Você está na página 1de 9

Makalah Agama

Akhlak kepada Keluarga dan Masyarakat

Kelompok 4
Nama : Mirna Utami (1705160180)
Dinda Aulia (1705160181)
Firza Anggraini Sahara Dewi (1705160182)
Mawar Delia (1705160183)
Luthfi Aulia Sipayung (1705160184)
Yoga Aditya Hermanto (1705160185)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Jurusan Manajemen
2017
Kata pengantar
Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan banyak nikmat,
taufik dan hidayah. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Akhlak
kepada Keluarga dan Masyarakat”
Makalah ini telah kami selesaikan atas perintah dari Dosen mata pelajaran Agama
kami yang bernama Bapak Matseh dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu kami sampaikan banyak terima kasih kepada segenap pihak
yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian makalah ini.
Diluar itu, kami sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun
isi. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati kami selaku penyusun menerima segala
kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Medan, 20 November 2017

Kelompok 4
BAB 1
Pendahuluan
1. Latar belakang
Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu
keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.
Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti
perangai, tingkah laku, atau tabiat. cara membedakan akhlak, moral dan etika yaitu Dalam
etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolok ukur
akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam moral dan susila menggunakan tolok ukur norma-
norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung dalam masyarakat (adat istiadat), dan
dalam akhlaq menggunakan ukuran Al Qur’an dan Al Hadis untuk menentukan baik-
buruknya.
Kata akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku, tetapi tingkah laku tersebut harus
dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan baik, atau
hanya sewaktu-waktu saja. Seseorang dapat dikatakan berakhlak jika timbul dengan
sendirinya didorong oleh motivasi dari dalam diri dan dilakukan tanpa banyak pertimbangan
pemikiran apalagi pertimbangan yang sering diulang-ulang, sehingga terkesan sebagai
keterpaksaan untuk berbuat.Apabila perbuatan tersebut dilakukan dengan terpaksa bukanlah
pencerminan dari akhlak.
Ada empat hal yang harus ada apabila seseorang ingin dikatakan berakhlak.

1. Perbuatan yang baik atau buruk.


2. Kemampuan melakukan perbuatan.
3. Kesadaran akan perbuatan itu
4. Kondisi jiwa yang membuat cenderung melakukan perbuatan baik atau buruk

Akhlak bersumber pada agama. Perangai sendiri mengandung pengertian sebagai


suatu sifat dan watak yang merupakan bawaan seseorang. Pembentukan peragai ke arah baik
atau buruk, ditentukan oleh faktor dari dalam diri sendiri maupun dari luar, yaitu
kondisi lingkungannya. Lingkungan yang paling kecil adalah keluarga, melalui
keluargalah kepribadian seseorang dapat terbentuk. Secara terminologi akhlak berarti tingkah
laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu
perbuatan yang baik.
Moral, etika dan akhlak memiliki pengertian yang sangat berbeda. Moral berasal
dari bahasa latinyaitu mos, yang berarti adat istiadat yang menjadi dasar untuk mengukur
apakah perbuatan seseorang baik atau buruk. Dapat dikatakan baik buruk suatu perbuatan
secara moral, bersifat lokal. Sedangkan akhlak adalah tingkah laku baik, buruk, salah benar,
penilaian ini dipandang dari sudut hukum yang ada di dalam ajaran agama. Perbedaan
dengan etika.
Etika adalah ilmu yang membahas tentang moralitas atau tentang manusia sejauh
berkaitan dengan moralitas. Etika terdiri dari tiga pendekatan, yaitu etika deskriptif, etika
normatif, dan metaetika. Kaidah etika yang biasa dimunculkan dalam etika deskriptif
adalah adat kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik dan buruk, tindakan-tindakan yang
diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. Sedangkan kaidah yang sering muncul
dalam etika normatif, yaitu hati nurani, kebebasan dan tanggung jawab, nilai dan norma,
serta hak dan kewajiban. Selanjutnya yang termasuk kaidah dalam metaetika adalah ucapan-
ucapan yang dikatakan pada bidang moralitas. Dari penjelasan tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa etika adalah ilmu, moral adalah ajaran, dan akhlak adalah tingkah
laku manusia.
Ruang lingkup akhlak:
1. Akhlak pribadi
2. Akhlak berkeluarga
3. Akhlak bermasyarakat
4. Akhlak bernegara
5. Akhlak beragama

2. Rumusan masalah
a. Apakah yang dimaksud dengan keluarga?
b. Apa sajakah yang termasuk akhlak terhadap keluarga?
c. Apakah yang dimaksud dengan masyarakat?
d. Apakah yang dimaksud dengan akhlak terhadap sesama?
e. Apa sajakah yang termasuk dalam akhlak terhadap masyarakat?

