Você está na página 1de 5

Perkembangan Jenis dan Bentuk Usaha atau Bisnis Di

Era 2000 Di Tataran Internasional

DOSEN : Julius Nursyamsi, SE. MM.

DISUSUN OLEH :

FAVIAN VALDEMAR

41817310027

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS MERCUBUANA
BEKASI
2017
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang
setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang bermutu tinggi dalam penggunaannya,
termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Perindustrian di Indonesia
mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perekonomian di Indonesia. Industri
memegang peranan yang menentukan dalam perkembangan perekonomian sehingga benar-
benar perlu didukung dan diupayakan perkembangannya. Setelah Indonesia merdeka,
beberapa usaha dilakukan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di
Indonesia. Sekolah-sekolah tersebut dibentuk guna tujuan merumuskan, mengganti,
mengarahkan, dan mengendalikan kegiatan riset dan pengembangan IPTEK di Indonesia. Hal
itu guna menunjang industri di Indonesia.
Sejarah Sektor Industri di Indonesia Tahun 1920an industry modern di Indonesia hampir
semua dimiliki oleh orang asing, walau jumlahnya hanya sedikit. Indutri kecil yang ada pada
masa itu berupa industry rumah tangga seperti penggilingan padi, pembuatan gula merah
(tebu dan nira), rokok kretek, kerajinan tekstil, dan sebagainya tidak terkoordinasi dengan
baik. Perusahaan modern hanya ada dua, yaitu pabrik rokok milik British AmericanTobaco
(BAT) dan perakitan kendaraan bermotor General Motor CarAssembly. Depresi ekonomi
yang melanda Indonesia tahun 1930an meruntuhkan perekonomian, megakibatkan
menurunnya penerimaan ekspor dari 1.448 gulden menjadi 505 gulden (1929) yang
mengakibatkan pengangguran. Melihat situasi tersebut pemerintah Hindia Belanda mengubah
system dan pola kenijakan ekonomi dari sector perkebunan ke sector industry, dengan
memberi kemudahan dalam pemberian ijin dan fasilitas bagi pendirian industry baru.
Berdasarkan Sensus Industri Pertama (1939), industry yang ada ketika itu mempekerjakan
173 ribu orang di bidang pengolahan makanan, tekstil dan barang logam, semuanya milik
asing. Pada masa PD II kondisi industrialisasi cukup baik. Namun setelah pendudukan Jepang
keadaannya terbalik. Disebabkan larangan impor bahan mentah dan diangkutnya barang
capital ke Jepang dan pemaksaan tenaga kerja (romusha).
Globalisasi dirasa lebih menguntungkan negara-negara maju. Karena di negara-negara
majulah berbaai bidang termasuk industri mengalami kemajuan, berbeda dengan di negara
berkembang. Mungkin dari segi kualitas dan kuantitas hasil produksinya saja jauh lebih baik
dari negara maju. Menurut Robert Hutton, ia mengatakan industri adalah bagian terpenting
bagi perekonomian di Eropa. Jepang misalnya, produksi otomotif dan elektroniknya mampu
menembus pasaran dunia, begitu juga Korea dan Cina. Mereka berkembang menjadi negara
industri. Dalam perkembangan selanjutnya, negara-negara berkembang mulai
mengikutsertakan diri dalam aspek tersebut.Tidak hanya ekonomi yang dibangun dari sektor
non industri, tapi mereka telah jauh melangkah mengupayakan terciptanya industri yang
fleksibel. Dalam arti mampu meningkatkan daya saing di pasaran. Sehingga negara
berkembang pun tidak dengan mudah mengikuti arus global saja. Namun, mereka mampu
berkompetisi dengan baik.
Sebagai negara agraris, peranan industri dalam perekonomian Indonesia dengan sejarah
perkembangannya tidaklah begitu amat berarti. Di zaman dahulu, kalaupun beberapa
penduduk menggunakan industri kerajinan sebagai salah satu mata pencaharian. Peranannya
hanya sekedar untuk tambahan penghasilan atau pekerjaan sambilan. Biasanya malah lebih
berupa kerajinan yang bertendensi artistik daripada kewiraswastaan; atau lebih berupa aspek
kerja budaya daripada komersial
