Você está na página 1de 22

A.

Konsep Lansia
1. Pengertian
Dalam Undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia menyatakan bahwa
lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Dalam mendefinisikan
batasan penduduk lanjut usia, ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek
biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN). Menurut prof koesmoto setyonegoro
lanjut usia adalah orang yg berumur 65 tahun keatas. Sebenarnya lanjut usia adalah suatu
proses alami yang tidak dapat ditentukan oleh tuhan yang maha esa (Wahyudi, 2000)
2. Batasan Lansia
Batasan seseorang dikatakan Lanjut usia masih diperdebatkan oleh para ahli karena banyak
faktor fisik, psikis dan lingkungan yang saling mempengaruhi sebagai indikator dalam
pengelompokan usia lanjut. Proses peneuan berdasarkan teori psikologis ditekankan pada
perkembangan). World Health Organization (WHO) mengelompokkan usia lanjut sebagai
berikut :
a. Middle Aggge (45-59 tahun
b. Erderly (60-74 tahun)
c. Old (75-90 tahun)
d. Very old (> 91 tahun)
3. Proses Menua
Menua adalah proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang
frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan meningkatnya
kerentanan terhadapa berbagai penyakit dan kematian (Setiadi dkk, 2006). Terdapat dua
jenis penuaan, antara lain penuaan primer, merupakan proses kemunduran tubuh gradual
tak terhindarkan yang dimulai pada masa awal kehidupan dan terus berlangsung selama
bertahun-tahun, terlepas dari apa yang orang-orang lakukan untuk menundanya.
Sedangkan penuaan sekunder merupakan hasil penyakit, kesalahan dan penyalahgunaan
faktor-faktor yang sebenarnya dapat dihindari dan berada dalam kontrol seseorang
(Busse,1987; J.C Horn & Meer,1987 dalam Papalia, Olds & Feldman, 2005).
4. Perubahan- perubahan yang terjadi pada lansia
Perubahan Fisik meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh,
diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, system
pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan
integumen.
Sistem muskuloskeletal.
a. Tulang kehilangan densikusnya Ù rapuh.
b. resiko terjadi fraktur.
c. kyphosis.
d. persendian besar & menjadi kaku.
e. pada wanita lansia > resiko fraktur.
f. Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.
g. Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tinggi badan berkurang ).
B. Pengertian Artritis Reumatoid
1. Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi.
Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi.
Sedangkan Reumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian
(biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi
pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam
sendi (Gordon, 2002). Engram (1998) mengatakan bahwa, Reumatoid arthritis adalah
penyakit jaringan penyambung sistemik dan kronis dikarakteristikkan oleh inflamasi
dari membran sinovial dari sendi diartroidial.
2. Reumatoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang
manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga
melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006)
3. Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi
tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi
pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam
sendi.(www.medicastore.com)
4. Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik,
progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara
simetris. ( Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165 )
5. Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses
inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001).
6. Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia
lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson dalam Budi
Darmojo, 2002).
7. Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui
penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang
mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut.( Susan Martin
Tucker.2003 )
8. Artritis Reumatoid ( AR ) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai
mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan
nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan. (Diane C.
Baughman. 2000 )
9. Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama
poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. (Arif Mansjour. 2005 )
10. Reumatik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri dan kemerahan
pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia, 2011).

C. Klasifikasi Artritis Reumatoid


Buffer (2010) mengklasifikasikan reumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:
1. Reumatoid arthritis klasik
2. pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung
terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
3. Reumatoid arthritis defisit
4. pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung
terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
5. Probable Reumatoid arthritis
6. pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung
terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
7. Possible Reumatoid arthritis
8. pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung
terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.
Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :
1. Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai
hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat,
bengkak dan kekakuan.
2. Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga
pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
3. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali,
deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.

D. Etiologi Artritis Reumatoid


Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa
hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
1. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor
Reumatoid
2. Gangguan Metabolisme
3. Genetik
4. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)
Penyebab penyakit Reumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor
predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor metabolik, dan infeksi
virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).
Adapun Faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena nya artritis reumatoid
adalah;
1. Jenis Kelamin.
Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki. Perbandingannya adalah 2-3:1.
a. Umur.
Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun. Namun penyakit
ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (artritis reumatoid juvenil)
b. Riwayat Keluarga.
Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit artritis Reumatoid maka
anda kemungkinan besar akan terkena juga.
c. Merokok.
Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.

