Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan dan kekuatan jasmani merupakan salah satu dari sejumlah
syarat mutlak yang wajib di miliki oleh seorang atlet sepak bola, mengingat
beratnya latihan dan kontak badan antar pemain bertumpu pada fisik. Oleh karena
itu di lakukanlah serangkaian kegiatan fisik setiap harinya berupa lari, push up, sit
up, pull up, menendang bola, menggiring bola. Tidak jarang serangkaian latihan
dan pertandingan menimbulkan cidera fisik. Cidera fisik dapat mengakibatkan
terganggunya sistem muskulosletal yang meliputi otot, tulang, sendi, tendon,
ligamentum serta jaringan ikat yang mendukung dan mengikat jaringan dan
organ bersama-sama(Spinder & Rick,2007). Salah satu cidera yang diakibatkan
dari serangkaian kegiatan tersebut adalah ruptur anterior cruciatum ligament(ACL).
Ruptur adalah robeknya atau koyaknya jaringan yang di akibatkan
karena trauma (Dorland,2002). Anterior cruciatum ligamen(ACL) adalah salah satu
dari empat ligamentum utama di dalam lutut yang menghubungkan tulang tibia dan
femur. Fungsi utama ligamentum ini adalah untuk mencegah tulang tibia bergeser
ke arah depan dari tulang femur dan untuk mengontrol gerakan rotasi dari lutut.
Oleh karena itu, ruptur ACL dapat mengakibatkan sendi lutut menjadi tidak stabil
sehingga tulang tibia dapat bergeraksecara bebas.
Ruptur anterior crusiatumligamentum (ACL) sering terjadi pada kegiatan
olahraga yang pada dasarnya terdapat gerakan jongkok, memutar,
menghentikan gerakan, dan melompat. Berdasarkan penelitian Kaiser (Hewet
&Timoty , 2007) olahraga seperti football, baseball, basket, dan sepak boladan ski
terdapat 78% cidera ligamen cruciatum anterior menyertai dalam kegiatan
olahraga. Oleh karena itu, bagi pemain bola yang melakukan kegiatan latihan
fisik yang pada dasarnya termasuk high impact memiliki kecenderungan besar
untuk mengalami cedera ruptur anterior cruciate ligament(ACL)
Berdasarkan laar belakang dan data tersebut si atas, penulis berpendapat
bahwa rupture acl masih memerlukan berbagai penanganan secara konprehensif dan
keikutsertaan klien dan keluarga sangat membantu dalam upaya memperoleh derajat
kesehatan yang optimal. Untuk itu, penulis ingin mengetahui dan memahami lebih
lanjut tentang penanganan/asuhan terhadap klien dengan “Rupture ACL” yang
tersusun sebagai makalah dengan judul “Asuhan keperawatan pada klien Tn “S”
dengan Rupture ACL di Pav. Lukas Kamar 9-1 RS. RK. Charitas”.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Memahami dan menerapkan asuhan keperawatan pada klien Tn “S” dengan
Rupture ACL secara komprehensipf meliputi aspek biopsikososio spiritual
2. Tujuan khusus
Melalui pendekatan proses keperawatan aspek biopsikososio spiritual
diharapkan siswa mampu:
a. Mampu melaksanakan pengkajian terhadap klien Tn “S” dengan Rupture
ACL
b. Mampu mendiagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah.
c. Mampu membuat rencana tindakan dan rasional dalam praktek nyata sesuai
dengan masalah yang diprioritaskan.
d. Mampu melaksanakan tindakan dalam praktek nyata sesuai dengan masalah
yang telah diprioritaskan.
e. Mampu menilai dan mengevaluasi hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan
pada klien hipertensi.
f. Mampu mendokumentasikan rencana tindakan asuhan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan adalah melalui pendekatan studi kasus, yaitu metode
yang memberikan gambaran terhadap suatu kejadian atau keadaan yang sedang
berlangsung melalui proses keperawatan. Adapun teknik-teknik yang digunakan
untuk memperoleh data dan informasi dengan cara:
1. Wawancara
Penulis mengadakan wawancara dengan klien, keluarga, dan petugas
kesehatan lain untuk mendapatkan data subjektif dari klien.
2. Studi Dokumentasi
Data-data yang dudapatkan dari rekam medis klien di ruangan, seperti
catatan keperawatan, catatan dokter, dan tim kesehatan lain.
3. Studi Kepustakaan
Untuk mendapatkan literatur dan tinjauan teoritis, baik mengenai konsep
dasar penyakit maupun konsep asuhan keperawatan.
