Você está na página 1de 9

BAB I

KONSEP MEDIS
A. Pengertian Abses Renal
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi
bakteri.Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi
infeksi.Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan
dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan
tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah
menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati inilah yang
membentuk nanah, yang mengisi rongga tersebut.
Abses Ginjal yaitu peradangan ginjal akibat infeksi.Ditandai dengan
pembentukan sejumlah bercak kecil bernanah atau abses yang lebih besar yang
disebabkan oleh infeksi yang menjalar ke jaringan ginjal melalui aliran darah.
Penyakit Abses ginjal bisa disebabkan oleh bakteri yang berasal dari
suatuinfeksi yang terbawa ke ginjal melalui aliran darah atau akibat suatu
infeksisaluran kemih yang terbawa ke ginjal dan menyebar ke dalam jaringan
ginjal.
Abses ginjal adalah penyakit yang sangat tidak biasa, tetapi umumnya
terjadi sebagai akibat dar i masalah umum seperti radang ginjal, penyakit batu
dan refluks vesicoureteral. Kadang-kadang, abses ginjal dapat berkembang dari
sumber infeksi di setiap area tubuh. Abses kulit multiple dan penyalah gunaan
obat intravena juga dapat menjadi sumber abses ginjal. Infeksi saluran kemih
yang rumit terkait dengan batu, kehamilan, kandung kemih neurogenik dan
diabetes mellitus juga menempatkan seseorang pada risiko untuk abses ginjal.
B. Etiologi Abses Renal
Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara, yaitu
sebagai berikut :
1. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum
yang tidak steril
2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain
3. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak
menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.

Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika:


1. Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi
2. Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang
3. Terdapat gangguan sistem kekebalan.
C. Tanda dan Gejala Abses Renal
Adapun berbagai tanda dan gejala dari abses renal adalah sebagai berikut :
1. Demam, menggigil.
2. Nyeri di punggung sebelah bawah
3. Nyeri tekan
4. Nyeri perut
5. Nyeri ketika berkemih
6. Air kemih mengandung darah (kadang-kadang).
D. Patofisiologi dan Patogenesis Abses Renal
Abses ginjal hasil dari penyebaran hematogen kortikal bakteri dari fokus
extrarenal utama infeksi.Staphylococcus aureus adalah agen etiologi dalam 90%
kasus abses kortikal.Sebaliknya, abses corticomedullary ginjal berkembang
sebagai infeksi menaik oleh organisme yang telah diisolasi dari urin.Keterlibatan
parenkim ginjal yang parah dalam kombinasi dengan abses corticomedullary
lebih mungkin untuk memperluas pada kapsul ginjal dan berlubang, sehingga
membentuk abses perinephric. Ginjal corticomedullary infeksi termasuk proses
infeksi bawah akut dan kronis ginjal.

A. Pemeriksaan Diagnostik Abses Renal


 Rontgen
 USG
 CT scan
 MRI
B. Pemeriksaan Laboratorium Abses Renal
Pemeriksaan urine, apakah ada kandungan darah pada urine
C. Penatalaksanaan Abses Renal
a) Untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa ditusuk
dan dikeluarkan isinya.
b) Antibiotik bisa diberikan setelah suatu abses mengering dan hal ini dilakukan untuk
mencegah kekambuhan. Antibiotik juga diberikan jika abses menyebarkan infeksi ke
bagian tubuh lainnya.
c) Abses diinsisi, didrainase dan di test kultur
d) Pemilihan obat antimicrobial yang tepat berdasarkan hasil test kultur

BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

Kasus : Tn. A Usia 57 tahun datang kerumah sakit Aliya diantar oleh keluarganya
sejak 5 hari yang lalu dan sekarang dirawat diruang Mawar dengan keluhan nyeri
pada punggung sebelah kiri bawah, nyeri seperti tertusuk-tusuk, sulit bergerak dan
sakit yang dirasakan menjalar sampai kearea abdomen bagian bawah, nyerinya
hilang timbul dan sering dirasakan pada malam dan pagi hari saat bangun tidur.
Klien merasakan demam, menggigil dan sakit saat berkemih. Klien mengalami
kejang perut secara tiba-tiba setelah makan dan mengatakan tidak ada nafsu makan
dan klien bingung dengan penyakit yang dideritanya. Setelah dilakukan anamnesis
TTV : TD : 140/100 mmHg, ND : 86x/ menit, RR : 29x/menit, S. Axila : 37,2 0C, Skala
nyeri : 5, wajah nampak meringis, terjadi perubahan sklera mata, perubahan
frekuensi jantung dan kulitnya teraba panas.

