Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
2.1 KONTRASEPSI
2.1.1 Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan
konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan
kehamilan, maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat pertemuan antara sel telur matang dengan sel sperma tersebut.7
Metode Jumlah %
Intra Uterine Device (IUD) 658.632 7,75
Metode Operasi Wanita (MOW) 128.793 1,52
Metode Operasi Pria (MOP) 21.374 0,25
Kondom 517.638 6,09
Implan 784.215 9,23
Suntikan 4.128.115 48,56
Pil 2.261.480 26,60
Total 8.500.247 100
Tabel 1. Peserta Baru KB Menurut Metode Kontrasepsi di Indonesia, Tahun 2013
Pada tahun 2013, cakupan KB aktif secara nasional sebesar 75,88%. Dari 33 provinsi,
ada 15 provinsi yang cakupannya masih berada di bawah cakupan nasional. Provinsi
Bengkulu merupakan provinsi dengan cakupan tertinggi sebesar 87,70%, dan Provinsi Papua
merupakan provinsi dengan cakupan terendah sebesar 67,15%, sedangkan DKI Jakarta
78,85%.8
Selama tahun 2013, Klinik KB Pemerintah merupakan fasilitas kesehatan yang
memberikan pelayanan KB terbanyak pada peserta KB baru, yaitu 65,40%. Tempat
pelayanan selanjutnya adalah bidan praktek swasta (BPS) sebesar 23,61%, klinik KB swasta
sebesar 8,35% dan dokter praktek swasta (DPS) sebesar 1,64%.8
Tempat Pelayanan %
Klinik KB Pemerintah 66,40
Bidan Praktek Swasta 23,61
Klinik KB Swasta 8,35
Dokter Praktik Swasta 1,64
Tabel 2. Presentase Peserta KB Baru Menurut Tempat Pelayanan
2.2.2 Jenis
Jenis AKDR yang pernah ada di
Indonesia antara lain adalah10:
1. Copper-T: berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian
vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai
efek anti fertilitas.
2. Copper-7: berbentuk angka 7 untuk memudahkan pemasangan
3. Multi load: terbuat dari polyethelene dengan dua tangan fleksibel berbentuk sayap
di kiri dan kanan. Terdapat tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini.
4. Lippes loop: terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf S bersambung.
AKDR jenis ini jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus bila terjadi perforasi.
Sejak tahun 2005, bdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1079/MENKES/SK/VIII/2010, AKDR resmi yang digunakan oleh BKKBN adalah
Cooper T 380 A.1
2.2.3 Cara Kerja
Cara kerja AKDR adalah sebagai berikut11:
a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.
b. Memengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri.
c. Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma sulit masuk ke dalam
alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi.
d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus
2.2.4 Keuntungan
Keuntungan dari penggunaan AKDR adalah sebagai berikut9,11 :
a. Memiliki efektivitas tinggi sebagai kontrasepsi segera setelah dipasang.
b. Metode kontrasepsi jangka panjang dapat digunakan hingga 10 tahun
c. Tidak perlu untuk mengingat waktu pemakaian atau disiplin penggunaan seperti pil &
suntik.
d. Tidak menggangu hubungan seksual
e. AKDR CuT-380A tidak memiliki efek samping hormonal karena tidak mengandung
hormon.
f. Tidak menghambat produksi ASI bagi Ibu yang sedang menyusui.
g. Dapat langsung digunakan segera setelah melahirkan (pasca persalinan) atau sesudah
abortus dengan syarat tidak terjadi infeksi.
Berikut adalah tabel yang menunjukkan masalah yang timbul dalam pemakaian KB
menurut metode yang dipakai. Berdasarkan tabel tersebut, AKDR merupakan metode yang
paling sedikit menimbulkan keluhan dibandingkan pil, suntikan dan susuk KB.
Tabel 3. Distribusi Persentase Peserta KB yang Mengalami Masalah dengan Alat/Cara KB
yang Digunakan, Menurut Metode yang Dipakai.4
2.2.5 Keterbatasan
Keterbatasan dari penggunaan AKDR yaitu9 :
1. Efek samping pada 3 bulan pertama yaitu haid lebih lama, terasa nyeri, dan adanya
pendarahan (spotting) antar menstruasi.
2. Nyeri perut 3-5 hari setelah pemasangan, pendarahan berat pada saat haid yang
berisiko anemia, perforasi dinding uterus akibat pemasangan tidak tepat.