Sejauh ini pengembangan sektor industri makin marak, itu sebenarnya tuntutan
globalisasi itu sendiri. Di Indonesia, kota-kota industri mulai berkembang dan menghasilkan
barang-barang produksi yang bermutu. Namun, ada banyak industri pula di Indonesia yang
sebagian sahamnya adalah ahasil investasi asing, bahkan ada juga perusahaan dan industri
yang secara mutlak berdiri dan beroperasi di Indonesia. Mereka (investor), hanya akan
menuai keuntungan dari modal yang ditanamkan. Sehingga, disini dijelaskan bahwa yang
menjalankan dan pengelolaan industri itu ditangani pihak pribumi, mengapa bisa demikian?
Karena bila melihat dari sudut pandang terhadap keuangan negara atau swasta dalam negeri
lemah, yaitu dalam arti kekurangan biaya pengembangan untuk industri (defisit). Sebagai
contoh saja, industri otomotif sepertaiAstra, Indomobil, New Armada. Pada dasarnya
perusahaan-perusahaan itu hanya merakit dan kemudian menjualnya ke masyarakat. Berarti
hal itu dapat dikatakan bukan hasil karya anak negeri, melainkan modal asing yang ada di
Indonesia. Untuk itulah, seharusnya bangsa ini lebih dalam untuk meningkatkan sumber daya
manusianya. Dengan demikian dapat disimpulkan ilmu pengetahuan dan teknologi ialah
sarana dalam mengembangkan SDM termasuk menumbuhkembangkan industrialisasi dan
menjalankan perekonomian bangsa dengan baik.
Industri (perindustrian) di Indonesia merupakan salah satu komponen perekonomian yang
penting. Perindustrian memungkinkan perekonomian kita berkembang pesat dan semakin
baik, sehingga membawa perubahan dalam struktur perekonomian nasional. Penggolongan
industri menurut jumlah tenaga kerja (a) Industri kecil : industri yang menggunakan tenaga
kerja kurang dari 10 orang, misalnya industri rumah tangga. (b) Industri menengah : industri
yang menggunakan tenaga kerja antara 10 – 50 orang. Modal usahanya sudah besar, misalnya
dalam bentuk CV dan PT. (c) Industri besar : industri yang menggunakan lebih dari 50 orang,
dan antara pemimpin perusahaan dan karyawannya tidak saling mengenal. Modal usaha jauh
lebih besar dan penjualan hasil produksinyapun lebih luas.
Penggolongan industri menurut tingkat produksi (a) Industri berat : penggunaan mesin
untuk produksi alat-alat berat. (b) Industri ringan : Penggunaan mesin untuk memproduksi
barang jadi. (c) Industri dasar : Industri yang menggunakan mesin-mesin untuk memproduksi
bahan baku atau bahan pendukung bagi indutri lainnya. (d) Industri rumah tangga : Industri
yang menghasilkan kerajinan tangan. Penggolongan industri menurut jenis kegiatannya. (a)
Aneka industri : Industri yang menghasilkan macam-macam barang keperluan masyarakat.
(b) Industri logam dasar : Mengolah logam dan produksi dasar. (c) Industri kimia dasar :
Mengolah bahan mentah menjadi bahan baku. (d) Industri kecil : Industri dengan jumlah
tenaga kerja dan modal sedikit dengan teknologi sederhana.
Berdasarkan produksi yang dihasilkan, industri dapat dibedakan menjadi: a) Industri
primer, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda yang tidak perlu pengolahan
lebih lanjut. Barang atau benda yang dihasilkan tersebut dapat dinikmati atau digunakan
secara langsung. Misalnya: industri anyaman, industri konveksi, industri makanan dan
minuman. b) Industri sekunder, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda yang
membutuhkan pengolahan lebih lanjut sebelum dinikmati atau digunakan. Misalnya: industri
pemintalan benang, industri ban, industri baja, dan industri tekstil. c) Industri tersier, yaitu
industri yang hasilnya tidak berupa barang atau benda yang dapat dinikmati atau digunakan
baik secara langsung maupun tidak langsung, melainkan berupa jasa layanan yang dapat
mempermudah atau membantu kebutuhan masyarakat. Misalnya: industri angkutan, industri
perbankan, industri perdagangan, dan industri pariwisata. Berdasarkan bahan mentah yang
