Você está na página 1de 18

Kata Pengantar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta
hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang berjudul “Hukum Islam Hak
Asasi Manusia dan Masalah Kontemporer” ini. Kemudian shalawat beserta salam kita
sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup
yakni Al-Qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam di program studi
DIV Keperawatan, Politeknik Kesehatan Kemenkes Gorontalo. Selanjutnya penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Ramin Yusuf, M.Si selaku
dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan Agama Islam dan kepada segenap pihak yang telah
memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan


makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa
memberikan manfaat positif bagi kita semua. Aamiin

GORONTALO, 4 NOVEMBER 2016

1|Hukum Islam HAM dan Masalah Kontemporer


Daftar Isi
KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penulisan 3
D. Manfaat Penulisan 3

BAB II PEMABAHASAN

A. Ruang Lingkup Hukum Islam 4


B. Tujuan Hukum Islam 4
C. Sumber Hukum Islam 8
D. Fungsi Hukum Islam dalam Kehidupan Masyarakat 10
E. HAM Menurut Islam 11
F. Pandangan Islam terhadap Konsep HAM 14
G. Masalah Kontemporer dalam Islam 14

BABA III PENUTUP

A. Kesimpulan 17
B. Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 18

2|Hukum Islam HAM dan Masalah Kontemporer


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbeda dengan sistem hukum yang lain, hukum Islam tidak hanya merupakan hasil
pemikiran yang dipengaruhi oleh kebudayaan manusia di suatu tempat pada suatu massa
tetapi dasarnya ditetapkan oleh Allah melalui wahyunya yang terdapat dalam Al-Qur’an dan
dijelaskan oleh Nabi Muhammad sebagai rasulnya melalui sunnah beliau yang terhimpun
dalam kitab hadits. Dasar inilah yang membedakan hukum Islam secara fundamental dengan
hukum yang lain.
Dalam sudut pandang Islam Hak Asasi Manusia suadah diatur berdasarkan atau
berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadist. Karena Al-Qur’an dan Hadist merupakan pedoman
hidup bagi seluruh manusia yang ada di bumi ini pada umumnya dan bagi umat islam pada
khususnya.oleh karena itu umat munusia pada umumnya dan umat islam pada khususnya
apabila tidak ingin hak-haknnya diramapas oleh orang lain, maka hendaknya ia harus
mengetahui hak-haknya dan selalu memperjuangkannya selama tidak mengambil atau
melampui batas dari hak-hak orang lain.

B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana ruang lingkup Hukum Islam?
2. Apakah tujuan Hukum Islam?
3. Apa sajakah sumber Hukum Islam?
4. Apa fungsi Hukum Islam dalam kehidupan bermasyarakat?
5. Bagaimana Hak Asasi Manusia menurut Ajaran Islam?
6. Bagaimana pandangan Islam terhadap Prinsip Konsep HAM?
7. Apa sajakah Masalah Kontemporer dalam Islam?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui ruang lingkup Hukum Islam.
2. Untuk mengetahui bagaimana pandangan Islam terhadap Konsep HAM.
3. Untuk mengetahui bagaimana Islam berperan dalam Masalah-masalah
Kontemporer.

D. Manfaat
Sebagai bahan yang dapat memberikan suatu wacana bagi kita agar dapat mengenal
berbagai macam landasan hukum yang berkaitan dengan Syari’at Islam

3|Hukum Islam HAM dan Masalah Kontemporer


BAB II
PEMBAHASAN

A. Ruang Lingkup Hukum Islam

Menurut Ahmad Azhar Basyir, hukum Islam mengatur perikehidupan manusia


secara menyeluruh, mencakup segala macam aspeknya. Hubungan manusia dengan
Allah diatur dalam bidang ibadat dan hubungan manusia dengan sesamanya diatur
dalam bidang muamalat dalam arti luas, baik yang bersifat perorangan maupun bersifat
umum, misalnya perkawinan, pewarisan, hukum perjanjian, ketatanegaraan,
kepidanaan, peradilan, dan seterusnya. Dalam pandangan Azhar Basyir, jika
dihubungkan dengan Ilmu Hukum dikenal adanya klasifikasi hukum privat dan hukum
publik, dalam hukum Islam pun dikenal adanya pembagian tersebut dengan
ditambahkan satu kelompok lagi, yaitu hukum ibadat. Dengan demikian dalam hukum
Islam dikenal klasifikasi tersendiri, yaitu hukum privat Islam, hukum publik Islam dan
hukum ibadat. Klasifikasi yang disebutkan terakhir menunjukkan bahwa hukum Islam
itu mencakup dua dimensi, dunia dan hari kemudian.

