Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel darah
putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow). Sumsum tulang atau bone marrow ini
dalam tubuh manusia memproduksi tiga type sel darah diantaranya sel darah putih (berfungsi
sebagai daya tahan tubuh melawan infeksi), sel darah merah (berfungsi membawa oxygen
kedalam tubuh) dan platelet (bagian kecil sel darah yang membantu proses pembekuan darah).
Leukemia umumnya muncul pada diri seseorang sejak dimasa kecilnya, Sumsum tulang
tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya telah memproduksi sel darah putih yang berkembang
tidak normal atau abnormal. Normalnya, sel darah putih me-reproduksi ulang bila tubuh
memerlukannya atau ada tempat bagi sel darah itu sendiri.
1|Askep Leukimia
BAB II
KONSEP MEDIS
2.1 PENGERTIAN
Leukima adalah poliferasi sel lekosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit
yang lain dari pada normal, jumlahnya berlebihan dan dapat menyebabkan anemia,
trombisitopeni dan diakhiri dengan kematian. (NANDA, NIC-NOC, 2012 : 267)
Leukemia adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih di sum-sum tulang, yang
menyebabkan proliferasi salah satu jenis sel darah putih dengan menyingkirkan jenis sel lain (J.
Corwin, 2006).
Leukemia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk
darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175).
Leukemia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum
tulang menggantikan elemen sumsum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002 : 248).
Leukemia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio patologis
sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sumsum tulang dalam membentuk sel
darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain (Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495).
Leukemia adalah suatu penyakit neoplastik yang ditandai oleh proliferasi abnormal dari
sel-sel hematopoeitik.
Dari beberapa pengertian diatas maka penulis berpendapat bahwa leukemia adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh proliferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan
terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.
2|Askep Leukimia
2.2 KLASIFIKASI LEUKEMIA
Ada 4 jenis Leukemia, yakni sebagai berikut :
3|Askep Leukimia
d. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
Leukemia Limfositik Kronis (LLK) cenderung merupakan kelainan ringan yang
terutama mengenai individu antara usia 50 sampai 70 tahun. Negara-negara barat
melaporkan penyakit ini sebagai leukemia yang umum terjadi. LLK dikarakteristikan
oleh proliferasi dari diferensiasi limfosit yang baik (mudah dikenali sel-sel yang
menunjukkan jaringan asal).
1. L1
Sel-sel leukemia terdiri dari limfoblas yang homogen dan L1 ini banyak menyerang
anak-anak.
2. L2
Terdiri dari sel sel limfoblas yang lebih heterogen bila dibandingkan dengan L1. ALL
jenis ini sering diderita oleh orang dewasa.
3. L3
Terdiri dari limfoblas yang homogen, dengan karakteristik berupa sel Burkitt. Terjadi
baik pada orang dewasa maupun anak-anak dengan prognosis yang buruk.
4|Askep Leukimia
2. M1 (Acute Myeloid Leukemia tanpa maturasi)
Merupakan leukemia mieloblastik klasik yang terjadi hampir seperempat dari kasus
AML. Pada AML jenis ini terdapat gambaran azurophilic granules dan Auer rods.
Dan sel leukemik dibedakan menjadi 2 tipe, tipe 1 tanpa granula dan tipe 2 dengan
granula, dimana tipe 1 dominan di M1.
Jumlah monosit pada darah tepi lebih dari 5000 /uL. Tanda lain dari M4 adalah
peningkatan proporsi dari eosinofil di sumsum tulang, lebih dari 5% darisel yang
bukan eritroit, disebut dengan M4 dengan eoshinophilia. Pasien–pasien dengan AML
type M4 mempunyai respon terhadap kemoterapi-induksi standar.
5|Askep Leukimia
6. M5 (Acute Monocytic Leukemia)
Pada M5 terdapat lebih dari 80% dari sel yang bukan eritroit adalah monoblas,
promonosit, dan monosit. Terbagi menjadi dua, M5a dimana sel monosit dominan
adalah monoblas, sedang pada M5b adalah promonosit dan monosit. M5a jarang
terjadi dan hasil perawatannya cukup baik.