A. Pengkajian
 Identitas pasien
Adapun konsep pengkajian identitas pada pasien penderita abses renal adalah
sebagai berikut
Nama : Tn.A
Tempat/Tanggal Lahir : 27-03-1959
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tani
Suku/Bangsa : Muna
Tanggal Masuk RS : 12-10-2016
No. RM : 230795
Ruang : Mawar
Diagnosa Medis : Abses Renal
 Keluarga/Penanggung jawab
Nama : Ny. A
Hubungan : Istri
Umur : 50 Tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tani
Alamat : jln. Wua eha, BTN RESKY 3 ANGGOEA
 Riwayat kesehatan
 Kesehatan pasien
a) Keluhan Utama : Adapun keluhan utama yang biasa disampaikan oleh pasien
penderita abses renal ini klien mengeluh nyeri pada punggung sebelah bawah. Nyeri
seperti ditusuk-tusuk dan menjalar ke abdomen bagian bawah
b) Keluhan tambahan : Adapun keluhan tambahan yang dapat dialami oleh klien
penderita abses renal ini demam, menggigil, nyeri ketika berkemih.
c) Alasan utama masuk RS : Pasien mengatakan nyeri yang semakin sakit
 Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital :
TD :140/100 mmHg
ND : 86 x/menit
RR : 29 x/menit
S. Axila : 37,2° C

B. Analisis Data

NO Data Fokus Masalah


1. DS: Nyeri
 Klien mengatakan nyeri pada punggung bagian
bahwa
 Klien mengatakan nyeri menjalar ke area
abdomen bagian bawah
 Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk
 Klien mengatakan nyeri sering timbul pada malam
dan pagi hari saat bangun tidur
 Klien mengatakan nyeri bertambah saat bergerak
 Klien mengatakan nyeri hilang timbul
DO:
 Ekspresi wajah meringis
 Skala nyeri 5
 Klien tampak mengalami perubahan selera makan
 Klien tampak mengalami perubahan tekanan
darah
 Klien tampak mengalami perubahan frekuensi
jantung

2. DS : - Hipertermia
DO:
 Klien mengalami suhu tubuh diatas rentang
normal serangan atau konvulsi (kejang)
 Klien mengalami pertambahan RR/Respiration
Rate
 Klien mengalami Takikardi
 Kulit klien teraba panas/ hangat
3. DS : Ketidak seimbangan
 Klien mengatakan mengalami kejang perut nutrisi kurang dari
 Klien mengatakan merasakan tiba-tiba perut kebutuhan tubuh
penuh setelah makan
 Klien mengatakan anoreksia (kurang nafsu
makan)

DO:
 Klien tampak muntah
 Konjungtiva klien tampak pucat
 Denyut nadi pasien lemah
4. DS : Kurang Pengetahuan
 Klien mengatakan tidak tahu-menahu tentang
penyakit yang dialaminya
DO :
 Klien tampak tidak akurat dalam mengikuti
instruksi
 Klien tampak bingung pada waktu dilakukan
pemeriksaan
 Klien sering melakukan perilaku yang tidak sesuai
selama proses pemeriksaan

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injure (biologi, kimia, fisik, psikologis)
2. Hipertermi berhubungan dengan penyakit/trauma peningkatan metabolisme aktivitas
yang berlebihan ( dehidrasi )
3. Keti dak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidak mampuan untuk mencerna nutrisi karena faktor biologis, psikologis dan
ekonomi.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, interprefasi yang
salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi.

