Você está na página 1de 9

Nama :Tomy Rizky Izzalqurny Metode Penelitian Nonpositif

NIM :176020300111008
Kelas :EA

Critical Review

Identitas Artikel
Judul Semiotika Laba Akuntansi: Studi Kritikal-Postmodernis Derridean
Penulis Akhmad Riduwan (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Surabaya)
Iwan Triyuwono (Universitas Brawijaya Malang)
Gugus Irianto (Universitas Brawijaya Malang)
Unti Ludigdo (Universitas Brawijaya Malang)
Jurnal Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia
Tanggal Juni 2010
Volume Volume 7
Nomor Nomor 1
Halaman 38-60 (22 halaman)
Dalam jurnal dengan judul “Semiotika Laba Akuntansi: Studi Kritikal-Postmodernis
Derridean”, yang disusun oleh Akhmad Riduwan (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Indonesia Surabaya), Iwan Triyuwono (Universitas Brawijaya Malang), Gugus Irianto
(Universitas Brawijaya Malang) dan Unti Ludigdo (Universitas Brawijaya Malang), saya
Tomy Rizky Izzalqurny mahasiswa Magister Ilmu Akuntansi Universitas Brawijaya akan
mengulas mengenai jurnal ini. Namun sebelumnya saya akan menjelaskan alasan peneliti
memilih jurnal ini. Pemilihan jurnal dengan judul “Semiotika Laba Akuntansi: Studi Kritikal-
Postmodernis Derridean” dikarena:
1. jurnal ini menggunakan metode penelitian yang menarik dan melakukan kombinasi
antara kritis dan posmodern, sehingga menarik minat untuk mereview artikel ini.
2. Jurnal ini mempunya metode penelitian kritis dan posmodern sehingga dapat direview
untuk menyelesaikan tugas mata kuliah metode penelitian non positif, karena metode
penelitiannya sesuai dengan paradigma non positif.
Jurnal “Semiotika Laba Akuntansi: Studi Kritikal-Postmodernis Derridean”, yang
disusun oleh Akhmad Riduwan (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Surabaya),
Iwan Triyuwono (Universitas Brawijaya Malang), Gugus Irianto (Universitas Brawijaya
Malang) dan Unti Ludigdo (Universitas Brawijaya Malang), memiliki komponen abstrak,

1
pendahuluan, metode penelitian (yang terdiri atas kritis-postmodern sebagai paradigma
penelitian, informan dan pengumpulan informasi, dekonstruktif-retorik:sifat analisis dan
diskusi, filsafat Jaques Derrida sebagai refleksi pembacaan dekonstruktif), semiotika laba
akuntansi sebagai teks tingkat mikro (yang terdiri atas: semiotika laba pada tataran sintaktik,
semiotika laba pada tataran semantik, semiotika laba pada tataran pragmatik, pluralitas dan
ambivalensi penafsiran), semiotika penafsiran laba akuntansi sebagai teks tingkat makro
(yang terdiri atas: perbedaan habitus akuntan dan non akuntan,praktik akuntansi bersifat
hegemonik, praktik akuntansi berjalan dengan kesadaran semu, laba akuntansi tidak memiliki
kandungan informasi), semiotika dekonstruktif laba akuntansi: perspektif derridean (yang
terdiri atas: laba akuntansi adalah jejak, tidak ada realitas diluar teks laba akuntansi, laba
akuntansi sebagai metaisika kehadiran, laba akuntansi sebagai produk logosentrisme) dan
ditutup dengan kontribusi penelitian dan refleksi. Sehingga berdasarkan opini saya maka saya
memberikan tanggapan terhadap jurnal tersebut, yaitu:

Abstrak Kelebihan:
 Tulisan di abstrak ini singkat, padat dan jelas dalam
menggambarkan isi dari artikel.
 Sudah dilengkapi dengan tujuan, metode dan konteks atau
pembahasan
 Keyword sudah dibuat dengan cukup baik
kelemahan:
metode penelitian belum lengkap, dapat dilengkapi dengan: informan,
metode pengumpulan data, analisis data, dan lain-lain, serta belum
dilengkapi kesimpulan, kontribusi dan refleksi (keterbatasan)
Pendahuluan Sinopsis:
Akuntansi diartikan seperangkat simbol, dimana salah satu simbol
akuntansi adalah laba. Namun banyak pendapat berbeda antara simbol laba
dan realitasnya, karena terdapat perbedaan interpretasi.
Rumusan masalah:
(1) bagaimanakah akuntan dan non-akuntan menginterpretasikan laba
(earnings) yang tercantum dalam laporan laba-rugi? dan (2) realitas
apa yang ada di balik penafsiran akuntan dan non-akuntan atas laba
tersebut?