7. M6 (Erythroleukemia)
Sumsum tulang terdiri lebih dari 50% eritroblas dengan derajat berbeda dari gambaran
morfologi Bizzare. Eritroblas ini mempunyai gambaran morfologi abnormal berupa
bentuk multinukleat yang raksasa. Perubahan megaloblastik ini terkait dengan
maturasi yang tidak sejalan antara nukleus dan sitoplasma . M6 disebut
Myelodisplastic Syndrome ( MDS ) jika sel leukemik kurang dari 30% dari sel yang
bukan eritroit. M6 jarang terjadi dan biasanya kambuhan terhadap kemoterapi-induksi
standar.
6|Askep Leukimia
2.3 ANATOMI FISIOLOGI SISTEM HEMATOLOGI
Darah terdiri dari sekitar 45% komponen sel dan 55% plasma. Komponen sel tersebut
terdiri atas sel darah merah (eritrosit) yang berjumlah sekitar 99% dari total komponen sel , sel
darah putih (leukosit) , dan keping darah (trombosit) yang ke duanya berjumlah 1%. Plasma
terdiri dari air 90% dan sisanya protein plasma, elektrolit, gas terlarut, dan berbagai produk
sampah metabolisme, nutrien, vitamin dan kolesterol sekitar 10%. Protein plasma terdiri dari
albumin, globulin dan fibrinogen.
Sel-sel darah dibentuk di hati dan limpa pada janin, dan di dalam sumsum tulang setelah
lahir. Proses pembentukan sel darah disebut dengan hematopioesis.
7|Askep Leukimia
b. Limfosit T
Berkembang di timus. Sel-sel ini bersirkulasi dalam darah atau di simpan dalam
jaringan limfatik sampai bertemu dengan antigen yang di kenalinya. Setelah di
rangsan oleh antigen, sel-sel ini menghasilkan zat kimia yang menghancurkan
mikroorganisme dan memberi informasi ke sel darah putih lainnya bahwa telah
terjadi infeksi.
c. Monosit
Di bentuk di sumsum tulang dan masuk dalam sirkulasi darah dalam bentuk immatur.
Di area terjadinya cedera atau infeksi, monosit meninggalkan darah dan mengalami
proses pematangan menjadi makrofag setelah masuk ke jaringan.
d. Neutrofil
Termasuk sel darah putih yang bergranula. Sel darah putih ini berfungsi utnuk
membantu dalam respon peradangan, dan juga berfungsi sebagai fagosit.
e. Eusinofil
Sel darah putih yang bergranula yang juga berfungsi sebagai fagosit, yaitu sel yang
mencerna dan menghancurkan mikroorganisme dan sel debris yang berakumulasi.
f. Basofil
Fungsinya belum jelas, namun basofil bekerja seperti sel mast yang mengeluarkan
peptida vasoaktif yang menstimulasi respon inflamasi.
8|Askep Leukimia
Gambar Jenis-jenis Leukosit (www.google.com)
9|Askep Leukimia
2.4 ETIOLOGI
Penyebab leukemia sampai sekarang belum jelas, tapi beberapa faktor diduga menjadi
penyebab, antara lain :
1. Genetik
a. Keturunan
(i) Adanya Penyimpangan Kromosom
Insidensi leukemia meningkat pada penderita kelainan kongenital, diantaranya
pada sindroma Down, sindroma Bloom, Fanconi’s Anemia, sindroma Wiskott-
Aldrich, sindroma Ellis van Creveld, sindroma Kleinfelter, D-Trisomy sindrome,
sindroma von Reckinghausen, dan neurofibromatosis (Wiernik, 1985; Wilson,
1991). Kelainan-kelainan kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya perubahan
informasi gen, misal pada kromosom 21 atau C-group Trisomy, atau pola
kromosom yang tidak stabil, seperti pada aneuploidy.
b. Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan kerusakan kromosom
dapatan, misal : radiasi, bahan kimia, dan obat-obatan yang dihubungkan dengan
insiden yang meningkat pada leukemia akut, khususnya ANLL (Wiernik,1985;
Wilson, 1991).
