Você está na página 1de 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan dan kekuatan jasmani merupakan salah satu dari sejumlah
syarat mutlak yang wajib di miliki oleh seorang atlet sepak bola, mengingat
beratnya latihan dan kontak badan antar pemain bertumpu pada fisik. Oleh karena
itu di lakukanlah serangkaian kegiatan fisik setiap harinya berupa lari, push up, sit
up, pull up, menendang bola, menggiring bola. Tidak jarang serangkaian latihan
dan pertandingan menimbulkan cidera fisik. Cidera fisik dapat mengakibatkan
terganggunya sistem muskulosletal yang meliputi otot, tulang, sendi, tendon,
ligamentum serta jaringan ikat yang mendukung dan mengikat jaringan dan
organ bersama-sama(Spinder & Rick,2007). Salah satu cidera yang diakibatkan
dari serangkaian kegiatan tersebut adalah ruptur anterior cruciatum ligament(ACL).
Ruptur adalah robeknya atau koyaknya jaringan yang di akibatkan
karena trauma (Dorland,2002). Anterior cruciatum ligamen(ACL) adalah salah satu
dari empat ligamentum utama di dalam lutut yang menghubungkan tulang tibia dan
femur. Fungsi utama ligamentum ini adalah untuk mencegah tulang tibia bergeser
ke arah depan dari tulang femur dan untuk mengontrol gerakan rotasi dari lutut.
Oleh karena itu, ruptur ACL dapat mengakibatkan sendi lutut menjadi tidak stabil
sehingga tulang tibia dapat bergeraksecara bebas.
Ruptur anterior crusiatumligamentum (ACL) sering terjadi pada kegiatan
olahraga yang pada dasarnya terdapat gerakan jongkok, memutar,
menghentikan gerakan, dan melompat. Berdasarkan penelitian Kaiser (Hewet
&Timoty , 2007) olahraga seperti football, baseball, basket, dan sepak boladan ski
terdapat 78% cidera ligamen cruciatum anterior menyertai dalam kegiatan
olahraga. Oleh karena itu, bagi pemain bola yang melakukan kegiatan latihan
fisik yang pada dasarnya termasuk high impact memiliki kecenderungan besar
untuk mengalami cedera ruptur anterior cruciate ligament(ACL)
Berdasarkan laar belakang dan data tersebut si atas, penulis berpendapat
bahwa rupture acl masih memerlukan berbagai penanganan secara konprehensif dan
keikutsertaan klien dan keluarga sangat membantu dalam upaya memperoleh derajat
kesehatan yang optimal. Untuk itu, penulis ingin mengetahui dan memahami lebih
lanjut tentang penanganan/asuhan terhadap klien dengan “Rupture ACL” yang
tersusun sebagai makalah dengan judul “Asuhan keperawatan pada klien Tn “S”
dengan Rupture ACL di Pav. Lukas Kamar 9-1 RS. RK. Charitas”.

B. Ruang Lingkup Penulisan


Ruang lingkup penulisan makalah ini terbatas pada pemberian Asuhan
keperawatan pada klien Tn “S” dengan Rupture ACL di Pav. Lukas Kamar 9-1 RS.
RK. Charitas Palembang meliputi tahap pengkajian, perencanaan, diagnosa,
implementasi, dan evaluasi.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Memahami dan menerapkan asuhan keperawatan pada klien Tn “S” dengan
Rupture ACL secara komprehensipf meliputi aspek biopsikososio spiritual
2. Tujuan khusus
Melalui pendekatan proses keperawatan aspek biopsikososio spiritual
diharapkan siswa mampu:
a. Mampu melaksanakan pengkajian terhadap klien Tn “S” dengan Rupture
ACL
b. Mampu mendiagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah.
c. Mampu membuat rencana tindakan dan rasional dalam praktek nyata sesuai
dengan masalah yang diprioritaskan.
d. Mampu melaksanakan tindakan dalam praktek nyata sesuai dengan masalah
yang telah diprioritaskan.
e. Mampu menilai dan mengevaluasi hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan
pada klien hipertensi.
f. Mampu mendokumentasikan rencana tindakan asuhan keperawatan yang telah
dilaksanakan.