digunakan, industri dapat dibedakan menjadi: a) Industri pertanian, yaitu industri yang
mengolah bahan mentah yang diperoleh dari hasil kegiatan pertanian. Misalnya: industri
minyak goreng, Industri gula, industri kopi, industri teh, dan industri makanan. b) Industri
pertambangan, yaitu industri yang mengolah bahan mentah yang berasal dari hasil
pertambangan. Misalnya: industri semen, industri baja, industri BBM (bahan bakar minyak
bumi), dan industri serat sintetis. c) Industri jasa, yaitu industri yang mengolah jasa layanan
yang dapat mempermudah dan meringankan beban masyarakat tetapi menguntungkan.
Misalnya: industri perbankan, industri perdagangan, industri pariwisata, industri transportasi,
industri seni dan hiburan.
Keberadaan suatu industri sangat menentukan sasaran atau tujuan kegiatan industri.
Berdasarkan pada lokasi unit usahanya, industri dapat dibedakan menjadi: a) Industri
berorientasi pada pasar (market oriented industry), yaitu industri yang didirikan mendekati
daerah persebaran konsumen. b) Industri berorientasi pada tenaga kerja (employment
oriented industry), yaitu industri yang didirikan mendekati daerah pemusatan penduduk,
terutama daerah yang memiliki banyak angkatan kerja tetapi kurang pendidikannya. c)
Industri berorientasi pada pengolahan (supply oriented industry), yaitu industri yang didirikan
dekat atau ditempat pengolahan. Misalnya: industri semen di Palimanan Cirebon (dekat
dengan batu gamping), industri pupuk di Palembang (dekat dengan sumber pospat dan
amoniak), dan industri BBM di Balongan Indramayu (dekat dengan kilang minyak). d)
Industri berorientasi pada bahan baku, yaitu industri yang didirikan di tempat tersedianya
bahan baku. Misalnya: industri konveksi berdekatan dengan industri tekstil, industri
pengalengan ikan berdekatan dengan pelabuhan laut, dan industri gula berdekatan lahan tebu.
e) Industri yang tidak terikat oleh persyaratan yang lain (footloose industry), yaitu industri
yang didirikan tidak terikat oleh syarat-syarat di atas. Industri ini dapat didirikan di mana
saja, karena bahan baku, tenaga kerja, dan pasarnya sangat luas serta dapat ditemukan di
mana saja. Misalnya: industri elektronik, industri otomotif, dan industri transportasi.
Berdasarkan proses produksi, industri dapat dibedakan menjadi: a) Industri hulu, yaitu
industri yang hanya mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi. Industri ini
sifatnya hanya menyediakan bahan baku untuk kegiatan industri yang lain. Misalnya: industri
kayu lapis, industri alumunium, industri pemintalan, dan industri baja. b) Industri hilir, yaitu
industri yang mengolah barang setengah jadi menjadi barang jadi sehingga barang yang
dihasilkan dapat langsung dipakai atau dinikmati oleh konsumen. Misalnya: industri pesawat
terbang, industri konveksi, industri otomotif, dan industri meubeler.
Berdasarkan subjek pengelolanya, industri dapat dibedakan menjadi: a) Industri rakyat,
yaitu industri yang dikelola dan merupakan milik rakyat, misalnya: industri meubeler,
industri makanan ringan, dan industri kerajinan. b) Industri negara, yaitu industri yang
dikelola dan merupakan milik Negara yang dikenal dengan istilah BUMN, misalnya: industri
kertas, industri pupuk, industri baja, industri pertambangan, industri perminyakan, dan
industri transportasi.
Faktor Pendukung dan Penghambat Pembangunan Indrustri di Indonesia Faktor
pendorong yakni : a. Jenis kekayaan alam b. Letak Indonesia yang berada di antara Asia dan
Australia c. Kekayaan alam yang melimpah d. Penduduk yang besar jumlahnya e. Kesediaan
dari Negara-negara besar sebagai pemilik modal f. Undang-undang penanaman modal asing
di Indonesia yang bersifat menguntungkan. g. Keanggotaan Indonesia dalam badan-badan
internasional maupun regional Faktor penghambat yaitu : a. Suasana industry belum merata
