Você está na página 1de 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kehidupan merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa yang
harus dihormati oleh setiap manusia. Abortus (keguguran/gugur kandungan) dapat terjadi
dimana saja, baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang, dapat
terjadi kapan saja, dan dapat dilakukan oleh berbagai kalangan. Abortus dapat terjadi
karena sebab-sebab alamiah, yakni terjadi dengan sendirinya bukan karena perbuatan
manusia (abortus spontanea), dapat pula terjadi karena dibuat/disengaja (abortus
provokatus).
Abortus provokatus selalu menjadi perbincangan, baik dalam forum resmi
maupun tidak resmi yang menyangkut bidang kedokteran, hukum maupun disiplin ilmu
lain. Alasan abortus provokatus sebagian besar adalah karena kehamilan yang tidak
dikehendaki. Hal ini merupakan fenomena sosial yang semakin hari semakin
memprihatinkan. Berbicara mengenai abortus, tentunya kita berbicara tentang kehidupan
manusia, sebab abortus erat kaitannya dengan wanita dan janin yang ada dalam
kandungan. Keprihatinan pada kejadian abortus provokatus bukan tanpa alasan, karena
sejauh ini perilaku pengguguran kandungan banyak menimbulkan efek negatif baik untuk
diri pelaku mapun pada masyarakat luas.
Abortus provokatus memiliki sejarah panjang dan telah dilakukan dengan
berbagai metode termasuk natural atau herbal, obat-obatan kimiawi, penggunaan alat-alat
tajam, ataupun dengan prosedur operasi dengan teknologi yang canggih. Legalitas,
normalitas, budaya dan pandangan mengenai abortus provokatus secara substansial
berbeda di seluruh negara. Di banyak negara di dunia, isu ini adalah permasalahan
menonjol dan memecah belah publik atas kontroversi etika dan hukum. Abortus
provokatus dan masalah yang berhubungan dengan hal ini menjadi topik menonjol dalam
politik nasional di banyak negara seringkali melibatkan gerakan menentang abortus pro-
kehidupan dan pro-pilihan atas abortus provokatus di seluruh dunia. Adanya pertentangan
baik secara moral, kemasyarakatan, agama dan hukum membuat abortus provokatus
menjadi suatu permasalahan yang mengandung kontroversi.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Abortus

Dalam pengertian medis abortus adalah gugur kandungan atau keguguran dan

keguguran itu sendiri berarti berakhirnya kehamilan, sebelum fetus dapat hidup sendiri di luar

kandungan. Batas umur kandungan yang dapat diterima didalam abortus adalah sebelum 28

minggu dan berat badan fetus yang keluar kurang dari 1000 gram. ss

Sedangkan menurut Llewollyn & Jones (2002), definisi abortus adalah keluarnya

janin sebelum mencapai viabilitas, dimana masa gestasi belum mencapai 22 minggu dan

beratnya kurang dari 500 gram. WHO merekomendasikan viabilitas apabila masa gestasi

telah mencapai 22 minggu atau lebih dan berat janin 500 gram atau lebih.

Dari aspek kedokteran forensik, yang diartikan dengan abortus adalah pengeluaran

hasil konsepsi pada setiap stadium perkembangannya sebelum masa kehamilan yang lengkap

tercapai (38-40 minggu).

Abortus provokatus merupakan istilah lain yang secara resmi dipakai dalam kalangan

kedokteran dan hukum. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi

kesempatan untuk bertumbuh. Selanjutnya, menurut WHO, abortus yang tidak aman (unsafe

abortion) adalah abortus yang dilakukan dengan menggunakan metode yang berisiko tinggi,

bahkan fatal, dilakukan oleh orang tidak terlatih atau tidak terampil serta komplikasinya yang

merupakan penyebab langsung kematian wanita usia reproduksi. Dengan demikian, ada tiga

kriteria abortus yang tidak aman, yaitu metode berisiko tinggi, dilakukan oleh orang yang

2
tidak terlatih dan komplikasinya merupakan penyebab langsung kematian ibu.