D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan adalah melalui pendekatan studi kasus, yaitu metode
yang memberikan gambaran terhadap suatu kejadian atau keadaan yang sedang
berlangsung melalui proses keperawatan. Adapun teknik-teknik yang digunakan
untuk memperoleh data dan informasi dengan cara:
1. Wawancara
Penulis mengadakan wawancara dengan klien, keluarga, dan petugas
kesehatan lain untuk mendapatkan data subjektif dari klien.
2. Studi Dokumentasi
Data-data yang dudapatkan dari rekam medis klien di ruangan, seperti
catatan keperawatan, catatan dokter, dan tim kesehatan lain.
3. Studi Kepustakaan
Untuk mendapatkan literatur dan tinjauan teoritis, baik mengenai konsep
dasar penyakit maupun konsep asuhan keperawatan.
4. Observasi
Melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung pada klien dan
mengamati langsung perubahan-perubahan yang terjadi untuk memperoleh data
serat mencatat hal-hal penting termasuk pemeriksaan fisik
5. Pemeriksaan fisik meliputi:
a. Inspeksi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara melihat apakah
terdapat luka, ada tidaknya hematom, dan lain-lain.
b. Palpasi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara meraba, yaitu apakah
ada masa atau tidak.
c. Perkusi adalah pemeiksaan fisik dilakukan dengan cara mengetuk dengan
menggunakan reflek hammer.
d. Auskultasi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan mendengarkan dengan
menggunakan stetoskop.

E. Sistematika Penulisan
Penulis membangi penulisan makalah ini dalam 4 BAB, yang terdiri dari:
Bab I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, ruang lingkup penulisan,
tujuan penulisan, metode penulisan, serta sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan teoritis, yang terdiri dari konsep dasar medis yang terdiri dari
definisi, anatomi dan fisiologi, etiologi, manifestasi klinik, patofisiologi,
penatalaksanaan medis, dan konsep dasar asuhan keperawatan.
Bab III : Tinjauan kasus, yang terdiri dari 5 tahapan proses keperawatan mulai dari
pengakajian, dignosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Bab IV : Penutup, berisi kesimpulan dan saran penulis terhadap hasil asuhan
keperawatan pada klien Tn “S” dengan Rupture ACL.
BAB II

TINJAUAN TEORI

I. Konsep Dasar Medis


A. Pengertian
Isltilah awam cedera ligamen yang paling umum ialah terkilir, dan terjadi
ketika jaringan ikat ini diduga membentang melewati kapasitas normal. Hal ini
sering bercampur dengan regangan, yang ketika otot telah membentang terlalu
jauh. Terkilir sering disebabkan oleh gerakan tiba-tiba dan kekerasan atau dengan
teknik peregangan yang tidak tepat. Ketika ligamen rusak lebih parah, dapat robek
atau pecah, mengalami cedera yang lebih serius. Karena ligamen memainkan
peran penting dalam menstabilkan sendi, sehingga sangat rentan terhadap cedera
jika penggunaannya berlebihan atau pegerakan yang tiba-tiba. Banyak atlet
profesional melukai lutut, siku, dan bahu terutama karena tindakan yang diambil
sambil berlari, melompat, melempar , dan lain sebagainya.
Cedera ACL (anterior cruciate ligament) atau ACL rupture adalah robekan di
salah satu ligamen lutut yang menghubungkan tulang kaki atas dengan tulang kaki
bagian bawah. ACL menjaga kestabilan lutut.Ruptur ACL seringkali terjadi pada
atlet olahraga dengan high-impact.

B. Klasifikasi
Cedera ligament yang berkenaan dengan "Sprain" dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. Grade 1 Sprain : ligamen sedikit tertarik namun masih mampu menjaga
kesetabilan sendi lutut.
2. Grade 2 Sprain : Ligamen tertarik dengan hebat dan membuat sendi lutut
menjadi longgar/tidak setabil
3. Grade 3 Sprain : ligamen mengalami sobekan total bahkan hingga terputus
sehingga sendi lutut kehilangan kesetabilan.
(rthoinfo.aaos.org/26 June 2014/13:29).
Sedangkan menurut Giam (1993:137) tingkatan dalam cedera olahraga
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Cedera ringan merupakan cedera dengan robekan yang hanya dapat dilihat
dengan mikroskop, sedikit keluhan, dan tidak mengganggu performance atlet,
misalnya : lecet, memar, atau robek ligamen kecil.
2. Cedera sedang adalah cedera dengan kerusakan jaringan, menimbulkan rasa
nyeri, bengkak, merah, atau panas dengan menimbulkan gangguan fungsi dan
mempengaruhi performance atlet, misalnya : robek otot, dan robek ligament.
3. Cedera berat yaitu cedera dengan robekan otot atau ligamen secara lengkap
atau hampir lengkap atau faktur tulang yang memerlukan istirahat total,
pengobatan intesif, bahkan operasi.

C. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi
Ligamentum Cruciatum Anterius berada di dalam septum
intercondylicum (celah dalam rongga sendi lutut), berjalan dari coraniolateral
ke caudomedial yaitu dari facies medialis condylus leteralis femoris ke
tuberculum intercondyloideum tibiale dan fossa intecodyloidea anterioc (Tim
Anatomi,2012).
ACListilah cruciate berasaldari kata crux yang artinya (menyilang) dan
crucial (sangatpenting).Cruciate ligament salingbersilangansatusama yang
lain. Menyerupaihuruf X. ACL adalahstabelizeruntuk knee joint padaaktivitas
pivot. ACL mulaberkembangpadamingguke 14 usiagestasi,
berukuransebesarjarikitadanpanjangnya rata-rata 38mm danlebar rata-rata 10
mm, dandapatmenahantekananseberat 500 ponsekitar 226kg.
Ligamentuminimelekatpada area intercondylaris anterior tibiae
danberjalankearahatas, kebelakangdan lateral untukmelekatpadabagian
posterior permukaan medial condyluslateralisfemoris.
Ligamentuminiakanmengendurbilalututditekukdanakanmenegangbilalututdilu
ruskansempurna. Initidak hanya
mencegahanteriortranslasidaritibiapadafemurtetapi juga memungkinkan
untukhelicoidbiasatindakanlutut, sehingga mencegah
kemungkinanuntukpatologimeniscal. Ini terdiridari duabundel, sebuah
bundelanteromedial, yang ketat difleksi, danbundelposterolateral, yang lebih
cembungdan ketat dalamekstensi.
SuplaivaskulerACLberasal dariarterigeniculatemiddle,serta
daridifusimelaluisheathsinovialnya.persarafandari ACLterdiri
darimechanoreceptorsberasal darisaraf tibialisdan memberikan
kontribusiuntukproprioseptifnya, serabutrasa nyeridalam ACLyanghampir
tidak ada,inimenjelaskanmengapa adarasa sakit yang
minimalsetelahrupturACLakutsebelumpengembanganhemarthrosisyang
menyakitkan.
2. Fisiologi
Dari ligamenlutut,cruciatesadalah yang palingpenting dalam
menyediakanpengekanganpasifuntukanterior/posteriorgerakan lutut. Jika salah
satuatau keduacruciatesterganggu, biomekanikselama
kegiatanjalanmungkinterganggu.Fungsi utama dariACL adalah untuk
mencegahtranslasianterior daritibia, dalamekstensi penuh, ACL
menyerap75% muatan anterior dan 85% antara 30 dan 90°fleksi.
Selain itu,fungsi lainACL termasuk melawanrotasi internaltibia
danvarus/valgusangulasidari tibiadengan adanyacederaligamenkolateral,
hilangnya ACLmenyebabkanpenurunanmagnitude padacoupledrotasiselama
fleksi, dan lututyang tidak stabil. Kekuatan
tarikACLsekitar2200Ntetapiberubahdengan usia danbebanberulang.
D. Etiologi
Penyebab cedera ACL dapat ditimbulkan oleh berbagai aktivitas (tidak
hanya aktivitas olahraga). Penyebab cedera berdasarkan betapa sering aktivitas
tersebut menyebabkan cedera ACL dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Gerakan Berputar yang terlalu cepat dan tidak normal (Non-Contact)
2. Lutut berpilin saat mendarat
3. Kontak atau benturan langsung(Diktat Anatomy, 2012).

Sedangkan Menurut Robert G. Mark MD dalam bukunya yang berjudul


"The ACL Solution", di jelaskan urutan penyebab terjadinya cedera ACL sebagai
berikut:

1. Cutting and Pivoting Sport


Kebanyakan pemicu cedera ACL pada atlet berasal dari situasi non-
contac (sekitar 70%). biasanya terjadi saat atlet mendarat setelah melakukan
lompatan, merubah arah dengan cepat untuk menghindari pemain lawan, atau
saat atlet melakukan gerakan berhenti secara mendadak (Mark &
Mykleburst,2012).
2. Usia
Usia muda merupakan kelompok penyumbang angka cedera ACl
tertinggi. Faktornya adalah karena mereka melakukan banyak aktivitas fisik
dalam kegiatan sehari - hari maupun dalam latihan olahraga kesehatan atau
prestasinya. American Academy of Orthopaedic memberikan data bahwa dari
2000 operasi yang dilakukan untuk cedera ACL kebayakan pasien dalam
range usia 15 - 25 tahun (Mark & Mykleburst,2012).
3. Jenis Kelamin
Studi menjelaskan bahwa wanita yang aktiv dalam "Cutting Sport" -
sepak bola, bola basket, dll- memiliki 6 kali resiko lebih tinggi untuk
menderita cedera ACl dibanding pria dengan jenis olahraga yang sama.
Sebagian besar dari wanita yang menderita ACL yakni pada usia 12 - 18 tahun
(Mark & Mykleburst,2012). Penyebabnya adalah, secara anatomi kondisi
"Valgus" wanita lebih lunak dari pada pria. Itu yang menyebabkan wanita
memiliki resiko terkena cedera ACl lebih tinggi dibanding dengan pria. Selain
itu, faktor tingginya hormon esterogen pada siklus menstruasi membuat
kekompakkan sendi menurun, sendi menjadi lebih tidak setabil.
E. Patofisiologi
Dari ligamenlutut,cruciatesadalah yang palingpenting dalam
menyediakanpengekanganpasifuntukanterior/posteriorgerakan lutut. Jika salah
satuatau keduacruciatesterganggu, biomekanikselama kegiatanjalanmungkin
terganggu. ACL, seperti semua ligamen lain, terdiri dari tipe
kolagen. Ultrastruktur ligament sangat mirip dengan tendon, tetapi serat didalam
ligamen lebih bervariasi dan memiliki isi elastin yang lebih
tinggi. Ligamen menerima suplai darah dari lokasi
insersinya. Vaskularisasi dalam ligamen adalah seragam, dan ligamen masing-
masing berisi mechanoreceptors dan ujung saraf bebas yang diduga membantu
dalam menstabilkan sendi. Ruptur ACL yang paling umum, adalah ruptur
midsubstan. Jenis ruptur ini terjadi terutama sewaktu ligamentum ditranseksi oleh
condillus femoral lateral yang berputar. ACL menerima suplai darah kaya, teruta
manya dari arteri geniculate medial, sewaktu ACL pecah, haemarthrosis
biasanya berkembang dengan cepat.