b.Tenaga terampil yang masih harus diperbanyak dan diserasikan lagi. c. Daya beli
masyarakat yang masih rendah d. Modal yang tersedia masih terbatas. e. Pasaran yang belum
merata
Upaya Pemerintah Dalam Meningkatkan Perindustrian Di Indonesia : Berbagai kebijakan
telah dilakukan oleh pemerintah dalam upayanya mendorong laju perkembangan
perindustrian di Indonesia. Baik kegiatan di bidang penyusunan regulasi yang diperkirakan
dapat mendorong laju perkembangan perindustrian, maupun kebijakan riil melalui
pemberdayaan departemen yang terkait. Sasaran pembangunan sektor industri dan
perdagangan pada tahun 2008 adalah sebagai berikut : a.Terwujudnya pengembangan industri
yang mempunyai keunggulan kompetitif. b.Terwujudnya peningkatan daya saing nasional
melalui peningkatan kemampuan profesionalisme SDM c.Terciptanya peningkatan utilisasi
kapasitas produksi, sehingga mampu meningkatkan kinerja sektor industri dan perdagangan;
e.Tersedianya kebutuhan masyarakat luas dengan harga yang wajar dan mutu yang bersaing
melalui kelancaran distribusi barang dan peningkatan pelayanan informasi pasar yang
terintegrasi; f.Terciptanya profesionalisme pelaku usaha dan kelembagaan perdagangan.
g.Terwujudnya iklim usaha yang kondusif dengan menerapkan mekanisme pasar tanpa
distorsi. h.Terselenggaranya kegiatan Bursa Berjangka sebagai tempat lindung nilai (hedging)
dan tempat pembentukan harga (price discovery) secara efisien dan memiliki daya saing yang
kuat; i.Terselenggaranya pengembanganWare House Receipt System (WRS) yang
mendukung peningkatan efisiensi distribusi nasional dan memperlancar pembiayaan dalam
perdagangan komoditi (trade financing); j.Terselenggaranya sistem Pasar Lelang Lokal (PLL)
melalui mekanisme pasar yang transparan dan efisien. k.Terwujudnya peningkatan partisipasi
Indonesia melalui peningkatan diplomasi perdagangan, baik dalam kegiatan kerjasama
bilateral, regional maupun multilateral yaitu dalam forum negosiasi persetujuan-
persetujuanWTO, ASEAN,APEC, Kerjasama Komoditi Internasional, serta kerjasama
Di bidang regulasi, untuk mewujudkan sasaran di atas, diperlukan perangkat hukum yang
secara jelas mampu melandasi upaya pengaturan, pembinaan, dan pengembangan dalam arti
yang seluas-luasnya tatanan dan seluruh kegiatan industri. Dalam rangka kebutuhan inilah
sudah saatnya untuk melakukan pembaharuan Undang-Undang Perindustrian yang berlaku,
dimana Undang- Undang tersebut sudah sangat dirasakan tidak sesuai lagi dengan
perkembangan perekonomian dan perindustrian yang ada pada saat ini. Masalah ini menjadi
semakin terasa penting, terutama apabila dikaitkan dengan kenyataan yang ada hingga saat
ini bahwa peraturan-peraturan yang digunakan bagi pengaturan, pembinaan, dan
pengembangan industri selama ini dirasakan kurang mencukupi kebutuhan karena hanya
mengatur beberapa segi tertentu saja dalam tatanan dan kegiatan industri, dan itupun
seringkali tidak berkaitan satu dengan yang lain. Selanjutnya di bidang birokrasi, optimalisasi
atas pemberdayaan departemen- departemen yang terkait sangat dibutuhkan dalam rangka
mewujudkan perkembangan perindustrian sebagaimana yang telah digariskan dalam cita-cita
pembangunan nasional. Kegiatan tersebut dapat dilakukan melalui peningkatan SDM,
pemangkasan birokrasi dalam perijinan usaha dan lain sebagainya yang tujuan utamanya
adalah meningkatkan perkembangan perindustrian.
Dampak Perkembangan Industri Dampak Positif 1. Memperluas kesempatan kerja. 2.
Menambah devisa. 3. Meningkatkan fasilitas dan sarana umum. 4. Mempermudah kehidupan
manusia. 5. Meningkatkan taraf hidup. Dampak Negatif 1. Pencemaran lingkungan. 2.
Hilangnya lapisan tanah paling atas yang mengandung humus tanah. 3. Cara hidup
masyarakat yang cenderung konsumeisme. 4. Berkurangnya lahan pertanian.

Você também pode gostar