Menurut Amir Syarifuddin, ruang lingkup dalam hukum dalam hukum Islam
baik yang terdapat Al-qur‟an dan Hadis secara garis besarnya dapat dikelompokkan
menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Hukum I‟tiqadiyah yaitu yang mengatur hubungan rohaniah antara manusia


dengan Tuhan dan hal-hal yang menyangkut dengan keimanan. Hukum dalam bidang
kemudian berkembang menjadi ilmu-ilmu Ushuluddin.

2. Hukum-hukum khuluqiah yang menyangkut tingkah laku dan moral lahir


manusia dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat. Hukum ini berkembang
kemudian menjadi ilmu Akhlak.

3. Hukum-hukum amaliyah yang manyangkut hubungan lahiriah antara manusia


dengan Tuhannya, dengan sesama manusia dan dengan alam sekitarnya. Hukum ini
berkembang menjadi ilmu Syariah.

B. Tujuan Hukum Islam

 Memelihara Agama (Hifz al-din)


Menjaga atau melihara Agama berdasarkan kepentingannya dapat dibedakan
menjadi tiga tingkat:
a.) Memelihara Agama dalam peringkat dharuriyat yaitu memelihara dan
melaksanakan kewajiban keagamaan yang masuk perinkat, seperti

4|Hukum Islam HAM dan Masalah Kontemporer


melaksanakan shalat lima waktu. Kalau shalat diabaikan maka terancamlah
eksistensi agama.
b.) Memelihara Agama dalam perinkat hajiyat, yaitu melaksanakan ketentuan
Agama dengan maksud menghindari kesulitan seperti shalat jama’dan
shalat qashar bagi orang yang sedang bepergian. Kalau ketentuan ini tidak
dilaksanakan maka tidak akan megancam eksistensi Agama. Tetapi hanya
akan mempersulit bagi orang yang akan melaksanakannya.
c.) Memelihara Agama dalam perangkat tahsiniyat yaitu memengkapi
pelaksanaan kewajiban kepada Tuhan. Sebagai contoh adalah menutup
aurat dengan pakaian yang bagus dan indah baik dalam shalat maupun di
luar shalat membersihankan badan, pakaian dan tempat kegiatan ini erat
kaitannya dengan akhlak terpuji kalau hal ini tidak mungkin dilakukan
maka tidak akan megancam eksistensi Agama tidak pula menyebabkan
kesulitan bagi orang yang melaksanakannya. Maksudnya jika seseorang
tidak dapat menggunakan penutup aurat dengan pakaian yang bagus dan
sempurna, maka shalat Tetap dilaksanakan Sebagai dharuriyat sekalipun
dengan pakaian yang minim.
Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah ayat 193:

Artinya:
“Dan perangilah mereka itu sehingga tidak ada fitnah lagi dan agama itu hanya
untuk allah SWT. Jika mereka berhenti (memesuhimu) maka tidak ada lagi
permusuhan kecuali terhadap orang-orang yang zalim”

 Memelihara Jiwa (Hifzh al-Nafs)

Memelihara jiwa berdasarkan tingkat kepentingannya dapat dibedaan menjadi


tiga peringkat:
a.) Memelihara jiwa dalam perinkat dharuriyat seperti memenuhi kebutuhan
pokok berupa makanan atau mempertahankan hidup. Kalau kebutuhan

5|Hukum Islam HAM dan Masalah Kontemporer


pokok ini diabaikan maka akan berakibat terancamnya eksistensi
manusia.
b.) Memelihara jiwa dalam perinkat hajiyat, seperti diperbolehkan memburu
binatang untuk menikmati makanan yang lezat dan halai. Kalau kegiatan
ini diabaikan maka menyebabkan eksistensi manusia.terancam tetapi
hanya akan menimbulkan kesulitan hidup.
c.) Memelihara jiwa dalam perinkat thasiniyat, seperti ditetapkannya tata
cara makan dan mimun. kegiatan ini hanya berhubungan dengan
kesopanan dan etika yang tidak akan mengancam eksistensi hidup
manusia dan tidak pula mempersulitnya jika tidak dilaksanakan. Hal ini
berbeda dengan pemeliharaan jiwa pada peringkat atas.
sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah ayat 195, yang
berbunyi:

Artinya :
”Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah,
karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”

 Memelihara Akal (Hifz al-Aql)

Memelihara akal dilihat dari kepentungannya dapat dibedakan menjadi tiga


peringkat:
a.) Memelihara akal dalam daruriyat, menjaganya dari hal yang merusak
seperti meminum keras, narkoba, dan jenis lainnya.
b.) Memelihara akal dalam peringkat hajiyat, seperti dianjurkannya
menuntut ilmu pengetahuan jika hal ini tidak dilakukan maka tidak akan
menyebabkan eksistensi akal manusia hilang tetapi akan menimbulkan
kesulitan hidup karena kebodohan.