F. Manifestasi Klinis
Pasien selalunya merasa atau mendengar bunyi "pop" di lutut pada saat
cedera yang sering terjadi saat mengganti arah, pemotongan, atau pendaratan dari
melompat (biasanya kombinasi hiperekstensi /poros). Ketidakstabilan mendadak
di lutut (lutut terasa goyah). Hal ini bisa terjadi setelah lompatan atau perubahan
arah atau setelah pukulan langsung ke sisi lutut. Nyeri di bagian luar dan belakang
lutut.
Lutut bengkak dalam beberapa jam pertama dari cedera. Ini mungkin
merupakan tanda perdarahan dalam sendi. Pembengkakan yang terjadi tiba-tiba
biasanya merupakan tanda cedera lutut serius. Gerakan lutut terbatas karena
pembengkakan dan / atau rasa sakit.
Kebanyakan cedera pada ACL dapat didiagnosis melalui anamnesa yang
cermat menekankan mekanisme kejadian cedera ditambah dengan pemeriksaan
fisik yang sesuai. Pastikan anamnesa mencakup mekanisme kejadian cedera
sekarang dan kejadian sebelumnya jika ada.

G. Komplikasi
Orang yang mengalami cedera ACL berada pada risiko lebih tinggi terkena
osteoartritis lutut, dimana tulang rawan sendi memburuk dan permukaan halusnya
menjadi kasar. Arthritis dapat tetap terjadi meskipun Anda telah menjalani operasi
untuk merekonstruksi ligamen.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Gerakan Sendi Lutut
Pemeriksaan gerakan sendi lutut sangat penting karena setiap kelainan
pada lutut akan memberikan gangguan pergerakan lutut. Pada pemeriksaan
perlu diketahui apakah gerakan disertai nyeri atau krepitasi. Secara normal
gerakan fleksi pada sendi lutut sebesar 120-145 derajat dan gerakan ekstensi 0
derajat dan mungkin ditemukan hiperekstensi sebesar 10 derajat.
Uji stabilitas sendi lutut yang dapat dilakukan :
a. Pemeriksaan ligamentum kolateral medial dan lateral
Robekan pada ligamentum kolateral medial dapat diperiksa melalui
uji abduction stress dan pada ligamentum kolateral lateral melalui uji
adduction stress. Pada pemeriksaan ini sendi lutut dalam keadaan ekstensi
penuh, satu tangan pemeriksa memegang pergelangan kaki dan satunya
pada lutut. Dengan kedua tangan dilakukan abduksi untuk menguji
ligamentum medial, dan adduksi untuk menguji lgamentum lateral.
Apabila terdapat robekan pada ligamentum kolateral maka dapat
dirasakan sendi bergerak melebihi batas normal.

