Você está na página 1de 13

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan penduduk di dunia, khususnya di negara berkembang seperti Indonesia
semakin lama semakin meningkat saja.1 Peningkatan jumlah penduduk yang relatif cepat ini
dapat mengakibatkan berbagai masalah kesehatan di masyarakat sehingga perlu diatasi. 1
Tingginya pertumbuhan penduduk Indonesia berkaitan dengan masih rendahnya cakupan
program Keluarga Berencana (KB).1 Jumlah pengguna KB pada wanita di Indonesia baru
mencapai 59,7%, sehingga terdapat 40,3% wanita yang tidak mengikuti KB.1 DKI Jakarta
yang merupakan Ibukota Indonesia, merupakan salah satu kontributor dalam rendahnya
angka penggunaan KB di Indonesia.1,2 Pengguna KB di DKI Jakarta berjumlah 54%. Angka
ini masih lebih rendah dari angka pencapaian nasional, dan DKI Jakarta merupakan propinsi
dengan angka pengguna KB terendah di Pulau Jawa.2
Pemilihan metode kontrasepsi di Indonesia masih terfokus pada KB hormonal yang
angkanya mencapai 51,8% dari jumlah wanita atau 87,35% dari seluruh jumlah pengguna
KB. Dari KB hormonal tersebut, metode suntik masih menjadi pilihan utama yaitu 34,3%
dari jumlah wanita atau 57,6% dari seluruh jumlah pengguna KB, diikuti oleh pil dengan
13,9% dari jumlah wanita dan 23,2% dari seluruh jumlah pengguna KB.2 Walaupun suntik
dan pil menjadi pilihan utama masyarakat Indonesia, metode ini memiliki efektivitas yang
kurang baik dibandingkan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), implan, dan steril.3
AKDR merupakan pilihan KB yang efektif dan diprioritaskan pada seluruh fase
keluarga.4 Pada fase menunda kehamilan, pil merupakan pilihan utama diikuti oleh AKDR
sebagai pilihan kedua. Untuk fase menjarangkan kehamilan, AKDR merupakan pilihan utama
diikuti oleh suntik sebagai pilihan kedua. Pada fase tidak hamil lagi, steril merupakan pilihan
utama diikuti oleh AKDR sebagai pilihan kedua.4 Meskipun AKDR merupakan metode yang
sangat efektif dan merupakan prioritas pertama dan kedua pada seluruh fase, penggunaan
AKDR di Indonesia masih rendah yaitu 4,3% dari jumlah WUS atau 7,2% dari seluruh
jumlah pengguna KB.2
Agar dapat memilih metode kontrasepsi yang terbaik, masyarakat memerlukan
pengetahuan yang baik pula mengenai KB, khususnya mengenai metode-metode kontrasepsi
yang tersedia.5 Pengetahuan masyarakat mengenai metode AKDR yang masih kurang
membuat masyarakat menjadi enggan menggunakan metode ini meskipun efektivitas AKDR
sangat baik dan dapat digunakan oleh hampir semua wanita.5 Hal ini menyebabkan
munculnya kepercayaan masyarakat yang kurang tepat mengenai AKDR, contohnya apabila
menggunakan AKDR wanita tersebut akan mengalami infertilitas dan tidak dapat memiliki
anak lagi. Oleh sebab itu, sebuah intervensi berupa penyuluhan kesehatan diperlukan untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat, khususnya wanita untuk menghilangkan keraguan
dalam memilih AKDR sebagai metode kontrasepsi yang akan digunakan.6

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah terdapat hubungan antara usia, tingkat pendidikan, dan jumlah anak terhadap
pengetahuan, sikap, dan perilaku?
2. Apakah terdapat peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku mengenai AKDR
sebelum dan sesudah penyuluhan?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui manfaat penyuluhan dalam meningkatkan jumlah pengguna AKDR di
Puskesmas Kelurahan Pekojan 2.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui hubungan antara usia, tingkat pendidikan, dan jumlah anak terhadap
pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap AKDR.
2. Mengetahui pengetahuan dan sikap warga RW 9 Kelurahan Pekojan 2 mengenai
AKDR sebelum dan sesudah penyuluhan.