6|Hukum Islam HAM dan Masalah Kontemporer


c.) Memelihara akal dalam peringkat tahsinikat seperti menghindarkan dari
menghayal atau memikirkan sesuatu yang tidak bermanfat.
 Memelihara Keturunan (Hifzh al-Nas)
Memelihara keturunan dilihat dari segi tingkat kebutuhannya akan dibedakan
menjadi tiga peringkat:
a.) Memelihara keturunan dalam peringkat dharuriyat seperti disyari’atkan
nikah dan dilarang berzina, Kalau ketentuan akan terancam sebab tidak
akan dikenali nasib dan hilangnya tanggung jawab tentang hak-hak yang
harus dipenuhi terhadap anak.
b.) Memelihara keturunan dalam peringkat hajiyat seperti ditetapkannya
ketentuan menyebutkan mahar dalam akad nikah dan diberikan hak talak
kepadanya.
c.) Memelihara keturunan dalam peringkat tahsinikat sepert disyari’atkan
khutbah atau walimah dalam perkawinan. Hal ini dilakukan merupakan
pelengkap kegiatan perkawinan. jika ini tidak dilakukan maka tidak akan
menimbulkan kesulitannya dalam keturunan itu.
Sesuai denga firman Allah SWT dalam surat al-Isra‟ ayat 32 :

Artinya :

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”

 Memelihara Harta (Hifzh al-Mal)


Dilihat dari kepentingannya, Memelihara harta dapat dibedakan menjadi tiga
peringkat:
a.) Memelihara harta dalam peringkat dharuriyat seperti syariat tentang tata
cara pemikikan harta dan larangan mengambil harta orang lain dengan
janlan yang tidak sah. Apabila ketentuan ini dilanggar maka mengancam
eksistensi harta manusia.

7|Hukum Islam HAM dan Masalah Kontemporer


b.) Memelihara harta dalam peringkat hajiyat seperti syari’at tentang jual beli
saham. Apabila cara ini tidak dipakai maka tidak akan mengancam
eksistensi harta tetapi akan mentebabkan kesulitan bagi manusia untuk
memiliki harta melalui transaksi jual beli.
c.) Memelihara harta dalam peringkat tahsiniyat seperti ketentuan tentang
menghindarkan diri dari pengecohan atau penipuan. Hal ini erat
kaitannya dengan etika muamalah atau bisnis.
Hal ini dijelaskan oleh Allah SWT dalam surat al-Baqarah ayat 188 :

Artinya :
“ Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di
antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian
daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal
kamu mengetahui. “

C. Sumber Hukum Islam


 Al Qur’an
Al Qur’an berisi wahyu-wahyu dari Allah SWT yang diturunkan secara
berangsur-angsur (mutawattir) kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat
Jibril. Al Qur’an diawali dengan surat Al Fatihah, diakhiri dengan surat An Nas.
Membaca Al Qur’an merupakan ibadah. Al Qur’an merupakan sumber hukum
Islam yang utama. Setiap muslim berkewajiban untuk berpegang teguh kepada
hukum-hukum yang terdapat di dalamnya agar menjadi manusia yang taat
kepada Allah SWT, yaitu menngikuti segala perintah Allah dan menjauhi segala
larangnannya. Al Qur’an memuat berbagai pedoman dasar bagi kehidupan umat
manusia.

8|Hukum Islam HAM dan Masalah Kontemporer


1. Tuntunan yang berkaitan dengan keimanan/akidah, yaitu ketetapan yantg
berkaitan dengan iman kepada Allah SWT, malaikat-malaikat, kitab-kitab, rasul-
rasul, hari akhir, serta qadha dan qadar.
2. Tuntunan yang berkaitan dengan akhlak, yaitu ajaran agar orang muslim
memilki budi pekerti yang baik serta etika kehidupan.
3. Tuntunan yang berkaitan dengan ibadah, yakni shalat, puasa, zakat dan haji.
4. Tuntunan yang berkaitan dengan amal perbuatan manusia dalam masyarakat.