b. Pemeriksaan ligamentum krusiatum anterior dan posterior


Kedua ligamentum ini berfungsi untuk stabilisasi sendi lutut karah
depan dan belakang. Ligamentum krusiatum anterior berfungsi untuk
mencegah tibia tergelincir ke depan femur, sedangkan ligamentum
krusiatum posterior pada arah sebaliknya.
Cara pemeriksaan :
1) Uji Drawer
Lutut difleksikan 90 derajat dan pemeriksa duduk pada kaki
pasien untuk mencegah gerakan kaki. Dengan meletakkan kedua
tangan di belakang tibia bagian proksimal dan kedua ibu jari pada
kondilus femur, kemudian dilakukan tarikan pada tibia ke depan dan
ke belakang. Kecurigaan adanya robekan pada ligamentum
krusiatum apabila ada gerakan yang abnormal, baik ke depan
ataupun ke belakang.
2) Uji Lachman
Pada pemeriksaan ini lutut difleksikan 15-20 derajat. Satu
tangan memegang tungkai atas pada kondilus femur, sedangkan
tangan lainnya memegang tibia proksimal. Kedua tangan kemudian
digerakkan ke depan dan belakang antara tibia proksimal dan femur.
3) Pemeriksaan pivot shift lateral
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan tambahan untuk
mengetahui defisiensi pada ligamentum krusiatum anterior. Caranya
kaki yang mengalami kelainan diangkat, Dimana kaki kanan
diangkat tangan kanan dan kaki kiri diangkat dengan tangan kiri dan
lutut dalam keadaan ekstensi maksimal. Dengan satu tangan
pemeriksa memutar dari arah luar tungkai bawah persis di sebelah
bawah lutut sehingga terjadi tekanan valgus. Pada saat yang
bersamaan tibia dirotasi ke medial. Selanjutnya lutut difleksi secara
perlahan-lahan dari posisi ekstensi. Pemeriksaan positif apabila
kondilus lateralis tibialis terelokasi secara spontan pada kondilus
femur ketika fleksi mencapai 30-35 derajat.
2. Pemeriksaan Radiologi
Foto polos dapat memperlihatkan bahwa ligamen telah mengavulsikan
sepotong tulang kecil – ligamen medial biasanya dari femur, ligamen lateral
dari fibula, ligamen krusiatum anterior dari spina tibia dan krusiatum posterior
dari bagian belakang tibia atas. Film tekanan (kalau perlu dibawah anestesi)
dapat menunjukkan apakah engsel sendi terbuka ke satu sisi.
3. Pemeriksaan Artroskopi
Bila terjadi robekan hebat pada ligamen kolateral dan kapsul, artroskopi tidak
boleh dilakukan karena ekstravasasi cairan akan menghambat diagnosis dan
menyulitkan prosedur selanjutnya. Indikasi utama untuk melakukan artroskopi
adalah pada robekan ligamentum krusiatum terisolasi yang dicurigai, dan pada
sprain yang lebih ringan untuk menyingkirkan cedera internal lain misalnya
robekan meniskus, yang (kalau ada) dapat ditangani seketika itu juga.

I. Penatalaksanaan
1. TerapiOperasi
Pembentukan ligament. Kebanyakan ACL yang robek tidak boleh di
jahit dan disambung semula. Untuk membolehkan reparasi dari ACL untuk
restorasi stabilitas lutut adalah rekonstruksi dari ligament tersebut. Ligament
tersebut akan di ganti dengan graft jaringan ligament. Graft tersebut akan
menjadi dasar untuk ligament yang baru untuk tumbuh.
Graft tersebut diambil dari beberapa sumber. Selalunya dari tendon
patella, yang merupakan sambungan patella dan tibia. Tendon hamstring pada
posterior pada juga sering digunakan. Kadang tendon kuadrisep yang
insersinya dari patella ke paha dapat digunakan. Graft dari kadaver (allograft)
juga dapat digunakan. Penyembuhan semula mengambil masa sekurang-
kurangnya 6bulan sebelum atlit dapat berolahraga setelah operasi.
Tindakan operasi untuk rekonstruktif ACL dapat digunakan dengan
arthroscopi dengan insisi yang kecil. Opperasi artroskopi kurang invasive.
Kelebihan dari artroskopi adalah kerana kurang invasive,kurang nyeri, masa
rawat inap lebih pendek dan penyembuhan lebih cepat.
Tehnik ini telah dilakukan lebih dari 200 kali sejak tahun 2007. Tehnik
operasi ini sangat populer di USA, Eropa dan Jepang karena dengan tehnik
ini, hasilnya sangat memuaskan pasien. Saat ini tehnik operasi ini dipakai
sebagai standard untuk operasi cedera ACL atlet-atlet papan atas kelas dunia,
misalnya Tiger Wood.
Setelah luka bedah disembuhkan oleh pasien maka akan menjadwalkan
pertemuan pertama mereka dengan seorang fisioterapis. Terapis fisik untuk
mengembangkan rencana untuk mengobati pasien. Tujuan utama awal untuk
mengurangi pembengkakan dan bekerja untuk mencegah pembentukan
jaringan parut. Tujuan berikutnya adalah untuk menyediakan berbagai gerak
kembali, sekaligus memperkuat otot-otot yang mendukung sendi lutut.
Dengan berbagai peningkatan gerak dan kekuatan, terapis fisik rehabilitasi
mereka akhirnya kegiatan dengan panggung dan kontrol neuromuskular
gerakan fungsional yang sesuai dengan kebutuhan sehari-hari pasien. Ini harus
mengikuti jalannya akronim pada tahap awal pemulihan dari robek ACL.
2. Terapi Non-Operasi
ACL yang robek tidak akan sembuh sendiri dan harus dioperasi. Namun
terapi tanpa operasi efektif kepada pasien yang sudah tua dengan aktivitas
kehidupan yang sederhana. Jika stabilitas pada lutut intak, indikasinya adalah
tanpa operasi.
a. Bracing
Alat ini dapat memproteksi lutut dari ketidakstabilan. Selanjutnya bias
diteruskan dengan pemakaian tongkat yang dapat mengurangi beban pada
kaki.
b. Terapi Fisikal
Apabila oedem berkurang, rehabilitasi akan bermula. Olahraga yang
spesifik dapat restorasi fungsi pada lutut dan menguatkan otot kaki yang
memberi sokongan padanya.14,15