3. Tujuan
a. Untuk mengetahui apakah sebenarnya yang dimaksud dengan
keluarga.
b. Untuk mengetahu apa sajakah yang termasuk dalam akhlak
terhadap keluarga.
c. Untuk mengetahui apakah sebenarnya yang dimaksud dengan
masyarakat.
d. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan akhlak terhadap
sesama.
e. Untuk mengetahui apa sajakah yang termasuk dalam akhlak
terhadap masyarakat.
BAB 2
Isi
1.1 Akhlak Kepada Keluarga
Keluarga adalah komunitas kecil yang terdiri dari keluarga inti dan keluarga besar. Dalam
keluarga, setiap individu memiliki hubungan perkawinan dan hubungan darah, memiliki
kebutuhan dan kepentingan masing-masing yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan
yang lainnya.
Hal ini mengharuskan adanya jalinan psikologis yang dibina antara satu dengan yang
lainnya. Jalinan psikologis yang dimaksud yang harus ditumbuh kembangkan di lingkungan
keluarga, terutama dalam keluarga inti, yakni akhlak.
Berikut ini beberapa macam akhlak terhadap keluarga:

1. Berbuat baik kepada orang tua dan kerabat dekat


Berbuat baik dan berbakti kepada orang tua wajib dilakukan dalam bentuk; menyayangi,
mengasihi, mendoakan, taat dan patuh kepada apa yang mereka perintahkan, melakukan hal-
hal yang mereka senangi dan menjauhkan apa yang tidak mereka sukai. Semua perilaku itu
biasa disebut dengan birr al-walidain.

2. Kasih sayang dan Tanggng Jawab Orang Tua terhadap Anak


Kasih sayang dan tanggung jawab orang tua terhadap anak merupakan sebuah kewajiban.
Pada hakekatnya, anak yang dilahirkan adalah karunia sekaligus amanah dari Allah; agar
dirawat, dipelihara dan dididik dengan sebaik-baiknya, untuk menjadi orang yang benar-
benar beriman kepada Allah Swt.
Bentuk kasih sayang dan tanggung jawab orang tua thd anak sebagai berikut:
a. Menghormati Hak Hidup Anak
Maksudnya ialah, anak tidak boleh dibunuh karena takut miskin, tidak boleh
ditelantarkan karena susah mencari nafkah. Sepahit apapun hidup yang dijalani,
jangan pernah terpikir membunuh anak.

b. Memenuhi Kebutuhan Fisik dan Psikis Anak


Kebutuhan fisik berupa; sandang, pangan dan papan umumnya dipenuhi oleh
ayah. Adapun kebutuhan psikis anak secara umum yang wajib dipenuhi orang tua
adalah memberikan pendidikan kepada anak-anaknya berupa:
 Pendidikan iman
 Pendidikan akhlak
 Pendidikan fisik
 Pendidikan intelektual
 Pendidikan psikis
 Pendidikan sosial, termasuk
 Pendidikan seksual
Kebutuhan fisik dan psikis tsb bila dilakukan dengan sebaik-baiknya, tentunya akan
membentuk anak memiliki akhlak al-karimah.

3. Bergaul dengan baik dan saling membantu.


Hubungan yang terjadi di dalam keluarga akan melahirkan pergaulan yang baik.
Pergaulan ini akan menimbulkan ikatan silaturahim yang tinggi antara seisi keluarga.
Pergaulan yang baik dalam keluarga ini akan menimbulkan interaksi sosial yang positif;
saling membantu, saling menghormati, menghargai dan mengasihi.
Sikap saling membantu harus dilakukan kepada anggota keluarga yang membutuhkan,
bukan saja kebutuhan menyangkut non materi, tetatpi yang menyangkut materipun, perlu
dilakukan manakala ada anggota keluarga yang berlebih dalam bidang materi.

4. Membiasakan bermusyawarah
Bermusyawarah bagian sarana yang ampuh untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
timbul dalam keluarga baik berskala kecil, apalagi yang besar, baik masalah itu menyangkut
suami dan istri, antara anak dan orang tua, dan dengan keluarga lainnya.

1.2 Akhlak Kepada Masyarakat


Masyarakat adalah kumpulan dari keluarga-keluarga yang hidup di suatu tempat atau
wilayah yang sama. Dalam masyarakat antara satu keluarga dengan keluarga lain hidup
saling berdampingan, dan saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya.
Untuk menjadi saling membutuhkan yang harmoni, kita perlu menjaga sikap, agar
antara satu dengan lainnya tidak saling bersinggungan. Itulah yang disebut akhlak terhadap
sesama.

1. Hubungan dengan Tetangga


Tetangga merupakan bagian dari masyarakat. Dalam hal ini, islam telah mengajarkan
agar berbuat baik kepada tetangga.
Dengan varian agama dan kekeluargaan, tetangga dapat dibagi kepada 3 klasifikasi.
a. Tetangga yang punya satu hak, yaitu hak sebagai tetangga.
b. Tetangga yang punya dua hak, yaitu hak tetangga dan seagama.
c. Tetangga yang punya tiga hak, yaitu hak tetangga, seagama dan family.
Klasifikasi tersebut diperlukan untuk menentukan prioritas apabila karena
keterbatasan, seseorang hanya mampu berbuat baik kepada sebagian mereka saja.

