Você está na página 1de 11

ANALISIS PEMANFAATAN SOSIAL MEDIA DALAM MENDUKUNG

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI BUKITTINGGI

SAAN Andella Putri Yunira Andi Yunitasari Madya Pratiwi

Institut Pemerintahan Institut Pemerintahan Institut Pemerintahan

Dalam Negeri Dalam Negeri Dalam Negeri

putriandela6@gmail.com andiyunitasari9@gmail.com nadyapratiwi7@gmail.com

ABSTRAK

Kehadiran media sosial telah menjadi sebuah media alternatif bagi pemerintah dalam mengeksplorasi
program pembangunan dan penetrasi informasi publik. Hal tersebut dilakukan karena permintaan
masyarakat untuk pemerintah menjadi lebih transparan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa dan
menjelaskan pemanfaatan sosial media dalam mendukung implementasi kebijakan pembangunan di Bukit
Tinggi. Pemanfaatan sosial media dilakukan melalui website dan sosial media lainnya seperti facebook,
line, whatsapp dan instagram sebagai media untuk menyampaikan informasi dengan cepat dan mudah untuk
di cerna oleh masyarakat dan juga mempermudah pegawai pemerintah untuk berkomunikasi. Metode
Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan induktif. Penulis memperoleh
data informan yang berasal dari pejabat Badan Kepegawaian Daerah dan Pembangunan Sumber Daya
Manusia dan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Bukit Tinggi. Teknik pengumpulan data
dengan dokumentasi serta wawancara mendalam. Analisa data menggunakan reduksi data dan penyajian
data. Hasil analisis pemanfaatan sosial media dalam mendukung implementasi kebijakan pembangunan
pemerintah kota Bukit Tinggi ditemukan bahwa sosial media yang diterapkan Badan Kepegawaian Daerah
dan Pembangunan Sumber Daya Manusia dan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Bukittinggi
sangat mendukung dalam kebijakan pembangunan di Kota Bukit Tinggi namun belum efektif di kalangan
masyarakat nagari khususnya yang berada di daerah pedalaman karena sarana dan prasarana yang kurang
memadai. Strategi terpilih dalam mendukung implementasi kebijakan pembangunan dalam memanfaatkan
sosial media adalah: (1) Sarana dan prasarana dari pemerintah untuk membantu masyarakat pengguna sosial
media dapat mengakses informasi dengan leluasa; (2) Mengoptimalkan waktu dan tenaga untuk mengakses
informasi kebijakan apa saja yang dikeluarkan oleh pemerintah kota Bukit Tinggi dalam implementasi
pembangunan.

Kata kunci : Pemanfaatan, social media, kebijakan public


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Tidak bisa dipungkiri bahwa Teknologi Infomasi dan Komunikasi (TIK) saat ini ikut memudahkan
penyelengggaraan pemerintahan. Melalui TIK ini dikenallah istilah e-Government, yaitu pengembangan
penyalenggaraan kepemerintahan yang berbasis elektronik. Melalui teknologi ini dikembangkan system
manajemen dan proses kerja secara lebih baik: utamanya dalam hal kecepatan memproses data-data
kependudukan, proses perizinan, penyampaian informasi kebijakan publik pada masyarakat, dan lain-lain.

Hingga kini e-Government, yaitu pengembangan penyalenggaraan kepemerintahan yang berbasis


elektronik telah berkembang dengan pesat bahkan menjadi semakin populer sejak dilaunchingnya situs
jejaring sosial seperti friendster, facebook, twitter, maupun linkdln in. Kehadirannya mampu menawarkan
kepada pelaku komunikasi sebagai media alternatif.

Pemerintah di era milenium sekarang ini, memanfaatkan sosial media dalam meng-share atau berbagi
informasi tentang kebijakan-kebijakan yang terbaru yang dilakukan pemerintah kepada masyarakat. Hal ini
dilakukan agar masyarakat lebih mudah mengakses dan mengetahui kebijakan-kebijakan yang baru tersebut
dalam rangka menuju open government atau pemerintahan yang terbuka.

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana implementasi Peraturan Walikota Bukittinggi Nomor 30 Tahun 2016 Tentang


Teknologi informasi dan komunikasi dalam penyelenggaraan pemerintahan di lingkungan
pemerintah kota bukittinggi?

2. faktor apa sajakah yang mempengaruhi implementasi Peraturan Walikota Bukittinggi Nomor 30
Tahun 2016 Tentang teknologi informasi dan komunikasi dalam penyelenggaraan pemerintahan di
lingkungan pemerintah kota bukittinggi?

