Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
•
Masalah &Alternatif Solusinya
PENDAIlllLUAN
I
Fakultas Ekonorni dan Manajernen - IPB dan MMA-IPB.
Y=C+I+G+(X-M) (1).
Usaha pengerahan modal dari masyarakat dapat berupa Persamaan (3) tersebut menunjukkan persamaan identitas
pengerahan modal dari dalam negeri dan pengerahan modal defisit, yaitu defisit perdagangan (X - M) sama dengan
yang bersumber dari luar negeri. Pengerahan model yang defisit penerimaan dan pengeluaran pemerintah (T - G)
bersumber dari dalam negeri berasal dari 3 (tiga) sumber ditambah defisit tabungan dan investasi swasta (S - I).
utama, yaitu: tabungan sukarela masyarakat, tabungan Persamaan (3) juga menunjukkan bahwa defisit
pemerintah dan tabungan paksa (forced saving). perdagangan, yang artinya adalah pembayaran irnpor lebih
Mengingat kebutuhan dana pembangunan yang berasal besar daripada penerimaan ekspor, merefleksikan ekses
dari dalam negeri tidak cukup tersedia, maka kekurangannya pengeluaran nasional atas pendapatan nasional atau ekses
hams dipenuhi dari luar negeri. investasi dari sektor swasta terhadap tabungan swasta
dalam negeri dan budget keuangan pemerintah yang
Ditinjau dari sudut manfaatnya, hutang luar negeri (bantuan defisit.
luar negeri) mempunyai 2 (dua) peranan, yaitu: (a) untuk
mengatasi masalah kekurangan mata uang asing, dan (b) Dalam perhitungan neraca pembayaran (balance of
untuk mengatasi masalah kekurangan tabungan. Kedua payments), neraca perdagangan (trade balance) mencatat
masalah terse but biasa disebut dengan masalah transaksi ekonorni luar negeri, yakni ekspor dan impor
kesenjangan ganda (the two gap problems), yaitu barang yang berlangsung selama suatu kurun waktu
kesenjangan tabungan (saving gap) dan kesenjangan mata tertentu. Sedangkan transaksi betjalan (current account)
uang asing (foreign exchange gap). adalah neraca perdagangan ditambah dengan penerimaan
bersih dari perdagangan jasa dan transfer bersih dari luar
Kerangka teori kesenjangan ganda 1) (the two gaps model) negeri yang terdiri dari pendapatan bunga tabungan atau
dapat dijelaskan dengan persamaan dasar makro ekonorni investasi di luar negeri oleh swasta dan pemerintah (official
(= pendapatan nasional). Pada dasarnya teori ini transfer) dan pendapatan tenaga ketja yang beketja di luar
menunjukkan bahwa defisit pembiayaan investasi swasta negeri. Persamaan transaksi betjalan (X - M - R - F)
tetjadi karena tabungan lebih kecil dari investasi (I - S = ditunjukkan oleh persamaan di bawah ini:
resource gap), dan defisit perdagangan disebabkan karena
ekspor lebih kecil dari impomya (X - M = trade gap). (X-M-R-F)= (S-I) + (T-G) (4),
Disamping itu, masih ada defisit dalam anggaran pemerintah
karena penerimaan pemerintah dari pajak lebih kecil dari di mana R =transfer bersih ke luar negeri dan F =penerimaan
pengeluaran pemerintah (T - G = fiscal gap). Hubungan bersih pembayaran faktor-faktor produksi ke luar negeri.
1) Pencetus model ini adalah Chenery dan Bruno (1979). Model sektoral ini terdiri dari dua sektor, yakni swasta dan perdagangan (ekspor dan
impor). Selanjutnya, two gaps model ini dikembangkan menjadi three gaps model, yang terdiri dari tiga sektor, dua ~~ktor dal~ two gaps
model ditambah dengan sektor pemerintah. Beberapa artikel yang menggunakan three gaps model dalam menganallsls keterkRitan antara
pertumbuhan ekonorni dan hutang luar negeri di negera berkembang antara lain adalah Bacha (1984) dan Reisen dan van Trotsenburg (1988).