2.2 Jenis-jenis Abortus

Jenis abortus menurut terjadinya:

 Abortus spontanea  Peristiwa gugur kandungan yang terjadi dengan sendirinya

tanpa adanya pengaruh dari luar baik faktor mekanis ataupun medisinalis (misal

karena trauma kecelakaan atau sebab-sebab alami). Abortus spontan ini dibagi

menjadi beberapa tipe abortus berdasarkan peristiwa yaitu:

a. Abortus imminens: Peristiwa terjadinya perdarahan per vaginam pada kehamilan

sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya

dilatasi serviks. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau

dipertahankan.

b. Abortus insipiens: Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu

dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih

dalam uterus.

c. Abortus inkompletus: Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan

sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.

d. Abortus kompletus: Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.

e. Missed abortion: Keadan di mana janin sudah mati tetapi tetap berada dalam rahim

dan tidak dikeluarkan selama dua bulan atau lebih.

f. Abortus habitualis (keguguran berulang): Keadaan dimana penderita mengalami

keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.

g. Abortus infeksious dan Abortus septic: Abortus yang disertai infeksi genital.

3
Tipe abortus di atas disebabkan oleh faktor-faktor berikut:

1. Adanya infeksi yang terjadi pada sang ibu.

2. Adanya penyakit kronik yang diderita sang ibu yang kemudian akan melemahkan

ibu.

3. Adanya kekurangan gizi pada ibu.

4. Adanya kelelahan fisik sang ibu.

5. Adanya trauma psikologis dari si ibu.

6. Adanya kelainan rahim pada ibu.

7. Adanya kelainan sistem pertahanan tubuh (imun) pada ibu.


8. Adanya kelainan kromosom pada janin sehingga janin tidak berkembang dan mati
di dalam rahim si ibu.

 Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)  Menghentikan kehamilan

sebelum janin dapat hidup diluar tubuh ibu.

a. Abortus provokatus medicinalis/artificialis/therapeuticus: Abortus yang dilakukan

atas dasar indikasi medik.

Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medik adalah demi menyelamatkan nyawa

ibu. Syarat-syaratnya:

1. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukannya (yaitu

seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan) sesuai dengan tanggung

jawab profesi.

2. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum, psikologi).

3. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga terdekat.

4. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang memadai yang

ditunjuk oleh pemerintah.

5. Prosedur tidak dirahasiakan.


4
6. Dokumen medik harus lengkap.

Ditinjau dari segi usia kehamilan, abortus provokatus medicinalis dibedakan menjadi
3,yaitu:

1. Abortus pada triwulan pertama sampai dengan 12 minggu.

Pada kehamilan sampai batas 7 minggu pengeluaran isi rahim dilakukan dengan kuret

tajam, agar ovum kecil tidak tertinggal, maka ovum uteri dikerok seluruhnya. Apabila

kehamilan melebihi 6 sampai 7 minggu digunakan kuret tumpul sebesar yang dapat

dimasukkan. Setelah hasil konsepsi sebagian besar lepas dari dinding uterus, maka

hasil tersebut dapat dikeluarkan dengan cunam abortus dan kemudian dilakukan

kerokan hati-hati dengan kuret tajam yang cukup besar, apabila diperlukan dapat

dimasukkan tampon ke dalam uteri dan vagina yang akan dikeluarkan esok harinya.

2. Abortus pada kehamilan 12 sampai 16 minggu.

Abortus dilakukan dengan menggunakan perpaduan antara dilatasi, kuret dan

penghisapan. Bahaya dari cara ini adalah terbentuknya luka-luka yang menimbulkan

pendarahan.

3. Abortus pada triwulan kedua (Kehamilan sampai 16 minggu).

Abortus dilakukan dengan menimbulkan kontraksi-kontraksi uterus supaya janin dan

plasenta dapat dilahirkan secara spontan. Cara yang dilakukan adalah dengan

melakukan esantasi (pembiusan lokal).

Indikasi dilakukannya abortus provokatus medicinalis adalah:

o Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan perdarahan yang

terus menerus, atau jika janin telah meninggal (missed abortion).

o Mola Hidatidosa atau hidramnion akut.

o Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis.