1.4 Hipotesis Penelitian


1. Terdapat hubungan antara usia, tingkat pendidikan, dan jumlah anak terhadap
pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat terhadap AKDR.
2. Terdapat peningkatan pengetahuan dan sikap masyarakat mengenai AKDR pada saat
sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat bagi Masyarakat
1. Masyarakat dapat mengetahui kegunaan dan manfaat alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR).
2. Masyarakat dapat memilih kontrasepsi terbaik, khususnya AKDR.
1.5.2 Manfaat bagi Peneliti
1. Peneliti dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam membuat proyek
kesehatan masyarakat.
2. Peneliti dapat berperan dan bekerja sama dalam membina kesehatan masyarakat di
wilayah kelurahan.
1.5.3 Manfaat bagi Puskesmas
1. Puskesmas dapat mencapai tujuannya sebagai fasilitas peningkat kualitas kesehatan
masyarakat khususnya di bagian kesehatan reproduksi.
2. Pencapaian pengguna kontrasepsi, khususnya AKDR di Puskesmas dapat bertambah.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONTRASEPSI
2.1.1 Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan
konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan
kehamilan, maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat pertemuan antara sel telur matang dengan sel sperma tersebut.7

2.1.2 Epidemiologi Kontrasepsi


Data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
menunjukkan bahwa pada tahun 2013 ada 8.500.247 PUS (Pasangan Usia Subur) yang
merupakan peserta KB baru, dan hampir separuhnya (48,56%) menggunakan metode
kontrasepsi suntikan. Dilihat dari jenis kelamin, meode kontrasepsi perempuan yang
digunakan jauh lebih besar dibanding metode kontrasepsi laki-laki, ini menunjukkan bahwa
partisipasi laki-laki dalam menggunakan metode alat kontrasepsi masih sangat kecil dan
masih dominan dilakukan oleh perempuan.8

Metode Jumlah %
Intra Uterine Device (IUD) 658.632 7,75
Metode Operasi Wanita (MOW) 128.793 1,52
Metode Operasi Pria (MOP) 21.374 0,25
Kondom 517.638 6,09
Implan 784.215 9,23
Suntikan 4.128.115 48,56
Pil 2.261.480 26,60
Total 8.500.247 100
Tabel 1. Peserta Baru KB Menurut Metode Kontrasepsi di Indonesia, Tahun 2013

Pada tahun 2013, cakupan KB aktif secara nasional sebesar 75,88%. Dari 33 provinsi,
ada 15 provinsi yang cakupannya masih berada di bawah cakupan nasional. Provinsi
Bengkulu merupakan provinsi dengan cakupan tertinggi sebesar 87,70%, dan Provinsi Papua
merupakan provinsi dengan cakupan terendah sebesar 67,15%, sedangkan DKI Jakarta
78,85%.8
Selama tahun 2013, Klinik KB Pemerintah merupakan fasilitas kesehatan yang
memberikan pelayanan KB terbanyak pada peserta KB baru, yaitu 65,40%. Tempat
pelayanan selanjutnya adalah bidan praktek swasta (BPS) sebesar 23,61%, klinik KB swasta
sebesar 8,35% dan dokter praktek swasta (DPS) sebesar 1,64%.8

Tempat Pelayanan %
Klinik KB Pemerintah 66,40
Bidan Praktek Swasta 23,61
Klinik KB Swasta 8,35
Dokter Praktik Swasta 1,64
Tabel 2. Presentase Peserta KB Baru Menurut Tempat Pelayanan