Gambar. Bracing Knee


II. Konsep Dasar Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas – nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, nama
orang tua atau suami atau isteri atau penanggungjawab, alamat, pendidikan
pekerjaan, suku bangsa dan agama
2. Keluhan utama – keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi
ke dokter atau mencari pertolongan. Hal yang perlu ditanyakan meliputi nyeri,
kekakuan, pembengkakan, deformitas, disabilitas dan penyakit sistemik
3. Riwayat penyakit sekarang – riwayat perjalanan penyakit merupakan cerita
yang kronologis, terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak
sebelum keluhan utama sampai pasien datang berobat
4. Riwayat penyakit dahulu – mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya
hubungan antara penyakit yang pernah diderita dengan penyakitnya sekarang
5. Riwayat penyakit dalam keluarga – untuk mencari kemungkinan penyakit
herediter, familial atau penyakit infeksi
6. Riwayatpengobatan – apakah yang sudahdilakukan /
diberikanketikainsidenterjadi.
7. Pemeriksaanfisikmeliputi:
a. Look, cari apakah terdapat:
- Deformitas, terdiri dari penonjolan yang abnomal, angulasi, rotasi, dan
pemendekan
- Functio laesa (hilangnya fungsi), mencari tau apakahbagian yang
terkenacederamasihdapatberfungsidenganbaikatautidak.
- Lihat juga ukuran panjang tulang, bandingkan kiri dan kanan.
b. Feel, apakah terdapat nyeri tekan.
c. Move, untuk mencari:
- Krepitasi, terasa bila adafraktur ketikadigerakkan.
- Nyeri bila digerakkan, baik pada gerakan aktif maupun pasif.
- Seberapa jauh gangguan-gangguan fungsi, gerakan-gerakan yang tidak mampu
dilakukan, range of motion (derajat dari ruang lingkup gerakan sendi), dan kekuatan
B. Diagonosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan: Agen injuri (biologi, kimia, fisik,
psikologis), kerusakan jaringan
2. Gangguan mobilitas fisikBerhubungan dengan;
- Kehilangan integritas struktur tulang
- Kerusakan muskuloskeletal dan neuromuskuler
- Intoleransi aktivitas/penurunan kekuatan dan stamina
3. Kurang Pengetahuan Berhubungan dengan : keterbatasan kognitif, interpretasi
terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi,
tidak mengetahui sumber-sumber informasi.
4. Kecemasan berhubungan denganperubahan status kesehatan, ancaman
kematian, perubahan konsep diri, kurang pengetahuan dan hospitalisasi

C. Intervensi
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :


dengan:  Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri secara
Agen injuri (biologi, kimia,  pain control, komprehensif termasuk lokasi,
fisik, psikologis), kerusakan  comfort level karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
jaringan Setelah dilakukan dan faktor presipitasi
tinfakan keperawatan  Observasi reaksi nonverbal dari
DS: selama …. Pasien tidak ketidaknyamanan
- Laporan secara verbal mengalami nyeri, dengan  Bantu pasien dan keluarga untuk
DO: kriteria hasil: mencari dan menemukan dukungan
- Posisi untuk menahan  Mampu mengontrol  Kontrol lingkungan yang dapat
nyeri nyeri (tahu penyebab mempengaruhi nyeri seperti suhu
- Tingkah laku berhati-hati nyeri, mampu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
- Gangguan tidur (mata menggunakan tehnik  Kurangi faktor presipitasi nyeri
sayu, tampak capek, sulit nonfarmakologi untuk  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
atau gerakan kacau, mengurangi nyeri, menentukan intervensi
menyeringai) mencari bantuan)  Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
- Terfokus pada diri sendiri  Melaporkan bahwa napas dala, relaksasi, distraksi, kompres
- Fokus menyempit nyeri berkurang dengan hangat/ dingin
(penurunan persepsi menggunakan  Berikan analgetik untuk mengurangi
waktu, kerusakan proses manajemen nyeri nyeri: ……...
berpikir, penurunan  Mampu mengenali nyeri  Tingkatkan istirahat
interaksi dengan orang (skala, intensitas,  Berikan informasi tentang nyeri seperti
dan lingkungan) frekuensi dan tanda penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
- Tingkah laku distraksi, nyeri) berkurang dan antisipasi
contoh : jalan-jalan,  Menyatakan rasa ketidaknyamanan dari prosedur
menemui orang lain nyaman setelah nyeri  Monitor vital sign sebelum dan sesudah
dan/atau aktivitas, berkurang pemberian analgesik pertama kali
aktivitas berulang-ulang)  Tanda vital dalam
- Respon autonom (seperti rentang normal
diaphoresis, perubahan  Tidak mengalami
tekanan darah, perubahan gangguan tidur
nafas, nadi dan dilatasi
pupil)
- Perubahan autonomic
dalam tonus otot
(mungkin dalam rentang
dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah,
merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu
makan dan minum