D. Intervensi dan Evaluasi


NOC NIC
Diagnosa
(Nursing Outcome (Nursing Intervention
Keperawatan
Clasification) Clasification)
Nyeri akut Setelah dilakukan Lakukan pengkajian nyeri
berhubungan dengan: tindakan keperawatan secara komprehensif
Agen injuri (biologi, selama 2x/24 jam termasuk lokasi,
kimia, fisik, psikologis), Pasien tidak karakteristik, durasi,
kerusakan jaringan mengalami nyeri, frekuensi, kualitas dan
DS: dengan kriteria hasil: faktor presipitasi
 Klien mengatakan nyeri  Mampu mengontrol  Observasi reaksi
pada punggung bagian nyeri (tahu penyebab nonverbal dari
bahwa nyeri, mampu ketidaknyamanan
 Klien mengatakan nyeri menggunakan tehnik  Bantu pasien dan
menjalar ke area nonfarmakologi untuk keluarga untuk mencari
abdomen bagian bawah mengurangi nyeri, dan menemukan
 Klien mengatakan nyeri mencari bantuan dukungan
seperti ditusuk-tusuk  Melaporkan bahwa  Kontrol lingkungan yang
 Klien mengatakan nyeri berkurang dapat mempengaruhi
nyerisering timbul pada dengan menggunakan nyeri seperti suhu
malam dan pagi hari manajemen nyeri ruangan, pencahayaan
saat bangun tidur  Mampu mengenali dan kebisingan
 Klien mengatakan nyeri nyeri 
(skala, Kurangi faktor presipitasi
bertambah saat intensitas, frekuensi nyeri
bergerak dan tanda nyeri)  Kaji tipe dan sumber
 Klien mengatakan nyeri  Menyatakan rasa nyeri untuk menentukan
hilang timbul nyaman setelah nyeri intervensi
DO: berkurang  Ajarkan tentang teknik
 Ekspresi 
wajah Tanda vital dalam non farmakologi: napas
meringis rentang normal dala, relaksasi, distraksi,
 Skala nyeri 5  Tidak mengalami kompres hangat/ dingin
 Klien tampak gangguan tidur  Berikan analgetik untuk
mengalami perubahan mengurangi nyeri
selera makan  Tingkatkan istirahat
 Klien tampak  Berikan informasi tentang
mengalami perubahan nyeri seperti penyebab
tekanan darah nyeri, berapa lama nyeri
 Klien tampak akan berkurang dan
mengalami perubahan antisipasi
frekuensi jantung ketidaknyamanan dari
prosedur
 Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
Hipertermia Setelah dilakukan Monitor suhu sesering
berhubungan dengan tindakan keperawatan mungkin
penyakit/ selam 2x/24 
jam Monitor warna dan suhu
trauma,peningkatan pasien menunjukkan : kulit
metabolisme, aktivitas  Suhu tubuh dalam  Monitor tekanan darah,
yang berlebihan batas normal dengan nadi dan RR
(dehidrasi) kreiteria hasil:Suhu Monitor penurunan
DS: - 36 – 37°C tingkat kesadaran
DO:  Nadi dan 
RR Monitor WBC, Hb, dan
 Klien mengalami suhu (Respiration Rate) Hct
tubuh diatas rentang dalam rentang normal Monitor intake dan output
normal serangan atau  Berikan anti piretik
konvulsi (kejang)  Selimuti pasien
 Klien mengalami  Berikan cairan intravena
pertambahan
 Kompres pasien
RR/Respiration Rate
padalipat paha dan aksila
 Klien mengalami
 Tingkatkan sirkulasi
Takikardi
udara
 Kulit klien teraba panas/
 Tingkatkan intake cairan
hangat
dan nutrisi
 Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
 Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
 Monitor hidrasi seperti
turgor kulit, kelembaban
membran mukosa
Ketidakseimbangan Setelah 
dilakukan Kaji adanya alergi
nutrisi kurang dari tindakan keperawatan makanan
kebutuhan tubuh selama 2x/24 jam  Kolaborasi dengan ahli
Berhubungan dengan : nutrisi kurang teratasi gizi untuk menentukan
Ketidak mampuan dengan indicator: jumlah kalori dan nutrisi
untuk mencerna nutrisi Albumin serum yang dibutuhkan pasien