2.1.3 Jenis – Jenis Kontrasepsi


A. Kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet sebagai metode kontrasepsi untuk
mencegah kehamilan dan atau penularan penyakit kelamin pada saat bersenggama.
Kondom efektif dalam mencegah kehamilan bila digunakan dengan benar, tidak
mengganggu produksi ASI, murah dan dapat dibeli secara umum, membantu mencegah
terjadinya kanker serviks, serta mencegah penyakit menular seksual. Selain itu, cara
penggunaannya sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi, mudah robek, dan
sedikit mengganggu hubungan seksual.9
B. Pil
Ada tiga macam pil kontrasepsi yaitu: mini pil, pil kombinasi, dan pil pascasenggama.
Selain mencegah terjadinya ovulasi, pil dapat membuat perubahan pada lendir serviks
menjadi kurang banyak dan kental, dengan demikian sperma tidak bisa memasuki rongga
rahim. Yang umum dipakai adalah pil kombinasi antara estrogen dan progesteron.
Keuntungan menggunakan pil KB, antara lain mengurangi resiko terkena kanker rahim,
serta dapat mengontrol waktu untuk terjadinya menstruasi. Sedangkan kekurangannya,
antara lain tidak melindungi terhadap penyakit menular seksual, harus rutin diminum
setiap hari, dan saat pertama pemakaian dapat timbul pusing dan spotting.9
C. Suntik
Saat ini terdapat dua macam kontrasepsi suntikan, yaitu golongan progestin seperti
depoprovera, depogeston, depoprogestin, dan noristerat, serta golongan progestin dengan
campuran estrogen propionat, seperti cycloprovera. Keuntungan kontrasepsi suntik,
antara lain tidak mengganggu laktasi, tidak perlu dikonsumsi setiap hari atau dipakai
sebelum melakukan hubungan seksual, darah menstruasi menjadi lebih sedikit dan
membantu mengatasi kram saat menstruasi. Sedangkan kekurangannya, antara lain dapat
mempengaruhi siklus mentruasi, dapat menyebabkan kenaikan berat badan pada
beberapa wanita, tidak melindungi terhadap penyakit menular seksual, dan harus
mengunjungi dokter/klinik setiap 3 bulan sekali untuk mendapatkan suntikan
berikutnya.9
D. Implan/Susuk
Implan merupakan alat kontrasepsi bawah kulit. Terdapat dua macam susuk yang
biasa dipergunakan, yaitu norplan dan implanon. Norplan merupakan metoda kontrasepsi
berjarak 5 tahun, sedangkan implanon hanya berjarak 3 tahun. Mekanisme kerja implant
yaitu mengentalkan lendir serviks uteri sehingga menyulitkan penetrasi sperma, serta
menimbulkan perubahan pada endometrium sehingga tidak cocok untuk implantasi
zygot. Keuntungan kontrasepsi implant, antara lain mencegah terjadinya kehamilan,
tidak mempengaruhi proses laktasi, tidak perlu dikonsumsi setiap hari atau dipakai
sebelum melakukan hubungan seksual. Kekurangannya adalah dapat mempengaruhi
siklus mentruas, tidak melindungi terhadap penyakit menular seksual, dan dapat
menyebabkan kenaikan berat badan pada beberapa wanita.9
E. Alat Kontrasepsi Dalam Rahum (AKDR) atau IUD
AKDR merupakan alat kontrasepsi yang dipasang di dalam rahim. AKDR
mempunyai keunggulan, antara lain hanya memerlukan satu kali pemasangan, tidak
menimbulkan efek sistemik, ekonomis dan cocok untuk penggunaan secara masal,
efektivitasnya cukup tinggi, dan mudah dilepas jika menginginkan anak (reversibel).
Namun kekurangan IUD, antara lain pendarahan, rasa nyeri, kejang perut, dan gangguan
atau ketidaknyamanan pada suami. Pada kasus langka, alat dapat keluar tanpa disadari,
serta dapat menancap ke dalam rahim.
F. Kontrasepsi Mantap (Tubektomi dan Vasektomi)9
Tubektomi (Metode Operasi Wanita/ MOW) adalah metode kontrasepsi mantap bagi
wanita bila tidak ingin hamil lagi dengan cara mengoklusi tuba falopii (mengikat dan
memotong atau memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.
Manfaat dari tubektomi, antara lain efektivitasnya tinggi 99,5%, tidak mempengaruhi
proses menyusui, tidak bergantung pada faktor sanggama, tidak ada efek samping dalam
jangka panjang, dan tidak ada perubahan dalam fungsi seksual.9
Vasektomi (Metode Operasi Pria/MOP) adalah prosedur klinik untuk menghentikan
kapasitas reproduksi pria dengan cara mengoklusi vasa deferensia sehingga alur
transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak
terjadi. Keuntungan dari vasektomi, antara lain efektivitas tinggi 99,6-99,8%, sangat
aman, tidak ditemukan efek samping jangka panjang, hanya sekali aplikasi dan efektif
dalam jangka panjang.9

