Você está na página 1de 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada masa sekarang ini setiap kegiatan ekonomi selalu diliputi oleh
ketidakpastian, demikian halnya dengan kegiatan investasi di pasar modal.
Mengingat pasar modal modal memiliki tingkat ketidakpastian yang lebih tinggi
dibandingkan lembaga pendanaan lainnya, maka para investor memerlukan
informasi yang dapat diandalkan dan tepat waktu untuk mengurangi
ketidakpastian tersebut. Pengambilan keputusan ini berkaitan dengan pemilihan
portofolio investasi yang paling menguntungkan dengan risiko tertentu. Informasi
dapat mengurangi ketidakpastian yang terjadi sehingga keputusan yang diambil
diharapkan akan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Jika pasar bereaksi
dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga keseimbangan baru yang
sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia, maka kondisi pasar yang
seperti ini disebut pasar efisien (Jogiyanto, 2003).
Dalam pasar modal banyak sekali informasi yang dapat diperoleh, yaitu
berupa informasi tentang kondisi lingkungan mikro dan kondisi lingkungan
makro. Kondisi lingkungan mikro meliputi : kinerja perusahaan, pembagian
dividend dan sebagainya. Sedangkan lingkungan makro meliputi : keadaan
politik, kondisi ekonomi, kebijakan moneter dan sebagainya. Di dalam lingkungan
makro, kondisi politik suatu negara sangat mempengaruhi investor untuk
berinvestasi, semakin stabil kondisi politik dan keamanan suatu negara serta
perkembangan perekonomian yang dinamis maka investor akan tertarik
menanamkan modalnya termasuk membeli saham dan pada saatnya harga saham
akan cenderung mengalami kenaikan. Sebaliknya apabila keadaan keamanan dan
politik serta perekonomian tidak stabil, maka investor akan keluar dan akibatnya
harga saham bisa mengalami penurunan.
Kondisi ekonomi Indonesia sejak tahun 1997 sampai terjadinya peristiwa
bom yang mengunjang kondisi ekonomi dan politik Indonesia tahun 2002, 2005
dan 2009, belumlah pulih benar. Kondisi ekonomi yang belum pulih tersebut
semakin memperlemah kondisi ekonomi lima tahun setelah krisis moneter tahun
1997 dengan adanya peritiwa bom di Legian Bali pada tanggal 12 Oktober 2002
sering disebut juga dengan Bom Bali I. Kemudian disusul tiga tahun berikutnya
ledakan bom Bali II pada tanggal 1 Oktober 2005. Empat tahun setelah peristiwa
bom Bali II, kondisi ekonomi Indonesia mulai mengalami recovery, kembali
mendapat ujian berat dengan peristiwa dua bom berturut-turut yang terjadi dalam
waktu bersamaan yaitu bom di Hotel JW Marriott dan bom di Hotel Ritz-Carlton
Jakarta pada tanggal 7 Juli 2009. Kedua peristiwa ini membawa dampak pada
kondisi ekonomi yang ditunjukan adanya perubahan negatif dari indikator
ekonomi Indonesia. Indikator kondisi Ekonomi secara makro dapat dilihat dari
Kurs Rp terhadap USD dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang
mengalami penurunan sebelum dan sesudah peristiwa bom tersebut. Seperti yang
terjadi pada Kamis, 14 Januari 2016 terjadi peledekan bom dan baku tembak yang
terjadi di kawasan Sarinah, Jakarta. Dampak dari terror bom tersebut adalah
melemahnya Indeks harga saham dan nilai tukar rupiah.
Dampak negatif bom Sarinah terhadap bursa mulai mereda menjelang
penutupan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,34 persen (15,58
poin) ke 4.521,6 pada pukul 15.10 WIB. Indeks dibuka melemah mengikuti
pergerakan bursa global namun sempat berbalik menunjukkan tanda-tanda
menguat. IHSG langsung anjlok setelah terjadi ledakan bom di kawasan Sarinah,
Jalan MH Thamrin di Jakarta Pusat pada pukul 10.30 WIB. Nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS, Kamis (14/1) sore, ditutup melemah dibandingkan
perdagangan hari sebelumnya. Mengacu data Bloomberg, rupiah pada
perdagangan di pasarspot exchange ditutup ke Rp 13.899 per dolar AS pukul
16.00 WIB, melemah 64 poin (0,46%) dari penutupan sebelumnya. Indeks saham-
saham unggulan yang tergabung Investor turun 0,4 persen ke 323,55, indeks
LQ45 turun 0,45 persen ke 789,75, dan JII turun 0,85 persen ke 596,78.
(http://www.beritasatu.com/saham/341497-temporer-dampak-bom-ke-pasar-
finansi al.html).
Kondisi tersebut memungkinkan investor mengurangi ataupun sama sekali
tidak membeli saham di pasar modal. Mereka khawatir bahwa keuntungan yang
akan mereka terima nanti justru akan berkurang atau justru tidak memperoleh
keuntungan sama sekali (rugi). Hal ini dikarenakan adanya peristiwa politik yang
mengancam stabilitas suatu Negara, seperti pemilihan umum, pergantian kepala
negara, ataupun berbagai kerusuhan politik, cenderung mendapat respon negatif
dari para pelaku pasar.
Perkembangan IHSG dan volume perdagangan tujuh hari sebelum
peristiwa terror Bom Sarinah, Jakarta dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1.1
IHSG Sebelum dan Sesudah Terjaninya Bom Sarinah, Jakarta

