Você está na página 1de 5

ANATOMI LEHER

Ruang leher sejauh ini merupakan anatomi yang paling rumit dibandingkan dengan
bagian lain, karena mencakup banyak struktur vital, mis. saluran nafas, digestif, dan
pembuluh darah besar. Bagian leher dikelompokkan menjadi beberapa kompartemen untuk
memisahkan semua daerah vital untuk mencegah penyebaran infeksi.

Faring dilengkapi dengan efek bantalan oleh ruang parapharyngeal, retropharyngeal


dan ruang lainnya. Ruang-ruang ini juga mencegah penyebaran infeksi dari satu
kompartemen ke tempat lainnya. Untuk mengatasi infeksi kompleks ini, wajib mengetahui
batasan anatomis dari semua ruang ini.

Pada daerah leher terdapat beberapa ruang potensial yang dibatasi oleh fasia servikal.
Fasia servikal dibagi menjadi dua yaitu fasia superfisial dan fasia profunda. Kedua fasia ini
dipisahkan oleh otot plastima yang tipis dan meluas ke anterior leher. Otot platisma sebelah
inferior berasal dari fasia servikal profunda dan klavikula serta meluas ke superior untuk
berinsersi di bagian inferior mandibular
Fasia superfisial terletak dibawah dermis. Ini termasuk sistem muskuloapenouretik
yang meluas mulai dari epikranium sampai ke aksila dan dada, dan tidak termasuk bagian
dari daerah leher dalam. Fasia profunda mengelilingi daerah leher dalam terdiri dari 3 lapisan,
yaitu:
1. lapisan superfisial

2. lapisan tengah

3. lapisan dalam

Ruang leher dalam dapat dikelompokan menurut modifikasi dari Hollingshead


berdasarkan penampang panjang leher yaitu ruang retrofaring, danger space, ruang
prevertebral dan ruang viseral vaskular.

Ruang potensial leher dalam

Ruang potensial leher dalam dibagi menjadi ruang yang melibatkan daerahsepanjang leher,
ruang suprahioid dan ruang infrahioid.
A. Ruang yang melibatkan sepanjang leher terdiri dari:
1) ruang retrofaring

2) ruang bahaya (danger space)


3) ruang prevertebra.
4) Ruang vaskular viseral
B. Ruang suprahioid terdiri dari:
1) ruang submandibular

2) ruang parafaring

3) ruang parotis

4) ruang mastikor

5) ruang peritonsil

6) ruang temporalis

C. Ruang infrahioid : ruang pretrakeal dan suprasternal

DEFINISI

Abses adalah kumpulan nanah (netrofil yang telah mati) yang terakumulasi di sebuah kavum
jaringan karena terjadinya proses infeksi ,paling sering bakteri dan parasit. Selain itu , dapat
juga disebabkan oleh adanya benda asing seperti : serpihan , jarum dan sebagainya. Proses
ini merupakan mekanisme pertahanan jaringan dalam upaya mencegah penyebaran atau
perluasan daerah infeksi ke bagian lain dari tubuh (DORLAND).

Infeksi leher bagian dalam berkembang dalam ruang faring yang potensial. Sumber infeksi
dapat berasal dari gigi geligi, faring, atau traumatik, di mana terjadi perforasi pada membrana
mukosa pelindung mulut atau ruang faring.

EPIDEMIOLOGI

Murray et al (2011) di Inggris memperoleh 117 anak-anak yang mendapat terapi abses leher
dalam pada rentang waktu 6 tahun. Abses peritonsil 49%, abses retrofaring 22%, abses
submandibula 14%, abses bukkal 11%, abses parafaring 2%, lainnya 2%.

Sakaguchi et al (1997), melaporkan pada 91 kasus infeksi leher dalam dari tahun 1985 sampai
1994. Rentang usia dari umur 1-81 tahun, laki-laki sebanyak 78% dan perempuan 22%.
Infeksi peritonsil paling banyak ditemukan, yaitu 72 kasus, diikuti oleh parafaring 8 kasus,
submandibula, sublingual dan submaksila masing-masing 7 kasus dan retrofaring 1 kasus.
Huang et al(2004) di departemen otolaringologi di National Taiwan University
Hospital,dalam penelitiannya pada tahun 1997 sampai 2002, menemukan kasus infeksi leher
dalam sebanyak 185 kasus. Abses submandibula (15,7%) merupakan kasus terbanyak ke dua
setelah abses parafaring (38,4), diikuti oleh Ludwig’s angina (12,4%), parotis (7%) dan
retrofaring (5,9%).

Yang S.W et al (2008) pada Chang Gung Memorial Hospital di Keelung,Taiwan, pada 100
kasus abses leher dalam yang diteliti April 2001 sampai Oktober 2006 mendapatkan
perbandingan antara laki-laki dan perempuan 3:2. Lokasi abses lebih dari satu ruang potensial
29%. Abses submandibula 35%, parafaring 20%, mastikator 13%, peritonsil 9%, sublingual
7%, parotis 3%, infra hyoid 26%, retrofaring 13%, ruang karotis 11%.