2.2 ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)


2.2.1 Definisi
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
atau Intra Uterine Device (IUD) terbuat dari
plastik elastik, dililit tembaga / campuran tembaga
dengan perak yang menyebabkan reaksi anti
fertilitas dengan metode kerja mencegah
masuknya sperma ke dalam saluran tuba. Waktu
penggunaan mencapai AKDR 10 tahun. AKDR Gambar 1. AKDR
dapat digunakan oleh semua wanita usia subur kecuali
( wanita yang mengalami infeksi
saluran reproduksi dan tumor saluran
reproduksi. Pemasangan dan pencabutan
AKDR harus dilakukan oleh tenaga medis
(dokter atau bidan terlatih).10

2.2.2 Jenis
Jenis AKDR yang pernah ada di
Indonesia antara lain adalah10:
1. Copper-T: berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian
vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai
efek anti fertilitas.
2. Copper-7: berbentuk angka 7 untuk memudahkan pemasangan
3. Multi load: terbuat dari polyethelene dengan dua tangan fleksibel berbentuk sayap
di kiri dan kanan. Terdapat tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini.

4. Lippes loop: terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf S bersambung.
AKDR jenis ini jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus bila terjadi perforasi.
Sejak tahun 2005, bdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1079/MENKES/SK/VIII/2010, AKDR resmi yang digunakan oleh BKKBN adalah
Cooper T 380 A.1
2.2.3 Cara Kerja
Cara kerja AKDR adalah sebagai berikut11:
a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.
b. Memengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri.
c. Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma sulit masuk ke dalam
alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi.
d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus
2.2.4 Keuntungan
Keuntungan dari penggunaan AKDR adalah sebagai berikut9,11 :
a. Memiliki efektivitas tinggi sebagai kontrasepsi segera setelah dipasang.
b. Metode kontrasepsi jangka panjang dapat digunakan hingga 10 tahun
c. Tidak perlu untuk mengingat waktu pemakaian atau disiplin penggunaan seperti pil &
suntik.
d. Tidak menggangu hubungan seksual
e. AKDR CuT-380A tidak memiliki efek samping hormonal karena tidak mengandung
hormon.
f. Tidak menghambat produksi ASI bagi Ibu yang sedang menyusui.
g. Dapat langsung digunakan segera setelah melahirkan (pasca persalinan) atau sesudah
abortus dengan syarat tidak terjadi infeksi.
Berikut adalah tabel yang menunjukkan masalah yang timbul dalam pemakaian KB
menurut metode yang dipakai. Berdasarkan tabel tersebut, AKDR merupakan metode yang
paling sedikit menimbulkan keluhan dibandingkan pil, suntikan dan susuk KB.
Tabel 3. Distribusi Persentase Peserta KB yang Mengalami Masalah dengan Alat/Cara KB
yang Digunakan, Menurut Metode yang Dipakai.4

2.2.5 Keterbatasan
Keterbatasan dari penggunaan AKDR yaitu9 :
1. Efek samping pada 3 bulan pertama yaitu haid lebih lama, terasa nyeri, dan adanya
pendarahan (spotting) antar menstruasi.
2. Nyeri perut 3-5 hari setelah pemasangan, pendarahan berat pada saat haid yang
berisiko anemia, perforasi dinding uterus akibat pemasangan tidak tepat.
3. Tidak dapat dilepas sendiri.
4. Risiko menimbulkan kehamilan ektopik.
5. Perlu dilakukan pemeriksaan posisi benang AKDR secara periodik.
2.2.6 Pandangan masyarakat terhadap AKDR
AKDR merupakan salah satu alat kontrasepsi Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih
(MKET). Meskipun demikian, angka penggunaan AKDR di Indonesia masih rendah
dibandingkan dengan alat kontrasepsi lainnya. Bahkan pengguna AKDR cenderung menurun
dari tahun 2006 (7,6%) ke 2008 (7,1%)laporan tahunan bkkbn 2008
Terdapat berbagai alasan yang menyebabkan enggannya masyarakat dalam
menggunakan AKDR, diantaranya adaah prosedur pemasangan yang dianggap tabu karena
dimasukkan oleh tenaga kesehatan ke dalam alat kelamin wanita.saifuddin, 2003
Selain itu
terdapat rumor yang beredar di masyarakat bahwa AKDR dapat terlepas sendiri, dapat
menempel di janin, dapat berpindah tempat, mengganggu senggama, dan menyebabkan
infertilitas. (Saifuddin, 2003).
Selain tu, dalam pemilihan kontrasepsi, terdapat faktor-faktor lain yang
mempengaruhi masyarakat, diantaranya: faktor predisposisi (usia, pendidikan, jumlah anak,
pengetahuan dan sikap), faktor pemungkin (kelengkapan alat kontrasepsi & ketersediaan
bidan/tenaga KB), dan faktor penguat (dukungan suami) (Rahmi, 2011).