IHSG
4560
4540
4520
4500
4480
4460
4440
4420
4400
11-Jan-12

11-Jan-14
12-Jan-00
11-Jan-06

11-Jan-18
11-Jan-24
11-Jan-30
11-Jan-36
11-Jan-42
11-Jan-48
11-Jan-54
11-Jan-60
11-Jan-66
11-Jan-72
11-Jan-78
11-Jan-84
11-Jan-90
11-Jan-96
11-Jan-02
11-Jan-08
Gambar 1.2
IHSG Sebelum dan Sesudah Terjadinya Bom Sarinah, Jakarta

Volume Trading
3,900

3,400

2,900

2,400

1,900
11-Jan-30

11-Jan-90
12-Jan-00
11-Jan-06
11-Jan-12
11-Jan-18
11-Jan-24

11-Jan-36
11-Jan-42
11-Jan-48
11-Jan-54
11-Jan-60
11-Jan-66
11-Jan-72
11-Jan-78
11-Jan-84

11-Jan-96
11-Jan-02
11-Jan-08
11-Jan-14
Adanya perbedaan fluktuasi harga saham sebelum dan sesudah peristiwa
Bom Sarinah Jakarta menunjukkan adanya dampak peristiwa yang terjadi
terhadap harga saham emiten. Begitu juga dengan perbedaan volume perdagangan
sebelum dan sesudah peristiwa menjukkan adanya reaksi investor di pasar modal
dengan adanya peristiwa. Perbedaan ini menujukkan adanya kandungan informasi
dari peristiwa yang terjadi.
Hal ini dikarena informasi yang terjadi sangat penting, informasi merupakan
kebutuhan yang mendasar bagi para investor dalam pengambilan keputusan.
Untuk memudahkan informasi mengenai indeks harga saham yang mencerminkan
pergerakan harga saham, Bursa Efek Indonesia mengeluarkan11 jenis indeks
harga saham sebagai salah satu pedoman bagi investor untuk berinvestasi di pasar
modal.
Indeks LQ 45 merupakan salah satu indeks dari 11 jenis indeks yang
dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia. Indeks LQ 45 merupakan indeks saham
dari 45 jenis saham perusahaan yang tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek
Indonesia yang mempunyai likuiditas dan kapitalisasi paling tinggi di antara
saham-saham lainnya.Perusahaan-perusahaan yang masuk ke dalam indeks LQ 45
secara rutin di pantau perkembangannya dan dievaluasi atas pergerakan urutan
saham-sahamnya untuk menjamin kewajaran pemilihan saham yang masuk ke
dalam indeks LQ 45. Sehingga perusahaan yang masuk ke dalam indeks LQ 45
menjadi perusahaan utama yang banyak diminati oleh investor karena indeks LQ
45 berfungsi sebagai patokan naik turunnya harga saham di Bursa Efek Indonesia.
Perusahaan LQ 45 merupakan kelompok perusahaan yang dapat menggambarkan
pergerakan harga dan perdagangan saham secara aktif memengaruhi keadaan
pasar saham.
Berdasarkan kondisi dan alasan tersebut, peneliti berupaya melakukan
penelitian event study mengenai “Dampak Peristiwa Peledakan Bom Sarinah
Jakarta Pada Harga Saham di Bursa Efek Indonesia (Studi Kasus Pada
Perusahaan LQ 45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”. Penelitian ini
mencoba menguji kandungan informasi dari suatu peristiwa keamanan dan
politik terhadap aktivitas di pasar modal, khususnya di Bursa Efek, atau dengan
kata lain hendak mengamati reaksi pasar modal terhadap event berupa peristiwa
keamanan dan politik berskala nasional.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi pokok permasalahan
dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah ada perbedaan antara harga saham LQ 45 di Bursa Efek
Indonesia sebelum dan sesudah peristiwa peledakan Bom Sarinah
Jakarta?
2. Apakah ada perbedaan antara rata-rata aktivitas volume perdagangan
saham LQ 45 di Bursa Efek Indonesia sebelum dan sesudah peristiwa
peledakan peristiwa peledakan Bom Sarinah Jakarta?

Você também pode gostar