2
Tujuan:
Pertama, memahami penafsiran akuntan dan non-akuntan atas laba
akuntansi. Kedua, melakukan pencarian makna (semiotika) secara
dekonstruktif atas penafsiran laba akuntansi untuk mengungkap realitas
yang tersembunyi di balik penafsiran tersebut.
Kelebihan:
Sudah lengkap dan baik dalam penyusunan pendahuluan, dimana diawali
dari latar belakang dan sudah dilengkapi dengan rumusan masalah dan
tujuan penelitian.
Metode Sinopsis:
Penelitian Jenis penelitian
Kualitatif dengan paradigma kritis-postmodern
Informan
tiga orang akuntan yang berprofesi sebagai akuntan pendidik, akuntan
manajemen dan akuntan publik; dan lima orang non-akuntan yang
berprofesi sebagai manajer keuangan, penasihat investasi, investor, dan
analis kredit.
Metode pemilihan responden
Purposif
Lama dan waktu penelitian
2007-2009 (2 Tahun)
Metode pengumpulan data
Wawancara tidak terstruktur
Analisis data
Dekonstruktif-retorik antara lain; pengungkapan hasil pembacaan
semiotika tingkat mikro, pengungkapan hasil pembacaan semiotika tingkat
makro, pengungkapan hasil pembacaan semiotika dekonstruktif,
pengungkapan hasil pembacaan semiotika dekonstruktif disampaikan
secara retorik.
Kelebihan
Meskipun tidak ada kewajiban dalam metode postmodern dalam struktur,
namun sangat baik dengan melengkapi dengan metode penelitian yang
sangat lengkap.

3
Semiotika Sinopsis:
Laba Semiotika laba tataran sintatik
Akuntansi Laba sebagai penandingan antara penghasilan dan beban, telah dipahami
sebagai Teks oleh semua informan.
Tingkat Mikro Semiotika laba tataran semantik
Pemaknaan laba akuntansi dari perhitungan struktural menghasilkan hasil
yang beragam, yaitu laba merupakan hasil usaha tunai, laba sebagai
kenaikan kemampuan ekonomi dan ada yang beranggapan laba sebagai
labe perubahan realitas ekonomik.
Semiotika laba tataran pragmatik
Pemahaman berdasarkan pengalaman juga dimaknai berbeda yaitu laba
ada yang digunakan sebaga alat bantu memahami realitas ekonmi, dasar
pengambilan keputusan keuangan dan indikator likuiditas perusahaan.
Pluralitas dan ambivalensi penafsiran
Terdapat perbedaan dalam pemaknaan terhadap laba akuntansi, sehingga
tidak berjalan pada realitas yang sama
Kelebihan
Penyusunan cukup sistematis dan mudah dipahami, serta sudah mampu
menjelaskan tiap sub bab dengan jelas.
Semiotika Sinopsis:
Laba Perbedaan habitus akuntan dan non akuntan
Akuntansi Perbedaan posisi, pengalaman, pengetahuan dan pemahaman terhadap
sebagai Teks konsep akuntansi maka akuntan dan non akuntan memiliki persepsi yang
Tingkat Makro berbeda terhadap laba.
Praktik akuntansi bersifat hegemonik
Hegemoni merupakan keadaan yang dicirikan oleh adanya praktik untuk
mendominasi dan mengendalikan berbagai pihak lain daam segala spek
untuk mencapai kepentingan tertentu. Dimana disipulkan bahwa dalam
praktik akuntansi dilakukan hegemoni berupa konsep, istilah, definisi,
sistem pengukuran, serta sistem representasi yang sudah dibuat oleh
pembuat standar. Sehingga dengan demikian khalayak umum mau tidak
mau harus menerima laba dengan ketentuan sesuai yang dikonsepkan oleh
pembuat standar.

