Você está na página 1de 18

Analisis Perencanaan Minimarket Indomart

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Keberadaan minimarket di kota-kota besar sangat dibutuhkan bagi

masyarakat khususnya di daerah perumahan. Bagi sebagian besar masyarakat

kota, mereka lebih cenderung membeli kebutuhan sehari-hari mereka di

minimarket dibandingkan toko-toko biasa, antara lain jenis produk yang dijual

lebih banyak, proses transaksinya mudah, dan lain-lain.

Untuk meningkatkan penjualan produk-produknya, pihak manajemen dari

minimarket harus melakukan berbagai kebijakan-kebijakan yang biasa

dilakukan antara lain adalah menata penempatan produk-produk yang dijual

sedemikian sehingga para konsumen mendapat kenyamanan dalam berbelanja,

merancang kampanye dengan memasang discount untuk pembelian kombinasi

produk tertentu.

Minimarket dalam mengembangkan usahanya dengan cara membuka

gerai baru yang lebih strategis sehingga pemanfaatan lahan yang terbatas di tiap

daerah menjadi lebih maksimal. Kriteria-kriteria untuk lokasi gerai barunya

seperti jarak antara gerai minimarket yang satu dan lainnya tidak boleh

berdekatan, jarak gerai minimarket dengan jalan utama tidak boleh terlalu jauh,

lokasi gerai minimarket harus disesuaikan dengan tingkat kepadatan

penduduk.
Saat ini minimarket yang ada masih menggunakan cara manual untuk

memperoleh informasi yang akurat mengenai kelayakan lokasi barunya yaitu

dengan cara mengamati kondisi gerai minimarket terdekat dan survey ke lokasi

secara langsung. Hal ini tentu saja membutuhkan tenaga dan waktu yang lama

sebelum pihak minimarket dapat memastikan kelayakan suatu lokasi untuk

membuka gerainya dikarenakan kurangnya informasi lokasi tersebut. oleh

karena itu dibutuhkan suatu sistem dalam perencanangan sistem dalam suatu

proyek minimarket yang akan dibangun.

BAB II PEMBAHASAN 2.1

Tujuan Proyek Sistem Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai mengenai

proyek sisitem yang sudah berjalan pada perusahaan Indomaret antara lain

adalah sebagai berikut :

1. Mengevaluasi sistem yang sudah berjalan

2. Menelaah sistem untuk keperluan masa yang akan datang

3. Untuk meningkatkan kinerja yang optimal

2.2 Mengidentifikasi Proyek-Proyek Sistem Laju pertumbuhan gerai

indomaret yang sangat pesat dengan jumlah transaksi 14,99 juta per bulan

didukung oleh sistem teknologi yang handal. Sistem teknologi informasi


indomaret pada setiap point of sales disetiap gerai mencakup sistem penjualan,

persediaan dan penerimaan barang.

1. Sistem Penjualan Dengan menjalin lebih dari 500 pemasok yang

handal dalam menyediakan produk terkenal dan berkualitas serta sumber daya

manusia yang kompeten, menjadikan Indomaret memberikan pelayanan terbaik

kepada konsumen. Hal itu dilakukan untuk mendukung peningkatan penjualan

setiap tahunnya. Ada beberapa faktor yang lain dalam mendukung sistem

penjualan yaitu:

1.1 Promosi Sasaran pasar Indomaret adalah konsumen semua

kalangan masyarakat. Lokasi gerai yang stategis dimaksudkan untuk

memudahkan Indomaret melayani sasaran demografisnya yaitu keluarga. Secara

berkala Indomaret menjalankan program promosi dengan berbagai cara, seperti

memberikan harga khusus, undian berhadiah maupun hadiah langsung.

1.2 Pembayaran Menunggu atau antri dalam proses pembayaran

dikasir adalah hal yang sangat membuat konsumen merasa bosan atau jenuh.

Indomaret berupaya meningkatkan pelayanan dan kenyamanan belanja

konsumen dengan menerapkan sistem check out yang menggunakan scanner

disetiap kasir, penggunaan aplikasi oracle pada komputer, dan pemasangan

fasilitas pembayaran Debit BCA.


1.3 Karyawan/ Pegawai Pelayanan pegawai diharapkan dapat

memberikan nilai tambah terhadap penjualan. Oleh karena itu perilaku dan

sikap pegawai telah diatur dalam Standar Pelayanan

Konsumen.

1. Sistem Persediaan Persediaan barang dagang merupakan hal

terpenting dalam perusahaan retail seperti Indomaret karena jika sampai

konsumen tidak memperoleh barang yang akan dibeli maka ada biaya

kesempatan yang hilang. Gerai indomaret terdapat dua jenis yang pertama tipe

minimarket yang berarti banyaknya item yang diperjual belikan sekitar 3.600

Item dan tipe supermarket memiliki jenis item sebesar 10.000 item dalam satu

gerai dan jenis item yang diperjualbelikan disesuaikan dengan lokasi

toko/gerai.

Besarnya jumlah persediaan barang dagang ditentukan berdasarkan sales

kondisi barang yang lalu + kondisi keadaan stock. Apabila kondisi persediaan

tinggal sedikit maka toko melakukan PO ( Purchase Order ) kebagian gudang

pusat melalui sistem.