3. Apasaja dampak dan manfaat dari penggunaan social media dalam penyelenggaraan pemerintahan
di kota bukittinggi?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui dan menganalisa manfaat dari social media dalam peraturan Walikota Bukittinggi No
30 Tahun 2016 Tentang teknologi informasi dan komunikasi dalam penyelenggaraan pemerintahan
di lingkungan pemerintahan kota bukittinggi .
2. Mengetahui factor dan dampak yang mempengaruhi . implementasi Peraturan Walikota Bukittinggi
No 30 Tahun 2016 tentang teknologi informasi dan komunikasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan di lingkungan pemerintah kota bukittinggi

1.4 Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesempatan dalam menerapkan dan menggunakan
konsep ilmu pengetahuan khususnya di bidang kebijakan public dan penelitian ini dharapkan dapat
membantu instansi di daerah dalam mengimplementasikan kebijakan yang telah ditetapkan serta
membantu masyarakat terkait dalam melihat dan mengetahui informasi mengenai kebijakan
pemerintah.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Kajian Literatur

Kajian teori dibutuhkan untuk mengkaji lebih dalam tentang permasalahan yang telah dipaparkan,
serta untuk mengetahuai indikator-indikatorapa saja yang relevan dengan permasalahan yang ada. Dalam
penelitian ini,peneliti menggunakan beberapa teori yang kemudian diselaraskan ataudisesuaikan dengan
masalah yang muncul. Berikut ini adalah paparantentang konsep-konsep teori yang digunakan oleh peneliti,
sebagai berikut:

2.1.1. Kebijakan Publik

Kebijakan lebih sering dan secara luas dipergunakan dalam kaitannya dengan tindakan-tindakan
atau kegiatan-kegiatan pemerinta serta perilaku negara pada umumnya, dalam kaitan inilah maka mudah
dipahami jika kebijakan itu acap kali diberikan makna sebagai tindakan politik. Makna kebijakan
sebagaimana dikemukakan tersebut akan makin jelas bila kita ikut pandangan seorang ilmuwan politik
Friederich dalam Wahab (2002:13) yang menyatakan bahwa: Kebijakan ialah suatu tindakan yang
mengarah pada tujuan yangndiusulkan oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam lingkungan
tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk
mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.

2.1.2. Impelementasi Kebijakan Publik

Dalam menelaah suatu proses kebijakan aspek yang sangat penting yaitu implementasi kebijakan.
Samodra, et.al. (2003:80) mengemukakan bahwa implementasi kebijakan adalah pelaksanaan dan
pengendalian arah tindakan kebijakan sampai dicapainya hasil kebijakan sesungguhnya bukanlah
implementasi kebijakan sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan
politik ke dalam prosedur-prosedur rutin lewat saluran-saluran, melainkan lebih dari itu, ia menyangkut
masalah konflik, keputusan dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan. Oleh sebab itu tidak
terlalu salah jika dikatakan implementasi kebijakan merupakan aspek yang sangat penting dari keseluruhan
proses kebijakan. Wahab (2002:59) mengartikan pelaksanaan kebijakan adalah suatu yang penting, bahkan
jauh lebih penting dari pembuatan kebijakan, kebijakan-kebijakan akan sekedar berupa impian atau rencana
bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan.

1) Faktor Komunikasi
Komunikasi dalam organisasi merupakan suatu proses yang amat kompleks dan rumit. Seseorang bisa
menahannya hanya untuk kepentingan tertentu, atau menyebarluaskannya. Di samping itu sumber
informasi yang berbeda juga akan melahirkan interpretasi yang berbeda pula. Agar implementasi berjalan
efektif, siapa yang bertanggungjawab melaksanakan sebuah keputusan harus mengetahui apakah mereka
dapat melakukannya. Sesungguhnya implementasi kebijakan harus diterima oleh semua personel dan harus
mengerti secara jelas dan akurat mengenahi maksud dan tujuan kebijakan. Jika para aktor pembuat
kebijakan telah melihat ketidakjelasan spesifikasi kebijakan sebenarnya mereka tidak mengerti apa
sesunguhnya yang akan diarahkan. Para implemetor kebijakan bingung dengan apa yang akan mereka
lakukan sehingga jika dipaksakan tidak akan mendapatkan hasil yang optimal. Tidak cukupnya komunikasi
kepada para implementor secara serius mempengaruhi implementasi kebijakan.