 Hadits
Hadits merupakan sumber hukum Islam yang kedua memilki kedua fungsi
sebagai berikut.

1. Memperkuat hukum-hukum yang telah ditentukan oleh Al Qur’an, sehingga


kedunya (Al Qur’an dan Hadits) menjadi sumber hukum untuk satu hal yang
sama. Misalnya Allah SWT didalam Al Qur’an menegaskan untuk menjauhi
perkataan dusta, sebagaimana ditetapkan dalam firmannya :
Artinya: “…Jauhilah perbuatan dusta…” (QS Al Hajj : 30)

Ayat diatas juga diperkuat oleh hadits-hadits yang juga berisi larangan berdusta.

2. Memberikan rincian dan penjelasan terhadap ayat-ayat Al Qur’an yang masih


bersifat umum. Misalnya, ayat Al Qur’an yang memerintahkan shalat,
membayar zakat, dan menunaikan ibadah haji, semuanya bersifat garis besar.
3. Menetapkan hukum atau aturan-aturan yang tidak didapati dalam Al Qur’an.
Misalnya, cara menyucikan bejana yang dijilat anjing, dengan membasuhnya
tujuh kali, salah satunya dicampur dengan tanah, sebagaimana sabda
Rasulullah SAW:
‫ط ُه ْو ُر‬ ِ ‫س ْب َع يُ ْغ ِس َل ا َ ْن ْالك َْلبُ فِ ْي ِه َو ِل َغ اِذَا اَ َح ِد ُك ْم اِن‬
ُ ‫َاء‬ َ ‫ب اَ ْولَ ِه َّن َم َّرات‬
ِ ‫و داود هبو و هحمد و مسلم رواه ( بِالت ُّ َرا‬
‫)البيهقى‬
Artinya: “Menyucikan bejanamu yang dijilat anjing adlah dengan cara membasuh
sebanyak tujuh kali salah satunya dicampur dengan tanah” (HR Muslim, Ahmad,
Abu Daud, dan Baihaqi)
 Ijtihad

9|Hukum Islam HAM dan Masalah Kontemporer


Ijtihad ialah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memecahkan suatu
masalah yang tidak ada ketetapannya, baik dalam Al Qur’an maupun Hadits, dengan
menggunkan akal pikiran yang sehat dan jernih, serta berpedoman kepada cara-cara
menetapkan hukum-hukumyang telah ditentukan. Hasil ijtihad dapat dijadikan
sumber hukum yang ketiga. Hasil ini berdasarkan dialog nabi Muhammad SAW
dengan sahabat yang bernama muadz bin jabal, ketika Muadz diutus ke negeri
Yaman. Untuk melakukan ijtihad (mujtahid) harus memenuhi bebrapa syarat
berikut ini:
1. Mengetahui isi Al Qur’an dan Hadits, terutama yang bersangkutan dengan
hukum.
2. Memahami bahasa arab dengan segala kelengkapannya untuk menafsirkan Al
Qur’an dan hadits.
3. Mengetahui soal-soal ijma.
4. Menguasai ilmu ushul fiqih dan kaidah-kaidah fiqih yang luas.

D. Fungsi Hukum Islam dalam Kehidupan Bermasyarakat


Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri manusia
membutuhkan pertolongan satu sama lain dan memerlukan organisasi dalam
memperoleh kemajuan dan dinamika kehidupannya. Setiap individu dan kelompok
sosial memiliki kepentingan. Namun demikan kepentingan itu tidak selalu sama satu
saama lain, bahkan mungkin bertentangan. Hal itu mengandung potensi terjanya
benturan daan konflik. Maka hal itu membutuhkan aturan main. Agar kepentingan
individu dapat dicapai secara adil, maka dibutuhkan penegakan aturan main tersebut.
Aturan main itulah yang kemudian disebut dengan hukum islam yang dan menjadi
pedoman setiap pemeluknya.
Dalam hal ini hukum islam memiliki tiga orientasi, yaitu:
a. Mendidik indiividu (tahdzib al-fardi) untuk selalu menjadi sumber kebaikan,
b. Menegakkan keadilan (iqamat al-‘adl),
c. Merealisasikan kemashlahatan (al-mashlahah).
Orientasi tersebut tidak hanya bermanfaat bagi manusia dalam jangka pendek
dalam kehidupan duniawi tetapi juga harus menjamin kebahagiaan kehidupan di
akherat yang kekal abadi, baik yang berupa hukum-hukum untuk menggapai kebaikan
dan kesempurnaan hidup (jalbu al manafi’), maupun pencegahan kejahatan dan
kerusakan dalam kehidupan (dar’u al-mafasid). Begitu juga yang berkaitan dengan
kepentingan hubungan antara Allah dengan makhluknya maupun kepentingan orientasi
hukum itu sendiri.
Sedangkan fungsi hukum islam dirumuskan dalam empat fungsi, yaitu:
1. Fungsi ibadah