"~,~,,: I·_-U~"N"'-_~'
Transfer bersih sama dengan perbedaan antara total transfer Kebijaksanaan pembangunan yang mengandalkan hutang
(pemerintah dan swasta) yang dibayarkan ke luar negeri luar negeri masih dianut oleh banyak negara berkembang.
dengan yang diterima di dalam negeri. Untuk transaksi Hutang luar negeri diandalkan untuk memberikan dampak
beIjalan yang surplus, maka kedua sisi persamaan (4) harns positif pada pertumbuhan ekonorni antara lain dengan jalan
positif. meningkatkan produksi, meningkatkan ekspor, memperluas
kesempatan kerja, memperbaiki neraca pembayaran,
Negara berkembang yang mempunyai hutang yang meningkatkan pengetahuan dan teknologi dan
jumlahnya besar menyebabkan defisit transaksi berjalan. meningkatkan mobilisasi sumberdaya. Namun dernikian,
Hal ini dikarenakan negara tersebut harns membayar beban
hutang luar negeri tidak hanya didasarkan atas manfaat
at au pertimbangan ekonomi, melainkan juga atas
bunga yang tinggi (F?). Penerimaan bantuan luar negeri
(foreign aid) di suatu negara berkembang akan pertimbangan politik, sosial, budaya, kemanusiaan dan
memperbaiki transaksi lainnya. Oleh karena itu,
beIjalan (R ?). peranan hutang luar
negeri di negara
Dari persamaan (4) berkembang ban yak
diperoleh gambaran BANYAK AHLI EKONOMI YANG diperdebatkan oleh ahli
bahwa defisit transaksi MENDUKUNG PERLUNYA HUTANG LUAR ekonomi, pembangun-
beIjalan yang berkelan- an, sosial, politik dan
NEGERI KARENA MEMBERIKAN DAMPAK
jutan yang dialami oleh lainnya.
banyak negara berkem- POSITIF TERHADAP PERTUMBUHAN
bang meruPakan penye- EKONOMI, AKAN TETAPI TIDAK SEDIKIT Banyak ahli ekonomi
bab utama negara- YANG BERPENDAPAT SEBALlKNYA. yang mendukung perlu-
negara terse but terus nya hutang luar negeri
saja merninjam dari luar
BANYAK AHLI BERPENDAPAT BAHWA karena memberikan
negeri, terutama negara- APABILA SUATU NEGARA MEMPUNYAI dampak positif terhadap
negara yang kondisi PROFIL HUTANG YANG WAJAR ATAU pertumbuhan ekonomi,
ekonorni dalam negeri- akan tetapi tidak sedikit
YANG DIINGINKAN (A DESIRABLE DEBT
nya tidak menggai- yang berpendapat se-
rahkan investor dari
PROFILE), MAKA NEGARA TERSEBUT baliknya. Banyak ahli
negara-negara maju, TIDAK PERLU MENGKHAWATIRKAN berpendapat bahwa
sehingga sulit bagi EKSISTENSI HUTANG SEBAGAI SALAH apabila suatu negara
negara-negara tersebut mempunyai profil hu-
untuk mensubsitusi
SATU PENDUKUNG KEBERHASILAN tang yang wajar at au
modal pinjaman dari luar PEMBANGUNAN NASIONAL. JIKA yang diinginkan (a
negeri dengan modal JUMLAH HUTANG TIDAK TERLALU desirable debt profile),
dari Penanaman Modal maka negara tersebut
BESAR, HAL INI TIDAK AKAN
Asing (PMA). tidak perlu mengkhawa-
MENGANCAM KESTABILAN MAKRO tirkan eksistensi hutang
Defisit transaksi beIjalan EKONOMI SUATU NEGARA. sebagai salah satu
yang terus menerus pendukung keberhasil-
dibiayai oleh cadangan an pembangunan nasi-
devisa atau pinjaman onal. Jikajurnlah hutang
luar negeri tidak hanya mengakibatkan negara peminjam tidak terlalu besar, hal ini tidak akan mengancam kestabilan
yang bersangkutan semakin terjerumus ke dalam krisis makroekonomi suatu negara.
hutang luar negeri, tetapi juga akan mengancam kestabilan
perekonornian dan kelanjutan pembangunan ekonorni yang Williamson (1999) berpendapat bahwa profil hutang yang
sedang berlangsung di negara terse but. Pilihan terbaik wajar oleh suatu negara mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
untuk meningkatkan transaksi berjalan adalah (1) jurnlah hutang tidak boleh melebihi 40 persen GNP, (2)
meningkatkan ekspor (X?) dan mengurangi ketergantungan jurnlah hutang tidak boleh melebihi 200 persen jurnlah
impor(M?). ekspor suatu negara, dan (3) DSR (debt service ratio),
yang menunjukkan ratio jurnlah hutang terhadap ekspor,
PERKEMBANGAN DAN MASALAH HUTANG Alasan mendasar dibutuhkannya hutang luar negeri adalah
LUARNEGERI karena tabungan domestik tidak mencukupi, yang
menunjukkan bahwa upaya pemerintah untuk memobilisasi
Indonesia menggunakan hutang luar negeri untuk dana domestik tidak pernah mengimbangi besarnya
mempercepat pembangunan ekonominya. Hutang luar kebutuhan dana untuk investasi. Kesenjangan an tara
negeri dimasukkan sebagai penerimaan pemerintah dalam tabungan dalam negeri baik pemerintah dan swasta
APBN setiap tahunnya. Sumber pinjarnan Indonesia selama menyebabkan hutang luar negeri dan PMA merupakan
ini berasal dari negara-negara dan badan-badan bantuan suatu "keharusan" bagi pembiayaan investasi.