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

Gangguan mobilitas fisik NOC : NIC :


Berhubungan dengan :  Joint Movement : Exercise therapy : ambulation
- Gangguan metabolisme Active  Monitoring vital sign sebelm/sesudah
sel  Mobility Level latihan dan lihat respon pasien saat
- Keterlembatan  Self care : ADLs latihan
perkembangan  Transfer performance  Konsultasikan dengan terapi fisik
- Pengobatan Setelah dilakukan tentang rencana ambulasi sesuai
- Kurang support tindakan keperawatan dengan kebutuhan
lingkungan selama….gangguan  Bantu klien untuk menggunakan
- Keterbatasan ketahan mobilitas fisik teratasi tongkat saat berjalan dan cegah
kardiovaskuler dengan kriteria hasil: terhadap cedera
- Kehilangan integritas  Klien meningkat  Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan
struktur tulang dalam aktivitas fisik lain tentang teknik ambulasi
- Terapi pembatasan gerak  Mengerti tujuan dari  Kaji kemampuan pasien dalam
- Kurang pengetahuan peningkatan mobilitas mobilisasi
tentang kegunaan  Memverbalisasikan  Latih pasien dalam pemenuhan
pergerakan fisik perasaan dalam kebutuhan ADLs secara mandiri
- Indeks massa tubuh diatas meningkatkan sesuai kemampuan
75 tahun percentil sesuai kekuatan dan  Dampingi dan Bantu pasien saat
dengan usia kemampuan mobilisasi dan bantu penuhi
- Kerusakan persepsi berpindah kebutuhan ADLs ps.
sensori  Memperagakan  Berikan alat Bantu jika klien
- Tidak nyaman, nyeri penggunaan alat memerlukan.
- Kerusakan Bantu untuk  Ajarkan pasien bagaimana merubah
muskuloskeletal dan mobilisasi (walker) posisi dan berikan bantuan jika
neuromuskuler diperlukan
- Intoleransi
aktivitas/penurunan
kekuatan dan stamina
- Depresi mood atau cemas
- Kerusakan kognitif
- Penurunan kekuatan otot,
kontrol dan atau masa
- Keengganan untuk
memulai gerak
- Gaya hidup yang
menetap, tidak digunakan,
deconditioning
- Malnutrisi selektif atau
umum
DO:
- Penurunan waktu reaksi
- Kesulitan merubah posisi
- Perubahan gerakan
(penurunan untuk
berjalan, kecepatan,
kesulitan memulai
langkah pendek)
- Keterbatasan motorik
kasar dan halus
- Keterbatasan ROM
- Gerakan disertai nafas
pendek atau tremor
- Ketidak stabilan posisi
selama melakukan ADL
- Gerakan sangat lambat
dan tidak terkoordinasi

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

Kurang Pengetahuan NOC: NIC :


Berhubungan dengan :  Kowlwdge : disease  Kaji tingkat pengetahuan pasien dan
keterbatasan kognitif, process keluarga
interpretasi terhadap  Kowledge : health  Jelaskan patofisiologi dari penyakit
informasi yang salah, Behavior dan bagaimana hal ini berhubungan
kurangnya keinginan untuk Setelah dilakukan dengan anatomi dan fisiologi, dengan
mencari informasi, tidak tindakan keperawatan cara yang tepat.
mengetahui sumber-sumber selama …. pasien  Gambarkan tanda dan gejala yang
informasi. menunjukkan biasa muncul pada penyakit, dengan
pengetahuan tentang cara yang tepat
proses penyakit dengan  Gambarkan proses penyakit, dengan
DS: Menyatakan secara kriteria hasil: cara yang tepat
verbal adanya masalah  Pasien dan keluarga  Identifikasi kemungkinan penyebab,
DO: ketidakakuratan menyatakan dengan cara yang tepat
mengikuti instruksi, pemahaman tentang  Sediakan informasi pada pasien
perilaku tidak sesuai penyakit, kondisi, tentang kondisi, dengan cara yang
prognosis dan program tepat
pengobatan
 Sediakan bagi keluarga informasi
 Pasien dan keluarga
tentang kemajuan pasien dengan cara
mampu melaksanakan
yang tepat
prosedur yang
 Diskusikan pilihan terapi atau
dijelaskan secara
penanganan
benar
 Pasien dan keluarga  Dukung pasien untuk mengeksplorasi
mampu menjelaskan atau mendapatkan second opinion
kembali apa yang dengan cara yang tepat atau
dijelaskan perawat/tim diindikasikan
kesehatan lainnya  Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