E. Patofisiologi Artritis Reumatoid


Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya) terutama
terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi.
Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran
sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan
menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan
mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami
perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot
(Smeltzer & Bare, 2002).
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti
vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial
menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini
granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke
tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada
nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau
dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis
setempat.
Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan adanya
masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan
pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada sebagian kecil individu terjadi
progresif yang cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi
vaskulitis yang difus (Long, 1996).

Pathway Artritis Reumatoid


F. Tanda Dan Gejala Artritis Reumatoid
Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :
1. Nyeri persendian
2. Bengkak (Reumatoid nodule)
3. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
4. Terbatasnya pergerakan
5. Sendi-sendi terasa panas
6. Demam (pireksia)
7. Anemia
8. Berat badan menurun
9. Kekuatan berkurang
10. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
11. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
12. Pasien tampak anemik
Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :
1. Gerakan menjadi terbatas
2. Adanya nyeri tekan
3. Deformitas bertambah pembengkakan
4. Kelemahan
5. Depresi
Gejala Extraartikular :
1. Pada jantung : Reumatoid heard diseasure, Valvula lesion (gangguan
katub),Pericarditis, Myocarditis
2. Pada mata : Keratokonjungtivitis, Scleritis
3. Pada lympa : Lhymphadenopathy
4. Pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis
5. Pada otot : Mycsitis
Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita artritis
reumatoid. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh
karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat bervariasi.
1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan
demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
2. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun
biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua sendi diartrodial
dapat terserang.
3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat generalisata tatapi terutama
menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis,
yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari 1 jam.
4. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik. Peradangan
sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini dapat dilihat pada
radiogram.
5. Deformitas: kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan perjalanan
penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal,
deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang sering
dijumpai pada penderita. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang
timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi besar juga dapat terserang dan
mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerak
ekstensi.
6. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar sepertiga
orang dewasa penderita arthritis Reumatoid. Lokasi yang paling sering dari deformitas
ini adalah bursa olekranon (sendi siku) atau di sepanjang permukaan ekstensor dari
lengan; walaupun demikian nodula-nodula ini dapat juga timbul pada tempat-tempat
lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan suatu petunjuk suatu penyakit
yang aktif dan lebih berat.
7. Manifestasi ekstra-artikular: artritis reumatoid juga dapat menyerang organ-organ lain di
luar sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru (pleuritis), mata, dan pembuluh darah dapat
rusak.
Gejala umum Reumatoid arthritis datang dan pergi, tergantung pada tingkat
peradangan jaringan. Ketika jaringan tubuh meradang, penyakit ini aktif. Ketika jaringan
berhenti meradang, penyakit ini tidak aktif. Remisi dapat terjadi secara spontan atau dengan
pengobatan dan pada minggu-minggu terakhir bisa bulan atau tahun. Selama remisi, gejala
penyakit hilang dan orang-orang pada umumnya merasa sehat ketika penyakit ini aktif lagi
(kambuh) ataupun gejala kembali (Reeves, Roux & Lockhart, 2001).
Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan, kehilangan energi,
kurangnya nafsu makan, demam kelas rendah, nyeri otot dan sendi dan kekakuan. Otot dan
kekauan sendi biasanya paling sering di pagi hari. Disamping itu juga manifestasi klinis
Reumatoid arthritis sangat bervariasi dan biasanya mencerminkan stadium serta beratnya
penyakit. Rasa nyeri, pembengkakan, panas, eritema dan gangguan fungsi merupakan
gambaran klinis yang klasik untuk Reumatoid arthritis (Smeltzer & Bare, 2002). Gejala
sistemik dari Reumatoid arthritis adalah mudah capek, lemah, lesu, takikardi, berat badan
menurun, anemia (Long, 1996).
Pola karakteristik dari persendian yang terkena adalah : mulai pada persendian kecil
di tangan, pergelangan, dan kaki. Secara progresif mengenai persendian, lutut, bahu, pinggul,
siku, pergelangan kaki, tulang belakang serviks, dan temporomandibular. Awitan biasanya
akut, bilateral dan simetris. Persendian dapat teraba hangat, bengkak, kaku pada pagi hari
berlangsung selama lebih dari 30 menit. Deformitas tangan dan kaki adalah hal yang umum.
Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :
i. Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi,
edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat, bengkak dan
kekakuan.
ii. Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan
sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
iii. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan
gangguan fungsi secara menetap.
Keterbatasan fungsi sendi dapat terjadi sekalipun stadium pada penyakit yang dini
sebelum terjadi perubahan tulang dan ketika terdapat reaksi inflamasi yang akut pada sendi-
sendi tersebut. Persendian yang teraba panas, membengkak, tidak mudah digerakkan dan
pasien cendrung menjaga atau melinddungi sendi tersebut dengan imobilisasi. Imobilisasi
dalam waktu yang lama dapat menimbulkan kontraktur sehingga terjadi deformitas jaringan
lunak. Deformitas dapat disebabkan oleh ketidaksejajajran sendi yang terjadi ketika sebuah
tulang tergeser terhadap lainnya dan menghilangkan rongga sendi (Smeltzer & Bare, 2002).
Adapun tanda dan gejala yang umum ditemukan atau sangat serius terjadi pada lanjut
usia menurut Buffer (2010), yaitu: sendi terasa kaku pada pagi hari, bermula sakit dan
kekakuan pada daerah lutut, bahu, siku, pergelangan tangan dan kaki, juga pada jari-jari,
mulai terlihat bengkak setelah beberapa bulan, bila diraba akan terasa hangat, terjadi
kemerahan dan terasa sakit/nyeri, bila sudah tidak tertahan dapat menyebabkan demam,
dapat terjadi berulang