Tata letak persediaan didalam toko menggunakan sistem planogram yaitu

sebuah teknik visual ( Gambar, Bagan, Foto, diagram, dsb ) yang memberikan

secara terperinci dan mendetail mengenai informasi penempatan tiap produk di

display pengecer untuk tujuan produktifitas perusahaan. Produk yang memiliki

harga jual yang tinggi ditempatkan dibelakang kasir untuk tujuan menghindari
resiko kehilangan. Produk yang jenis perputarannya cepat diletakan

diletakankan dibagian depan. Rak penempatan produk memiliki beberapa tipe

yaitu tipe 29, 49, dan 56 maksudnya adalah dalam satu rak terdapat 29, 49, dan

56 sampling produk. Produk dalam rak diletakkan berdasarkan kategori yang

sejenis kemudian rak diletakkan sesuai kondisi toko/gerai.

2. Sistem Penerimaan Pada setiap pusat distribusi diterapkan digital

picking system (DPS). Sistem teknologi informasi ini memungkinkan pelayanan

permintaan dan suplai barang dari pusat distribusi ke toko-toko dengan tingkat

kecepatan yang tinggi dan efisiensi yang optimal.

Menetapkan Sasaran Proyek Sistem Sistem ini dirancang untuk

memenuhi kebutuhan saat ini dengan memperhatikan perkembangan jumlah

gerai dan transaksi dimasa mendatang. Namun semakin ketatnya perkembangan

perusahaan retail pada saat ini, ditambah dengan banyaknya kritik dan saran

yang diterima dari konsumen maka perlu mengevaluasi sistem yang sudah ada

yaitu sistem penjualan dan persediaan.

2.3 Menetapkan Kendala Proyek Sistem Walaupun sistem dirancang

sedemikian rupa namun tetap saja mengalami kendala diantaranya sebagai

berikut :

1. Pembayaran dikasir masih antri ( Cukup Lama )


2. Pegawai kurang rama terhadap konsumen ( Keterbatasan manusia

3. Tidak ada keterangan kategori diatas rak

4. Daftar harga dirak tidak tepat dengan produk

5. Persediaan barang dagang kosong

6. Parkiran kurang aman

7. Kehilangan barang dagang

2.4 Menetapkan Prioritas Proyek Sistem Sistem yang harus

diprioritaskan adalah sistem persediaan karena apabila sistem persediaan sudah

terkendali dengan optimal maka akan menunjang sistem penjualan sehingga

penjualan semakin meningkat. 2.5 Menetapkan besarnya modal awal Awalnya

silahkan menghitung biaya yang akan dikeluarkan tiap meter persegi. Pengamat

Keuangan Redmond Medan, Mariana mengatakan, rasio investasi sebuah

minimarket mulai dari Rp 3 – Rp 5 juta per meter persegi. Dengan demikian

jika ingin membuka usaha minimarket dengan luasan 50 meter persegi

setidaknya modal yang diperlukan diluar bangunan adalah Rp 150-250 juta

yang berisi 20 rak. BAB III PENUTUP 3.1 Laporan Perencanaan Sistem

Setelah mengetahui kendala-kendala proyek sistem yang sudah berjalan maka

diharapkan ada perbaikan terhadap sistem penjualan dan sistem

persediaan. Pada sistem persediaan untuk menghindari terjadinya persediaan


yang kosong pada barang-barang yang memiliki perputaran cepat sebaiknya

jumlah stock ditingkatkan. Penambahan kategori diatas rak untuk

mempermudah konsumen dalam mencari produk yang ingin dibeli. Sampling

produk dalam satu rak sebaiknya tidak melebihi kapasitas sehingga kesesuaian

harga pada produk diatas rak tepat. Untuk menghindari kehilangan persediaan

sebaiknya pengendalian lebih ditingkatkan dengan menambah kamera cctv yang

sudah ada baik kategori minimarket maupun supermarket. Pada sistem

penjualan untuk menghindari antrian yang cukup lama dikasir sebaiknya

dilakukan riset kembali untuk mengetahui pada saat kapan konsumen ramai

untuk menambah pegawai guna membantu kasir pada saat tersebut. Pelayanan

pegawai kurang rama terhadap konsumen karena keterbatasan manusia ini

disebabkan faktor kecapean oleh karena itu penjadwalan ulang sumber daya

manusia dan pekerjaan diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap

penjualan. 3.2 Penutup Terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu. Apabila ada kesalahan dalam penulisan ini maupun ada pihak-pihak

yang merasa dirugikan kami mohon maaf. Kami sangat senang menerima

kritikan yang bersifat membangun. Semoga proposal ini bermanfaat bagi kita

semua.

=====

Pengelolaan Usaha Minimarket dan Swalayan


Posted on Maret 20, 2013by manajemenretailminimarketswalayan
Dalam mengelola sebuah minimarket dan swalayan perlu diperhatikan 4 hal pokok
yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu keuangan, operasional, pembelian dan
sdm
Perlu adanya manajemen yang baik terhadap 4 hal di atas. Berikut sedikit gambaran
mengenai 4 hal tersebut:

1. Manajemen Keuangan

Manajemen Keuangan dalam usaha minimarket dan swalayan meliputi, bagaimana


cara pencatatan administrasi kas yang baik, laporan laba rugi, laporan neraca,
laporan arus kas dan perencanaan kas/ cash planning yang baik

2. Manajemen Operasional

Manajemen Operasional meliputi kontrol keluar masuk barang, kontrol gudang,


kontrol persediaan barang, cara display barang yang baik dan benar, kontrol
pengawasan minimarket, kontrol pelayanan konsumen, promosi dan kontrol
keamanan lingkungan minimarket dan swalayan