5
o Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks atau jika dengan

adanya kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk penyakit keganasan lainnya

pada tubuh seperti kanker payudara.

o Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi.

o Telah berulang kali mengalami operasi caesar.

o Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya penyakit jantung

organik dengan kegagalan jantung, hipertensi, nephritis, tuberkulosis paru aktif, atau

toksemia gravidarum yang berat.

o Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang tidak terkontrol yang disertai

komplikasi vaskuler, hipertiroid, dll.

o Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat.

o Hiperemesis gravidarum yang berat, dan chorea gravidarum.

o Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada kasus seperti

ini sebelum melakukan tindakan abortus harus berkonsultasi dengan psikiater.

b. Abortus provokatus kriminalis: Pengguguran kandungan yang sengaja dilakukan

tanpa adanya indikasi medik (ilegal), baik oleh ibu maupun oleh orang lain

dengan persetujuan si ibu hamil. Biasanya pengguguran dilakukan dengan

menggunakan instrumen (alat) atau obat-obat tertentu. Sering abortus ini

dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten serta tidak memenuhi syarat dan cara-

cara yang dibenarkan oleh undang-undang. Abortus ini disebut dengan abortus

provokatus kriminalis karena di dalamnya mengandung unsur kriminal atau

kejahatan. Kurang lebih 40% dari semua kasus abortus termasuk golongan ini.

Pelaku abortus provokatus kriminalis biasanya adalah:

o Wanita bersangkutan

o Dokter/ tenaga medis lain (demi keuntungan atau demi rasa simpati)

6
o Orang lain yang bukan tenaga medis yang karena suatu alasan tidak menghendaki

kehamilan seorang wanita

Ada beberapa alasan wanita tidak menginginkan kehamilannya:

o Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.

o Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk punya anak

lagi.

o Kehamilan di luar nikah.

o Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi keluarga.

o Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat.

o Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar

keluarga).

o Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga termasuk

tindakan kehamilan yang tidak diinginkan.

Sesuai dengan tujuan dari abortus itu sendiri yaitu ingin mengakhiri kehamilan, maka

nasib janin pada kasus abortus provokatus kriminalis sebagian besar

meninggal. Kalaupun bisa hidup, itu berarti tindakan abortus gaga l dilakukan

dan janin kemungkinan besar mengalami cacat fisik. Secara garis besar tindakan abortus

sangat berbahaya bagi ibu dan juga janin yaitu bisa menyebabkan kematian pada

keduanya.

Cara-cara melakukan abortus provokatus kriminalis:

1. Kekerasan mekanik

 Umum
i. Latihan olahraga berlebihan

7
ii. Naik kuda berlebihan

iii. Mendaki gunung, berenang, naik turun tangga

iv. Tekanan / trauma pada abdomen

Pada kekerasan secara umum ini biasanya tidak ditemukan tanda-tanda

kekerasan, tapi cara ini jarang berhasil pada kehamilan yang sehat dan

normal

 Lokal
i. Memasukkan alat-alat yang dapat menusuk ke dalam vagina : pensil,

paku, jeruji sepeda, atau bahkan jari tangan

ii. Alat merenda, kateter, atau alat penyemprot untuk menusuk atau

menyemprotkan cairan ke dalam uterus untuk melepas kantung amnion

(biasanya dilakukan dengan menggunakan Higginson type syringe,

sedangkan cairannya adalah air sabun, desinfektan atau air biasa/air

panas). Penyemprotan ini dapat mengakibatkan emboli udara.

iii. Alat untuk memasang IUD

iv. Alat yang dapat dilalui arus listrik

Abortus provokatus dengan kekerasan mekanik lokal ini dapat berakhir

dengan kematian dalam waktu yang variabel dengan kematian sebagai berikut:

 Immediate
o Vagal reflek

o Emboli udara (± 10 cc)

o Perdarahan

o Keracunan anastesi

 Delayed

8
o Septicemia

o Pyaemia

o General peritonitis

o Toxemia

o Tetanus

o Perforasi uterus dan viscera abdomen

o Emboli lemak (penyemprotan lisol)

 Remote (lama sekali setelah tindakan abortus)

o Jaundice

o Renal failure

o Bacterial endocarditis

o Pneumonia, emphysema

o Meningitis

Metode hisapan sering digunakan pada abortus yang merupakan cara yang ilegal

secara medis walaupun dilakukan oleh tenaga medis. Tabung suntik yang besar

dilekatkan pada ujung kateter yang dapat dilakukan penghisapan yang berakibat

ruptur dari chorionic sac dan mengakibatkan abortus. Cara ini aman asalkan metode

aseptic dijalankan, jika penghisapan tidak lengkap dan masih ada sisa dari hasil

konsepsi maka dapat mengakibatkan infeksi.