2) Faktor Sumber Daya


Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tetapi apabila implementor
kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan, implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumberdaya
tersebut dapat berwujud sumberdaya manusia, yakni kompetensi implementor dan sumber daya finansial.
Sumberdaya adalah faktor penting untuk implementasi kebijakan agar efektif. Tanpa sumber daya,
kebijakan hanya tinggal di kertas menjadi dokumen saja.

Komponen sumberdaya ini meliputi jumlah staf, keahlian dari para pelaksana, informasi yang relevan dan
cukup untuk mengimplementasikan kebijakan dan pemenuhan sumber-sumber terkait dalam pelaksanaan
program, adanya kewenangan yang menjamin bahwa program dapat diarahkan kepada sebagaimana yamg
diharapkan, serta adanya fasilitas-fasilitas pendukung yang dapat dipakai untuk melakukan kegiatan
program seperti dana dan sarana prasarana.

4) Struktur Birokrasi
Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah
adanya prosedur operasi yang standar (standard operating procedures atau SOP). SOP menjadi pedoman
bagi setiap implementor dalam bertindak.

2.1.3. Media Sosial

Media sosial adalah sebuah media daring, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi,
berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring
sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh
dunia.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan


induktif.Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi serta wawancara mendalam. Analisa data
menggunakan reduksi data dan penyajian data.

3.2 Subyek Penelitian

Penulis memperoleh data informan yang berasal dari jajaran pejabat Badan Kepegawaian
Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Pemerintah Daerah Kota Bukittinggi.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang saya lakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Metode observasi, yaitu dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap
aktivitas pegawai pemerintahan.
2. Metode wawancara, yaitu dilakukan dengan cara mengadakan wawancara secara langsung kepada
pejabat pemerintahan .
3. Metode studi pustaka, yaitu berupa kajian literature yang sesuai dengan penelitian, baik berupa
buku maupun dari sumber internet.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Implementasi Peraturan Walikota Bukittinggi Nomor 30 Tahun 2016 Tentang Teknologi
informasi dan komunikasi dalam penyelenggaraan pemerintahan Kota Bukittinggi

Sesuai dengan Peraturan Walikota Bukittinggi Nomor 30 Tahun 2016 tentang Teknologi Informasi
dan Komunikasi yaitu penyelenggaraan pemerintahan berbasis elektronik untuk meningkatkan pelayanan
dan kinerja pemerintah dalam hubungannya dengan masyarakat dan kelompok terkait lainnya dalam rangka
mewujudkan good governance, pemerintah Kota Bukittinggi melaksanakan penyediaan,pengembangan
aplikasi dan sumber daya manusia.
Aplikasi e-government dibagi menjadi aplikasi umum dan khusus. Aplikasi umum yang saat ini
telah dibangun dan disediakan ialah dibidang pengelolaan keuangan,system informasi kepegawaian
daerah,perencanaan pembangunan daerah,pelayanan public,system administrasi kependudukan dan lain
sebagainya , yang dibiayai langsung oleh dinas . Sedangkan aplikasi khusus adalah aplikasi aplikasi yang
dibutuhkan oleh SKPD dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dan wajib memenuhi ketentuan
interoperabilitas,keamanan system informasi antar muka dan ketentuan aksesibilitas yang dalam
pelaksanaannya berkoordinasi dengan dinas dan mendapat rekomendasi dari Tim Teknis.
Dalam hal ini pengimplementasian dari adanya media social yakni pengadaan situs web resmi Kota
Bukittinggi,Badan Pemerintahan,Dinas Pemerintahan,Kecamatan,Kelurahan hingga ke beberapa Nagari
setempat. Adapun bentuk pengimplementasian lainnya yang dilakukan oleh pemerintah daerah yaitu seperti
pada penggunaan tanda tangan elektronik yang berfungsi sebagai alat autentikasi dengan verifikasi atas
identitas penanda tangan dan keutuhan serta keautentikan informasi elektronik . Penggunaan tanda tangan
elektronik ini sudah lama diterapkan di kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam pembuatan
E-KTP .

4.2 Faktor yang mempengaruhi implementasi Peraturan Walikota Bukittinggi

Sejumlah teori tentang implementasi kebijakan menegaskan bahwa terdapat sejumlah faktor yang
mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan sebuah kebijakan publik. Gerston misalnya mensyaratkan adanya
4 (empat) faktor, yaitu:

(1) translation ability, yaitu kemampuan staf pelaksana untuk menterjemahkan apa yang sudah
diputuskan oleh pengambil keputusan untuk dilaksanakan.