G. Komplikasi Artritis Reumatoid


i. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya prosesgranulasi di
bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
ii. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
iii. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
iv. Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh
adanya darah yang membeku.
v. Terjadi splenomegali.
vi. Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar kemampuannya untuk
menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam sirkulasi
menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat.
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik
yang merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau
obat pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid drugs, DMARD ) yang
menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.
Komlikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar dibedakan
antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati
akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.
H. Kriteria Diagnostik Artritis Reumatoid
Kriteria American Rheumatism Association untuk Artritis Reumatoid, Revisi 1987.
No Kriteria Definisi
1 Kaku pagi hari Kekakuan pada pagi hari pada persendian dan
disekitarnya, sekurangnya selama 1 jam sebelum
perbaikan maksimal
2 Artritis pada 3 daerah Pembengkakan jaringan lunak atau persendian atau
lebih efusi (bukan pertumbuhan tulang) pada
sekurang-kurangnya 3 sendi secara bersamaan yang
diobservasi oleh seorang dokter. Dalam kriteria ini
terdapat 14 persendian yang memenuhi kriteria yaitu
PIP, MCP, pergelangan tangan, siku pergelangan
kaki dan MTP kiri dan kanan.
3 Artritis Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan satu
pada persendian persendian tangan seperti yang tertera diatas.
tangan
4 Artritis simetris Keterlibatan sendi yang sama (seperti yang tertera
pada kriteria 2 pada kedua belah sisi, keterlibatan
PIP, MCP atau MTP bilateral dapat diterima
walaupun tidak mutlak bersifat simetris.
5 Nodul Reumatoid Nodul subkutan pada penonjolan tulang atau
permukaan ekstensor atau daerah juksta-artrikular
yang diobservasi oleh seorang dokter.
6 Faktor Reumatoid serum Terdapatnya titer abnormal faktor reumatoid serum
yang diperiksa dengan cara yang memberikan hasil
positif kurang dari 5% kelompok kontrol yang
diperiksa.
7 Perubahan gambaran Perubahan gambaran radiologis yang radiologis khas
bagi arthritis reumotoid pada periksaan sinar X
tangan posteroanterior atau pergelangan tangan yang
harus menunjukkan adanya erosi atau dekalsifikasi
tulang yang berlokalisasi pada sendi atau daerah yang
berdekatan dengan sendi (perubahan akibat
osteoartritis saja tidak memenuhi persyaratan).
Untuk keperluan klasifikasi, seseorang dikatakan menderita artritis reumatoid jika ia
sekurang-kurangnya memenuhi 4 dari 7 kriteria di atas. Kriteria 1 sampai 4 harus terdapat
minimal selama 6 minggu. Pasien dengan dua diagnosis tidak dieksklusikan. Pembagian
diagnosis sebagai artritis reumatoid klasik, definit, probable atau possible tidak perlu dibuat.
I. Pemeriksaan Penunjang Artritis Reumatoid
1. Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi anemia dan
leukositosis, Reumatoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi
sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal ) berkembang
menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan
osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
3. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
4. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi
tulang pada sendi
5. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal:
buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-produk
pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan
komplemen ( C3 dan C4 ).
6. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas.
7. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau atroskopi;
cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang kental
dibanding cairan sendi yang normal.
Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris
yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-
kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-
artikuler pada foto rontgen
Beberapa faktor yang turut dalam memeberikan kontribusi pada penegakan diagnosis
Reumatoid arthritis, yaitu nodul Reumatoid, inflamasi sendi yang ditemukan pada saat
palpasi dan hasil-hasil pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaaan laboratorium menunjukkan
peninggian laju endap darah dan factor Reumatoid yang positif sekitar 70%; pada awal
penyakit faktor ini negatif. Jumlah sel darah merah dan komplemen C4 menurun.
Pemeriksaan C- reaktifprotein (CRP) dan antibody antinukleus (ANA) dapat menunjukan
hasil yang positif. Artrosentesis akan memperlihatkan cairan sinovial yang keruh, berwarna
mirip susu atau kuning gelap dan mengandung banyak sel inflamasi, seperti leukosit dan
komplemen (Smeltzer & Bare, 2002). Pemeriksaan sinar-X dilakukan untuk membantu
penegakan diagnosis dan memantau perjalanan penyakitnya. Foto rongen akan
memperlihatkan erosi tulang yang khas dan penyempitan rongga sendi yang terjadi dalam
perjalanan penyakit tersebut (Smeltzer & Bare, 2002).