2.3 PERILAKU
Perilaku merupakan tindakan manusia seperti bicara, berjalan, tertawa, menangis, dan
sebagainya, yang dapat diamati langsung maupun tidak langsung oleh pihak luar. Menurut
Skinner, perilaku adalah reaksi atau respon terhadap rangsang atau stimulus eksternal. Teori
skinner adalah Stimulus-Organisme-Respons sehingga disebut teori “S-O-R”.16 Perilaku
dapat dibagi menjadi:
a. Perilaku tertutup (covert behavior): merupakan respon terhadap stimulus yang
terbatas pada pengetahuan, sikap, persepsi, dan sebagainya yang tidak dapat diamati
oleh orang lain dengan mudah.
b. Perilaku terbuka (overt behavior): merupakan respon terhadap stimulus yang tampak
nyata dari tindakan dan dapat diamati orang lain.
2.3.1 Perilaku Kesehatan
Menurut Lawrence Green, kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh faktor perilaku
(behavior causes) & faktor non perilaku (non behavior causes). Faktor perilaku ditentukan
oleh:16
a. Faktor predisposisi (predisposing factor) berupa pengetahuan, sikap, keyakinan, dan
kepercayaan masyarakat.
b. Faktor pendukung (enabling factor) berupa lingkungan fisik, fasilitas sarana
kesehatan seperti puskesmas, obat-obatan, alat kesehatan dan sebagainya.
c. Faktor pendorong (reinforcing factor) berupa sikap dan perilaku petugas kesehatan
dan petugas pendukung lainnya yang dijadikan panutan perilaku masyarakat,
contohnya dokter, bidan, serta ibu kader wilayah setempat.
Menurut Notoatmodjo16, perilaku kesehatan merupakan respon terhadap stimulus
terkait penyakit, minuman, makanan, pelayanan kesehatan, dan lingkungan. Oleh karena itu,
perilaku kesehatan dibagi menjadi 3 kelompok yaitu perilaku memelihara kesehatan (health
maintenance), perilaku pencarian / penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan (health seeking
behavior), dan perilaku kesehatan lingkungan.16
Perilaku manusia dipegaruhi oleh faktor internal (emosi, jenis kelamin, kecerdasan)
dan faktor eksternal (sosial ekonomi, budaya, politik). Menurut Bloom, terdapat 3 ranah
perilaku yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Teori Bloom dijadikan
panduan untuk mengukur keberhasilan pendidikan kesehatan. Hasil modifikasi teori Bloom
adalah sebagai berikut:
2.3.1.1 Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan menurut Notoadmojo16 adalah hasil “tahu” yang terjadi setelah seseorang
penginderaan terhadap suatu obyek melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan didapat melalui
penglihatan dan pendengaran.17 Pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkatan:.16
a. Tahu (Know): mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya, mengingat kembali
(recall) hal spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima.16
b. Memahami (Comprehension): kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan menginterpertasikan materi tersebut secara benar. Dalam hal ini,
mampu menjelaskan, menyebutkan contoh dan menyimpulkan suatu objek yang telah
dipelajari).16
c. Aplikasi (Application): kemampuan untuk menggunakan materi yang telah didapat
atau dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya atau riil.16
d. Analisis (Analysis): kemempuan menjabarkan materi ke dalam komponen, tapi masih
didalam suatu struktur organisasi dan masih berkaitan satu sama lain. Kemampuan
analisis dapat dilihat dari kemampuan menggunakan kata kerja yang dapat
menggambarkan, membedakan, memisahkan dan mengelompokkan materi atau
objek.16
e. Sintesis (Synthesis): kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi yang telah
ada. Contohnya dapat menyusun, merencanakan, meringkas dan dapat menyesuaikan
suatu keadaan terhadap teori yang ada.16
f. Evaluasi (Evaluation): kemampuan menilai terhadap suatu objek atau materi.
Peniilaian berdasarkan suatu kriteria yang ditemukan sendiri atau menggunakan
kriteria kriteria yang telah ada.16
2.3.1.2 Sikap (attitude)
Merupakan respon tertutup seseorang terhadap stimulus yang berupa predisposisi dari
perilaku. Sikap adalah kesiapan seseorang untuk beraksi. Menurut Allport, sikap memiliki 3
komponen yaitu keyakinan/kepercayaan, kehidupan emosional, dan kecenderungan bertindak.
Sikap terdiri dari 4 tingkatan:16
a. Menerima (receiving): subjek mau & memperhatikan stimulus objek
b. Merespon (responding): menjawab saat ditanya, mengerjakan tugas
c. Menghargai (valuing): mengajak orang lain untuk mengerjakan atau berdiskusi
d. Bertanggung jawab (responsible): tanggung jawab atas risiko pilihan
2.3.1.3 Praktik (practice)
Merupakan perwujudan sikap sehngga menghasilkan perbuatan nyata. Praktik terdri
dari 4 tingkatan:16
a. Persepsi (perception): mengenal dan memilih objek terkait tindakan
b. Respon terpimpin (guided response): melakukan sesuai urutan yang benar
c. Mekanisme (mechanism): melakukan sesuatu dengan benar, menjadi kebiasaan
d. Adopsi (adoption): dapat memodifikasi tindakan tanpa ubah kebenaran