multilateral yang tergabung dalam Consultative Group for
Indonesia 2) atau CGI (sebelurnnya Inter Governmental Pada mulanya, kebijaksanaan hutang luar negeri hanya
Group on Indonesia, IOGI). Dengan tingkat suku bunga untuk sektor publik. Hutang luar negeri BUMN tercatat
yang rendah, tenggang waktu (grace period) dan masa dimulai tahun 1975, enam tahun setelah pemerintah mulai
pembayaran cicilan pokok dan bung any a yang cukup berhutang. Meskipun hutang luar negeri BUMN meningkat
panjang, maka pinjaman dari COl merupakan sumber dari tahun ke tahun, namun peningkatan hutang BUMN
pembiayaan utama. tidaklah secepat perilaku pemerintah dalam berhutang.
Swasta tercatat mulai berhutang ke luar negeri sejak tahun
Meskipun hutang luar negeri menjadi komponen yang 1981. Pada tahun 1997, hanya dalam tempo 17 tahun, hutang
penting dalam struktur pembiayaan pembangunan, namun swasta sebesar US$ 78,228 milyar sudah jauh lebih besar
dalam menjalankan kebijaksanaannya, pinjaman dana yang daripada hutang pemerintah sebesar US$ 53,865 milyar
berasal dari luar negeri tersebut didasarkan pada beberapa yang sudah berhutang selama 29 tahun (Rachbini 2(01).
kriteria pokok yang tujuannya untuk menyelaraskan antara Data paling akhir terakhir menunjukkan bahwa posisi hutang
kebutuhan akan pinjaman dana luar negeri dengan politik luar negeri Indonesia hingga akhir April 2001 mencapai
luar negeri yang bebas aktif, sebagaimana telah digariskan US$ 139, 1 milyar, yang te~diri dari US$ 72,2 milyar (51.49
dalam GBHN. Selain itu, efisiensi dan efektifitas persen) hutang pemerintah dan selebibnya hutang swasta
penggunaan dana menjadi pertimbangan utama, sehingga (Iljas, 2(01).
kriteria pokok tersebut diarahkan pada tiga hal, yaitu: (1)
bantuan luar negeri tidak boleh dikaitkan dengan politik, Tingginya tingkat suku bunga di dalam negeri mendorong
(2) syarat-syarat pembayaran hams dalam batas-batas para investor swasta untuk mencari dana dari luar negeri
kemampuan untuk membayar kembali, dan (3) penggunaan yang dianggap murah. Seiring dengan diberlakukannya
2) IGGI digantikan COl sejak tahun 1992. Penggantian ini sebagai
suatu protes pemerintah Indonesia.
liberalisasi keuangan dan perbankan, besarnya hutang sebagai bahan pertimbangan pemerintah dan swasta untuk
swasta semakin membesar. Dalam melakukan peminjaman mengurangi ketergantungan pembangunan ekonomi
dana dari luar negeri terbukti di kemudian hari bahwa Indonesia terhadap hutang luar negeri. Studi yang
investor swasta tidak mempertimbangkan fundamental dilakukan oleh Arief dan Sasono (1987) menghasilkan
makroekonomi yang sesungguhnya telah memberi isyarat kesimpulan bahwa selama periode 1970-1986, arus bersih
kurang baik, seperti misalnya defisit transaksi betjalan yang modal asing yang masuk ke Indonesia yang terdiri dari
menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. investasi modal asing dan hutang luar negeri, setelah
Kemungkinan munculnya ancaman dari luar (external memperhitungkan pembayaran eicilan bunganya dan
shocks) seperti perubahan nilai tukar juga tidak disadari keuntungan yang ditransfer pihak asing ke luar negeri
sejak awal oleh kalangan investor swasta. Disamping itu, menunjukkan nilai kumulatifyang negatif. Artinya bahwa
karena tidak adanya monitoring yang sistematis dalam hutang luar negeri selama periode tersebut menyebabkan
sistem devisa bebas, maka besarnya hutang swasta tidak Indonesia menjadi eksportir modal ke negara donor.
