Você está na página 1de 3

Buatlah Orang Tua-mu Tersenyum

Birrul walidain atau berbuat baik kepada kedua orang tua merupakan salah satu karakteristik
orang beriman. Hasan Al-Bashri mendefinisikan Birrul Walidain dengan mengatakan: "Al-Birr
atau berbuat baik adalah patuh dan perduli terhadap kedua orang tua dalam berbagai hal yang
mereka minta, sebatas hal tersebut tidak bertentangan atau melanggar perintah Allah.
Kita sebagai siswa/murid juga dianjurkan untuk patuh dan menghormati guru-guru kita
disekolah. Karena guru-guru kita disekolah adalah orang tua kita selama kita menuntut ilmu di
sekolah. Selain itu kita dianjurkan juga berbuat baik kepada teman sejawat, karib kerabat, anak-
anak yatim, orang miskin, tetangga dekat maupun tetangga jauh.
Tidak boleh mem-bully teman sendiri, saling tolong menolong dalam hal kebaikan. Tetapi
dilarang tolong menolong dalam hal mencontek lo yaa....
Oya gays....

Perintah birrul walidain seperti tercantum dalam surat an-Nisaa’ ayat 36:

ِ ُ‫ار ْال ُجن‬


‫ب‬ ِ ‫ار ذِي ْالقُ ْربَ ٰى َو ْال َج‬ ِ ‫ين َو ْال َج‬
ِ ‫سا ِك‬ َ ‫سانًا َوبِذِي ْالقُ ْربَ ٰى َو ْاليَت َا َم ٰى َو ْال َم‬
َ ْ‫ش ْيئًا ۖ َوبِ ْال َوا ِلدَي ِْن إِح‬
َ ‫َّللاَ َو ََل ت ُ ْش ِر ُكوا بِ ِه‬
‫َوا ْعبُد ُوا ه‬
‫ورا‬ ‫َت أ َ ْي َمانُ ُك ْم ۗ ِإ هن ه‬
ً ‫َّللاَ ََل ي ُِحبُّ َم ْن َكانَ ُم ْخت ًَاَل فَ ُخ‬ ْ ‫س ِبي ِل َو َما َملَك‬ ‫ب َواب ِْن ال ه‬ ْ
‫ن‬ ‫ج‬
ِ َ ِ ِْ
‫ال‬ ‫ب‬ ‫ب‬ ‫اح‬
ِ ‫ص‬
‫ه‬ ‫ال‬ ‫و‬َ

“Dan beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu
apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-
orang miskin, tetangga dekat, tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil [1], dan hamba sahaya
yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membanggakan diri.” [An-Nisaa’ : 36]

Al kisah....
Di Yaman, tinggalah seorang pemuda bernama Uwais Al Qarni yang berpenyakit sopak,
tubuhnya belang-belang. Walaupun cacat, dia adalah pemuda yang soleh dan sangat berbakti
kepadanya Ibunya. Ibunya adalah seorang wanita tua yang lumpuh. Uwais sentiasa merawat
dan memenuhi semua permintaan Ibunya. Hanya satu lagi permintaan sulit perlu Uwais
kabulkan.

“Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi untuk hidup, ikhtiarkan agar Ibu dapat mengerjakan haji,”
pinta Ibunya. Uwais termenung, perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh melewati padang pasir
tandus yang panas. Orang-orang biasanya menggunakan unta dan membawa banyak bekalan.
Namun Uwais sangat miskin dan tidak memiliki kenderaan.

Uwais terus berfikir mencari jalan penyelesaian. Kemudian, dia membeli seekor anak lembu,
rasanya untuk apa anak lembu itu? Tidak mungkin pergi Haji naik lembu. Lalu, Uwais
membina kandang lembu di puncak bukit. Setiap pagi beliau menggendong anak lembu itu
naik dan turun bukit. “Uwais gila.. Uwais gila…” kata orang-orang. Iya, kelakuan Uwais
memang sungguh aneh.
Tak pernah ada hari yang terlepas dia menggendong lembu naik dan turun bukit. Makin hari
anak lembu itu makin besar, dan makin besar tenaga yang diperlukan Uwais. Tetapi
kerana latihan setiap hari, anak lembu yang membesar itu tak terasa lagi bebannya.

Setelah 8 bulan berlalu, sampailah musim Haji. Lembu Uwais telah mencapai 100 kg, begitu
juga dengan otot Uwais yang semakin membesar. Dia menjadi kuat mengangkat barang.
Tahulah sekarang orang-orang apa maksud Uwais menggendong lembu setiap hari. Ternyata
ia latihan untuk menggendong Ibunya.

Uwais menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Mekkah! Subhanallah, alangkah
besar cinta Uwais pada ibunya. Dia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi
keinginan ibunya.