4
Praktik akuntansi berjalan dengan kesadaran semu
Kebenaran umum membuat pihak-pihak yang seharusnya kontra menjadi
mau tidak mau mengikuti kebenaran yang sudah dibentuk oleh banyak
orang. Laba yang secara umum bertentangan dengan definisi yang
dianggap oleh non akuntan, terpaksa mereka telan mentah mentah, dan
mereka melakukan analisa dengan data tersebut karena laba tersebut
merupakan kebenaran umum.
Laba akuntansi tidak memiliki kandungan informasi
Meskipun non-akuntan secara nyata mengambil keputusan berdasarkan
informasi laba akuntansi yang disediakan oleh akuntan, tidak berarti
bahwa laba akuntansi yang dikomunikasikan memiliki kandungan in-
formasi, jika penggunaan informasi laba akuntansi dalam pengambilan
keputusan keuangan hanya sekadar formalitas yang didasarkan pada
kesadaran semu
Kelebihan:
bahasa yang sangat mudah dipahami, alur yang sistematis memberikan
kemudahan bagi pembaca dalam memahami isi jurnal.
Semiotika Sinopsis:
Dekonstruktif Laba akuntansi adalah Jejak
Laba Penelusuran laba akuntansi juga harus ditelusuri dari jejaknya yaitu
Akuntansi: penghasilan dan beban. Penghasilan dan beban juga berasal dari jejak aset
Perspektif dan liabilitas. Sehingga diperlukan pemahaman mengenai penghasilan,
Derridean beban, aset dan liabilitas jika ingin memaknai laba. Selain itu pemaknaan
laba juga didasarkan pada jejak pengalaman, dimana pengalam antara
akuntan dan non akuntan juga berbeda.
Tidak ada realitas diluar teks laba akuntansi
Pluralitas dan ambivalensi penafsiran akuntan dan non-akuntan atas laba
akuntansi menunjukkan kemungkinan bahwa tidak ada sesuatu (realitas
apapun) yang direpresentasikan oleh simbol laba akuntansi.
Laba akuntansi sebagai metafisika kehadiran
Metafisika kehadiran yang melekat pada simbol laba akuntansi (kata
maupun angka) mengandaikan bahwa aliran kas masuk neto yang
direpresentasikannya seolah-olah ada dan hadir bersamaan ketika simbol

5
laba dibuat atau dipublikasikan. Padahal sesuai dengan asas akrual, saat
timbulnya penghasilan, beban, keuntungan dan kerugian yang
membentuk laba akuntansi tidak selalu sejalan dengan saat terjadinya
aliran kas masuk maupun keluar.
Laba akuntansi sebagai produk logosentrisme
Dalam kenyataannya, aliran kas masuk dan kas keluar secara logika
tidak selalu terjadi secara bersamaan dengan diselesaikannya suatu
aktivitas dalam periode yang bersangkutan. Oleh karena itu, berdasarkan
logika, informasi keuangan lebih baik disajikan berdasarkan asas waktu
atau asas akrual dan bukan berdasarkan asas tunai. Penekanan yang
berlebihan pada logika atau rasio sebagai logos, mendorong akuntan untuk
selalu mengacu pada idealisme dalam menetapkan konsep serta prinsip
yang harus diterapkan dalam praktik akuntansi. Sementara itu, penerapan
asas akrual secara berlebihan atas dasar idealisme akuntan terbukti
menyebabkan pembaca laporan keuangan (non akuntan) mengalami
kesulitan untuk memahami realitas yang direpresentasikan oleh simbol
laba akuntansi. Karena laba akuntansi berdasarkan konsep akuntan
ternyata berbeda dengan pandangan non akuntan, maka mereka, kecuali
harus bersikap menerima, meneruskan, dan mempertahankan pandangan
umum tentang laba akuntansi yang bukan pandangan mereka sendiri.
Kelebihan: memiliki strukur yang sistematis.
Kelemahan: bahasa kadang sulit dipahami, dan terkesan membingungkan
pembaca kenapa pembaca digiring pada bab ini, dimana seharusnya
dilakukan penjelasan hasil pembahasan yang didasarkan pada tahap analsis
data sebelumnya, akan tetapi tidak demikian. Melainkan disini menilai
laba dengan tema baru lagi.
Kontribusi Sinopsis:
Penelitian dan Kontibusi praktis
Refleksi Disarankan dilakukan dekonstruksi terhadap format laporan laba rugi
sehingga laba yang muncul sesuai dengan ekspektasi berbagai pihak.
Kontribusi kebijakan
membuka kesadaran bahwa perubahan realitas ekonomik yang ingin
direpresentasikan secara total oleh konsep- konsep akuntansi melalui