3. Tidak dapat dilepas sendiri.
4. Risiko menimbulkan kehamilan ektopik.
5. Perlu dilakukan pemeriksaan posisi benang AKDR secara periodik.
2.2.6 Pandangan masyarakat terhadap AKDR
AKDR merupakan salah satu alat kontrasepsi Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih
(MKET). Meskipun demikian, angka penggunaan AKDR di Indonesia masih rendah
dibandingkan dengan alat kontrasepsi lainnya. Bahkan pengguna AKDR cenderung menurun
dari tahun 2006 (7,6%) ke 2008 (7,1%)laporan tahunan bkkbn 2008
Terdapat berbagai alasan yang menyebabkan enggannya masyarakat dalam
menggunakan AKDR, diantaranya adaah prosedur pemasangan yang dianggap tabu karena
dimasukkan oleh tenaga kesehatan ke dalam alat kelamin wanita.saifuddin, 2003
Selain itu
terdapat rumor yang beredar di masyarakat bahwa AKDR dapat terlepas sendiri, dapat
menempel di janin, dapat berpindah tempat, mengganggu senggama, dan menyebabkan
infertilitas. (Saifuddin, 2003).
Selain tu, dalam pemilihan kontrasepsi, terdapat faktor-faktor lain yang
mempengaruhi masyarakat, diantaranya: faktor predisposisi (usia, pendidikan, jumlah anak,
pengetahuan dan sikap), faktor pemungkin (kelengkapan alat kontrasepsi & ketersediaan
bidan/tenaga KB), dan faktor penguat (dukungan suami) (Rahmi, 2011).
2.3 PERILAKU
Perilaku merupakan tindakan manusia seperti bicara, berjalan, tertawa, menangis, dan
sebagainya, yang dapat diamati langsung maupun tidak langsung oleh pihak luar. Menurut
Skinner, perilaku adalah reaksi atau respon terhadap rangsang atau stimulus eksternal. Teori
skinner adalah Stimulus-Organisme-Respons sehingga disebut teori “S-O-R”.16 Perilaku
dapat dibagi menjadi:
a. Perilaku tertutup (covert behavior): merupakan respon terhadap stimulus yang
terbatas pada pengetahuan, sikap, persepsi, dan sebagainya yang tidak dapat diamati
oleh orang lain dengan mudah.
b. Perilaku terbuka (overt behavior): merupakan respon terhadap stimulus yang tampak
nyata dari tindakan dan dapat diamati orang lain.
2.3.1 Perilaku Kesehatan
Menurut Lawrence Green, kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh faktor perilaku
(behavior causes) & faktor non perilaku (non behavior causes). Faktor perilaku ditentukan
oleh:16
a. Faktor predisposisi (predisposing factor) berupa pengetahuan, sikap, keyakinan, dan
kepercayaan masyarakat.
b. Faktor pendukung (enabling factor) berupa lingkungan fisik, fasilitas sarana
kesehatan seperti puskesmas, obat-obatan, alat kesehatan dan sebagainya.
c. Faktor pendorong (reinforcing factor) berupa sikap dan perilaku petugas kesehatan
dan petugas pendukung lainnya yang dijadikan panutan perilaku masyarakat,
contohnya dokter, bidan, serta ibu kader wilayah setempat.
Menurut Notoatmodjo16, perilaku kesehatan merupakan respon terhadap stimulus
terkait penyakit, minuman, makanan, pelayanan kesehatan, dan lingkungan. Oleh karena itu,
perilaku kesehatan dibagi menjadi 3 kelompok yaitu perilaku memelihara kesehatan (health
maintenance), perilaku pencarian / penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan (health seeking
behavior), dan perilaku kesehatan lingkungan.16
Perilaku manusia dipegaruhi oleh faktor internal (emosi, jenis kelamin, kecerdasan)
dan faktor eksternal (sosial ekonomi, budaya, politik). Menurut Bloom, terdapat 3 ranah
perilaku yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Teori Bloom dijadikan
panduan untuk mengukur keberhasilan pendidikan kesehatan. Hasil modifikasi teori Bloom
adalah sebagai berikut:
2.3.1.1 Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan menurut Notoadmojo16 adalah hasil “tahu” yang terjadi setelah seseorang
penginderaan terhadap suatu obyek melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan didapat melalui
penglihatan dan pendengaran.17 Pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkatan:.16
a. Tahu (Know): mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya, mengingat kembali
(recall) hal spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima.16
b. Memahami (Comprehension): kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan menginterpertasikan materi tersebut secara benar. Dalam hal ini,
mampu menjelaskan, menyebutkan contoh dan menyimpulkan suatu objek yang telah
dipelajari).16
c. Aplikasi (Application): kemampuan untuk menggunakan materi yang telah didapat
atau dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya atau riil.16
d. Analisis (Analysis): kemempuan menjabarkan materi ke dalam komponen, tapi masih
didalam suatu struktur organisasi dan masih berkaitan satu sama lain. Kemampuan
analisis dapat dilihat dari kemampuan menggunakan kata kerja yang dapat
menggambarkan, membedakan, memisahkan dan mengelompokkan materi atau
objek.16
e. Sintesis (Synthesis): kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi yang telah
ada. Contohnya dapat menyusun, merencanakan, meringkas dan dapat menyesuaikan
suatu keadaan terhadap teori yang ada.16
f. Evaluasi (Evaluation): kemampuan menilai terhadap suatu objek atau materi.