Kecemasan berhubungan NOC : NIC :


dengan - Kontrol kecemasan Anxiety Reduction
Faktor keturunan, Krisis - Koping (penurunankecemasan)
situasional, Stress, Setelah dilakukan asuhan  Gunakan pendekatan yang
perubahan status kesehatan, selama ……………klien menenangkan
ancaman kematian, kecemasan teratasi dgn  Nyatakan dengan jelas harapan
perubahan konsep diri, kriteria hasil: terhadap pelaku pasien
kurang pengetahuan dan  Klien mampu  Jelaskan semua prosedur dan apa
hospitalisasi mengidentifikasi dan yang dirasakan selama prosedur
mengungkapkan  Temani pasien untuk memberikan
DO/DS: gejala cemas keamanan dan mengurangi takut
- Insomnia  Mengidentifikasi,  Berikan informasi faktual mengenai
- Kontak mata kurang mengungkapkan dan diagnosis, tindakan prognosis
- Kurang istirahat menunjukkan tehnik  Libatkan keluarga untuk
- Berfokus pada diri sendiri untuk mengontol mendampingi klien
- Iritabilitas cemas
 Instruksikan pada pasien untuk
- Takut  Vital sign dalam batas menggunakan tehnik relaksasi
- Nyeri perut normal
 Dengarkan dengan penuh perhatian
- Penurunan TD dan denyut  Postur tubuh, ekspresi
nadi wajah, bahasa tubuh  Identifikasi tingkat kecemasan
- Diare, mual, kelelahan dan tingkat aktivitas  Bantu pasien mengenal situasi yang
- Gangguan tidur menunjukkan menimbulkan kecemasan
- Gemetar berkurangnya  Dorong pasien untuk
- Anoreksia, mulut kering kecemasan mengungkapkan perasaan, ketakutan,
- Peningkatan TD, denyut persepsi
nadi, RR  Kelola pemberian obat anti
- Kesulitan bernafas cemas:........
- Bingung
- Bloking dalam
pembicaraan
- Sulit berkonsentrasi
D. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah di susun pada tahap perencanaan. Ukuran intervensi keperawatan yang
diberikan kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk
memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk
mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari.
Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai
dengan rencana keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif
(intelektual), kemampuan dalam hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam
melakukan tindakan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada
kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan,
strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi

E. Evaluasi
1. Pasien tidak mengalami nyeri
2. Gangguan mobilitas fisik teratasi
3. Pasien menunjukkan pengetahuan tentang proses penyakit
4. Klien kecemasan teratasi
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ligament merupakan jaringan ikat fibrosa yang mengikat ujung luar tulang
yang membentuk persendian. Ligamen tersusun atas jaringan ikat padat yang
mengandung serat kolagen nonextensile (tipe 1). Cedera pada ligamen dapat
terjadi akibat benturan atau gerakan yang dapat mengakibatkan ligamen meregang
melebihi kemampuan normalnya.
Cedera pada ligamen sering terjadi pada ligamen di bagian lutut, dan
pergelangan kaki. Penatalaksanaannya tergantung dari tingkat keparahan cedera.
Untuk keseleo, terapi bisa dilakukan dengan pemasangan gips selama beberapa
minggu, sedangkan untuk robekan ligamen ditangani dengan operasi untuk
menjaga kestabilan sendi.

B. Saran
Setiap individu sebaiknya mengerti dan memahami bahaya dari penyakit
DBD tersebut, sehingga setiap individu tersebut bisa lebih merasa khawatir dan
mampu menjaga diri dan lingkungannya dari kemungkinan terserangnya demam
berdarah.
DAFTAR PUSTAKA

Louis, Solomon, Apley, A., Graham.(1995) Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem
Apley Edisi 7. Jakarta : Widya Medika
Rasjad, Chairuddin.(2009) Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta : PT. Yarsif
Watampone
Jon C. Thompson, Anatomy of Leg/knee, Netter’s concise orthopaedic anatomy,
2010; 9: 297-303.
Smith BA, Livesay GA, Woo SL. Biology and biomechanics of the anteriorcruciate
ligament. Clin Sports Med 1993; 12:637–670.
Bickley S. Buku saku pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan Bates. 5th ed. Jakarta:
EGC; 2006.

http://www.sehatfresh.com/cedera-acl/Diakses pada hari minggu, 1 mei 2016 pukul


15.00 wib

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta

Você também pode gostar