4. Observasi
Melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung pada klien dan
mengamati langsung perubahan-perubahan yang terjadi untuk memperoleh data
serat mencatat hal-hal penting termasuk pemeriksaan fisik
5. Pemeriksaan fisik meliputi:
a. Inspeksi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara melihat apakah
terdapat luka, ada tidaknya hematom, dan lain-lain.
b. Palpasi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara meraba, yaitu apakah
ada masa atau tidak.
c. Perkusi adalah pemeiksaan fisik dilakukan dengan cara mengetuk dengan
menggunakan reflek hammer.
d. Auskultasi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan mendengarkan dengan
menggunakan stetoskop.
E. Sistematika Penulisan
Penulis membangi penulisan makalah ini dalam 4 BAB, yang terdiri dari:
Bab I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, ruang lingkup penulisan,
tujuan penulisan, metode penulisan, serta sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan teoritis, yang terdiri dari konsep dasar medis yang terdiri dari
definisi, anatomi dan fisiologi, etiologi, manifestasi klinik, patofisiologi,
penatalaksanaan medis, dan konsep dasar asuhan keperawatan.
Bab III : Tinjauan kasus, yang terdiri dari 5 tahapan proses keperawatan mulai dari
pengakajian, dignosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Bab IV : Penutup, berisi kesimpulan dan saran penulis terhadap hasil asuhan
keperawatan pada klien Tn “S” dengan Rupture ACL.
BAB II
TINJAUAN TEORI
B. Klasifikasi
Cedera ligament yang berkenaan dengan "Sprain" dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. Grade 1 Sprain : ligamen sedikit tertarik namun masih mampu menjaga
kesetabilan sendi lutut.
2. Grade 2 Sprain : Ligamen tertarik dengan hebat dan membuat sendi lutut
menjadi longgar/tidak setabil
3. Grade 3 Sprain : ligamen mengalami sobekan total bahkan hingga terputus
sehingga sendi lutut kehilangan kesetabilan.
(rthoinfo.aaos.org/26 June 2014/13:29).
Sedangkan menurut Giam (1993:137) tingkatan dalam cedera olahraga
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Cedera ringan merupakan cedera dengan robekan yang hanya dapat dilihat
dengan mikroskop, sedikit keluhan, dan tidak mengganggu performance atlet,
misalnya : lecet, memar, atau robek ligamen kecil.
2. Cedera sedang adalah cedera dengan kerusakan jaringan, menimbulkan rasa
nyeri, bengkak, merah, atau panas dengan menimbulkan gangguan fungsi dan
mempengaruhi performance atlet, misalnya : robek otot, dan robek ligament.
3. Cedera berat yaitu cedera dengan robekan otot atau ligamen secara lengkap
atau hampir lengkap atau faktur tulang yang memerlukan istirahat total,
pengobatan intesif, bahkan operasi.
C. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi
Ligamentum Cruciatum Anterius berada di dalam septum
intercondylicum (celah dalam rongga sendi lutut), berjalan dari coraniolateral
ke caudomedial yaitu dari facies medialis condylus leteralis femoris ke
tuberculum intercondyloideum tibiale dan fossa intecodyloidea anterioc (Tim
Anatomi,2012).
ACListilah cruciate berasaldari kata crux yang artinya (menyilang) dan
crucial (sangatpenting).Cruciate ligament salingbersilangansatusama yang
lain. Menyerupaihuruf X. ACL adalahstabelizeruntuk knee joint padaaktivitas
pivot. ACL mulaberkembangpadamingguke 14 usiagestasi,
berukuransebesarjarikitadanpanjangnya rata-rata 38mm danlebar rata-rata 10
mm, dandapatmenahantekananseberat 500 ponsekitar 226kg.
Ligamentuminimelekatpada area intercondylaris anterior tibiae
danberjalankearahatas, kebelakangdan lateral untukmelekatpadabagian
posterior permukaan medial condyluslateralisfemoris.
Ligamentuminiakanmengendurbilalututditekukdanakanmenegangbilalututdilu
ruskansempurna. Initidak hanya
mencegahanteriortranslasidaritibiapadafemurtetapi juga memungkinkan
untukhelicoidbiasatindakanlutut, sehingga mencegah
kemungkinanuntukpatologimeniscal. Ini terdiridari duabundel, sebuah
bundelanteromedial, yang ketat difleksi, danbundelposterolateral, yang lebih
cembungdan ketat dalamekstensi.
SuplaivaskulerACLberasal dariarterigeniculatemiddle,serta
daridifusimelaluisheathsinovialnya.persarafandari ACLterdiri
darimechanoreceptorsberasal darisaraf tibialisdan memberikan
kontribusiuntukproprioseptifnya, serabutrasa nyeridalam ACLyanghampir
tidak ada,inimenjelaskanmengapa adarasa sakit yang
minimalsetelahrupturACLakutsebelumpengembanganhemarthrosisyang
menyakitkan.