J. Penatalaksanaan Artritis Reumatoid


Tujuan utama terapi adalah:
i. Meringankan rasa nyeri dan peradangan
ii. memperatahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal penderita.
iii. Mencegah atau memperbaiki deformitas
Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang merupakan sarana
pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu:
1. Istirahat
2. Latihan fisik
3. Panas
4. Pengobatan
a. Aspirin (anti nyeri)dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat serum yang
diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml
b. Natrium kolin dan asetamenofen  meningkatkan toleransi saluran cerna terhadap
terapi obat
c. Obat anti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 – 600 mg/hari  mengatasi
keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga menurunkan kebutuhan steroid
yang diperlukan.
d. Garam emas
e. Kortikosteroid
5. Nutrisi  diet untuk penurunan berat badan yang berlebih
Bila Reumatoid artritis progresif dan, menyebabkan kerusakan sendi, pembedahan
dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki fungsi. Pembedahan dan
indikasinya sebagai berikut:
a. Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk mempertahankan
fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya kembali inflamasi.
b. Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.
c. Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan tangan.
d. Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali dataran pada persendian.
Terapi di mulai dengan pendidikan pasien mengenai penyakitnya dan
penatalaksanaan yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik antara pasien dan
keluarganya dengan dokter atau tim pengobatan yang merawatnya. Tanpa hubungan
yang baik akan sukar untuk dapat memelihara ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam
suatu jangka waktu yang lama (Mansjoer, dkk. 2001).
Penanganan medik pemberian salsilat atau NSAID dalam dosis terapeutik. Kalau
diberikan dalam dosis terapeutik yang penuh, obat-obat ini akan memberikan efek anti
inflamasi maupun analgesik. Namun pasien perlu diberitahukan untuk menggunakan
obat menurut resep dokter agar kadar obat yang konsisten dalam darah bisa
dipertahankan sehingga keefektifan obat anti-inflamasi tersebut dapat mencapai tingkat
yang optimal (Smeltzer & Bare, 2002).
Kecenderungan yang terdapat dalam penatalaksanaan Reumatoid arthritis
menuju pendekatan farmakologi yang lebih agresif pada stadium penyakit yang lebih
dini. Kesempatan bagi pengendalian gejala dan perbaikan penatalaksanaan penyakit
terdapat dalam dua tahun pertama awitan penyakit tersebut (Smeltzer & Bare, 2002).
Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-hari,
sebaiknya digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari. Dengan air hangat pergerakan
sendi menjadi lebih mudah bergerak. Selain mengobati, kita juga bisa mencegah
datangnya penyakit ini, seperti: tidak melakukan olahraga secara berlebihan, menjaga
berat badan tetap stabil, menjaga asupan makanan selalu seimbang sesuai dengan
kebutuhan tubuh, terutama banyak memakan ikan laut. Mengkonsumsi suplemen bisa
menjadi pilihan, terutama yang mengandung Omega 3. Didalam omega 3 terdapat zat
yang sangat efektif untuk memelihara persendian agar tetap lentur.
ASUHAN KEPERAWATAN ARTRITIS REUMATOID