3. Manajemen Pembelian

Manajemen Pembelian meliputi, cara estimasi order yang baik, cara penentuan
margin barang dagangan yang tepat, negosiasi supplier, kontrol kualitas barang
dagangan dan kontrol retur barang

4. Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen Sumber Daya Manusia meliputi, cara membuat struktur organisasi


minimarket dan swalayan, cara membuat job deskripsi, cara rekrutment dan
penempatan karyawan, evaluasi karyawan reward & punishment, training dan
pelatihan, peraturan perusahaan dan cara pembuatan kontrak kerja karyawan

Perincian di atas hanya sebagian dari beberapa hal yang perlu menjadi perhatian
bagi para pelaku usaha minimarket dan swalayan. Untuk lebih detailnya dapat
dilihat di http://manajemenminimarketswalayan.com/
Dipublikasi di Berita, Uncategorized
| Tag keuangan, manajemen, minimarket, operasional, pembelian, pengelolaan, sumber daya
manusia, swalayan | Meninggalkan komentar

Manajemen Minimarket dan Swalayan


Posted on Maret 16, 2013by manajemenretailminimarketswalayan
Usaha minimarket dan swalayan termasuk usaha yang tumbuh dengan cepat di
Indonesia. Usaha ini merupakan salah satu peluang usaha yang sangat potensial
untuk dikembangkan. Perlunya pengetahuan yang cukup mengenai
manajemen sebuah usaha minimarket adalah hal yang wajib bagi yang akan
mendirikan sebuah minimarket ataupun bagi pengusaha yang saat ini sudah
mempunyai toko dan akan mengupgradenya menjadi minimarket.

Berikut akan kami uraikan persiapan-persiapan yang dilakukan sebelum membuka


usaha minimarket dan swalayan serta cara-cara pengelolaannya. Akan dibahas
secara terperinci satu persatu sehingga akan mempermudah bagi yang masih awam
sekalipun.

Sebelum mendirikan usaha minimarket perlu adanya analisa kelayakan usaha.


Analisa kelayakan usaha terdiri dari 10 point penting. Untuk mengetahui lebih
detailnya bisa dilihat di www.manajemenminimarketswalayan.com
Dipublikasi di Berita, Uncategorized | Tag analisa kelayakan, analisis usaha, manajemen, minimarket, peluang
usaha, swalayan, usaha | Meninggalkan komentar

Definisi Pasar Swalayan


Posted on Oktober 25, 2010by manajemenretailminimarketswalayan
Supermarket atau pasar swalayan adalah sebuah toko yang menjual segala
kebutuhan sehari-hari. Kata yang secara harfiah yang diambil dari bahasa Inggris ini
artinya adalah pasar yang besar. Barang barang yang dijual di supermarket biasanya
adalah barang barang kebutuhan sehari hari. Seperti bahan makanan, minuman, dan
barang kebutuhan seperti tissue dan lain sebagainya.
Jenis Pasar Swalayan
Selain supermarket dikenal pula minimarket, midimarket, dan hypermarket.
Perbedaan istilah minimarket, supermarket dan hypermarket adalah di format,
ukuran dan fasilitas yang diberikan. Contohnya
– minimarket berukuran kecil (100m2 s/d 999m2)
– supermarket berukuran sedang (1.000m2 s/d 4.999m2)
– hypermarket berukuran besar (5.000m2 ke atas)
– grosir berukuran besar (5.000m2 ke atas)
Pasar Swalayan atau toko serba ada dibagi dalam jenis:
Minimarket

Sebuah minimarket sebenarnya adalah semacam “toko kelontong” atau yang


menjual segala macam barang dan makanan, namun tidak selengkap dan sebesar
sebuah supermarket. Berbeda dengan toko kelontong, minimarket menerapkan
sistem swalayan, dimana pembeli mengambil sendiri barang yang ia butuhkan dari
rak-rak dagangan dan membayarnya dikasir. Sistim ini juga membantu agar pembeli
tidak berhutang.
Sebuah minimarket jam bukanya juga lain dari sebuah supermarket,
minimarket circle K jam bukanya hingga 24 jam.
Minimarket yang ada di Indonesia adalah Alfamart, Indomaret, Ceriamart, Starmart,
Circle K, dan lain-lain.

Midimarket

Ukuran lebih besar sedikit dari minimarket adalah midimarket, di sini sudah dijual
daging dan buah2an. Buka bisa 24 jam atau hanya sampai jam 24 saja. Sebagai
contoh adalah Alfa Midi, dan sebagian dari jaringan Giant yang dulunya bernama
Hero.

Supermarket
Kalau Supermarket semua barang ada, dari kelontong, sepeda, TV dan camera,
furnitur, baju, ikan dan daging, buah2an, minuman, pokoknya serba ada kebutuhan
sehari-hari. Contohnya Giant Supermarket, Carrefour Express, Sinar
Supermarket[Jawa Tengah], Macan Yaohan[Sumatera Utara], Foodmart, Foodmart
Gourmet, Super Indo, dan lain-lain

Hypermarket

Di sini hypermarket adalah supermarket yang besar termasuk lahan parkirnya.


Sebagai contoh Carrefour, Hypermart, Giant Hypermarket, dan lain-lain.