Tujuan dari merobek kantong kehamilan adalah jika kantong kehamilan sudah rusak

maka secara otomatis janin akan dikeluarkan oleh kontraksi uterus. Ini juga dapat

mengakibatkan dilatasi saluran cerviks, yang dapat mengakhiri kehamilan. Semua alat

dapat digunakan dari pembuka operasi sampai jari-jari dari ban sepeda.

9
Paramedis yang melakukan abortus suka menggunakan kateter yang kaku. Jika

digunakan oleh dokter maupun suster, yang melakukan mempunyai pengetahuan

anatomi dan menggunakan alat yang steril maka risikonya semakin kecil. Akan tetapi

orang awam tidak mengetahui hubungan antara uterus dan vagina. Alat sering

digunakan dengan cara didorong ke belakang yang orang awam percayai bahwa

keadaan cerviks di depan vagina. Permukaan dari vagina dapat menjadi rusak dan alat

mungkin masuk ke usus bahkan hepar.

Penetrasi dari bawah atau tengah vagina dapat juga terjadi perforasi. Jika cerviks

dimasuki oleh alat, maka cerviks dapat ruptur dan alat mungkin masuk lewat samping.

Permukaan luar dapat cedera dengan pengulangan, usaha yang ceroboh yang berusaha

mengeluarkan benda yang terlalu tebal ke saluran yang tidak membuka. Jika sukses

melewati saluran dari uterus, mungkin langsung didorong ke fundus, yang akan

merusak peritoneal cavity. Bahaya dari penggunaan alat adalah pendarahan dan

infeksi.

Perforasi dari dinding vagina atau uterus dapat menyebabkan pendarahan, yang

mungkin diakibatkan dari luar atau dalam. Sepsis dapat terjadi akibat penggunaan alat

yang tidak steril atau kuman berasal dari vagina dan kulit. Bahaya yang lebih ringan

(termasuk penggunaan jarum suntik) adalah cervical shock. Ini dapat membuat

dilatasi cerviks, dalam keadaaan pasien yang tidak dibius, alat mungkin menyebabkan

vagal refleks, yang melalui sistem saraf parasimpatis, yang dapat mengakibatkan

cardiac arrest. Ini merupakan mekanisme yang berpotensi menimbulkan ketakutan

yang dapat terjadi pada orang yang melakukan abortus kriminalis.

2. Kekerasan kimiawi/ obat-obatan atau bahan-bahan yang bekerja pada uterus

10
Bahan-bahan yang sifatnya biasa terdapat dalam jamu peluntur, nenas muda, bubuk

beras dicampur lada hitam, dan lain lain. Ada juga yang agak beracun seperti garam

logam berat, laksans dan lain lain; atau bahan yang beracun, seperti strichnin,

prostigmin, pilokarpin, dikumarol, kina dan lain lain.

Jenis obat-obatan yang dipakai untuk menginduksi abortus antara lain:

 Emmenagogum: Obat untuk melancarkan haid.

Cara kerja: Indirect Congesti + engorgement mucosa  Bleeding  Kontraksi


Uterus  Foetus dikeluarkan

 Direct: Bekerja langsung pada uterus/saraf motorik uterus.

Misal: Aloe, Cantharides (racun irritant), Caulopylin, Borax, Apiol, Potassium

permanganate, Santonin, Senega, Mangan dioksida, dll.

 Indirect: Tonicum, hematinin (obat penambah darah)

 Purgativa/Emetica: Obat-obatan yang menimbulkan kontraksi GI tract.

Misal:

- Colocynth: Aloe

- Castor oil: Magnesim sulfate, Sodium sulfate

 Ecbolica: Menimbulkan kontraksi uterus secara langsung.

