Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Topik : GERD
cair 1x, nyeri ulu hati, dada terasa sesak, dan sering
bersendawa.
1. Diagnosis
GERD
2. Riwayat Pengobatan
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit :
• Mual & muntah sejak 1 hari SMRS
• Sering bersendawa
4. Riwayat Keluarga
(-)
5. Lain-lain :
a. Pemeriksaan Fisik
Status Gizi : BB : 58 kg
Hidung : mukosa lembab, mukosa merah muda, secret (-), rinorhea (-)
Abdomen : supel, hepar/lien tidak teraba, defans muscular (-), timpani, bising usus (+)
Hasil Pembelajaran
• Subyektif
Pasien adalah laki-laki berusia 25 tahun. Pada anamnesis didapatkan nyeri ulu hati
sekitar 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan disertai dengan mual dan muntah
sebanyak 8x, isi makanan, darah (-). Selain itu juga ditemukan rasa sesak dan penuh di
dada, tanpa disertai nyeri dada menjalar. Pasien mengaku perut terasa kembung dan
GERD adalah gangguan aliran balik asam lambung yang kembali ke esofagus oleh karena
Anamnesis :
Pasien dengan GERD bisanya mempunyai gejala yang tidak spesifik seperti globus
sensation, tenggorokan terasakering, nyeri dada, sesak, bahkan bisa sakit tenggorokan
dan disfagia.
Pemeriksaan fisik :
BU (+) 12x/m,
Pemeriksaan penunjang
1. Endoskopi Esofagus
cerna bagian atas, bersama dengan biopsy dan merupakan standar untuk pasien
dengan esofagitis dan gastritis. Pada pasien dengan GERD pemeriksaan ini bermakna
dalam mencari iritasi mukosa esofagus dan untuk menyingkirkan esofagitis Barret.
pH distal proksimal dan hipofaringeal hanya sensitivitas 70%,50% dan 40% dalam
jam saat pasien menunjukkan onset, makan terakhir, tidur dan saat kambuhnya
refluks. Informasi yang disediakan oleh tes ini meliputi frekuensi, durasi danlokasi
kejaian refluks.
3. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi pada laringitis posterior ditandai oleh hiperplasia dari sel
menjadi epitel menjadi atropi dan ulserasi dengan defositfibrin, jaringan granulasi dan
4. Barium Enema
dilakukan serangkaian pindai sinar-X untuk mengamati aliran bahan pewarna tersebut
dari esofagus ke perut. Bahan pewarna akan menggarisi rongga esofagus dan perut,
juga dapat mendeteksi refl uks (aliran balik) bahan pewarna ke dalam esofagus.
6. Definisi
buruk pada kualitas hidup penderita dan sering dihubungkan dengan morbiditas yang
Komplikasi yang berat yang dapat timbul adalah Barret’s esophagus, striktur,
7. Etiologi
Penyebab GERD adalah adanya refluks secara retrograde dari asam lambung
atau isinya (pepsin) ke esofagus dan menimbulkan cedera mukosa. Sehingga terjadi
clearing), dan batuk kronis yang berakibat iritasi dan inflamasi pada faring.1
Selain itu, refluks laringofaring dapat terjadi ketika ada perbedaan tekanan
antara tekanan positif intra abdominal dan tekanan negatif pada thoraks maupun
laringofaring. Refluks fisiologis gastroesofageal terjadi secara predominan karena
8. Komponen Reflux
laring adalah asam, pepsin, asam empedu dan tripsin. Pepsin dengan asam telah
diketahui menjadi komponen yang paling berbahaya yang berhubungan erat dengan
kejadian lesi di daerah laring. Pada percobaan pada hewan secara in vitro
menunjukkan pepsin menjadi aktif dan menyebabkan trauma pada sel-sel laring
sampai pH 6.4
Refluks dapat berbentuk gas, cair, atau campuran gas dan cairan. Mayoritas
dari refluks faringeal berbentuk gas, tanpa penurunan pH dan sama pada orang normal
dan pasien laringitis. Refluks yang berbentuk campuran gas dan cairan serta refluks
yang berbentuk gas dengan penurunan pH yang signifikan lebih sering pada penderita
9. Patofisiologi
Patofisiologi GERD masih menjadi kajian banyak para ilmuan. Sampai saat ini dua
dapat terjadi sebagai akibat refluks esofageal apabila : 1). Terjadi kontak dalam waktu
yang cukup lama antara bahan refluksat dengan mukosa esofagus, 2). Terjadi
penurunan resistensi jaringan mukosa esofagus (Makmun, 2009). Esofagus dan gaster
dipisahkan oleh suatu zona tekanan tinggi (high pressure zone) yang dihasilkan oleh
kontraksi lower esophageal sphincter (LES). Pada individu normal, pemisah ini akan
dipertahankan kecuali pada saat sendawa atau muntah. Aliran balik dari gaster ke
esofagus melalui LES hanya terjadi apabila tonus LES tidak ada atau sangat rendah
(<3 mmHg).
Refleks spontan pada saat relaksasi LES tidak adekuat, 2). Aliran retrograd yang
mendahului kembalinya tonus LES setelah menelan, 3). Meningkatnya tekanan intra
menyangkut keseimbangan antara faktor defensif dari esofagus (pemisah anti refluks,
bersihan asam dari lumen esofagus, ketahanan epitel esofagus) dan faktor
ofensif dari bahan refluksat. Faktor-faktor lain yang turut berperan dalam timbulnya
fisiologis, antara lain dilatasi lambung atau obstruksi gastric outlet dan delayed
gastric emptying.