Grosir

Disini semua barang tersedia sehingga ada bongkar muat di dalam pusat grosir.
Contoh Indo Grosir, Makro [Lotte Mart], dan lain-lain

Dipublikasi di Berita | Tag definisi, minimaret, swalayan | Meninggalkan komentar

6 Cara Minimarket dan Swalayan Membuat Anda


Belanja Berlebihan
Posted on Oktober 24, 2010by manajemenretailminimarketswalayan

Bagi anda wanita karir, tentu saja informasi “6 Cara Minimarket dan Swalayan
Membuat Anda Belanja Berlebihan” akan sangat penting. Info 6 Cara Supermarket
Membuat Anda Belanja Berlebihan ini akan membantu anda untuk lebih maju lagi
dalam berkarir. Saya doakan semoga karir anda semakin maju.

Judulnya belanja bulanan, tetapi ketika Anda keluar dari Minimarket dan
Swalayan, trolley Anda ternyata dipenuhi barang-barang yang tak masuk daftar
belanja tersebut. Pemborosan ini terjadi setiap bulan, tetapi Anda tak juga kuasa
menghentikannya.
Perlu Anda ketahui, semua supermarket tentu memiliki store designer yang akan
menata letak barang-barang sedemikian rupa sehingga menggiring Anda ke tempat-
tempat yang menyimpan produk-produk menarik. Belum lagi berbagai promosi
harga barang yang memengaruhi Anda untuk membeli barang di luar kebutuhan.
Untuk menghindari pemborosan, Anda harus tahu bagaimana mereka mengecoh
Anda selama ini.
1. Area pintu masuk dan kasir
Hati-hati dengan jebakan di area pintu masuk atau di kasir. Minimarket dan
Swalayan biasanya meletakkan berbagai produk dengan cara yang menggoda iman
seorang impulse buyer seperti Anda. Produk-produk, seperti majalah, CD,
DVD, snacks, dan berbagai pernak-pernik lain, mungkin tak Anda perlukan, tetapi
akan sulit Anda hindari, demikian menurut Kit Yarrow, psikolog dan profesor
marketing di Golden Gate University di San Francisco.
Anda mungkin akan mencoba bergegas meninggalkan area tersebut agar tidak
tergoda. Namun, Anda bisa juga sengaja berlama-lama di tempat tersebut. Jika Anda
berhenti sekarang, Anda cenderung kurang membeli secara impulsif belakangan,
ujar Art Markman, profesor ilmu kognitif di University of Texas di Austin.

2. Bahan makanan
Para ahli meyakini bahwa buah dan sayur-sayuran diletakkan di bagian depan
supermarket karena membeli makanan yang sehat membuat Anda tidak begitu
merasa bersalah. Namun, Paco Underhill, penulis Why We Buy, mengungkapkan
alasan yang lebih jelas: Produk bahan makanan memiliki margin keuntungan yang
tertinggi dan Anda akan cenderung segera ingin membelinya.
Agar tidak tergoda berbelanja terlalu banyak bahan makanan, lakukan pembelanjaan
di area ini belakangan. Selain itu, bahan makanan juga tidak cacat karena tertindih
barang-barang lainnya.

3. Penawaran khusus
Terlalu banyak penjualan bisa mendorong lebih banyak pembelian. Berbagai
penawaran khusus, seperti beli mi instan lima dapat bonus satu atau beli sampo jenis
tertentu bisa dapat sampo jenis lain ukuran kecil bisa mengganggu kemampuan kita
menalar. Menurut Yarrow, penawaran semacam itu akan membuat kita tak dapat
mempertimbangkan nilai yang sesungguhnya.
Untuk itu, pikirkan nilai benda tersebut yang sebenarnya dan apakah Anda memang
membutuhkannya. Jika hal tersebut hanyalah bahasa marketing, tinggalkan saja.

4. Produk-produk tersembunyi
Supermarket biasanya meletakkan barang-barang yang paling laku di lorong bagian
tengah. Dengan demikian, Anda harus melewati banyak produk lain sebelum
mendapatkan apa yang Anda perlukan. Penelitian menunjukkan bahwa orang
membeli apa yang ada di hadapannya, kata pakar ilmu ritel Herb Sorensen, yang
juga penulis buku Inside the Mind of the Shopper.
Jika Anda melewati lorong-lorong yang menjebak ini, tetaplah berjalan. Jika barang
yang ditawarkan memang tak ada dalam daftar belanjaan Anda, lewatkan saja. Kalau
Anda masih menginginkannya sebelum keluar dari supermarket, kembali dan
ambillah, tetapi Anda mungkin akan mendapati bahwa barang tersebut tak layak
dibeli.

5. Produk private label


Produk-produk yang diberi merek sesuai tempat di mana Anda membelinya,
misalnya dari minimarket, supermarket, hingga hipermarket, sering disebut lebih
murah daripada produk sejenis dari merek lain. Namun, cara ini tak selalu berhasil.
Banyak brand terkenal juga bersaing dengan menawarkan harga yang lebih murah
daripada private label, ujar Yarrow.
Karena soal kualitas sebenarnya beda tipis, cara termudah untuk berhemat adalah
dengan membandingkan harga.

6. Sampel makanan
Meski Anda tidak lapar, mencicipi sepotong makanan menunjukkan sinyal bahwa
tubuh Anda siap makan, kata Markman. Penelitian pun menunjukkan bahwa
perubahan fisiologis ini membuat Anda kurang teguh menahan keinginan belanja
Anda. Tundalah mencoba sampel itu sampai sebelum keluar dari supermarket
sehingga dorongan insulin tidak akan memengaruhi tujuan inti Anda, katanya.
Satu cara lain yang juga akan sangat menghemat keuangan Anda, tak perlu mengajak
anak saat belanja bulanan. Mereka akan mengambil apa saja yang terlihat lucu dan
menggugah selera.