10 | H u k u m I s l a m H A M d a n M a s a l a h K o n t e m p o r e r
Dalam adz-Dzariyat: 56, Allah berfirman: "Dan tidak aku ciptakan jin dan
manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu". Maka dengan daalil ini fungsi ibadah
tampak palilng menonjol dibandingkan dengan fungsi lainnya.
2. Fungsi amr makruf naahi munkar (perintah kebaikan dan peencegahan
kemungkaran).
Maka setiap hukum islam bahkan ritual dan spiritual pun berorientasi
membentuk mannusia yang yang dapat menjadi teladan kebaikan dan pencegah
kemungkaran.
3. Fungsi zawajir (penjeraan)
Adanya sanksi dalam hukum islam yang bukan hanya sanksi hukuman dunia,
tetapi juga dengan ancaman siksa akhirat dimaksudkan agar manusia dapat jera dan
takut melakukan kejahatan.
4. Fungsi tandzim wa ishlah al-ummah (organisasi dan rehabilitasi masyarakat)
Ketentuan hukum sanksi tersebut bukan sekedar sebagai batas ancaman dan
untuk menakut-nakuti masyarakat saja, akan tetapi juga untuk rehaabilitasi dan
pengorganisasian umat mrnjadi leboh baik. Dalam literatur ilmu hukum hal ini dikenal
dengan istilah fungsi enginering social.
Keempat fungsi hukum tersebut tidak dapat dipilah-pilah begitu saja untuk
bidang hukum tertentu tetapi satu dengan yang lain juga saling terkait.

E. Hak Asasi Manusia Menurut Islam


Hak asasi manusia dalam Islam tertuang secara jelas untuk kepentingan
manusia, lewat syari’ah Islam yang diturunkan melalui wahyu. Menurut syari’ah,
manusia adalah makhluk bebas yang mempunyai tugas dan tanggung jawab, dan
karenanya ia juga mempunyai hak dan kebebasan. Dasarnya adalah keadilan yang
ditegakkan atas dasar persamaan atau egaliter, tanpa pandang bulu. Artinya, tugas yang
diemban tidak akan terwujud tanpa adanya kebebasan, sementara kebebasan secara
eksistensial tidak terwujud tanpa adanya tanggung jawab itu sendiri. Sistem HAM Islam
mengandung prinsip-prinsip dasar tentang persamaan, kebebasan dan penghormatan
terhadap sesama manusia. Persamaan, artinya Islam memandang semua manusia sama
dan mempunyai kedudukan yang sama, satu-satunya keunggulan yang dinikmati
seorang manusia atas manusia lainya hanya ditentukan oleh tingkat ketakwaannya. Hal
ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat Al-Hujarat ayat 13:
‫ن َخلَ ْقنَاك ُْم ِإنَّا النَّاسُ أَيُّهَا‬ َ َ‫ّللاُ ِع ْن َُد أَك َْر َمك ْمُ ِإنَُّ ِلتَع‬
ُْ ِ‫ارفوا َوقَبَائِ َُل شعوبًا َو َجعَ ْلنَاك ُْم َوأ ْنثَى ذَكَرُ م‬ ِ َّ ‫ّللاَُ ِإنَُّ أَتْقَاك ُْم‬
َّ
َ ُ‫َخبِير‬
ُ‫علِيم‬

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan

seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya


kamu saling kenal mengenal.Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di