Menurut Suebara A.B et al (2008) di Brazil, pada 80 penderita abses leher dalam yang
ditatalaksana di unit gawat darurat dari tahun 1997 sampai 2003, didapatkan penderita abses
leher dalam pria lebih banyak dari pada wanita dengan rincian 55 pria dan 25 wanita.Selain
itu, letak abses leher dalam terbanyak di submandibula sebanyak 36 orang, parafaring dan
submandibula 13 orang, hanya parafaring sebanyak 15 orang, bagian posterior leher sebanyak
5 orang. Sedangkan pada parafaring, mediastinal dan ruang pleural sebanyak 5 orang,
retrofaring sebanyak 1 orang, retrofaring dan mediastinal sebanyak 1 orang, parafaring dan
mediastinal sebanyak 1 orang, dan daerah mastoid dan submandibula sebanyak 1 orang.

PATOFISIOLOGI

Pembentukan abses merupakan hasil perkembangan dari flora normal dalam tubuh.
Flora normal dapat tumbuh dan mencapai daerah steril dari tubuh baik secara perluasan
langsung, maupun melalui laserasi atau perforasi. Berdasarkan kekhasan flora normal yang
ada di bagian tubuh tertentu maka kuman dari abses yang terbentuk dapat diprediksi berdasar
lokasinya. Sebagian besar abses leher dalam disebabkan oleh campuran berbagai kuman, baik
kuman aerob, anaerob, maupun fakultatif anaerob (Chuang YC, Wang HW, 2008; Yang S.W
et al., 2008)

Pada kebanyakan membran mukosa, kuman anaerob lebih banyak dibanding dengan
kuman aerob dan fakultatif, dengan perbandingan mulai 10:1 sampai 10000:1. Bakteriologi
dari daerah gigi, oro-fasial, dan abses leher, kuman yang paling dominan adalah kuman
anaerob yaitu, Prevotella, Porphyromonas, Fusobacterium spp, dan Peptostreptococcus spp.
Bakteri aerob dan fakultatif adalah Streptococcus pyogenic dan Stapylococcus aureus.
Sumber infeksi paling sering pada abses leher dalam berasal dari infeksi tonsil dan gigi.
Infeksi gigi dapat mengenai pulpa dan periodontal. Penyebaran infeksi dapat meluas melalui
foramen apikal gigi ke daerah sekitarnya. Apek gigi molar I yang berada di atas mylohyoid
menyebabkan penjalaran infeksi akan masuk terlebih dahulu ke daerah sublingual, sedangkan
molar II dan III apeknya berada di bawah mylohyoid sehingga infeksi akan lebih cepat ke
daerah submaksila (Yang S.W, 2008, Rosen EJ, 2002).

Odontogenik merupakan penyebab abses leher dalam tersering (27,5%), diikuti oleh
penyakit tonsilar (22,5%), infeksi kulit (8,75%) dan infeksi parotid (6,25%). Penyebab yang
tidak jelas sebanyak 25 % pada 20 pasien. Penyebab lainnya (10%) adalah tuberkulosis
ganglionar dengan abses sebanyak 3 orang, trauma lokal sebanyak 2 0rang, otitis media
sebanyak 1 orang, infeksi kista thyroglossal sebanyak 1 orang {Suebara A.B et al., 2008).

Penyebab Jumlah %
Odontogenic 22 27,5

Tonsillar 18 22,5

Skin infection 7 8,7

Parotid 5 6,2

Ganglionar TB 3 3,7

Trauma 2 2,5

Otitis media 1 1,2

Infected thyroglossal 1 1,2

Unknown 20 25

Pola kuman penyebab abses leher dalam berbeda sesuai dengan sumber infeksinya.
Infeksi yang berasal dari orofaring lebih banyak disebabkan kuman flora normal di
saluran nafas atas seperti streptokokus dan stafilokokus. Infeksi yang berasal dari gigi
biasanya lebih dominan kuman anaerob seperti, Prevotella, Fusobacterium
sppPenyebaran abses leher dalam dapat melalui beberapa jalan yaitu hematogen,
limfogen, dan celah antar ruang leher dalam. Beratnya infeksi tergantung dari virulensi
kuman, daya tahan tubuh dan lokasi anatomi.Infeksi dari submandibula dapat meluas ke
ruang mastikor kemudian ke parafaring. Perluasan infeksi ke parafaring juga dapat
langsung dari ruang submandibula. Selanjutnya infeksi dapat menjalar ke daerah
potensial lainnya(Brook I, 2002; Parchiscar A, 2001).