Dipublikasi di Berita | Meninggalkan komentar

Bisnis pasar modern


Posted on Oktober 18, 2010by manajemenretailminimarketswalayan
Bisnis pasar modern sudah cukup lama memasuki industri retail Indonesia dan
dengan cepat memperluas
wilayahnya sampai ke pelosok daerah. Keberadaan mereka banyak menimbulkan
pendapat pro-kontra. Bagi
sebagian konsumen pasar modern, keberadaan hypermarket, supermarket dan mini
market, memang
memberikan alternatif belanja yang menarik. Selain menawarkan kenyamanan dan
kualitas produk, harga yang
mereka pasang juga cukup bersaing bahkan lebih murah dibanding pasar tradisional.
Sebaliknya, keadaan
semacam ini jelas membuat risau para retailer kecil. Banyak dari retailer kecil
mendapat imbas dari kehadiran
pasar modern seperti hypermarket dengan turunnya pendapatan mereka secara
signifikan.
Kondisi ini semakin terasa, setelah dikeluarkannya Keppres No 96/1998 tentang
Bidang Usaha yang Tertutup
dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan Tertentu Bagi Penanaman
Modal. Keberadaan Keppres
ini mengundang masuk retailer asing untuk membuka usahanya di Indonesia.
Sampai pertengahan tahun ini
(Kapanlagi.com, 2003) jaringan hypermarket multinasional yang masuk ke
Indonesia sudah mencapai 15 gerai.
Kehadiran dua peretail hypermarket, yakni Carrefour (Perancis) dan Giant
(Malaysia) sudah menguasai 29,2
persen pasar retail Indonesia. Hingga tahun 2002, 2031 gerai pasar modern nasional
hanya membukukan omzet
Rp 33 trilliun, sementara hypermarket asing dengan 15 outlet mampu membukukan
Rp 10,88 trilliun.
Masalah persaingan merupakan konsekuensi logis yang timbul dengan hadirnya
retailer modern.
Permasalahan timbul ketika retailer modern mulai, memasuki wilayah keberadaan
retailer tradisional. Ekspansi
agresif untuk pendirian pusat perbelanjaan modern ini sudah mendapat izin dari
Pemerintah Daerah yang
bersangkutan dimana proses pemberian izin oleh aparat setempat tidak dilakukan
secara transparan dan sering
berbenturan dengan berbagai kepentingan pribadi didalamnya. Beberapa faktor
yang perlu dikaji dalam industri
retail tersebut adalah faktor regulasi, faktor efisiensi produk dan economics of scope,
faktor lokasi, faktor
perilaku konsumen termasuk pola selera konsumsi masyarakat serta karakteristik
dari produk yang dijual.
Usaha kecil dengan modal terbatas layak untuk mendapatkan perhatian dari KPPU
mengingat mereka terbukti
tidak rentan terhadap imbasan krisis multidimensional yang melanda Indonesia
sejak 1997. Dari sudut pandang
UUBisnis pasar modern sudah cukup lama memasuki industri retail Indonesia dan
dengan cepat memperluas
wilayahnya sampai ke pelosok daerah. Keberadaan mereka banyak menimbulkan
pendapat pro-kontra. Bagi
sebagian konsumen pasar modern, keberadaan hypermarket, supermarket dan mini
market, memang
memberikan alternatif belanja yang menarik. Selain menawarkan kenyamanan dan
kualitas produk, harga yang
mereka pasang juga cukup bersaing bahkan lebih murah dibanding pasar tradisional.
Sebaliknya, keadaan
semacam ini jelas membuat risau para retailer kecil. Banyak dari retailer kecil
mendapat imbas dari kehadiran
pasar modern seperti hypermarket dengan turunnya pendapatan mereka secara
signifikan.
Kondisi ini semakin terasa, setelah dikeluarkannya Keppres No 96/1998 tentang
Bidang Usaha yang Tertutup
dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan Tertentu Bagi Penanaman
Modal. Keberadaan Keppres
ini mengundang masuk retailer asing untuk membuka usahanya di Indonesia.
Sampai pertengahan tahun ini
(Kapanlagi.com, 2003) jaringan hypermarket multinasional yang masuk ke
Indonesia sudah mencapai 15 gerai.
Kehadiran dua peretail hypermarket, yakni Carrefour (Perancis) dan Giant
(Malaysia) sudah menguasai 29,2
persen pasar retail Indonesia. Hingga tahun 2002, 2031 gerai pasar modern nasional
hanya membukukan omzet
Rp 33 trilliun, sementara hypermarket asing dengan 15 outlet mampu membukukan
Rp 10,88 trilliun.
Masalah persaingan merupakan konsekuensi logis yang timbul dengan hadirnya
retailer modern.
Permasalahan timbul ketika retailer modern mulai, memasuki wilayah keberadaan
retailer tradisional. Ekspansi
agresif untuk pendirian pusat perbelanjaan modern ini sudah mendapat izin dari
Pemerintah Daerah yang
bersangkutan dimana proses pemberian izin oleh aparat setempat tidak dilakukan
secara transparan dan sering
berbenturan dengan berbagai kepentingan pribadi didalamnya. Beberapa faktor
yang perlu dikaji dalam industri
retail tersebut adalah faktor regulasi, faktor efisiensi produk dan economics of scope,
faktor lokasi, faktor
perilaku konsumen termasuk pola selera konsumsi masyarakat serta karakteristik
dari produk yang dijual.
Usaha kecil dengan modal terbatas layak untuk mendapatkan perhatian dari KPPU
mengingat mereka terbukti
tidak rentan terhadap imbasan krisis multidimensional yang melanda Indonesia
sejak 1997. Dari sudut pandang
UU No 5. Tahun 1999 mengenai anti monopoli dan persaingan tidak sehat, kajian
sektor retail ini dianggap
penting karena aspek persaingan akan dikaji melalui berbagai sudut pandang dari
pasal-pasal dalam undang-
undang tersebut. Potensi pelanggaran pelaku usaha akan dikaji lebih jauh dengan
menggunakan kacamata
persaingan usaha.
No 5. Tahun 1999 mengenai anti monopoli dan persaingan tidak sehat, kajian sektor
retail ini dianggap
penting karena aspek persaingan akan dikaji melalui berbagai sudut pandang dari
pasal-pasal dalam undang-
undang tersebut. Potensi pelanggaran pelaku usaha akan dikaji lebih jauh dengan
menggunakan kacamata
persaingan usaha.
Dipublikasi di Berita | Tag manajemen, minimarket, pasar modern, persaingan retail, regulai, swalayan
|Meninggalkan komentar