2. Virus
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus menyebabkan
leukemia pada hewan termasuk primata.
10
10 | A s k e p L e u k i m i a
Penelitian pada manusia menemukan adanya RNA dependent DNA polimerase pada sel-
sel leukemia tapi tidak ditemukan pada sel-sel normal dan enzim ini berasal dari virus
tipe C yang merupakan virus RNA yang menyebabkan leukemia pada hewan. (Wiernik,
1985). Salah satu virus yang terbukti dapat menyebabkan leukemia pada manusia adalah
Human T-Cell Leukemia . Jenis leukemia yang ditimbulkan adalah Acute T- Cell
Leukemia. Virus ini ditemukan oleh Takatsuki dkk (Kumala, 1999).
Selain benzen beberapa bahan lain dihubungkan dengan resiko tinggi dari AML,
antara lain : produk – produk minyak, cat , ethylene oxide, herbisida, pestisida, dan
ladang elektromagnetik (Fauci, et. al, 1998).
b. Obat-obatan
Obat-obatan anti neoplastik (misal : alkilator dan inhibitor topoisomere II) dapat
mengakibatkan penyimpangan kromosom yang menyebabkan AML. Kloramfenikol,
fenilbutazon, dan methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan kegagalan sumsum
tulang yang lambat laun menjadi AML (Fauci, et. al, 1998).
4. Radiasi
Hubungan yang erat antara radiasi dan leukemia (ANLL) ditemukan pada pasien-pasien
anxylosing spondilitis yang mendapat terapi radiasi, dan pada kasus lain seperti
peningkatan insidensi leukemia pada penduduk Jepang yang selamat dari ledakan bom
atom. Peningkatan resiko leukemia ditemui juga pada pasien yang mendapat terapi
radiasi misal : pembesaran thymic, para pekerja yang terekspos radiasi dan para
radiologis.
11
11 | A s k e p L e u k i m i a
5. Leukemia Sekunder
Leukemia yang terjadi setelah perawatan atas penyakit malignansi lain disebut Secondary
Acute Leukemia ( SAL ) atau treatment related leukemia. Termasuk diantaranya penyakit
Hodgin, limphoma, myeloma, dan kanker payudara. Hal ini disebabkan karena obat-
obatan yang digunakan termasuk golongan imunosupresif selain menyebabkan dapat
menyebabkan kerusakan DNA.
12
12 | A s k e p L e u k i m i a
2.5 PATOFISIOLOGI
Komponen sel darah terdiri atas eritrosit atau sel darah merah (RBC) dan leukosit atau sel
darah putih (WBC) serta trombosit atau platelet. Seluruh sel darah normal diperoleh dari sel
batang tunggal yang terdapat pada seluruh sumsum tulang. Sel batang dapat dibagi ke dalam
lymphpoid dan sel batang darah (myeloid), dimana pada kebalikannya menjadi cikal bakal sel
yang terbagis epanjang jalur tunggal khusus. Proses ini dikenal sebagai hematopoiesis dan terjadi
di dalam sumsum tulang tengkorak, tulang belakang., panggul, tulang dada, dan pada proximal
epifisis pada tulang-tulang yang panjang.