11 | H u k u m I s l a m H A M d a n M a s a l a h K o n t e m p o r e r
sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Mengenai penghormatan terhadap sesama manusia, dalam Islam seluruh ras
kebangsaan mendapat kehormatan yang sama. Dasar persamaan tersebut sebenarnya
merupakan manifestasi dari wujud kemuliaan manusai yang sangat manusiawi.
Sebenarnya citra kehormatan tersebut terletak pada keunggulan kemanusiaan, bukan
pada superioritas individual dan ras kesukuan. Kehormatan diterapkan secara global
melalui solidaritas persamaan secara mutlak. Semua adalah keturunan Adam, jika Adam
tercipta dari tanah dan mendapat kehormatan di sisi Allah, maka seluruh anak cucunya
pun mendapat kehormatan yang sama, tanpa terkecuali.
Berdasarkan tingkatannya, Islam mengajarkan tiga bentuk hak asasi manusia,
yaitu:
1. Hak darury (hak dasar). Sesuatu dianggap hak dasar apabila hak tersebut
dilanggar, bukan hanya mernbuat manusia sengsara, tetapi juga hilang eksistensinya,
bahkan hilang harkat kemanusiaannya, misalnya mati.
2. Hak hajy (hak sekunder), yakni hak-hak yang bila tidak dipenuhi akan
berakibat pada hilangnya hak-hak elementer, misalnya hak seseorang untuk
memperoleh sandang pangan yang layak, maka akan rnengakibatkan hilangnya hak
hidup.
3. Hak tahsiny, yakni hak yang tingkatannya lebih rendah dari hak primer dan
sekunder.
Dengan demikian, HAM dalam Islam lebih dulu muncul. Tepatnya, Ma-gna Charta
tercipta 600 tahun setelah kedatangan Islam. Di samping nilai--nilai dasar dan prinsip-
prinsip HAM itu ada dalam sumber ajaran Islam, yakni Al--Qur'an dan Hadis, juga
terdapat dalam praktik-praktik kehidupan Islam. Tonggak sejarah keberpihakan Islam
terhadap HAM yaitu pendeklarasian Piagam Madinah yang dilanjutkan dengan
deklarasi Kairo.
Dalam Piagam Madinah, paling tidak ada dua ajaran pokok yang berhu-bungan
dengan HAM, yaitu pemeluk Islam adalah satu umat walaupun mereka berbeda suku
bangsa; dan hubungan antara komunitas muslim dengan nonmuslim didasarkan pada
prinsip:
1. berinteraksi secara baik dengan sesama tetangga;
2. saling membantu dalam menghadapi musuh bersama;

12 | H u k u m I s l a m H A M d a n M a s a l a h K o n t e m p o r e r
3. membela mereka yang teraniaya;
4. saling menasehati;
5. menghormati kebebasan beragama.
Adapun ketentuan HAM yang terdapat dalam Deklarasi Kairo adalah sebagai
berikut:
1. Hak persamaan dan kebebasan (QS. al-Isra [17]:70; al-Nisa [4]:58,1i dan
135; al-Mumtahanah [60]:8);
2. Hak hidup (QS. al-Maidah [5]:45 dan al-Isra [17]:33);
3. Hak perlindungan diri (QS. al-Balad [90]:12-17 clan al-Taubah [9]:6]
4. Hak kehormatan pribadi (QS. al-Taubah [9]:6);
5. Hak berkeluarga (QS. al-Baqarah [2]:221; a]-Rum [30]:21; al-Nisa [4: al-
Tahrim [66]:6);
6. Hak kesetaraan wanita dengan pria (QS. al-Baqarah [2]:228 clan al [49]:13);
7. Hak anak dari orang tua (QS. al-Baqarah [2]:233; al-Isra [17]:23-24);
8. Hak mendapatkan pendidikan (QS. al-Taubah [9]:122 clan al-'Alaq 5);
9. Hak kebebasan beragama (QS. al-Kafirun [109]:1-6; al-Baqarah [2]:1 al-
Kahfi [18]:29);
10. Hak kebebasan mencari suaka (QS. al-Nisa [4]:97; al-Mumtahanah
11. Hak memperoleh pekerjaan (QS. al-Taubah [9]:105; al-Baqarah [2]:. al-Mulk
67]:15);
12. Hak memperoleh perlakuan sama (QS. al-Baqarah [2]:275-278; [4]:161, dan
Ali Imran [3]:130);
13. Hak kepemilikan (QS. al-Baqarah [2]:29; al-Nisa [4]:29);
14. Hak tahanan (QS. al-Mumtahanah [60]:8).
Atas dasar itu, Islam sejak jauh-jauh hari mengajarkan bahwa pandangan Allah
semua manusia adalah sama derajat. Yang membedakan manusia adalah tingkat
kesadaran moralitasnya, yang dalam perspektif Islam disebut "nilai ketaqwaannya".
Apalagi, manusia diciptakan untuk merepresentasikan dan melaksanakan ajaran Allah
di muka bumi, sudah barang tentu akan semakin memperkuat pelaksanaan HAM.