Perkembangan Toko Retail di Indonesia


Posted on Oktober 18, 2010by manajemenretailminimarketswalayan
Bagaimana perkembangan toko retail di indonesia saat ini seperti melihat kemajuan
sebuah peluang usaha yang berhasil dijalankan, menurut banyak penjelasan di
media ataupun dikalangan masyarakat toko retail yang sedang berkembang tidak
begitu banyak,mungkin bisa dihitung jari seperti misalkankan toko retail Alfamart
atau Indomaret,kedua toko retail ini sering dijumpai pada kawasan pemukiman
terutama keberadaan toko retail Indomaret.
Indomaret adalah pemilik jaringan toko retail yang terbesar di Indonesia,dengan
jaringan sebesar ini Indomaret hampir menguasai penyebaran produk-produk
makanan di Indonesia,dibandingkan dengan Alfamart penetrasi dari Indomaret
cukup agresif terutama dipulau Jawa ini.
Perkembangan toko Retail di Indonesia saat ini tak lepas dari penetrasi yang
dilakukan oleh Indomaret dan pesaing terkuatnya Alfamart,tentunya kedepan
persaingan kedua toko ini akan membuat bergairah industri retail Indonesia,yang
juga seharusnya menggairahkan penangkap peluang usaha untuk menumbuhkan
inspirasi baru baginya.
Dipublikasi di Berita | Tag artikel minimarket, perkembangan minimarket, perkembangan swalayan, retail
|Meninggalkan komentar

BISNIS RITEL MAKANAN (GROCERY)


SANGAT MENJANJIKAN
Posted on Oktober 17, 2010by manajemenretailminimarketswalayan
Hipermarket mengalami pertumbuhan yang sangat pesat
Pada tahun 2010 industri hipermarket di Indonesia mengalami pertumbuhan yang
sangat pesat. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) memperkirakan, total
belanja ritel modern tahun ini bakal mencapai Rp 100 trilyun. Sebanyak Rp 65
triliun merupakan belanja makanan dan sisanya non-makanan. Dari jumlah belanja
makanan ini, hipermarket mengambil porsi 35 persen, minimarket 35 persen dan
supermarket 30 persen. Makanan yang merupakan kebutuhan pokok manusia,
mengharuskan kita mau tidak mau untuk berbelanja makanan dan minuman setiap
harinya. Hal inilah yang menyebabkan mengapa mini market dan hypermarket
pertumbuhannya sangat pesat(Kompas.Com).
Pertumbuhan gerai ritel makanan di hypermarket rata rata 30% per tahun dan
supermarket 7% per tahun dan convenience store/mini market sekitar 15%. Pada
tahun 2003, penjualan sektor ritel modern makanan dikuasai oleh supermarket
60%, hypermarket 20% dan sisanya 20% oleh convenience store/mini market.

Potensi Pengembangan Ritel Makanan (Grosery) di daerah-daerah


Permintaan produk kebutuhan sehari-hari (consumer goods) masih merupakan
permintaan utama. Produk bahan makanan (groceries) mendominasi sekitar 67%
komposisi penjualan barang perdagangan ritel. Sementara untuk produk non-
pangan, penjualan pakaian dan sepatu memberikan kontribusi sebesar 30% barang
perdagangan ritel, diikuti penjualan barang-barang elektronik sebesar 12%, dan
penjualan produk kesehatan dan kecantikan sebesar 11%. Potensi pengembangan
pasar ritel modern di Indonesia masih relatif besar terhadap jumlah populasi
penduduk. Jumlah toko ritel modern per satu juta penduduk Indonesia saat ini
sekitar 52, lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara tetangga lainnya
seperti Malaysia 156 toko, Thailand 124 toko, Singapura 281 toko, dan China 74 toko.
Jumlah toko ritel modern di Indonesia hanya menempati porsi yang sangat kecil
(0,7%) dibandingkan dengan jumlah toko tradisional per satu juta penduduk
Indonesia yang mencapai 7.937 toko.