A. PENGKAJIAN
Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna kulit,
ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
2. Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
a. Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
b. Catat bila ada krepitasi
c. Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
3. Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
a. Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
b. Ukur kekuatan otot
4. Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
5. Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pad
pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan adanya kelemahan-
kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat
melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga
diri klien.
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-
organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal), tahapan misalnya eksaserbasi akut
atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya. Pengkajian 11 Pola
Gordon
1. Pola Persepsi Kesehatan- Pemeliharaan Kesehatan
a. Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi?
b. Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?
c. Riwayat keluarga dengan RA
d. Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
e. Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll
2. Pola Nutrisi Metabolik
a. Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang banyak
mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan protein)
b. Riwayat gangguan metabolic
3. Pola Eliminasi
a. Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
4. Pola Aktivitas dan Latihan
a. Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit
b. Jenis aktivitas yang dilakukan
c. Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas
d. Tidak mampu melakukan aktifitas berat
5. Pola Istirahat dan Tidur
a. Apakah ada gangguan tidur?
b. Kebiasaan tidur sehari
c. Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur
d. Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?
6. Pola Persepsi Kognitif
a. Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
a. Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)?
b. Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya?
8. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
a. Bagaimana hubungan dengan keluarga?
b. Apakah ada perubahan peran pada klien?
9. Pola Reproduksi Seksualitas
a. Adakah gangguan seksualitas?
10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
a. Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?
11. Pola Sistem Kepercayaan
a. Agama yang dianut?
b. Adakah gangguan beribadah?
c. Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada Tuhan
B. Diagnosa Keperawatan Artritis Reumatoid
1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi cairan/
proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri, penurunan,
kekuatan otot.
3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan perubahan
kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi,
ketidakseimbangan mobilitas.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
5. Kebutuhan pembelajaran mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat, kesalahan interpretasi
informasi.

C. Perencanaan Artritis Reumatoid


Diagosa keperawatan

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Nyeri Kronis berhubungan dengan ketidakmampuan NOC: NIC :


fisik-psikososial kronis (metastase kanker, injuri  Comfort level Pain Manajemen
neurologis, artritis)  Pain control  Monitor kepuasan pasien terhadap
 Pain level manajemen nyeri
DS: Setelah dilakukan tindakan  Tingkatkan istirahat dan tidur yang
 Kelelahan keperawatan selama …. nyeri adekuat
 Takut untuk injuri ulang kronis pasien berkurang dengan  Kelola anti analgetik ...........
DO: kriteria hasil:  Jelaskan pada pasien penyebab nyeri
 Atropi otot  Tidak ada gangguan tidur  Lakukan tehnik nonfarmakologis
 Gangguan aktifitas  Tidak ada gangguan (relaksasi, masase punggung)
 Anoreksia konsentrasi
 Perubahan pola tidur  Tidak ada gangguan
hubungan interpersonal
 Respon simpatis (suhu dingin, perubahan
posisi tubuh , hipersensitif, perubahan berat  Tidak ada ekspresi
badan) menahan nyeri dan
ungkapan secara verbal
 Tidak ada tegangan otot
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Defisit perawatan diri NOC : NIC :
Berhubungan dengan : penurunan atau kurangnya  Self care : Activity of Daily Self Care assistane : ADLs
motivasi, hambatan lingkungan, kerusakan Living (ADLs)  Monitor kemempuan klien untuk
muskuloskeletal, kerusakan neuromuskular, nyeri, Setelah dilakukan tindakan perawatan diri yang mandiri.
kerusakan persepsi/ kognitif, kecemasan, kelemahan keperawatan selama …. Defisit  Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat
dan kelelahan. perawatan diri teratas dengan bantu untuk kebersihan diri,
kriteria hasil: berpakaian, berhias, toileting dan
DO :  Klien terbebas dari bau makan.
ketidakmampuan untuk mandi, ketidakmampuan badan  Sediakan bantuan sampai klien
untuk berpakaian, ketidakmampuan untuk makan,  Menyatakan kenyamanan mampu secara utuh untuk melakukan
ketidakmampuan untuk toileting terhadap kemampuan untuk self-care.
melakukan ADLs  Dorong klien untuk melakukan aktivitas
 Dapat melakukan ADLS sehari-hari yang normal sesuai
dengan bantuan kemampuan yang dimiliki.
 Dorong untuk melakukan secara
mandiri, tapi beri bantuan ketika klien
tidak mampu melakukannya.
 Ajarkan klien/ keluarga untuk
mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika pasien
tidak mampu untuk melakukannya.
 Berikan aktivitas rutin sehari- hari
sesuai kemampuan.
 Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Gangguan mobilitas fisik NOC : NIC :


