekayaan. Apabila dipertimbangkan pula pandangan Friedman mengenai permintaan uang
riil, maka persamaan permintaan uang dinyatakan :

Md/P = f (ΔP, r, Y*)


Dimana Md/P adalah permintaan uang riil, ΔP adalah tingkat kenaikan harga, r adalah tingkat
bunga dan Y* adalah nilai pendapatan dan kekayaan riil.

3.Teori setelah Keynes

Perkemngan selanjutnya dari teori keynes didasarkan pada motif transaksi (W.J Boumol
1952) dan motif spekulasi (James Tobin)

- Pendekatan Inventori/penyediaaan Boumol :


Permintaan uang seperti permintaan terhadap persediaan (Stock) yang setiap saat dipakai
untuk memenuhi berbagai keperluan yang muncul setiap saat, tetapi untuk mengelola
diperlukan biaya, maka diperlukan jumlah persediaan yang optimum (Biaya minimun).

- Permintaan uang untuk transaksi, akan diperoleh manfaat tetapi juga ada
biata untuk memegang uang terdiri dari :
1. Biaya transaksi untuk menukar antara obligasi dengan uang
2. Opportunity cost memegang uang berupa tingkat bunga dari obligasi (r)

- Penentuan uang kas (persediaan) yang optimum, yang menghaslkan biaya minimum
dijelaskan sbb.
Biaya total untuk memegang uang kas (TC) terdiri dari biaya perantasa (b. T/C) dan biaya
bunga (r. C/2) dengan rumus : TC - b. (T/C) + r. (C/2)

- Jumlah Uang Kas yang Optimal (C) :


(dTC/dC) = -b. T/C^2 + r/2 = 0
maka :

C = (2b T/r)^1/2
- Uang kas yang ditahan setiap saat sebesar C/2, maka :
Persamaan permintaan uang kas riil Md/P = C/2 = 1/2 ( 2 bT/r) ^2 atau
Md = 1/2 (2bT/r) ^1/2. P

Implikasi dari teori Boumol :


- Tingkat bunga mempengaruhi permintaa uang untuk transaksi karena adanya opportunity
cost dalam memegann uang.
- Adanya economies of scale dalam penggunaan uang, artinya jika ada peningkatan
pendapatan ( nilai transaksi, T) maka persentase kenaikan uang kas yang diinginkan (Md)
lebih kecil daripada kenaikan nilai transaksinya.
- Permintaa uang kas untuk tujuan transaksi tergantung pada tingkat bunga serta biaya
perantara ( teori keynes : permintaan uang untuk tujuan transaksi hanya tergantung dari
pendapatan).
- Perkembangan / kemajuan teknologi yang menyebabkan turunya ongkos/ biaya transaksi
akan mengakibatkan turunya rata-rata kas yang dipegang oleh individu
- Motif berjaga-jaga dalam permintaan uang. muncul karena adanya ketidakpastian dalam
arus uang masuk dan keluar.

. Teori Permintaan Uang Klasik


Teori permintaan uang, tercermin dalam teori kuantitas uang. Pada awal mulanya teori ini
dimaksudkan untuk menjelaskan mengapa seseorang atau masyarakat menyimpan uang kas,
tetapi lebih pada peranan dari uang itu sendiri. Menurut Fisher bahwa jumla h proporsional dengan
harga, dengan asumsi kecepatan uang dan transaksi dianggap tetap (Sukirno, 2003:221).
Dengan sederhana Irving Fisher merumuskan teori kuantitas uang sebagai berikut :
............................................................ (3)
M = Uang beredar (penawaran uang)
P = Tingkat harga
V = Kecepatan perputaran uang
T = Jumlah barang dan jasa yang diperjual belikan didalam satu
tahun tertentu
Di dalam persamaan itu M diartikan dalam pengertian uang beredar yang sempit. Ini berarti M
adalah sama dengan jumlah uang kertas, logam dan uang giral yang terdapat dalam
perekonomian. Kelajuan peredaran uang yaitu V, ditentukan berdasarkan keseringan uang
beredar yang tedapat dalam masyarakat berpindah tangan dalam satu tahun.
Faktor terakhir dalam persamaaan di atas yaitu T, menunjukkan jumlah barang-barang jadi dan
barang setengah jadi yang diperjual belikan. Sedangkan PT adalah hasil penjumlahan dari
perkalian di antara masing-masing barang yang termasuk pendapatan nasional dengan harga -
harganya. Singkatnya PT bukan meliputi pendapatan nasional saja, tetapi juga nilai keatas barang -
barang. Ini berarti nilai PT selalu lebih besar dari pada pendapatan nasional. (Sukirno, 2003:221 -
222)
Sedangkan teori kuantitas uang menurut versi yang dikemukakan oleh Marshall (dalam Azis,
2002:6) dengan formulasi sebagai berikut :
M = kPO = kY .........................................................................(4)
Dimana :
k = 1/V
Secara matematis formulasi Alfred Marshall ini sama dengan formulasi Irving Fisher n amun,
implikasinya berbeda. Marshall memandang bahwa individu atau masyarakat selalu menginginkan
sebagian (proporsi) tertentu dari pendapatannya (Y) diwujudkan dalam bentuk uang kas (yang
dinyatakan dengan k). Sehingga kY merupakan keinginan individu atau masyarakat dapat
diformulasikan sebagai berikut :
Md = kPO = kY ......................................................................(5)
Md = adalah permintaan uang kas
Dengan formulasi tersebut teori Marshall merupakan awal dari teori permintaan akan ua ng. Teori
ini masih sangat sederhana, terkandung didalamnya beberapa kelemahan. Kelemahannya adalah
bahwa dalam kenyataannya V tidaklah tetap. Baik di negara maju maupun negara berkembang,
V cenderung tidak konstan.