(2) resources (sumberdaya), khususnya yang berkaitan dengan sumberdaya manusia, finansial dan
peralatan/ sarana,

(3) limited number of players, yaitu jumlah pelaksana kebijakan yang tidak terlalu banyak, agar tidak
menimbulkan kebingungan dan kompetisi yang tidak sehat, dan

(4) accountability, yaitu adanya proses pertanggunggugatan dari pelaksana kebijakan terhadap apa yang
telah dihasilkan.
Dilihat dari pengamatan serta wawancara yang kami lakukan, ada banyak factor sebenarnya yang bisa
mempengaruhi pengimplementasian Peraturan Walikota Bukittinggi , seperti :
1. Masih minimnya alat komunikasi yang bisa mengakses internet sehingga dikalangan
Pemerintah Daerah memang sepenuhnya telah bersifat terbuka dengan membagikan informasi
seputar keadaan pemerintahan melalui internet, namun masih banyak juga kalangan yang tidak
dapat mengakses , sehingga orang-orang tertentu saja yang bisa melihat dan memperoleh
informasi tersebut.

2. Masih ada beberapa wilayah kantor yang belum mendapat fasilitas internet. Dalam hal ini
daerah-daerah pedalaman.Sehingga semua masih dilakukan dengan cara manual .

3. Ada yang memiliki sarana prasarana namun penggunaannya masih belum terlalu efektif karena
kalangan masyarakatnya susah dalam hal mengakses internet.

4.3 Dampak dan manfaat dari penggunaan social media dalam penyelenggaraan pemerintahan

Dalam penggunaan social media ada beberapa dampak positif dan negative yang dapat ditimbulkan,
diantaranya :

 Dampak Positif :
1. Pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat, informasi dapat disediakan 24 jam sehari
tanpa harus menunggu dibukanya kantor, sehingga informasi dapat diakses dimana saja,
baik itu di rumah ataupun di kantor tanpa harus secara fisik dating ke kantor pemerintahan.
2. Peningkatan hubungan antara pemerintah,pelaku bisnis, dan masyarakat umu. Yakni
dengan adanya keterbukaan (transparansi) maka diharapkan hubungan antar berbagai
pihak menjadi lebih baik, keterbukaan ini menghilangkan saling curiga dan ,kekesalan dari
semua pihak.
3. Pemberdayaan masyarakat melalui informasi yang mudah diperoleh .

 Dampak Negatif :
1. Semakin bebasnya masyarakat mengakses situs pemerintahan akan membuka peluang
terjadinya cyber crime yang dapat merusak system teknologi informasi dan komunikasi
pada e-government .
2. Jangkauan akses . Harus diakui tidak semua orang melek terhadap teknologi . Bagi warga
yang berada jauh di pedalaman akan susah untuk mengakses website,blog atau video
streaming tentang keadaan pemerintahan sekarang ini .
3. Privasi : sebuah pemerintahan memerlukan tanggapan dari masyarakatnya ,sehingga
masyarakat terus meminta informasi dan kalangan pemerintahanpun harus pintar-pintar
memilah informasi seperti apa yang harus diketahui dan yang mana menjadi rahasia (bebas
diakses) .
4. Kurangnya privacy suatu pemerintahan akibat dari kerahasiaan yang tidak terjamin dengan
semakin canggihnya alat-alat pendeteksi .
Populasi pengguna internet di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan
meningkatnya pembangunan infrastruktur teknologi informasi di Indonesia dan program pemerintah yang
memperkenalkan sarana internet hingga ke pelosok Indonesia. Pertumbuhan pengguna internet semakin
berlipat ganda, seiring dengan pertumbuhan penjualan telepon seluler pintar ( smart phone) yang dapat
mengakses internet bergerak (mobile) sehingga khalayak dapat mengakses internet dimana saja dan kapan
saja.