13 | H u k u m I s l a m H A M d a n M a s a l a h K o n t e m p o r e r
F. Pandangan Islam terhadap Prinsip Konsep HAM

Terdapat perbedaan-perbedaan yang mendasar antara konsep HAM dalam Islam


dan HAM dalam konsep Barat sebagaimana yang diterima oleh perangkat-perangkat
internasional. HAM dalam Islam didasarkan pada premis bahwa aktivitas manusia
sebagai khalifah Allah di muka bumi. Sedangkan dunia Barat, bagaimanapun, percaya
bahwa pola tingkah laku hanya ditentukan oleh hukum-hukum negara atau sejumlah
otoritas yang mencukupi untuk tercapainya aturan-aturan publik yang aman dan
perdamaian semesta.
Berbeda keadaanya pada dunia Timur(Islam) yang bersifat theosentris, larangan
dan perintah lebih didasarkan pada ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan
Hadist. Al-Qur’an menjadi transformasi dari kualitas kesadaran manusia. Manusia
disuruh untuk hidup dan bekerja diatas dunia ini dengan kesadaran penuh bahwa ia
harus menunjukkan kepatuhannya kepada kehendak Allah swt. Mengakui hak-hak dari
manusia adalah sebuah kewajiban dalam rangka kepatuhan kepada-Nya.
Hak asasi manusia dalam islam sebagaimana termaktub dalam fikih menurut
Masdar F. Mas’udi, memiliki lima perinsip utama, yaitu:
1. Hak perlindungan terhadap jiwa
Kehidupan merupakan sesuatu hal yang sangat niscaya dan tidak boleh dilanggar
oleh siapapun. Allah berfirman dalam surat al-baqarah ayat 32: “membunuh manusia
seluruhnya. Dan barang siapa yang menyelamatkan kehidupan seorang manusia, maka
seolah-olah dia telah menyelamatkan kehidupan manusia semuanya.”
2. Hak perlindungan keyakinan
Dalam hal ini Allah telah mengutip dalam alqur’an yang berbunyi “la iqrah fi-dhin
dan lakum dinukum waliyadin”
3. Hak perlindungan terhadap akal pikiran
Hak perlindungan terhadap akal pikiran ini telah di terjemahkan dalam perangkat
hukum yang sangat elementer, yakni tentang haramnya makan atau minum hal-hal yang
dapat merusak akal dan pikiran manusia.
4. Hak perlindungan terhadap hak milik
Hak perlindungan terhadap hak milik telah dimaksudkan dalam hukum
sebagaimana telah diharamkannya dalam pencurian.

G. Masalah Kontemporer dalam Islam


a. Transfusi Darah
Tranfusi darah itu tidak membawa akibat hukum adanya kemahraman antara
pendonor dan resipien.sebab faktor-faktor yang dapat menyebabkan kemahraman
sudah ditentukan oleh Islam sebagaimana tersebut dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa’ ayat
23:
Artinya:”Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang
perempuan saudara-saudaramu yang perempuan, Saudara-saudara bapakmu yang
perempuan; Saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari

14 | H u k u m I s l a m H A M d a n M a s a l a h K o n t e m p o r e r
saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang
perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu
isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang
Telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah
kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu)
isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua
perempuan yang bersaudara, kecuali yang Telah terjadi pada masa lampau;
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.[3]
Masalah transfusi darah tidak dapat dipisahkan dari hukum menjual belikan
darah sebagaimana sering terjadi dalam parkteknya di lapangan. Mengingat semua jenis
darah termasuk darah manusia itu najis berdasarkan hadits riwayat Bukhari dan
Muslim dari Jabir, kecuali barang najis yang ada manfaatnya bagi manusia, seperti
kotoran hewan untuk keperluan pupuk. Menurut madzhab Hanafi dan Dzahiri, Islam
membolehkan jual beli barang najis yang ada manfaatnya seperti kotoran hewan. Maka
secara analogi (qiyas) madzhab ini membolehkan jual beli darah manusia karena besar
sekali manfaatnya untuk menolong jiwa sesama manusia, yang memerlukan transfusi
darah.