B. Teori Permintaan Uang Keynes


Keynes dalam teorinya tentang permintaan akan uang tunai, membedakan antara motif transaksi,
berjaga-jaga serta spekulasi. Jadi dia juga mengakui adanya motif transaksi. Hanya saja yang
lebih penting dalam arti pengaruhnya terhadap kegiatan ekonomi adalah motif s pekulasi (Goldfeld,
1990:307).
1. Permintaan uang untuk tujuan transaksi dan berjaga-jaga
Keynes mengatakan, bahwa permintaan uang kas untuk tujuan transaksi ini tergantung pada
pendapatan. Makin tinggi akan uang kas makin tinggi jumlah transaksi yang dila kukan. Seseorang
atau masyarakat yang tingkat pendapatannya tinggi, biasanya melakukan transaksi lebih banyak
dibanding seseorang atau masyarakat yang pendapatannya lebih rendah.
Menurut Keynes, orang meminta uang untuk transaksi harian. Permintaan ini dip engaruhi oleh
besar kecilnya pendapatan. Semakin tinggi pendapatan maka semakin besar permintaan uang
untuk tujuan transaksi. Dari sini jelas bahwa Keynes mengikuti jejak kaum Klasik bahwa
permintaan uang untuk transaksi tergantung dari pendapatan.
Untuk memenuhi transaksi yang tak terduga, seperti sakit atau kebutuhan yang tak terduga
lainnya. Permintaan ini juga dipengaruhi oleh pendapatan, semakin besar pendapatan maka
semakin besar permintaan uang untuk berjaga-jaga, atau sebaliknya. Namun Keynes berbeda
dengan kaum klasik dalam hal penekanan pada motif spekulasi dan peranan tingkat bunga dalam
menentukan permintaan uang untuk spekulasi.

Rumah tangga dan perusahaan bisnis menyimpan uang untuk tujuan transaksi karena mereka
berpikir akan atau mungkin, ingin melakukan pengeluaran sebelum mereka memperoleh arus
masuk penerimaan uang yang cukup. Biasanya mereka tidak mempunyai jaminan seperti itu. Oleh
karena itu, mereka lebih memilih untuk menyimpan sedikit uang untuk menutupi kelebihan
pengeluaran mereka atas penerimaan mereka selama satu periode.
Keynes menyatakan bahwa permintaan uang untuk tujuan transaksi merupakan fungsi
pendapatan. Keuntungan ini dilukiskan dalam gambar diatas dimana L1, menunjukkan jumlah
saldo uang riel yang diminta untuk tujuan transaksi. Terlihat semakin tinggi pendapatan, maka
semakin banyak uang yang dipegang untuk keperluan transaksi (Mt). Hubungan antara permintan
uang untuk transaksi dengan pendapatan rill (Y/P) tidak selalu linier (garis lurus).
Dengan demikian jelas bahwa Keynes mengikuti jejak kaum klasik bahwa permintaan uang untuk
tujuan transaksi tergantung pada pendapatan. (Goldfeld, 1990:308)

2. Permintaan uang untuk tujuan spekulasi


Permintaan uang untuk tujuan spekulasi ini, menurut Keynes ditentukan oleh tingkat bunga. Makin
tinggi tingkat bunga makin rendah keinginan masyarakat akan uang kas untuk tujuan atau motif
spekulasi.
Alasannya:
a. Apabila tingkat bunga naik, berarti ongkos memegang uang kas semakin kecil.
b. Bahwa masyarakat menganggap akan adanya tingkat bunga normal.

Ketergantungan permintaan uang untuk spekulasi dinyatakan oleh L2, atas suku bunga dalam
gambar diatas. Kurva L2L2, condong menurun, mencerminkan hubungan terbalik antara
permintaan uang untuk spekulasi dan suku bunga (Goldfeld, 1990:30 9).
Keynes mengakui bahwa masyarakat bisa memilih untuk menyimpan saldo uang melebihi
kebutuhan untuk tujuan transaksi karena keinginannya untuk menyimpan aktiva yang benar -benar
bebas dari resiko (depresiasi) dilihat dari segi uang. Saldo yang memenuhi fu ngsi penyimpan nilai
(Store of Value) merupakan permintaan uang untuk spekulasi.
Permintaan uang untuk spekulasi oleh Keynes dianggap ditentukan terutama oleh suku bunga.
Bahwa suku bunga yang lebih rendah menyebabkan saldo spekulasi lebih kecil dan suku b unga
yang lebih rendah akan menghasilkan permintaan yang lebih besar akan saldo spekulasi.

Você também pode gostar