Penggunaan media social telah membentuk dan mendukung cara baru dalam berkomunikasi,
berinteraksi, dan berkolaborasi. Media social menawarkan cara yang lebih cepat dan tepat untuk
berpartisipasi dalam pertukaran informasi melalui daring ( dalam jaaringan / online ).
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, humas pemerintah menggunakan berbagai bentuk
media komunikasi berbasis internet , seperti situs, portal berita, blog, dan media sosia. Bahkan, media social
telah menjadi salah satu media yang paling banyak digunakan, baik oleh perseorangan maupun
organisasi/lembaga..Kehadiran media social telah menambah sarana penyebaran informasi, opini public,
dinamika percakapan dan diskusi, bahkan telah mengubah perilaku dan gaya hidup masyarakat, khususnya
di wilayah-wilayah yang terjangkau infrastruktur komunikasi dan informatika.
Penggunaan dan pemanfaatan media social merupakan salah satu cara dalam mempromosikan serta
menyebarluaskan program dan kebijakan pemerintah serta berinteraksi dan menyerap aspirasi masyarakat
sehingga mencapai saling pengertian untuk kepentingan Bersama antara pemerintah dan
masyarakat.Banyak diantara akun-akun yang mengatasnamakan instansi pemerintah sebenarnya bukan
akun resmi lembaga yang bersangkutan, melainkan akun individu pegawai atau pihak yang berafiliasi
dengan lembaga tersebut. Apabila penggunaan media social yang mengatasnamakan instansi tidak disertai
aturan dan pengendalian yang tegas dan mengikat serta pengelolaan yang professional, dapat
mengakibatkan ketidakjelasan pesan dan kebingungan khalayak sehingga berdampak negative bagi instansi
yang bersangkutan, pada khusunya, dan pemerintah pada social diawali dengan pengertian dan pemahaman
yang lengkap, pengaturan yang tepat, serta pengelolaan yang baik akan diperoleh manfaat dari penggunaan
media social di instansi pemerintah.
Untuk menunjang hal-hal tersebut diatas, perlu disusun pedoman pemanfaatan media social sebagai
acuan dalam menjalankan mekanisme pengelolaan media social serta menjadi acuan bagi pembuatan
petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis pengelolaan media social di insansi pemerintah. Pemanfaatan media
social ini sejalan dengan ketentuan dalam reformasi birokrasi, antara lain pemanfaatan teknologi informasi
(e-Government), strategi komunikasi, manajemen pengetahuan (knowledge management), dan penataan
tata laksana (business process).
Manfaat yang dapat diperoleh pemerintah dalam menggunakan media social meliputi :

Efisiensi, yaitu dengan sumber daya yang relative lebih sedikit dapat menjangkau masyarakat dengan cepat;
kemudahan layanan dan kenyamanan pengguna, yaitu mampu memberikan layanan masyarakat secara
daring (e-Public Service) yang dapat diakses 24 jam 7 hari seminggu dari seluruh dunia; keterlibatan
masyarakat, yaitu partisipasi masyarakat yang lebih besar dala proses demokrasi pemerintah (e-Democracy)
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pemerintah Kota Bukit Tinggi telah memanfaatkan social media dalam mengimplementasi kebijakan
pembangunan. Hal tersebut dapat dilihat dari salah satu organisasi perangkat daerah Pemerintah
Kota Bukit Tinggi yaitu Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang membuat penggunaan tanda
tangan elektronik yang berfungsi sebagai alat autentikasi dengan verifikasi atas identitas penanda tangan
dan keutuhan serta keautentikan informasi elektronik . Penggunaan tanda tangan elektronik ini sudah lama
diterapkan di kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam pembuatan E-KTP .

Dalam melayani masyarakat dalam pemanfaatan social media ini tidak perlu rumit dan mahal. Faktor
terpenting dalam menjalankan pmerintahan dalam menjalankan pemerintahan pada abad milenial ini adalah
bagaiamana pemerintah dapat kreatif, inovatif, dan berfikir lebih efektif serta efisien

5.2 Saran

Sarana dan prasarana dari pemerintah untuk membantu masyarakat pengguna sosial media dapat mengakses
informasi dengan leluasa agar lebih ditingkatan. Kemudian diharapakan kepada masyarakat Kota Bukit
Tinggi agar dapat mengoptimalkan waktu dan tenaga untuk mengakses informasi kebijakan apa saja yang
dikeluarkan oleh pemerintah kota Bukit Tinggi dalam implementasi pembangunan.
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Master-2492-TESIS_JADI_Aditia_PM.pdf kajian literatur

http://tugasakhiramik.blogspot.co.id/2017/01/faktor-yang-mempengaruhi-implementasi.html faktor2

peraturan walikota bukittinggi no 30 tahun 2015 tentang Tentang teknologi informasi dan
komunikasi dalam penyelenggaraan pemerintahan di lingkungan pemerintah kota bukittinggi
http://www.bukittinggikota.go.id/download/scan0022.pdf web resmi bukit tinggi

https://m.facebook.com/notes/buleleng-dogen/pedoman-pemanfaatan-media-sosial-instansi-
pemerintah/570883276330840/

Você também pode gostar