Peranan infeksi Helicobacter pylori dalam patogenesis GERD relatif kecil dan
kurang didukung oleh data yang ada. Pengaruh dari infeksi H. pylori terhadap GERD
merupakan konsekuensi logis dari gastritis serta pengaruhnya terhadap sekresi asam
satu alasan mengapa prevalensi GERD di Asia lebih rendah dibandingkan dengan
negara-negara Barat. Hal tersebut sesuai dengan yang ditunjukkan pada satu studi di
Jepang yang dilakukan oleh Shirota dkk. Studi yang lain juga membuktikan
adanya hubungan terbalik antara derajat keparahan esofagitis refluks dengan infeksi
H. pylori. Hamada dkk menunjukkan insiden esofagitis refluks yang tinggi setelah
laring dan jaringan sekitarnya. karena rusaknya sistem pertahanan fisiologis yang
dapat mencegah masuknya cairan asam lambung ke dalam saluran pernafasan atas
yaitu sfingter bawah esofagus, fungsi motorik dari mukosa esofagus, resistensi
mukosa esofagus dan sfingter atas esofagu. Terdapat dua teori yang mendominasi
bagaimana asam lambung dapat memprovokasi gejala dan tanda klinis kelainan
jaringan sekitarnya. Yang kedua adalah asam di distal esofagus menstimulasi refleks
berdeham (chronic throat clearing) dan batuk yang memprovokasi lesi mukosa.1,4,5
Gejala timbul karena trauma mukosa langsung atau kerusakan dari silia,
mengakibatkan stasis mukus dan berdeham (chronic throat clearing) dan batuk.
Episode refluks asam yang lemah (pH 4-7) tidak dideteksi pada cut off limit pH 4
pada monitoring pH 24 jam, mungkin melewati esofagus tanpa gejala dan tanda klinis
tapi dapat mengiritasi mukosa laring yang sensitif. Epitel respiratori bersilia yang
terdapat di laring lebih sensitif terhadap asam, pepsin yang teraktivasi dan garam
lambung, terutama pada masa postprandial dan diaktivasi oleh stretch reseptor pada
dinding lambung. Lengkung refleks terdiri dari impuls yang dimediasi oleh nervus
vagus ke nukleus traktus solitarius pada batang otak, eferen vagal ke sfingter bawah
esofagus dan non cholinergic, non nitergic inhibitory interneuron yang merelaksasi
sfingter. Relaksasi ini untuk membebaskan udara yang tertelan dengan sendawa. Hal
ini terjadi secara independen dari proses menelan, sekitar 5-30 detik, dan sering
setelah kontraksi dari sfingter bawah esofagus. Refluks ke daerah laringofaring terjadi
Pada saat terjadi penambahan tekanan intra abdomen yang normal, frekuensi
episode refluks meningkat karena insufisiensi tonus sfingter bawah esofagus oleh
dibatang otak dan eferen di sfingter bawah esofagus yang mengatur TLESR. Distensi
abdomen (post prandial atau karena pengosongan lambung yang abnormal atau pada
saat menelan udara) merupakan stimulus TLESR. Posisi yang menyebabkan letak
gastrooesophageal junction di bawah permukaan batas air dan udara di lambung juga
adalah gerakan, ketegangan, obesitas, volume yang berlebihan atau makanan yang
yaitu : (1) tekanan sfingter bawah esofagus yang rendah, (2) relaksasi sfingter yang
tidak adekuat saat menelan maupun tidak menelan dan (3) peningkatan sementara
Waktu dan frekuensi dari paparan asam yang menyebabkan penyakit refluks
refluks sudah cukup menyebabkan gangguan. Hal ini berdasarkan penelitian pada
hewan dimana 3 kali refluks asam dan pepsin selama 1 minggu sudah dapat
Terdapat 4 barrier fisiologis sebagai proteksi dari refluks yaitu sfingter bawah
esofagus, acid clearance melalui fungsi motorik esofagus dan gaya gravitasi, resistensi
mukosa esofagus serta sfingter atas esofagus. Sfingter bawah esofagus merupakan
daerah yang terlokalisasi dengan baik antara esophageal body dan lambung,
cara relaksasi serta mencegah kembalinya isi lambung ke esofagus. Pada saat
menelan, sfingter bawah esofagus mengalami relaksasi sebagai respon cepat dari
sistem saraf pusat. Tekanan sfingter bawah esofagus diatur oleh otot polos, saraf dan
kontroversi.3
9. Tatalaksana Farmakologi
Terapi IGD:
• Infus RL 20 tpm
A. Diet
- Hindari makanan yang merangsang aktivitas otot LES (lower spicteresofagus) misalnya;
gorengan atau lemak, coklat, alkohol, kopi, minumanbersoda, buah jeruk atau jusnya, saus
- Makan lebih lambat untuk mengurangi udara masuk bersama makanan kedalam saluran
penernaan.
B. Aktivitas
- Berhenti merokok.
C. Pembedahan
esofagus dang aster sehingga dapat mencegah refluks seluruh isi gaster ke arah esofagus.
Keadaan ini dianjurkan pada pasien yang terus menerus harus mendapat terapi obat atau dosis
6. Prognosis
Dubia ad bonam