6
simbol laba tidak selalu sejalan dengan realitas referensial yang dipersepsi
oleh pengguna informasi. Oleh karena itu, penyusunan standar akuntansi
perlu mempertimbangkan keutamaan kandungan fakta di dunia nyata atas
informasi laba yang dikomunikasikan, serta membuka diri pada kenyataan
bahwa perubahan realitas ekonomik yang wajar menurut konsep akuntansi
tidak selalu wajar menurut persepsi pengguna. Oleh karena itu,
penyusunan standar akuntansi perlu mempertimbangkan kepentingan dan
kemampuan pengguna dalam memahami informasi laba beserta pos-pos
penghasilan dan beban yang membentuknya.
Kontribusi teoritis
Membangun teori kritis dan posmodern
Keterbatasan
Tidak dilibatkan badan pembuat standar sebagai informan.
Kelemahan:
 Kontribusi dengan penyimpulan seperti “Disarankan dilakukan
dekonstruksi terhadap format laporan laba rugi sehingga laba yang
muncul sesuai dengan ekspektasi berbagai pihak”, “penyusunan
standar akuntansi perlu mempertimbangkan kepentingan dan
kemampuan pengguna dalam memahami informasi laba beserta
pos-pos penghasilan dan beban yang membentuknya”, dan
“Membangun teori kritis dan posmodern” menurut saya kurang
mencerminkan inti dari paradigma postmodern sendiri, dimana
dengan dekontruksi maka dimunculkan hal baru yang berperan
sebagai penyejajar dengan “pusat” namun, hal yang dimunculkan
masih abu-abu sebagai contohnya apabila memang disarankan
mendekonstruksi laporan keuangan maka formatnya seperti apa
yang disarankan? Lalu apabila penyusun standar harus
mempertimbangkan kepentingan pengguna, maka disarankan
penyusun standar harus melakukan apa? Serta untuk kotribusi
teoritis, tidak jelas dalam menjelaskan kontribusi teorinya.
 Dalam keterbataan penelitian yaitu tidak menyertakan pihak
akuntan penyusun standar, sebenarnya itu bukanlah keterbatasan
melainkan memang kesengajaan. Karena keterbatasan itu

7
merupakan hal yang terjadi ketika proses penelitian dimana sulit
untuk mendapatkan datanya, tanpa unsur sengaja.
 Tidak dilengkapi dengan kesimpulan. Meskipun paradigma
postmodern tidak memiliki standar yang tetap namun seharusnya
alangkah lebih baik menyertakan kesimpulan, atau setidaknya satu
bab sebelumnya dimana menjelaskan mengenai dekonstruksi apa
sih yang didapatkan setelah melakukan penelitian ini berdasarkan
analisa data sebelumnya.
Daftar Pustaka Sudah sesuai dengan metode penulisan daftar pustaka
Komentar Sistematika rapi
Secara Sistematika dalam penelitian ini rapi, dan sesuai dengan metode Analisis
Keseluruhan data antara lain; pengungkapan hasil pembacaan semiotika tingkat mikro,
pengungkapan hasil pembacaan semiotika tingkat makro, pengungkapan
hasil pembacaan semiotika dekonstruktif, pengungkapan hasil pembacaan
semiotika dekonstruktif disampaikan secara retorik (sering dijumpai
istilah-istilah retorik yang membantu memahami isi jurnal.
Ide yang dikemukakan terlalu over
Maksud ide yang dikemukanan terlalu over yaitu dengan judul kritis-
postmodern, maka seharusnya membawa suatu hal baru yang dapat
disandingkan dengan ide sebelumnya, namun ide yang dibuat seperti yang
dijelaskan dalam kontribusi masih abu-abu, sehingga perlunya suatu ide
yang lebih pasti, namun bila ingin hanya menginterpetasi saja, atau tidak
memiliki ide baru, maka lebih baik menggunakan paradigma interpretif.
Ide baru yang saya maksud seperti triyuwono yang mendekonstruksi triple
bottom line dengan mengeluarkan ide pentuple buttom line dengan
memasukkan unsur takwa.
Ada beberapa bagian pada artikel yang perlu dikembangkan
Hal yang perlu dikembangkan disini adalah pada hasil pembacaan
semiotika dekonstruktif, dimana pada hasil ini masih membingungkan
pembaca karena bahasanya sedikit kacau, padahal pada awal analisa data
baik dari mikro dan makro sudah dijelaskan dengan baik. Hal tersebut
mungkin dikarenakan masih kurangnya ide dalam melakukan suatu
dekonstruksi, jadi saran dari saya perlu adanya perbaikan dan

8
pengembangan dari dekonstruksi, dan juga disertai juga dari hasil
pertimbangan pada anlisa sebelumnya dalam perumusan atau menjadi
dasar dilakukan dekonstruksi tersebut.

Jadi kesimpulan saya atas jurnal “Semiotika Laba Akuntansi: Studi Kritikal-
Postmodernis Derridean”, yang disusun oleh Akhmad Riduwan (Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Indonesia Surabaya), Iwan Triyuwono (Universitas Brawijaya Malang), Gugus
Irianto (Universitas Brawijaya Malang) dan Unti Ludigdo (Universitas Brawijaya Malang)
perlu adanya perbaikan dalam hasil pembacaan semiotika dekonstruktif, kesimpulan serta
kontribusi. Atau dapat merubah metodenya dengan interpretif sehingga setelah dilakukan
revisi maka akan sangat direkomendasikan untuk dibaca terutama bagi peneliti yang tertarik
meneliti dengan paradigma kritis-postmodern, serta layak dibaca bagi pihak-pihak yang ingin
mengetahui makna dari laba.

Você também pode gostar