2. Hubungan baik dengan Masyarakat


Masyarakat merupakan kumpulan beberapa keluarga yang tinggal atau hidup bersama
di sebuah wilayah tertentu.
Islam mengatur hubungan dalam bermasyarakat ini melalui Al-Qur’an dan sunnah, sebagai
berikut:
a. Berbuat baik kepada semua orang dan lapisan masyarakat.
b. Saling tolong menolong.
c. Jangan sombong dan angkuh.
Bila seluruh anggota masyarakat melaksanakan sikap-sikap bermasyarakat
sebagaimana yang dijelaskan, sesungguhnya masyarakat tsb memiliki adab/akhlak yang baik,
mendatangkan keharmonisan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

3. Pergaulan muda mudi


Muda mudi adalah anggota msayrakat yang tergolong masih berusia belia, yakni
antara 17 sd lebih kurang 25 tahun.
Beberapa pergaulan yang harus dibenahi agar kembali sesuai dengan ajaran Islam,
diantaranya adalah:
a. Pergaulan antar lawan jenis
Islam mengatur umatnya dalam pergaulan antara sesama manusia. Termasuk
pergaulan antara lelaki dengan perempuan, khususnya yang selalu melakukan pertemuan
pribadi. Islam melalui Rasulullah SAW melarang laki-laki dan perempuan berkhalwat, yakni
berdua-duaan antara laki-laki dan perempuan yang belum memiliki ikatan suami isteri dan
bukan pula mahram, tanpa ditemani orang ketiga.
b. Pergaulan sesama jenis
Pergaulan sejenis adalah pergaulan antara lelaki dengan lelaki dan perempuan dengan
perempuan.
Pergaulan lawan jenis, jika tidak dibatasi akan membawa dampak negatif.
Kenyataannya demikian pula pergaulan dengan sejenis. Pergaulan sejenis harus mengikuti
rambu-rambu berikut, sebagai antisipasi untuk tidak terjadi rasa suka dengan teman sejenis,
baik laki maupun perempuan. Rambu-rambu yang dimaksud ialah:
1. Jangan tidur di bawah satu selimut secara rutin dan berkepanjangan
2. Tidak dibenarkan saling melihat aurat besar
3. Dilarang saling bercumbu maupun berciumam

c. Pergaulan Antar Agama


Pergaulan generasi muda saat ini hampir tidak lagi mempertimbangkan persoalan
perbedaan agama. Di satu sisi hal ini positif, akan tetapi di sisi lain, menimbulkan dampak
negatif.
Dalam persoalan agama dan ibadah, kita tidak boleh toleransi kepada non muslim. Persoalan
agama mencakup;
1. Tidak boleh menghadiri upacara keagamaan mereka
2. Menyelenggarakan jenazah mereka
3. Tidak boleh mendoakan untuk mendapat berkah dan rahmat Allah, dll
Hubungan sosial yang diperbolehkan sebatas pada hubungan toleransi, yakni menghormati
eksistensi agama mereka. Sehingga kita tidak boleh memaksakan keyakinan kita kepada
mereka.
d. Ukhuwah Islamiyah
Ukhuwah Islamiyah sebuah istilah yang berarti menunjukkan rasa persaudaraan
antara sesama Muslim dimana saja berada tanpa memandang suku maupun rasa atau
kerukunan. Hal ini menimbulkan ikatan yang lebih kokoh ketimbang persamaan ikatan darah
sekalipun.
Agar Ukhuwah Islamiyah dapat tegak dan kokoh, diperlukan 4 tiang penyangga,
yaitu:
1. Taaruf
Yakni saling mengenal zahir dan bathin.
2. Tafahum
Yakni saling memahami kelebihan dan kekurangan, kekuatan dan
kelemahan.
3. Taawun
Yakni saling tolong menolong.
4. Takaful
Yakni saling menjamin untuk menimbulkan rasa aman dalam hidup.
Dalam 4 tiang tsb diharapkan menumbuhkan sikap saling menyintai, tolong menolong
dalam menjalani hidup dan tak akan pernah membiarkan muslim lain sedih dan sengsara.
BAB 3
Penutup
Jadi, Akhlak merupakan fondasi yang kokoh bagi terciptanya hubungan baik antara
hamba dengan Allah swt (hablumminallah) dan antar sesama (hablumminannas). Akhlak
yang mulia (akhlakul karimah) tidak lahir begitu saja sebagai kodrat manusia, atau terjadi
secara tiba-tiba. Akan tetapi, membutuhkan proses panjang serta manifetasi seumur hidup
melalui pembelajaran/pendidikan akhlak yang sistematis bersifat menyeluruh meliputi 4
dimensi kehidupan.

Você também pode gostar