Berhubungan dengan :  Joint Movement : Active Exercise therapy : ambulation
 Gangguan metabolisme sel  Mobility Level  Monitoring vital sign
 Keterlembatan perkembangan  Self care : ADLs sebelm/sesudah latihan dan lihat
 Pengobatan respon pasien saat latihan
 Transfer performance
 Kurang support lingkungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Konsultasikan dengan terapi fisik
tentang rencana ambulasi sesuai
 Keterbatasan ketahan kardiovaskuler selama….gangguan mobilitas fisik teratasi
dengan kriteria hasil: dengan kebutuhan
 Kehilangan integritas struktur tulang
 Klien meningkat dalam aktivitas fisik  Bantu klien untuk menggunakan
 Terapi pembatasan gerak tongkat saat berjalan dan cegah
 Kurang pengetahuan tentang  Mengerti tujuan dari peningkatan
terhadap cedera
kegunaan pergerakan fisik mobilitas
 Memverbalisasikan perasaan dalam  Ajarkan pasien atau tenaga
 Indeks massa tubuh diatas 75 tahun kesehatan lain tentang teknik
percentil sesuai dengan usia meningkatkan kekuatan dan
ambulasi
kemampuan berpindah
 Kerusakan persepsi sensori  Kaji kemampuan pasien dalam
 Tidak nyaman, nyeri  Memperagakan penggunaan alat Bantu
mobilisasi
untuk mobilisasi (walker)
 Kerusakan muskuloskeletal dan  Latih pasien dalam pemenuhan
neuromuskuler kebutuhan ADLs secara mandiri
 Intoleransi aktivitas/penurunan sesuai kemampuan
kekuatan dan stamina  Dampingi dan Bantu pasien saat
 Depresi mood atau cemas mobilisasi dan bantu penuhi
 Kerusakan kognitif kebutuhan ADLs ps.
 Penurunan kekuatan otot, kontrol dan  Berikan alat Bantu jika klien
atau masa memerlukan.
 Keengganan untuk memulai gerak  Ajarkan pasien bagaimana
 Gaya hidup yang menetap, tidak merubah posisi dan berikan
digunakan, deconditioning bantuan jika diperlukan
 Malnutrisi selektif atau umum
DO:
 Penurunan waktu reaksi
 Kesulitan merubah posisi
 Perubahan gerakan (penurunan untuk
berjalan, kecepatan, kesulitan
memulai langkah pendek)
 Keterbatasan motorik kasar dan halus
 Keterbatasan ROM
 Gerakan disertai nafas pendek atau
tremor
 Ketidak stabilan posisi selama
melakukan ADL
 Gerakan sangat lambat dan tidak
terkoordinasi

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Risiko trauma NOC : NIC :


 Knowledge : Personal Safety Environmental Management safety
Faktor-faktor risiko  Safety Behavior : Fall  Sediakan lingkungan yang aman untuk
Internal: Prevention pasien
Kelemahan, penglihatan menurun, penurunan  Safety Behavior : Fall  Identifikasi kebutuhan keamanan pasien,
sensasi taktil, penurunan koordinasi otot, occurance sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi
tangan-mata, kurangnya edukasi keamanan,  Safety Behavior : Physical kognitif pasien dan riwayat penyakit
keterbelakangan mental Injury terdahulu pasien
 Tissue Integrity: Skin and  Menghindarkan lingkungan yang
Eksternal: Mucous Membran berbahaya (misalnya memindahkan
Lingkungan Setelah dilakukan tindakan perabotan)
keperawatan selama….klien tidak  Memasang side rail tempat tidur
mengalami trauma dengan kriteria  Menyediakan tempat tidur yang nyaman
hasil: dan bersih
 pasien terbebas dari trauma  Menempatkan saklar lampu ditempat yang
fisik mudah dijangkau pasien.
 Membatasi pengunjung
 Memberikan penerangan yang cukup
 Menganjurkan keluarga untuk menemani
pasien.
 Mengontrol lingkungan dari kebisingan
 Memindahkan barang-barang yang dapat
membahayakan
 Berikan penjelasan pada pasien dan
keluarga atau pengunjung adanya
perubahan status kesehatan dan
penyebab penyakit.
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kurang Pengetahuan NOC: NIC :