2.4 PUSKESMAS
Puskesmas merupakan singkatan dari Pusat Kesehatan Masyarakat yaitu unit pelaksana
dinas kesehatan Kabupaten/Kota. Fungsi puskesmas adalah kuratif dan rehabilitatif, namun
saat ini mulai ditekankan pula upaya preventif dan promotif. Saat ini, fungsi puskesmas
menjadi semakin berkembang karena puskesmas juga dituntut untuk menjadi pusat pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang tak hanya melayani kesehatan perorangan tetapi juga
pelayanan kesehatan masyarakat yang berfokus pada pemeliharaan dan peningkatan derajat
kesehatan, pencegahan penyakit, dan pemberdayaan masyarakat. Tenaga kesehatan di
Puskesmas, termasuk dokter puskesmas, memegang tanggung jawab, wewenang, serta
mengemban tugas dari pejabat setempat dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat.18

2.5 POSYANDU
Posyandu yang merupakan singkatan dari Pos Pelayanan Terpadu, adalah bentuk Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk, dan bersama
masyarakat. Kegiatan Posyandu yang utama diantaranya adalah kesehatan ibu dan anak,
keluarga berencana, imunisasi, gizi, pencegahan & penanggulangan diare. Posyandu
diselenggarakan satu kali dalam sebulan. Penyelenggara Posyandu adalah kader-kader
posyandu yang dipilih oleh masyarakat. Posyandu dilaksanakan di lokasi yang mudah
dijangkau masyarakat. Posyandu berada di bawah pengawasan Puskesmas.
2.5.1 Peran Posyandu dalam pembinaan Keluarga Berencana
Dalam pembinaan Keluarga Berencana, di Posyandu harus dilakukan pembinaan untuk
wanita, khususnya yang sedang nifas dan usia subur. Kader Posyandu harus mampu memberi
penjelasan pada warga mengenai jenis-jenis metode/alat KB. Metode/alat KB yang
dikenalkan adalah kondom dan vasektomi untuk suami, kemudian pil, suntik, implan, AKDR,
dan tubektomi untuk istri.

Você também pode gostar