ALL meningkat dari sel batang lymphoid tungal dengan kematangan lemah dan
pengumpulan sel-sel penyebab kerusakan di dalam sumsum tulang. Biasanya dijumpai tinmgkat
pengembangan lymphoid yang berbeda dalam sumsum tulang mulai dari yang sangat mentah
hingga hampir menjadi sel normal. Derajat kementahannya merupakan petunjuk untk
menentukan/meramalkan kelanjutannya. Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan sel muda
limfoblas dan biasanya ada leukositosis (%), kadang-kadang leukopenia (25%). Jumlah leukosit
neutrofil seringkali rendah, demikian pula kadar hemoglobin dan trombosit. Hasil pemeriksaan
sumsum tulang biasanya menunjukkan sel-sel blas yang dominan. Pematangan limfosit B
dimulai dari sel stem pluripoten, kemudian sel stem limfoid, pre pre-B, early B, sel B intermedia,
sel B matang, sel plasmasitoid dan sel plasma. Limfosit T juga berasal dari sel stem pluripoten,
berkembang menjadi sel stem limfoid, sel timosit imatur, cimmom thymosit, timosit matur, dan
menjadi sel limfosit T helper dan limfosit T supresor.
13
13 | A s k e p L e u k i m i a
Sel kanker menghasilkan leukosit yang imatur/abnormal dalam jumlah yang berlebihan.
Leukosit imatur ini menyusup ke berbagai organ, termasuk sumsum tulang dan menggantikan
unsur-unsur sel yang normal. Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan
perifer sehingga mengganggu perkembangan sel normal. Hal ini menyebabkan haemopoesis
normal terhambat, akibatnya terjadi penurunan jumlah leucosit, sel darah merah dan trombosit.
Infiltrasi sel kanker ke berbagai organ menyebabkan pembersaran hati, limpa, limfodenopati,
sakit kepala, muntah, dan nyeri tulang serta persendian. Penurunan jumlah eritrosit menimbulkan
anemia, penurunan jumlah trombosit mempermudah terjadinya perdarahan (echimosis,
perdarahan gusi, epistaksis dll). Adanya sel kanker juga mempengaruhi sistem retikuloendotelial
yang dapat menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh, sehingga mudah mengalami
infeksi. Adanya sel kaker juga mengganggu metabolisme sehingga sel kekurangan makanan.
(Ngastiyah, 1997; Smeltzer & Bare, 2002; Suriadi dan Rita Yuliani, 2001, Betz & Sowden,
2002).
a. Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast.
Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan
menimbulkan anemia dan trombositipenia.
b. Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem
pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi.
c. Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ,
sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang
yangt akan berdampak pada penurunan lekosit, eritrosit, faktor pembekuan dan
peningkatan tekanan jaringan.
d. Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe,
nodus limfe, dan nyeri persendian (Suriadi, & Yuliani R, 2001: hal. 175).
14
14 | A s k e p L e u k i m i a
2.6 PATHWAY
Faktor External
Faktor Internal (HLTV -1, Karsinogenik
Faktor Idiopatik
(Genetik, Imunologi) Agent, Obat-obatan, Radiasi)
Leukemia
Gangguan
Leukosit mengfagosit
Pembentukan
eritrosit & trombosit
Leukosit
Resti injuri
Resti defisit
cairan tubuh
15
15 | A s k e p L e u k i m i a
2.7 MANIFESTASI KLINIS
16
16 | A s k e p L e u k i m i a
2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml.
2. Retikulosit : jumlah biasaya rendah
3. Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
4. SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immatur
5. PTT : memanjang
6. LDH : mungkin meningkat
7. Asam urat serum : mungkin meningkat
8. Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik
17
17 | A s k e p L e u k i m i a
2.9 KOMPLIKASI
1. Infeksi beberapa sistem ( pernafasan, pencernaan )
2. Perdarahan
3. Relaps
4. Efek samping dari kemoterapi/radiasi : kardiomiopati, alopesia
1. Pelaksanaan kemoterapi
Terdapat tiga fase pelaksanaan kemoterapi :
a. Fase induksi
Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi
kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan
behasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang
ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.
c. Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk mempertahankan remisis dan
mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala,
mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon
sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka
pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.
18
18 | A s k e p L e u k i m i a
2. Transfusi darah, biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6 g%. Pada
trombositopenia yang berat dan perdarahan masif, dapat diberikan transfusi trombosit dan
bila terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan heparin.
3. Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya). Setelah dicapai
remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
4. Sitostatika. Selain sitostatika yang lama (6-merkaptopurin atau 6-mp, metotreksat atau
MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih poten seperti vinkristin (oncovin),
rubidomisin (daunorubycine), sitosin, arabinosid, L-asparaginase, siklofosfamid atau
CPA, adriamisin dan sebagainya. Umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi
bersama-sama dengan prednison. Pada pemberian obat-obatan ini sering terdapat akibat
samping berupa alopesia, stomatitis, leukopenia, infeksi sekunder atau kandidiagis.
Hendaknya lebih berhziti-hati bila jumiah leukosit kurang dari 2.000/mm3.
5. Infeksi sekunder dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi dalam kamar yang suci
hama).
6. Imunoterapi, merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapai remisi dan
jumlah sel leukemia cukup rendah (105 - 106), imunoterapi mulai diberikan. Pengobatan
yang aspesifik dilakukan dengan pemberian imunisasi BCG atau dengan Corynae
bacterium dan dimaksudkan agar terbentuk antibodi yang dapat memperkuat daya tahan
tubuh. Pengobatan spesifik dikerjakan dengan penyuntikan sel leukemia yang telah
diradiasi. Dengan cara ini diharapkan akan terbentuk antibodi yang spesifik terhadap sel
leukemia, sehingga semua sel patologis akan dihancurkan sehingga diharapkan penderita
leukemia dapat sembuh sempurna.
7. Cara pengobatan
Setiap klinik mempunyai cara tersendiri bergantung pada pengalamannya. Umumnya
pengobatan ditujukan terhadap pencegahan kambuh dan mendapatkan masa remisi yang
lebih lama. Untuk mencapai keadaan tersebut, pada prinsipnya dipakai pola dasar
pengobatan sebagai berikut:
19
19 | A s k e p L e u k i m i a
a. Induksi
Dimaksudkan untuk mencapai remisi, yaitu dengan pemberian berbagai obat tersebut
di atas, baik secara sistemik maupun intratekal sampai sel blast dalam sumsum tulang
kurang dari 5%.
b. Konsolidasi
Yaitu agar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak diri lagi.
c. Rumat (maintenance)
Untuk mempertahankan masa remisi, sedapat-dapatnya suatu masa remisi yang lama.
Biasanya dilakukan dengan pemberian sitostatika separuh dosis biasa.
d. Reinduksi
Dimaksudkan untuk mencegah relaps. Reinduksi biasanya dilakukan setiap 3-6 bulan
dengan pemberian obat-obat seperti pada induksi selama 10-14 hari.
f. Pengobatan imunologik
Diharapkan semua sel leukemia dalam tubuh akan hilang sama sekali dan dengan
demikian diharapkan penderita dapat sembuh sempurna.
20
20 | A s k e p L e u k i m i a
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
Proses asuhan keperawatan pada klien dengan leukemia di awali dengan pengkajian,
diagnosis, dan intervensi keperawatan.
I. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada klien dengan leukemia adalah sebagai berikut:
3. Pemerikasaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien dengan leukimia adalah sebagai
berikut:
21
21 | A s k e p L e u k i m i a
b. Aspirasi sumsum tulang dan biopsi memberikan data diagnostik definitif.
22
22 | A s k e p L e u k i m i a
III. Intervesi Keperawatan
1. Diagnosis keperawatan 1
- Nyeri yang berubungan dengan infiltrasi leukosit jaringan sistemik.
- Tujuan :
Pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat
diterima pasien dan setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri akan
berkurang.
- Kriteria Evaluasi :
Berikut ini adalah kriteia evaluasi pada klien dengan masalah nyeri, yaitu :
- Intervensi Keperawatan :
3. Kaji faktor lain yang menunjang nyeri, keletihan, dan marah klien.
23 | A s k e p L e u k i m i a
5. Kaji respon perilaku klien terhadap nyeri dan penglaman nyeri.
6. Kolaborasi dengan klien, dokter, dan tim kesehatan lain ketika mengubah
penatalaksanaan nyeri diperlukan.