Berhubungan dengan : keterbatasan kognitif,  Kowlwdge : disease process  Kaji tingkat pengetahuan pasien
interpretasi terhadap informasi yang salah,  Kowledge : health Behavior dan keluarga
kurangnya keinginan untuk mencari informasi, Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Jelaskan patofisiologi dari penyakit
tidak mengetahui sumber-sumber informasi. selama …. pasien menunjukkan dan bagaimana hal ini berhubungan
pengetahuan tentang proses penyakit dengan anatomi dan fisiologi,
dengan kriteria hasil: dengan cara yang tepat.
DS: Menyatakan secara verbal adanya masalah  Pasien dan keluarga menyatakan  Gambarkan tanda dan gejala yang
DO: ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku pemahaman tentang penyakit, biasa muncul pada penyakit,
tidak sesuai kondisi, prognosis dan program dengan cara yang tepat
pengobatan  Gambarkan proses penyakit,
 Pasien dan keluarga mampu dengan cara yang tepat
melaksanakan prosedur yang  Identifikasi kemungkinan
dijelaskan secara benar penyebab, dengan cara yang tepat
 Pasien dan keluarga mampu  Sediakan informasi pada pasien
menjelaskan kembali apa yang tentang kondisi, dengan cara yang
dijelaskan perawat/tim kesehatan tepat
lainnya  Sediakan bagi keluarga informasi
tentang kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
 Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
 Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
 Eksplorasi kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan cara yang
tepat

DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2007. BUKU AJAR FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi 11. Alih
bahasa : Irawati, et al. Jakarta : EGC

Harris ED Jr., 1993, Etiology and Pathogenesis of Reumatoid Arthritis. Dalam: Textbook of
Rheumatology.Philadhelpia:Saunders Co

Hirmawan, Sutisna., 1973. PATOLOGI. Jakarta : Bagian Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, pp : 437, 1

Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee, Papadakis MA
(Eds): Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th ed., Appleton & Lange, International
Edition, Connecticut 2005, 729-32.

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC. 2002.
Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L., 2007. BUKU AJAR PATOLOGI Edisi 7. Jakarta : EGC

Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, Wahyu I., Setiowulan, W., 2000. KAPITA SELEKTA
KEDOKTERAN Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta : Media Aesculapius

Nasution..1996.Aspek Genetik Penyakit Reumatik dalam Noer S (Editor) Buku Ajar Penyakit
Dalam Jilid I. Jakarta: Balai penerbit FKUI.

Price, SA. Dan Wilson LM., 1993, Patofisiologi: Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit bag 2.
Jakarta: EGC

BAB I
LATAR BELAKANG

Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin
meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua
organ dan jaringan tubuh.
Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain
yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan reumatik. Salah satu
golongan penyakit reumatik yang sering menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan
muskuloskeletal terutama adalah osteoartritis.
Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia
manusia.
Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun bila otot
pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan meningkatnya
usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik. Namun usia lanjut tidak selalu mengalami
atau menderita reumatik. Bagaimana timbulnya kejadian reumatik ini, sampai sekarang belum
sepenuhnya dapat dimengerti.
Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom dan.golongan
penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup banyak, namun semuanya
menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut kesepakatan para ahli di bidang rematologi,
reumatik dapat terungkap sebagai keluhan dan/atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga
keluhan utama pada sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan,
serta adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi., kelemahan otot, dan gangguan gerak.
(Soenarto, 1982)
Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak – kanak sampai usia lanjut, atau
sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut. Dan gangguan reumatik akan meningkat dengan
meningkatnya umur. (Felson, 1993, Soenarto dan Wardoyo, 1994)

Você também pode gostar