Misal: Apiol, Ergot, Ergometrine, Extract secale, Extract pituatary, Pituitrine,

Exytocin.

Cara kerja ergot: Merangsang alpha 1 receptor pada uterus  Kontraksi uterus

yang kuat dan lama

 Garam dari logam: Biasanya sebelum mengganggu kehamilannya sudah

membahayakan keselamatan ibu.

11
Tujuan: Menimbulkan tonik kontraksi pada uterus.

Misal : Arsenicum, HgCl, Potassium bichromate, Ferro sulfate, Ferri chloride

Obat-obatan yang sering digunakan di tempat praktek dokter misalnya:

 Misoprostol (cytotec, gastrul)

Tablet misoprostol merupakan salah satu obat penting yang masuk dalam daftar

WHO. Tablet ini dapat digunakan secara mandiri oleh para perempuan untuk

menyelamatkan hidupnya.

Misoprostol menyebabkan kontraksi pada rahim dan dapat digunakan sebagai

berikut:

 Pengguguran kandungan secara aman

 Membersihkan sisa-sisa keguguran

 Mencegah dan mengobati pendarahan berat setelah melahirkan

 Induksi kelahiran

 Methyestradiol + Methylestrenolone (gynaecosid)

Terapi hormonal estrogen dan progesterone untuk secondary amenorrhoe.

 Methotrexate (indikasi obat kanker).

 Oxytocin (cytitec)  Merangsang kontraksi uterus.

2.3 Pemeriksaan

Korban Hidup

a. Ibu

 Tanda-tanda kehamilan: striae gravidarum, uterus yang membesar,

hiperpigmentasi areola mammae, G.M.

12
 Tanda-tanda partus: lochia, kesadaran osteum uteri.

 Golongan darah.

b. Janin

 Umur janin.

 Golongan darah.

2. Korban Mati

Pemeriksaan post mortem korban abortus kriminalis bertujuan:

- Mencari bukti dan tanda kehamilan.

- Mencari bukti abortus dan kemungkinan adanya tindakan criminal dengan obat-

obatan atau instrumen.

- Menentukan kaitan antara sebab kematian dengan abortus.

- Menilai setiap penyakit wajar yang ditemukan.

a. Pemeriksaan Ibu

 Pemotretan sebelum memulai pemeriksaan

 Identifikasi umum: tinggi badan, berat badan, umur, pakaian: cari tanda-

tanda kontak dengan suatu cairan, terutama pada pakaian dalam.

 Catat suhu badan, warna, dan distribusi lebam jenasah.

 Periksa dengan palpasi uterus untuk kepastian adanya kehamilan.

 Cari tanda-tanda emboli udara, gelembung sabun, cairan pada: arteria

coronaria, ventrikel kanan, arteria pumonalis, arteri dan vena di

permukaan otak, vena-vena pelvis.

 Vagina dan uterus diinsisi pada dinding anterior untuk menghindari jejas

kekerasan yang biasanya terjadi pada dinding posterior misalnya

perforasi uterus. Cara pemeriksaan: uterus direndam dalam larutan

formalin 10% selama 24 jam, kemudian direndam dalam alcohol 95%

13
selama 24 jam. Iris tipis untuk melihat saluran perforasi. Periksa juga

tanda-tanda kekerasan pada cervix (abrasi, laserasi).

 Ambil sampel semua organ untuk pemeriksaan histopatologis.

 Buat swab dinding uterus untuk pemeriksaan mikrobiologi.

 Ambil sampel untuk pemeriksaan toksikologis: isi vagina, isi uterus,

darah dari vena cava inferior dan kedua ventrikel, urine, isi lambung,

rambut pubis.

 Periksa golongan darah.

b. Pemeriksaan Janin

 Umur janin.

 Golongan darah.