b. Otopsi Jenazah
Pada dasarnya mengotopsi mayat adalah haram hukumnya dalam pandangan
syari’at Islam karena kehormatan seorang muslim yang sudah meninggal sama seperti
halnya ketika hidup. Hal yang mendasari hukum asal ini adalah beberapa dalil sebagai
berikut:
a. Dalil al-Qur’an
Allah Ta’ala berfirman:
ْ‫ت ِمنَ َو َرزَ ْقنَاهُم َو ْالبَحْ ِر ْالبَ ِر فِي َو َح َم ْلنَا ُه ْم َءادَ َم َبنِى ك ََّر ْمنَا َولَقَد‬ َّ ‫ضيلا َخلَ ْقنَا ِم َّم ْن َكثِير َعلَى َوفَض َّْلنَا ُه ْم‬
ِ ‫الط ِيبَا‬ ِ ‫تَ ْف‬
“Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di

daratan dan di lautan, kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami
ciptakan. (QS. Al-Isra’: 70)
Ayat ini menunjukan bahwa Allah memuliakan anak Adam dan ini mencakup
saat mereka masih hidup dan setelah meninggal dunia. Sementara itu, otopsi jenazah

15 | H u k u m I s l a m H A M d a n M a s a l a h K o n t e m p o r e r
berarti menghinakan anak Adam sebab pada otopsi terdapat memotong anggota tubuh
mayat dan membedah perutnya dan sebagainya dari hal-hal yang bertentangan dengan
ayat ini. Oleh karenanya, otopsi hukumnya terlarang.[6]
b. Dalil hadits
‫قال سلم و عليه هللا صلي هللا رسول أن عنها هللا رضي عائشة عن‬: ‫حيا ككسره الميت عظم كس‬
Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wa Salam bahwa
beliau bersabda: “Sesungguhnya memecahkan tulang seorang mukmin tatkala mati
seperti halnya memecahkan tulangnya saat hidup” (HR. Abu Daud)
Hadits ini menunjukan haramnya memecahkan tulang mayat seorang mukmin,
sedangkan otopsi mengandung hal itu sehingga termasuk dalam larangan hadits.[7]
c. Dalil qiyas
Dalam beberapa hadits disebutkan larangan duduk di atas kuburan dan
bahwasannya penghuni kubur tersebut merasa tersakiti oleh perbuatan tersebut,
padahal duduk di atas kuburan tidak secara langsung mengenai badan mayat. Maka,
tentu saja bedah mayat dan otopsi jauh lebih terlarang karena langsung berkaitan
dengan badan mayat.[8]
d. Kaidah fiqih
Di antara kaidah fiqih yang penting dan agung adalah kaidah yang diambil dari sebuah
hadits yaitu:
"‫"ضرار ال و ضرر ال‬

“Tidak boleh memudhorotkan diri sendiri dan orang lain.”

Kaidah ini menunjukan haramnya memudharatkan orang lain, sedangkan otopsi berarti
memudharatkan mayat sehingga hukumnya tidak boleh.

16 | H u k u m I s l a m H A M d a n M a s a l a h K o n t e m p o r e r
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan mengenai hukum Islam dan HAM di atas dapatlah kita tarik
kesimpulan bahwa Islam itu adalah agama yang asy-syumul (lengkap). Ajaran
Islam meliputi seluruh aspek dan sisi kehidupan manusia. Islam memberikan
pengaturan dan tuntunan pada manusia, mulai dari urusan yang paling kecil
hingga urusan manusia yang berskala besar.Dan tentu saja telah tercakup di
dalamnya aturan dan penghargaan yang tinggi terhadap HAM. Memang tidak
dalam suatu dokumen yang terstruktur, tetapi tersebar dalam ayat suci Al-
Qur’an dan Sunnah Nabi saw.

B. Saran
Setelah membaca dan membahas makalah ini, hendaklah kita sebagai mahasiswa
menghormati hak orang lain.Hendaklah kita terus mengkaji secara mendalam
pengetahuan kita tentang HAM Penulis mengharapkan saran dan kritikan dari
berbagai pihak yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.

17 | H u k u m I s l a m H A M d a n M a s a l a h K o n t e m p o r e r
DAFTAR PUSTAKA
https://ansarbinbarani.blogspot.co.id/2015/12/ham-dalam-
pandangan-islam.html
http://www.duniahukum.info/2013/07/hukum-islam-dan-
ruang-lingkupnya.html
http://masailfiqhiyah.blogspot.co.id/

18 | H u k u m I s l a m H A M d a n M a s a l a h K o n t e m p o r e r

Você também pode gostar