Format minimarket mengalami pertumbuhan tertinggi, baik dilihat dari sisi jumlah
gerai toko maupun pangsa perdagangan ritel penjualan produk fast moving
consumer goods (FMCG). Jumlah minimarket di Indonesia pada tahun 2008
mencapai 10.607 toko dengan pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 17,3%,
tertinggi dibandingkan format ritel modern lainnya, disusul hypermarket dengan
pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 16,9%. Sementara itu, pangsa perdagangan
ritel minimarket untuk penjualan produk FMCG meningkat cukup signifikan
dibandingkan format lainnya, yaitu dari sebesar 5% di tahun 2003 menjadi 16% di
tahun 2008.

PT Matahari Putra Prima Tbk (MPP) telah mengambil langkah inisiatif strategis
untuk mengkaji dan menganalisa kegiatan bisnisnya secara keseluruhan, terkait
dengan rencana perusahaan mengembangkan kompetensi inti dalam bisnis
hypermarket-nya. Sebagai pelopor compact hypermarket di Indonesia dengan model
bisnis yang telah teruji, akan terus berfokus kepada bisnis ritel makanan, melalui
fase ekspansi Hypermart ke semua daerah di Indonesia. Selain itu, streamline semua
bisnis non-inti lainnya/bisnis non-hypermarket, guna memastikan bahwa semua
sumber daya MPP dioptimalkan 100%, untuk mendorong pertumbuhan bisnis
Hypermart. Indonesia merupakan negara berpotensi besar dan memiliki
pertumbuhan pasar yang paling menarik secara global diantara negara berkembang
lainnya. Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia dengan segmen
kelas menengah yang meningkat, ekonomi yang ditopang oleh basis konsumen yang
kuat, daya beli yang terus meningkat dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi
tahunan yang kokoh. Sampai saat ini, ekonomi berbasis konsumen yang kuat ini
telah mendorong pertumbuhan PDB negara dan diprediksikan akan terus tumbuh
rata-rata 5,6% per tahun sampai dengan tahun 2014, sedangkan PDB perkapita
diperkirakan akan tumbuh sebesar 11,3% sampai dengan tahun 2014 dan akan
melampaui batas US$ 3.000 di tahun 2012.

Pertumbuhan daerah-daerah di Indonesia juga berlangsung pesat akhir-akhir ini,


baik dari sektor ekonomi, pariwisata maupun pendidikan. Dimana setiap daerah
berkembang dengan potensinya masing-masing. Pertumbuhan pariwisata dan
meningkatnya populasi ekspartriat, menyebabkan peningkatan jumlah impor.
Riteler besar seperti Carrefour Indonesia, Matahari Putra Prima Tbk, dan Hero
Supermarket berhasil meningkatkan penjualan merek, melalui penjualan produk-
produk private label, penawaran promosi yang menarik, dan ekspansi ke daerah-
daerah dan pasar yang belum jenuh.

Peran Pemerintah dalam Pengelolaan Pasar Tradisional dan Ritel Modern


Keberadaan pasar modern yang meliputi minimarket, supermarket, hingga
hipermarket tidak dapat dihindari. Untuk dapat bersaing, pasar tradisional harus
diperkuat agar konsumen tidak beralih. Kepala Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Provinsi Jawa Tengah Ihwan Sudrajat mengemukakan hal tersebut di
Kota Semarang, Rabu (24/6). Menurut Beliau, pasar modern memiliki segmen pasar
tersendiri sama seperti pasar tradisional, sehingga pilihan sepenuhnya terletak pada
konsumen.

Kita tidak dapat membatasi pasar modern, karena pendiriannya pun berdasarkan
adanya permintaan pasar. Yang harus dilakukan adalah melindungi pelaku UMKM
dan pasar tradisional. Ini adalah tugas dari pemerintah. Aturan untuk keberadaan
pasar modern ada dalam Keputusan Presiden Nomor 112 Tahun 2008 tentang
Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern.
Dalam Pasal 5 diatur perihal letak pasar modern segala ukuran, dari hipermarket
yang terbesar hingga minimarket yang terkecil. Dalam aturan tersebut disebutkan,
hipermarket hanya diperbolehkan berlokasi pada akses jalan utama, supermarket
tidak diizinkan berada pada lingkungan perumahan, dan minimarket diperbolehkan
berada di akses jalan pada lingkungan permukiman di kota.

Sementara itu, penguatan terhadap pasar tradisional, dilakukan dengan program


penataan pasar. Sektor perdagangan mendapatkan alokasi dana stimulus sebesar Rp
335 miliar yang digunakan untuk program revitalisasi dan renovasi pasar tradisional
sebesar Rp 215 miliar, dan pergudangan Rp 120 miliar. Menurut data yang diperoleh
VIVAnews dari salah satu anggota dewan, sebanyak 123 kabupaten/kota di 11
provinsi rencananya mendapat alokasi stimulus pasar sebesar Rp 215 miliar.

Pemerintah telah menerima sedikitnya 600 proposal dari 300 daerah di seluruh
Indonesia untuk program revitalisasi pasar tradisional. Semua proposal yang masuk
ke Departemen Keuangan akan dibahas pelaksanaannya.