Peniilaian berdasarkan suatu kriteria yang ditemukan sendiri atau menggunakan
kriteria kriteria yang telah ada.16
2.3.1.2 Sikap (attitude)
Merupakan respon tertutup seseorang terhadap stimulus yang berupa predisposisi dari
perilaku. Sikap adalah kesiapan seseorang untuk beraksi. Menurut Allport, sikap memiliki 3
komponen yaitu keyakinan/kepercayaan, kehidupan emosional, dan kecenderungan bertindak.
Sikap terdiri dari 4 tingkatan:16
a. Menerima (receiving): subjek mau & memperhatikan stimulus objek
b. Merespon (responding): menjawab saat ditanya, mengerjakan tugas
c. Menghargai (valuing): mengajak orang lain untuk mengerjakan atau berdiskusi
d. Bertanggung jawab (responsible): tanggung jawab atas risiko pilihan
2.3.1.3 Praktik (practice)
Merupakan perwujudan sikap sehngga menghasilkan perbuatan nyata. Praktik terdri
dari 4 tingkatan:16
a. Persepsi (perception): mengenal dan memilih objek terkait tindakan
b. Respon terpimpin (guided response): melakukan sesuai urutan yang benar
c. Mekanisme (mechanism): melakukan sesuatu dengan benar, menjadi kebiasaan
d. Adopsi (adoption): dapat memodifikasi tindakan tanpa ubah kebenaran
2.4 PUSKESMAS
Puskesmas merupakan singkatan dari Pusat Kesehatan Masyarakat yaitu unit pelaksana
dinas kesehatan Kabupaten/Kota. Fungsi puskesmas adalah kuratif dan rehabilitatif, namun
saat ini mulai ditekankan pula upaya preventif dan promotif. Saat ini, fungsi puskesmas
menjadi semakin berkembang karena puskesmas juga dituntut untuk menjadi pusat pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang tak hanya melayani kesehatan perorangan tetapi juga
pelayanan kesehatan masyarakat yang berfokus pada pemeliharaan dan peningkatan derajat
kesehatan, pencegahan penyakit, dan pemberdayaan masyarakat. Tenaga kesehatan di
Puskesmas, termasuk dokter puskesmas, memegang tanggung jawab, wewenang, serta
mengemban tugas dari pejabat setempat dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat.18
2.5 POSYANDU
Posyandu yang merupakan singkatan dari Pos Pelayanan Terpadu, adalah bentuk Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk, dan bersama
masyarakat. Kegiatan Posyandu yang utama diantaranya adalah kesehatan ibu dan anak,
keluarga berencana, imunisasi, gizi, pencegahan & penanggulangan diare. Posyandu
diselenggarakan satu kali dalam sebulan. Penyelenggara Posyandu adalah kader-kader
posyandu yang dipilih oleh masyarakat. Posyandu dilaksanakan di lokasi yang mudah
dijangkau masyarakat. Posyandu berada di bawah pengawasan Puskesmas.
2.5.1 Peran Posyandu dalam pembinaan Keluarga Berencana
Dalam pembinaan Keluarga Berencana, di Posyandu harus dilakukan pembinaan untuk
wanita, khususnya yang sedang nifas dan usia subur. Kader Posyandu harus mampu memberi
penjelasan pada warga mengenai jenis-jenis metode/alat KB. Metode/alat KB yang
dikenalkan adalah kondom dan vasektomi untuk suami, kemudian pil, suntik, implan, AKDR,
dan tubektomi untuk istri.