2. Fisiologi
Dari ligamenlutut,cruciatesadalah yang palingpenting dalam
menyediakanpengekanganpasifuntukanterior/posteriorgerakan lutut. Jika salah
satuatau keduacruciatesterganggu, biomekanikselama
kegiatanjalanmungkinterganggu.Fungsi utama dariACL adalah untuk
mencegahtranslasianterior daritibia, dalamekstensi penuh, ACL
menyerap75% muatan anterior dan 85% antara 30 dan 90°fleksi.
Selain itu,fungsi lainACL termasuk melawanrotasi internaltibia
danvarus/valgusangulasidari tibiadengan adanyacederaligamenkolateral,
hilangnya ACLmenyebabkanpenurunanmagnitude padacoupledrotasiselama
fleksi, dan lututyang tidak stabil. Kekuatan
tarikACLsekitar2200Ntetapiberubahdengan usia danbebanberulang.
D. Etiologi
Penyebab cedera ACL dapat ditimbulkan oleh berbagai aktivitas (tidak
hanya aktivitas olahraga). Penyebab cedera berdasarkan betapa sering aktivitas
tersebut menyebabkan cedera ACL dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Gerakan Berputar yang terlalu cepat dan tidak normal (Non-Contact)
2. Lutut berpilin saat mendarat
3. Kontak atau benturan langsung(Diktat Anatomy, 2012).
F. Manifestasi Klinis
Pasien selalunya merasa atau mendengar bunyi "pop" di lutut pada saat
cedera yang sering terjadi saat mengganti arah, pemotongan, atau pendaratan dari
melompat (biasanya kombinasi hiperekstensi /poros). Ketidakstabilan mendadak
di lutut (lutut terasa goyah). Hal ini bisa terjadi setelah lompatan atau perubahan
arah atau setelah pukulan langsung ke sisi lutut. Nyeri di bagian luar dan belakang
lutut.
Lutut bengkak dalam beberapa jam pertama dari cedera. Ini mungkin
merupakan tanda perdarahan dalam sendi. Pembengkakan yang terjadi tiba-tiba
biasanya merupakan tanda cedera lutut serius. Gerakan lutut terbatas karena
pembengkakan dan / atau rasa sakit.
Kebanyakan cedera pada ACL dapat didiagnosis melalui anamnesa yang
cermat menekankan mekanisme kejadian cedera ditambah dengan pemeriksaan
fisik yang sesuai. Pastikan anamnesa mencakup mekanisme kejadian cedera
sekarang dan kejadian sebelumnya jika ada.
G. Komplikasi
Orang yang mengalami cedera ACL berada pada risiko lebih tinggi terkena
osteoartritis lutut, dimana tulang rawan sendi memburuk dan permukaan halusnya
menjadi kasar. Arthritis dapat tetap terjadi meskipun Anda telah menjalani operasi
untuk merekonstruksi ligamen.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Gerakan Sendi Lutut
Pemeriksaan gerakan sendi lutut sangat penting karena setiap kelainan
pada lutut akan memberikan gangguan pergerakan lutut. Pada pemeriksaan
perlu diketahui apakah gerakan disertai nyeri atau krepitasi. Secara normal
gerakan fleksi pada sendi lutut sebesar 120-145 derajat dan gerakan ekstensi 0
derajat dan mungkin ditemukan hiperekstensi sebesar 10 derajat.
Uji stabilitas sendi lutut yang dapat dilakukan :
a. Pemeriksaan ligamentum kolateral medial dan lateral
Robekan pada ligamentum kolateral medial dapat diperiksa melalui
uji abduction stress dan pada ligamentum kolateral lateral melalui uji
adduction stress. Pada pemeriksaan ini sendi lutut dalam keadaan ekstensi
penuh, satu tangan pemeriksa memegang pergelangan kaki dan satunya
pada lutut. Dengan kedua tangan dilakukan abduksi untuk menguji
ligamentum medial, dan adduksi untuk menguji lgamentum lateral.
Apabila terdapat robekan pada ligamentum kolateral maka dapat
dirasakan sendi bergerak melebihi batas normal.
I. Penatalaksanaan
1. TerapiOperasi
Pembentukan ligament. Kebanyakan ACL yang robek tidak boleh di
jahit dan disambung semula. Untuk membolehkan reparasi dari ACL untuk
restorasi stabilitas lutut adalah rekonstruksi dari ligament tersebut. Ligament
tersebut akan di ganti dengan graft jaringan ligament. Graft tersebut akan
menjadi dasar untuk ligament yang baru untuk tumbuh.