Sekretaris Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Gunaryo di Kantor


Pengawas Persaingan Usaha mengatakan, ada sekitar Rp 235 miliar dana revitalisasi
pasar yang disalurkan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Perbantuan
dari Pemerintah Daerah. Dari proposal yang masuk ke Departemen Perdagangan,
jenis revitalisasi bermacam-macam. “Ada yang rehabilitasi total, pertambahan
luasan, atau renovasi saja,” katanya. Dana yang disiapkan untuk revitalisasi pasar
tradisional tersebut, menurut Gunaryo mulai Rp 3 miliar atau tergantung daerah dan
besaran kasus yang terjadi. “Kini sedang dibahas di Menteri Keuangan,” tutur
Gunaryo.
Proposal rehabilitasi pasar tersebut, katanya, harus melalui persetujuan Dinas PU di
daerah terkait standar bangunan. Gunaryo menambahkan untuk program
revitalisasi pasar tradisional mulai tahun depan, Pemerintah daerah berkomitmen
untuk menambah anggaran pembinaan pasar. Dana stimulus revitalisasi pasar
tradisional tahun ini dikucurkan melalui Departemen Perdagangan lewat Dana
Alokasi Khusus.

Kelemahan pasar tradisional yang harus segera dibenahi :


1. Kurangnya pengelolaan pasar yang baik menyebabkan tutupnya beberapa pasar
tradisional.
2. Kurang nyamannya berbelanja di pasar tradisional, terutama masalah kebersihan.
3. Kurangnya modal peritel tradisional untuk bisa mengembangkan usahanya.
4. Harga yang lebih mahal untuk produk tertentu dibanding harga di pasar modern.

Strategi pengelolaan bisnis ritel modern yang kreatif dan inovatif


Para pelaku bisnis ritel, baik modern maupun tradisional, harus lebih meningkatkan
promosinya. Menurut data dari Lembaga Riset Nielsen Indonesia, sepanjang
semester pertama 2010, konsumen belum terlalu memprioritaskan uang belanja
untuk membeli makanan, minuman, dan berbagai kebutuhan harian. Konsumen
kelas menengah, justru lebih memilih belanja kendaraan atau elektronik.

Pertumbuhan penjualan ritel nasional sepanjang Januari sampai Mei lalu baru
mencapai 9 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2009. Angka
tersebut jauh tertinggal dari pertumbuhan sektor lainnya. Pertumbuhan penjualan
mobil menduduki angka tertinggi 73,5 persen. Begitu pula sepeda motor sebesar 35,2
persen. Penjualan elektronik rumah tangga juga meningkat 32,35 persen, sedangkan
komputer naik 30 persen.

Saat ini tengah terjadi pergeseran perhatian konsumen dalam membelanjakan


anggaran bulanannya. Terutama kelas menengah atas, masih memilih belanja big
ticket item (mobil, motor, elektronik). Yang secara tidak langsung, mengindikasikan
masyarakat kita semakin mapan.

Seiring berkembangnya teknologi, gaya hidup masyarakat juga ikut berubah.


Sebelum ada teknologi, saat ada waktu luang konsumen bisa pergi ke warung atau
belanja. Begitu ada ponsel dengan segala kecanggihannya, punya waktu luang sedikit
langsung online. Rekreasi di dunia maya dirasa lebih mengasikan, daripada pergi ke
pasar tradisional atau supermarket dan hypermarket sekalipun.

Sepanjang 2009, total belanja konsumen untuk ritel 56 kategori produk mencapai
Rp 99, 653 triliun (tidak termasuk telur, cabai, beras, dan beberapa sembako).
Sementara itu, pada Januari sampai Mei 2010, total uang yang sudah terbelanjakan
Rp 44,685 triliun.

Nielsen melakukan riset tentang tren belanja masyarakat dengan cara wawancara
face to face di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Makassar, dan Medan. Responden
adalah pria dan perempuan usia 15-65 tahun. Total 1.781 narasumber memiliki
kemampuan belanja lebih dari Rp 1,250 juta per bulan. (gen/c6/kim)
Pengusaha ritel sebaiknya lebih kreatif mengemas tempat berjualan, kemudian
mempromosikannya dengan lebih menarik lagi. Berdasar hasil survei yang dilakukan
Nielsen, 19,8 persen konsumen mengungkapkan bahwa faktor nonfood
(kenyamanan tempat, kemasan, promosi, dll) merupakan alasan mereka untuk
datang ke tempat belanja.

Manajemen SDM mempunyai peranan signifikan dalam sebuah bisnis ritel.


Mengkoordinasi dan memotivasi karyawan dalam pencapaian target. Sampai pada
akhirnya terbentuklah sebuah komitmen kerja, yang bisa menyatukan
antarkaryawan, sehingga menghasilkan keuntungan yang kompetitif. Aspek
pemilihan lokasi dalam bisnis ritel juga sangat berpengaruh. Pemilihan lokasi yang
memungkinkan bisnis ritel untuk tumbuh, mengevaluasi keunggulan dari setiap area
perdagangan yang dipilih. Sedangkan sistem keuangan, merupakan perefleksian
strategi ritel menyangkut metode pengelolaan sumber daya (modal, alat-alat, SDM,
dan dll) sehingga tercapai kinerja yang optimal.

Demikian, bisnis ritel makanan memang sangat menjanjikan. Dilihat dari


pertumbuhannya yang sangat pesat setiap tahunnya. Ditambah, pangsa pasar
Indonesia sendiri sudah sangat menjanjikan, negara dengan jumlah penduduk
terbesar keempat di dunia dengan segmen kelas menengah yang meningkat,
ekonomi yang ditopang oleh basis konsumen yang kuat. Tapi bagaimanapun juga,
sukses tidaknya sebuah bisnis, sangat bergantung pada strategi dan menejemen
pengelolaan. Semuanya kembali pada pelaku bisnis itu sendiri.

(sumber : berbagai artikel di internet)

Você também pode gostar