Uwais berjalan tegap menggendong ibunya tawaf mengelilingi Ka’bah. Ibunya terharu dan
bercucuran air mata setelah melihat Baitullah. Di hadapan Ka’bah, ibu dan anak itu berdoa.
“Ya Allah, ampuni semua dosa ibu,” kata Uwais. “Bagaimana dengan dosamu?” tanya ibunya
keheranan. Uwais menjawab, “Dengan terampunnya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk syurga.
Cukuplah ridha dari Ibu yang akan membawa aku ke syurga.”

Subhanallah, itulah keinganan Uwais yang tulus dan penuh cinta. Allah SWT pun memberikan
karunia-Nya, Uwais seketika itu juga disembuhkan dari penyakit sopaknya. Hanya tertinggal
bulatan putih ditelapak tangannya. Tahukah teman-teman...apa hikmah dari bulatan putih yang
ditinggalkan itu? Itulah tanda untuk Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, dua sahabat
utama Rasulullah SAW untuk mengenali Uwais.

Beliau berdua sengaja mencari Uwais di sekitar Ka’bah, karena Rasulullah SAW berpesan “Di
zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kamu berdua
pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman. Kalau berjumpa
dengan dia minta tolong dia berdoa untuk kamu berdua.”

Kisah yang indah, semoga dapat membuat kita semua menjadi anak yang lebih
baik dan selalu membuat orang tua kita tersenyum. Senyum bahagia dan bangga
mempunyai anak yang sholeh dan sholehah. Aamiin....
Dalam surat al-Israa’ ayat 23-24, juga lo....
Allah SWT berfirman :

ٍّ ُ ‫سا ًنا ۚ ِإ هما َي ْبلُغ هَن ِع ْندَكَ ْال ِك َب َر أ َ َحد ُ ُه َما أ َ ْو ِك ََل ُه َما َف ََل تَقُ ْل َل ُه َما أ‬
‫ف َو ََل تَ ْن َه ْر ُه َما‬ َ ْ‫ض ٰى َربُّكَ أ َ هَل تَ ْعبُد ُوا ِإ هَل ِإيهاهُ َو ِب ْال َوا ِلدَي ِْن ِإح‬
َ َ‫َوق‬
‫يرا‬ً ‫ص ِغ‬َ ‫ار َح ْم ُه َما َك َما َربهيَانِي‬ ْ ‫ب‬ ُ
ِ ‫الرحْ َم ِة َوق ْل َر‬ ُّ
‫ض ل ُه َما َجنَا َح الذ ِل ِمنَ ه‬ َ ْ ‫اخ ِف‬ ً َ
ْ ‫َوق ْل ل ُه َما قَ ْوَل ك َِري ًما َو‬ ُ

“Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-
Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau
kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah
engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak
keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu
terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah
keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.’” [Al-Israa’ : 23-
24]

“ …Pada suatu hari tiga orang dari ummat sebelum kalian sedang berjalan, lalu kehujanan.
Mereka berteduh pada sebuah gua di kaki sebuah gunung. Ketika mereka berada di
dalamnya, tiba-tiba sebuah batu besar runtuh dan menutupi mulut gua. Sebagian mereka
berkata kepada yang lain: ‘Ingatlah amal terbaik yang pernah kamu lakukan.’ Kemudian
mereka memohon kepada Allah dan bertawassul melalui amal tersebut, dengan harapan agar
Allah menghilangkan kesulitan tersebut. Salah satu di antara mereka berkata: ‘Ya Allah,
sesungguhnya aku mempunyai kedua orang tua yang sudah lanjut usia sedangkan aku
mempunyai isteri dan anak-anak yang masih kecil. Aku menggembala kambing, ketika
pulang ke rumah aku selalu memerah susu dan memberikan kepada kedua orang tuaku
sebelum orang lain. Suatu hari aku harus berjalan jauh untuk mencari kayu bakar dan mencari
nafkah sehingga pulang sudah larut malam dan aku dapati orang tuaku sudah tertidur, lalu
aku tetap memerah susu sebagaimana sebelumnya. Susu tersebut tetap aku pegang lalu aku
mendatangi keduanya namun keduanya masih tertidur pulas. Anak-anakku merengek-rengek
menangis untuk meminta susu ini dan aku tidak memberikannya. Aku tidak akan
memberikan kepada siapa pun sebelum susu yang aku perah ini kuberikan kepada kedua
orang tuaku. Kemudian aku tunggu sampai keduanya bangun. Pagi hari ketika orang tuaku
bangun, aku berikan susu ini kepada keduanya. Setelah keduanya minum lalu kuberikan
kepada anak-anakku. Ya Allah, seandainya perbuatan ini adalah perbuatan yang baik karena
mengharap wajah-Mu, maka bukakanlah mulut gua ini.’ Maka batu yang menutupi pintu gua
itu pun bergeser sedikit..”[4]

Sumber: https://almanhaj.or.id/989-menggapai-ridha-allah-dengan-berbakti-kepada-orang-
tua.html

Você também pode gostar