Graft tersebut diambil dari beberapa sumber. Selalunya dari tendon
patella, yang merupakan sambungan patella dan tibia. Tendon hamstring pada
posterior pada juga sering digunakan. Kadang tendon kuadrisep yang
insersinya dari patella ke paha dapat digunakan. Graft dari kadaver (allograft)
juga dapat digunakan. Penyembuhan semula mengambil masa sekurang-
kurangnya 6bulan sebelum atlit dapat berolahraga setelah operasi.
Tindakan operasi untuk rekonstruktif ACL dapat digunakan dengan
arthroscopi dengan insisi yang kecil. Opperasi artroskopi kurang invasive.
Kelebihan dari artroskopi adalah kerana kurang invasive,kurang nyeri, masa
rawat inap lebih pendek dan penyembuhan lebih cepat.
Tehnik ini telah dilakukan lebih dari 200 kali sejak tahun 2007. Tehnik
operasi ini sangat populer di USA, Eropa dan Jepang karena dengan tehnik
ini, hasilnya sangat memuaskan pasien. Saat ini tehnik operasi ini dipakai
sebagai standard untuk operasi cedera ACL atlet-atlet papan atas kelas dunia,
misalnya Tiger Wood.
Setelah luka bedah disembuhkan oleh pasien maka akan menjadwalkan
pertemuan pertama mereka dengan seorang fisioterapis. Terapis fisik untuk
mengembangkan rencana untuk mengobati pasien. Tujuan utama awal untuk
mengurangi pembengkakan dan bekerja untuk mencegah pembentukan
jaringan parut. Tujuan berikutnya adalah untuk menyediakan berbagai gerak
kembali, sekaligus memperkuat otot-otot yang mendukung sendi lutut.
Dengan berbagai peningkatan gerak dan kekuatan, terapis fisik rehabilitasi
mereka akhirnya kegiatan dengan panggung dan kontrol neuromuskular
gerakan fungsional yang sesuai dengan kebutuhan sehari-hari pasien. Ini harus
mengikuti jalannya akronim pada tahap awal pemulihan dari robek ACL.
2. Terapi Non-Operasi
ACL yang robek tidak akan sembuh sendiri dan harus dioperasi. Namun
terapi tanpa operasi efektif kepada pasien yang sudah tua dengan aktivitas
kehidupan yang sederhana. Jika stabilitas pada lutut intak, indikasinya adalah
tanpa operasi.
a. Bracing
Alat ini dapat memproteksi lutut dari ketidakstabilan. Selanjutnya bias
diteruskan dengan pemakaian tongkat yang dapat mengurangi beban pada
kaki.
b. Terapi Fisikal
Apabila oedem berkurang, rehabilitasi akan bermula. Olahraga yang
spesifik dapat restorasi fungsi pada lutut dan menguatkan otot kaki yang
memberi sokongan padanya.14,15
C. Intervensi
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
E. Evaluasi
1. Pasien tidak mengalami nyeri
2. Gangguan mobilitas fisik teratasi
3. Pasien menunjukkan pengetahuan tentang proses penyakit
4. Klien kecemasan teratasi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ligament merupakan jaringan ikat fibrosa yang mengikat ujung luar tulang
yang membentuk persendian. Ligamen tersusun atas jaringan ikat padat yang
mengandung serat kolagen nonextensile (tipe 1). Cedera pada ligamen dapat
terjadi akibat benturan atau gerakan yang dapat mengakibatkan ligamen meregang
melebihi kemampuan normalnya.
Cedera pada ligamen sering terjadi pada ligamen di bagian lutut, dan
pergelangan kaki. Penatalaksanaannya tergantung dari tingkat keparahan cedera.
Untuk keseleo, terapi bisa dilakukan dengan pemasangan gips selama beberapa
minggu, sedangkan untuk robekan ligamen ditangani dengan operasi untuk
menjaga kestabilan sendi.
B. Saran
Setiap individu sebaiknya mengerti dan memahami bahaya dari penyakit
DBD tersebut, sehingga setiap individu tersebut bisa lebih merasa khawatir dan
mampu menjaga diri dan lingkungannya dari kemungkinan terserangnya demam
berdarah.
DAFTAR PUSTAKA
Louis, Solomon, Apley, A., Graham.(1995) Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem
Apley Edisi 7. Jakarta : Widya Medika
Rasjad, Chairuddin.(2009) Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta : PT. Yarsif
Watampone
Jon C. Thompson, Anatomy of Leg/knee, Netter’s concise orthopaedic anatomy,
2010; 9: 297-303.
Smith BA, Livesay GA, Woo SL. Biology and biomechanics of the anteriorcruciate
ligament. Clin Sports Med 1993; 12:637–670.
Bickley S. Buku saku pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan Bates. 5th ed. Jakarta:
EGC; 2006.