Penentuan Umur Janin

1. Berdasarkan panjang badan (Rumus Haase)

Umur Panjang Badan (cm)


(Bulan) (Puncak kepala – tumit)
1 1x1=1
2 2x2=4
3 3x3=9
4 4 x 4 = 16
5 5 x 5 = 25
6 6 x 5 = 30
7 7 x 5 = 35
8 8 x 5 = 40
9 9 x 5 = 45
10 10 x 5 = 50

2. Berdasarkan pertumbuhan bagian-bagian tubuh

14
Umur Kelamin (Bulan) Ciri-Ciri Pertumbuhan
2 Hidung, telinga, jari mulai terbentuk (belum sempurna), kepala
menempel ke dada
3 Daun telinga jela, kelopak mata masih melekat, leher mulai
terbentuk, belum ada deferensiasi genetalia
4 Genetalia externa terbentuk dan dapat dikenali, kulit merah dan
tipis sekali
5 Kulit lebih tebal, tumbuh bulu lanugo
6 Kelopak mata terpisah, terbentuk alis dan bulu mata, kulit
keriput
7 Pertumbuhan lengkap/sempurna

3. Berdasarkan inti penulangan:

- Calcaneus: ± 5-6 bulan

- Talus: ± 7 bulan

- Femur: ± 8-9 bulan

- Tibia: ± 9-10 bulan

2.4 Aspek Hukum dan Medikolegal Abortus Provokatus Kriminalis

Abortus telah dilakukan oleh manusia selama berabad-abad, tetapi selama itu belum

ada undang-undang yang mengatur mengenai tindakan abortus. Peraturan mengenai hal ini

pertama kali dikeluarkan pada tahun 4 M di mana telah ada larangan untuk melakukan

abortus. Sejak itu maka undang-undang mengenai abortus terus mengalami perbaikan,

apalagi dalam tahun-tahun terakhir ini dimana mulai timbul suatu revolusi dalam sikap

masyarakat dan pemerintah di berbagai negara di dunia terhadap tindakan abortus.

Hukum abortus di berbagai negara dapat digolongkan dalam beberapa kategori sebagai
berikut:

15
 Hukum yang tanpa pengecualian melarang abortus, seperti di Belanda.

 Hukum yang memperbolehkan abortus demi keselamatan kehidupan penderita (ibu),

seperti di Perancis dan Pakistan.

 Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi medik, seperti di Kanada, Muangthai

dan Swiss.

 Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi sosio-medik, seperti di Eslandia,

Swedia, Inggris, Scandinavia, dan India.

 Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi sosial, seperti di Jepang, Polandia,

dan Yugoslavia.

 Hukum yang memperbolehkan abortus atas permintaan tanpa memperhatikan indikasi-

indikasi lainnya (Abortion on request atau Abortion on demand), seperti di Bulgaria,

Hongaria, USSR, Singapura.

 Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi eugenistis (aborsi boleh dilakukan

bila fetus yang akan lahir menderita cacat yang serius) misalnya di India.

 Hukum yang memperbolehkan aborsi atas indikasi humanitarian (misalnya bila hamil

akibat perkosaan) seperti di Jepang.

Ditinjau dari aspek hukum, pelarangan abortus justru tidak bersifat mutlak.

Abortus buatan atau abortus provokatus dapat digolongkan ke dalam dua golongan

yakni:

1. Abortus buatan legal

Yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan cara-cara yang

dibenarkan oleh undang-undang. Populer juga disebut dengan abortus provokatus

therapeticus, karena alasan yang sangat mendasar untuk melakukannya adalah untuk

16
menyelamatkan nyawa ibu. Abortus atas indikasi medik ini diatur dalam Undang

Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan:

PASAL 15: 1) Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu

hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu. 2) Tindakan medis

tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan: a. Berdasarkan

indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut; b. Oleh

tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenanga n untuk itu dan

dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim

ahli; c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau

keluarganya; d. Pada sarana kesehatan tertentu. 3) Ketentuan lebih lanjut mengenai

tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan

dengan Peraturan Pemerintah.

Pada penjelasan UU no 23 tahun 1992 pasal 15 dinyatakan sebagai

berikut:

Ayat (1): Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan

apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma

kesusilaan dan norma kesopanan. Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk

menyelamatkan jiwa ibu atau janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan medis

tertentu.