- Rasional :
4. Analgetik cenderung lebih efektif ketika diberikan secara dini pada siklus
nyeri.
6. Metode baru pemberian analgetik harus dapat diterima klien, dokter, dan
tim perawatan kesehatan lain agar dapat efektif, partisipasi klien
menurunkan rasa ketidakberdayaan klien.
24
24 | A s k e p L e u k i m i a
2. Diagnosis Keperawatan 2
- Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan efek
toksik obat kemoterapi.
- Tujuan :
- Kriteria Evaluasi :
Berikut ini adalah hal-hal yang harus dilakukan pada klien dengan masalah
nutrisi.
- Intervensi Keperawatan :
Intervensi keperawatan pada klien ini bertujuan agar rasa mual dan muntah klien
dapat berkurang.
25
25 | A s k e p L e u k i m i a
- Intervensi :
- Rasional :
26
26 | A s k e p L e u k i m i a
6. Mengurangi rasa kecap yang tidak menyenangkan.
3. Diagnosis Keperawatan 3
- Kelemahan yang behubungan dengan anemia.
- Tujuan :
- Kriteria Evaluasi :
Kriteria evaluasi pada klien dengan masalah nyeri adalah bila didapatlkan adanya
hal-hal berikut ini:
- Intervensi Keperawatan :
Intervensi keperawatan pada klien ini bertujuan agar kelemahan klien berkurang dan
klien dapat melakukan aktivitasnya dengan baik.
27
27 | A s k e p L e u k i m i a
- Intervensi :
3. Atur kembali jadwal setiap hari dan atur aktivitas untuk menghemat
pemakaian energi.
- Rasional :
28
28 | A s k e p L e u k i m i a
4. Diagnosis Keperawatan 4
- Berduka yang berhubungan dengan kehilangan, kemungkinan terjadi karena
perubahan peran fungsi.
- Tujuan :
- Kriteria Evaluasi :
- Intervensi Keperawatan :
Intervensi keperawatan pada klien ini bertujuan agar klien mampu menggunakan
koping yang efektif untuk mengatasi perasaan duka yang dihadapinya.
- Intervensi :
29
29 | A s k e p L e u k i m i a
2. Berikan dukungan partisipasi aktif dari klien dan keluarganya dalam
keputusan perawatan dan pengobatan.
5. Libatkan petugas sesuai dengan yang diinginkan oleh klien dan keluarga.
- Rasional :
30
30 | A s k e p L e u k i m i a
5. Diagnosis Keperawatan 5
- Gangguan integritas kulit: alopesia yang berhubungan dengan efek toksik
kemoterapi.
- Tujuan :
- Kriteria Evaluasi :
- Intervensi Keperawatan :
31 | A s k e p L e u k i m i a
- Intervensi :
- Rasional :
32 | A s k e p L e u k i m i a
5. Menenangkan klien bahwa kerontokan rambut biasanya bersifat
sementara.
6. Diagnosis Keperawatan 6
- Gangguan gambaran diri yang berhubungan dengan perubahan penampilan,
fungsi, dan peran.
- Tujuan :
Setelah dilakukan pemberian asuhan keperawatan, maka citra tubuh dan harga diri
klien dapat diperbaiki.
- Kriteria Evaluai :
- Intervensi Keperawatan
- Intervensi :
33 | A s k e p L e u k i m i a
3. Berikan dukungan pada klien untuk mengungkapkan kekhawatirannya.
- Rasional :
34
34 | A s k e p L e u k i m i a
DAFTAR PUSTAKA
NANDA, NIC-NOC. (2012). Aplikasi Asuhan Keperawatan . Edisi Revisi. Yogyakarta: Media
Hardy.
Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan).
Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa
Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001
iii
35 | A s k e p L e u k i m i a