Você também pode gostar

  • Caesar - Lembar Pengesahan
    Caesar - Lembar Pengesahan
    Documento1 página
    Caesar - Lembar Pengesahan
    M Caesar Novaldy
    Ainda não há avaliações
  • Cover Dan Daftar Isi
    Cover Dan Daftar Isi
    Documento5 páginas
    Cover Dan Daftar Isi
    M Caesar Novaldy
    Ainda não há avaliações
  • Katarak
    Katarak
    Documento1 página
    Katarak
    M Caesar Novaldy
    Ainda não há avaliações
  • Book1 PDF
    Book1 PDF
    Documento1 página
    Book1 PDF
    M Caesar Novaldy
    Ainda não há avaliações
  • Bab II
    Bab II
    Documento16 páginas
    Bab II
    M Caesar Novaldy
    Ainda não há avaliações
  • Bab I
    Bab I
    Documento3 páginas
    Bab I
    M Caesar Novaldy
    Ainda não há avaliações
  • Katarak Chapter I
    Katarak Chapter I
    Documento4 páginas
    Katarak Chapter I
    M Caesar Novaldy
    Ainda não há avaliações
  • Book 1
    Book 1
    Documento1 página
    Book 1
    M Caesar Novaldy
    Ainda não há avaliações
  • Bab I
    Bab I
    Documento5 páginas
    Bab I
    M Caesar Novaldy
    Ainda não há avaliações
  • Cover Dan Daftar Isi
    Cover Dan Daftar Isi
    Documento5 páginas
    Cover Dan Daftar Isi
    M Caesar Novaldy
    Ainda não há avaliações
  • Skrining Katarak
    Skrining Katarak
    Documento3 páginas
    Skrining Katarak
    M Caesar Novaldy
    Ainda não há avaliações
  • Skrining HT
    Skrining HT
    Documento2 páginas
    Skrining HT
    M Caesar Novaldy
    Ainda não há avaliações
  • Alergi
    Alergi
    Documento18 páginas
    Alergi
    M Caesar Novaldy
    Ainda não há avaliações
  • Chapter II 1
    Chapter II 1
    Documento19 páginas
    Chapter II 1
    M Caesar Novaldy
    Ainda não há avaliações
  • KD05 Demam Reumatik Dan PJR
    KD05 Demam Reumatik Dan PJR
    Documento13 páginas
    KD05 Demam Reumatik Dan PJR
    Rima Fitriyani
    Ainda não há avaliações
  • Biologik
    Biologik
    Documento12 páginas
    Biologik
    M Caesar Novaldy
    Ainda não há avaliações
  • 02b Penjelasan VeR Korban Mati REVISED
    02b Penjelasan VeR Korban Mati REVISED
    Documento3 páginas
    02b Penjelasan VeR Korban Mati REVISED
    M Caesar Novaldy
    Ainda não há avaliações
  • ABSEN
    ABSEN
    Documento3 páginas
    ABSEN
    M Caesar Novaldy
    Ainda não há avaliações
  • Checklist VeR Korban Hidup Unhas
    Checklist VeR Korban Hidup Unhas
    Documento2 páginas
    Checklist VeR Korban Hidup Unhas
    M Caesar Novaldy
    Ainda não há avaliações
  • KD05 Demam Reumatik Dan PJR
    KD05 Demam Reumatik Dan PJR
    Documento13 páginas
    KD05 Demam Reumatik Dan PJR
    Rima Fitriyani
    Ainda não há avaliações
  • As Imbas Obat Versi Baru
    As Imbas Obat Versi Baru
    Documento34 páginas
    As Imbas Obat Versi Baru
    Iryana Butar-Butar
    Ainda não há avaliações
  • 16-1-1 Rsws Kasus 2
    16-1-1 Rsws Kasus 2
    Documento1 página
    16-1-1 Rsws Kasus 2
    M Caesar Novaldy
    Ainda não há avaliações
  • 01b Penjelasan VeR Korban Hidup REVISED
    01b Penjelasan VeR Korban Hidup REVISED
    Documento3 páginas
    01b Penjelasan VeR Korban Hidup REVISED
    M Caesar Novaldy
    Ainda não há avaliações
  • 16-1-1 RSLB Kasus 1 SKM
    16-1-1 RSLB Kasus 1 SKM
    Documento1 página
    16-1-1 RSLB Kasus 1 SKM
    M Caesar Novaldy
    Ainda não há avaliações
  • Format MR RSLB
    Format MR RSLB
    Documento2 páginas
    Format MR RSLB
    M Caesar Novaldy
    Ainda não há avaliações
  • 16-1-1 RSLB Kasus 2
    16-1-1 RSLB Kasus 2
    Documento1 página
    16-1-1 RSLB Kasus 2
    M Caesar Novaldy
    Ainda não há avaliações
  • Format MR Rsws
    Format MR Rsws
    Documento2 páginas
    Format MR Rsws
    M Caesar Novaldy
    Ainda não há avaliações
  • 0 ReadMe
    0 ReadMe
    Documento5 páginas
    0 ReadMe
    M Caesar Novaldy
    Ainda não há avaliações
  • Lapsus Ginjal
    Lapsus Ginjal
    Documento32 páginas
    Lapsus Ginjal
    M Caesar Novaldy
    Ainda não há avaliações