Ayat (2) Butir a: Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan

diambil tindakan medis tertentu sebab tanpa tindakan medis tertentu itu,ibu hamil dan

janinnya terancam bahaya maut. Butir b: Tenaga kesehatan yang dapat melakukan

tindakan medis tertentu adalah tenaga yang memiliki keahlian dan wewenang untuk

melakukannya yaitu seorang dokter ahli kandungan seorang dokter ahli kebidanan dan

penyakit kandungan. Butir c: Hak utama untuk memberikan persetujuan ada ibu hamil

17
yang bersangkutan kecuali dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan

persetujuannya ,dapat diminta dari semua atau keluarganya. Butir d: Sarana kesehatan

tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan peralatan yang memadai

untuk tindakan tersebut dan ditunjuk oleh pemerintah.

Ayat (3): Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanan dari pasal ini dijabarkan

antara lain mengenal keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil atau

janinnya,tenaga kesehatan mempunyai keahlian dan wewenang bentuk persetujuan,

sarana kesehatan yang ditunjuk.

2. Abortus Provokatus Kriminalis (Abortus buatan ilegal)

Yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya selain untuk menyelamatkan atau

menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten serta tidak

memenuhi syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang. Abortus

golongan ini sering juga disebut dengan abortus provocatus criminalis karena di

dalamnya mengandung unsur kriminal atau kejahatan. Beberapa pasal yang mengatur

abortus provocatus dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP):

PASAL 299: 1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau

menyuruh supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa

karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara

paling lama empat tahun atau denda paling banyak empat pulu ribu rupiah. 2) Jika

yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan

perbuatan tersebut sebagai pencaharian atau kebiasaan atau jika dia seorang tabib,

bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga. 3) Jika yang bersalah

melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencaharian, maka dapat dicabut

haknya untuk melakukan pencaharian.

18
PASAL 346: Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan

kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana

penjara paling lama empat tahun.

PASAL 347: 1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan

kandungan seorang wanita tanpa persetujuan, diancam dengan pidana penjara paling

lama dua belas tahun. 2) Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut,

dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

PASAL 348: 1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan

kandungan seseorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana

penjara paling lama lima tahun enam bulan. 2) Jika perbuatan tersebut

mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikarenakan pidana penjara paling

lama tujuh tahun.

PASAL 349: Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan

kejahatan yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan

salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang

ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak

untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan.

PASAL 535: Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu sarana

untuk menggugurkan kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa diminta

menawarkan, ataupun secara terang-terangn atau dengan menyiarkan tulisan tanpa

diminta, menunjuk sebagai bisa didapat, sarana atau perantaraan yang demikian itu,

diancam dengan kurungan paling lama tiga bulan atau denda paling banyak empat

ribu lima ratus rupiah.

19
Dari rumusan pasal-pasal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan:

1. Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia menyuruh

orang lain, diancam hukuman empat tahun.

2. Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil, dengan tanpa

persetujuan ibu hamil tersebut diancam hukuman 12 tahun, dan jika ibu hamil itu

mati diancam 15 tahun.

3. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara dan

bila ibu hamil tersebut mati diancam hukuman 7 tahun penjara.

4. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus tersebut seorang

dokter, bidan atau juru obat (tenaga kesehatan) ancaman hukumannya ditambah

sepertiganya dan hak untuk praktek dapat dicabut.

Meskipun dalam KUHP tidak terdapat satu pasal pun yang memperbolehkan seorang

dokter melakukan abortus atas indikasi medik, sekalipun untuk menyelamatkan jiwa ibu,

dalam prakteknya dokter yang melakukannya tidak dihukum bila ia dapat mengemukakan

alasan yang kuat dan alasan tersebut diterima oleh hakim (Pasal 48).

Selain KUHP, abortus buatan yang ilegal juga diatur dalam Undang Undang Republik

Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan:

PASAL 80: Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu

hamil yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) dan

ayat (2), dipidana dengan penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling

banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

20
BAB III

KESIMPULAN

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Amir, Amri. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi II. Medan : Ramadhan, 2013. 161-168
2. Idries, Abdul M. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan.
Jakarta : Sagung Seto, 2011. 169-171
3.
4. Singh, Surjit. Ilmu Kedokteran Forensik. Medan, 2011. 46-48

22

Você também pode gostar