dapat diketahui secara akurat. Disamping itu, studi mereka menunjukkan bahwa hutang
luar negeri ternyata tidak mendorong pertumbuhan
Dana yang dipinjam oleh pihak swasta pada umumnya ekonomi nasional.
menggunakan tingkat bunga komersial dan jangka waktu
yang relatif pendek. Dengan total hutang sebesar US$ 110, Studi yang dilakukan oleh Kuncoro (1989) malahan
177 milyar pada akhir tabun 1996/1997 dimana 46,41 persen menunjukkan bahwa hutang luar negeri membawa dampak
diantaranya adalah hutang swasta, maka dapatlah langsung dan dampak total yang negatifbagi pertumbuhan
dimengerti sepenuhnya bahwa goncangan ekstemal yang ekonomi. Hal ini jelas sekali menunjukkan ketidakefektifan
berupa depresiasi nilai tukar pada pertengahan 1997 yang penggunaan hutang luar negeri. Ketidakefektifan
lalu memieu krisis ekonomi. Berdasarkan data Bank penggunaan hutang luar negeri dibuktikan pula oleh
Indonesia (1997), pada waktu itu cadangan resmi yang Ahmad (1991). Ia juga menyimpulkan bahwa diantara faktor
dimiliki oleh pemerintah hanya mencapai sekitar US$ 20 penyebab peningkatan hutang luar negeri, temyata defisit
milyar. dalam neraca pembayaran menyerap dua per tiga
pertambahan hutang. Sedangkan sisanya, sebesar
Perkembangan hutang yang terus menerus mengakibatkan sepertiga disebabkan oleh fluktuasi nilai tukar.
tetjadinya pertumbuhan ekonomi yang dipacu oleh hutang
luar negeri (debt-led growth) atau masuk ke perangkap Hasil-hasil studi di atas sesuai dengan studi yang dilakukan
hutang (debt trap), sehingga jika dibiarkan akan oleh George (1992) untuk negara-negara berkembang. Hasil
menimbulkan krisis hutang. Beberapa indikator penelitiannya menunjukkan bahwa pada tahun 1980-an,
menunjukkan bahwa Indonesia telah masuk ke perangkap arus modal yang mengalir dari negara-negara maju (DCs)
hutang. Sebelum krisis, bulan Maret 1996, beban hutang ke negara-negara berkembang (LDCs) dalam bentuk
sebesar 30 persen dari GDP. Kini setelah krisis beban hutang bantuan pembangunan, kredit ekspor, dan arus modal
malahan melonjak menjadi 128 persen GDP. swasta, seperti bantuan bilateral dan multilateral, investasi
swasta lang sung (PMA) maupun tidak lang sung (portfolio
Angka debt service ratio (DSR), yang merupakan rasio investment), pinjaman bank, dan kredit perdagangan
pembayaran bunga dan deilan hutang luar negeri yang (ekspor/impor), lebih kedl daripada arus modal dari LDCs
jatuh tempo terhadap ekspor, juga tergolong sangat tinggi. ke DCs dalam bentuk pembayaran deilan hutang luar negeri
Pada tahun anggaran 1994/95, DSR nasional (pemerintah dan bunganya, royalti, dividen, dan keuntungan repatriasi
dan swasta) sebesar 32,6, sementara itu DSR pemerintah dari perusahaan-perusahaan DCs di LDCs. Ia juga
sebesar 17,7. Angka DSR nasional meningkat sebesar 58,7 mengatakan bahwa hutang luar negeri berperan sebagai
pada tahun 1998 dan menurun kembali menjadi 51,9 pada bumerang terhadap perekonomian negara-negara
tabun 1999. Dengan angka DSR yang lebih dari 50 persen, berkembang. Perekonomian negara-negara berkembang
maka sungguh terlalu besar pengorbanan ekspor untuk penerima pinjaman tidak semakin baik, melainkan semakin
membayar hutang luar negeri. Angka DSR ini merupakan hancur. Studi yang dilakukan oleh Rostow (1985)
lampu merah, karena idealnya beban hutang harus di bawah membuktikan bahwa selama tahun 1970-an hingga
25 persen kemampuan ekspor nasional. pertengahan 1980-an banyak LDCs yang diperkirakan akan
masuk ke tahap lepas landas justru semakin tergantung
Dari berbagai studi tentang hutang Indonesia yang telah dan terjerat hutang luar negeri. Bagaimana dengan
dilakukan, banyak bukti empiris yang bisa digunakan Indonesia? Tampaknya pengamatan Rostow ada benamya.
ISSN: OSS3'!: I
A6B1MEDLf - VOLUME 7. NO.1· September 2001