karena faktor biologis, Pre albumin serum  Yakinkan diet yang
psikologis atau Hematokrit dimakan mengandung
ekonomi.  Hemoglobin tinggi serat untuk
DS :  Total iron binding mencegah konstipasi
 Klien mengatakan capacity  Ajarkan pasien
mengalami kejang perut Jumlah limfosit bagaimana membuat
 Klien mengatakan catatan makanan harian
merasakan tiba-tiba  Monitor adanya
perut penuh setelah penurunan BB dan gula
makan darah
DO:  Monitor lingkungan
 Klien tampak muntah selama makan
 Klien mengatakan  Jadwalkan pengobatan
anoreksia (kurang
nafsu makan) dan tindakan tidak
 Konjungtiva klien selama jam makan
tampak pucat  Monitor turgor kulit
 Denyut nadi pasien  Monitor kekeringan,
lemah rambut kusam, total
protein, Hb
 Monitor mual dan muntah
 Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
 Monitor intake nuntrisi
 Informasikan pada klien
dan keluarga tentang
manfaat nutrisi
 Kolaborasi dengan dokter
tentang kebutuhan
suplemen makanan
seperti NGT/ TPN
sehingga intake cairan
yang adekuat dapat
dipertahankan
 Atur posisi semi fowler
atau fowler tinggi selama
makan
Kurang Pengetahuan Setelah dilakukan Kaji tingkat pengetahuan
Berhubungan dengan : tindakan keperawatan pasien dan keluarga
keterbatasan kognitif, selama 2x/24 jam  Jelaskan patofisiologi dari
interpretasi terhadap pasien menunjukkan penyakit dan bagaimana
informasi yang salah, pengetahuan tentang hal ini berhubungan
kurangnya keinginan proses penyakit dengan anatomi dan
untuk mencari informasi dengan kriteria hasil: fisiologi, dengan cara
DS :  Pasien dan keluarga yang tepat.
 Klien mengatakan tidak menyatakan  Gambarkan tanda dan
tahu-menahu tentang pemahaman tentang gejala yang biasa muncul
penyakit yang penyakit, kondisi, pada penyakit, dengan
dialaminya prognosis dan cara yang tepat
DO : program pengobata  Gambarkan proses
 Klien tampak 
tidak Pasien dan keluarga penyakit, dengan cara
akurat dalam mengikuti mampu melaksanakan yang tepat
instruksi prosedur 
yang Identifikasi kemungkinan
 Klien tampak bingung dijelaskan secara penyebab, dengan cara
pada waktu dilakukan benar yang tepat
pemeriksaan  Pasien dan keluarga  Sediakan informasi pada
 Klien sering melakukan mampu menjelaskan pasien tentang kondisi,
perilaku yang tidak kembali apa yang dengan cara yang tepat
sesuai selama proses dijelaskan perawat/tim Sediakan bagi keluarga
pemeriksaan kesehatan lainnya informasi tentang
kemajuan pasien
dengancara yang tepat
 Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
 Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
 Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, Tim Penulis dapat menarik beberapa
kesimpulan bahwa :
 Abses Renal merupakan suatu penyakit autoimun kronis dengan gejala nyeri,
kekakuan, gangguan pergerakan, erosi sendi dan berbagai gejala inflamasi lainnya
 Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara
 Adapun berbagai tanda dan gejala dari abses renal adalah demam, menggigil, nyeri
di punggung sebelah bawah, nyeri tekan, nyeri perut, nyeri ketika berkemih, air
kemih mengandung darah (kadang-kadang)
 Pemeriksaan diagnostik pada klien penderita abses renal dapat dilakukan melalui
:rontgen, USG, CT scan, dan MRI. Sedangkan Pemeriksaan laboratoriumnya dapat
dilakukan dengan pemeriksaan urine untuk mendeteksi apakah ada kandungan
darah pada urine
 Asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien penderita abses renal dilakukan
mulai dari pengakajian, analisis data, diagnosa keperawatan, serta intervensi dan
evaluasi

B. Saran
Melalui kesimpulan diatas, adapun saran yang diajukkan oleh Tim Penulis Agar
Mahasiswa dapat menginterpretasikan dengan baik dalam melakukan tindakan
keperawatan dalam praktik, khususnya pada pasien yang mengalami gangguan
Abses Renal

Você também pode gostar