Você está na página 1de 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluarga di definisikan dalam banyak cara.definisi keluarga meliputi
penjelasan tentang struktur,fungsi,unsur,dan ikatan kasih dalam keluarga.orang
yang menempati sebuah unit rumah membentuk suatu rumah tangga.Meskipun
sebagian besar rumah tangga terdiri dari jenis keluarga living arrangement
,banyak keluarga yang tidak demikian.
Biro sensus Amerika Serikat(1992) mengidentifikasikan dua kategori
utama rumah tangga sebagai keluarga dan bukan keluarga.Sebuah kelurga atau
suatu rumah tangga berbentuk keluarga membutuhkan kehadiran sekurang-
kurangnya dua orang,seorang kepala keluarga dan satu atau lebih atau anggota
keluarga yang lain yang mempunyai hubungan kepala keluarga tersebut melalui
kelahiran,adopsi,atau pernikahan.Sebuah rumah tangga yang bukan keluarga
terdiri dari seorang kepala keluarga yang hidup sendiri ataudengan orang yang
tidak mempunyai hubungan dengan dirinya.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian di atas maka dapat di simpulkan bahwa :
1. Untuk mengetahui definisi dari keluarga dan kesehatan keluarga ?
2. Untuk mengetahui tipe-tipe keluarga ?
3. Untuk mengetahui ciri-ciri keluarga ?
4. Untuk mengetahui peran keluarga ?
5. Untuk mengetahui cara menjaga kesehatan keluarga ?

1.3 Tujuan
Agar kita mengetahui definisi keluarga serta tipe-tipe keluarga,seta
peranan yang ada dalam lingkup kelurga.Dan bagaimana peran bidan dalam
kesehatan keluarga.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Keluarga dan Kesehatan Keluarga

Beberapa definisi keluarga menurut para pakar yaitu :


1. Keluarga merupakan lingkungan social yang sangat dekat hubungannya dengan
seseorang. Dikeluarga itu seseorang dibesarkan, bertempat tinggal, berinteraksi
satu dengan yang lain, dibentuknya nilai-nilai, pola pemikiran, dan kebiasaanya
dan berfungsi sebagai saksi budaya luar, dan mediasi hubungan anak dengan
lingkunganny ( Busard dan ball, 1966).
2. Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui
pertalian darah adopsi atau perkawinan (WHO, 1969).
3. Keluarga Adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan
antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang
laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak,
baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam suatu rumah tangga
(Sayekti,1994).
4. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu
atap dalam keadaan saling tergantung.(Depkes RI, 1988).
5. Keluarga adalah dua orang atau lebih yang bergabung karena ikatan tertentu
untuk berbagi pengalaman dan pendekatan emosional serta mengodentifikasi
diri mereka sebagai bagian dari keluarga.(Friedman, 1998).
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan secara umum bahwa
keluarga itu terjadi jika ada:
a. Ikatan atau persekutuan (perkawinan atau kesepakatan).
b. Hubungan (darah atau adopsi atau kesepakatan).
c. Tinggal bersama dalam suatu atap (serumah).
d. Ada peran masing-masing anggota keluarga.
e. Ikatan emosional. (Setiadi, 2008).

Kesehatan Keluarga
Pengertian kesehatan keluarga itu adalah pengetahuan tentang keadaan sehat
fisik, jasmani dan sosial dari induvidu-induvidu yang terdapat dalam satu
keluarga. Antara induvidu yang satu dengan lainnya saling mempengaruhi dalam
lingkaran siklus keluarga untuk mencapai derajat kesehatan keluarga yang
optimal.

2
A. TIPE-TIPE KELUARGA

Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai


macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe keluarga
berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam
meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe
keluarga.

1.Tipe keluarga tradisional


a) The Nuclear family (Keluarga inti) yaitu keluarga yang terdiri dari
suami istri dan anak (kandung atau angkat).
b) The dyad family , suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa
anak.
c) Keluarga usila, Keluarga terdiri dari suami dan istri yang sudah usia
lanjut, sedangkan anak sudah memisahkan diri.
d) The childless, Keluarga tanpa anak karena telambat menikah, bisa
disebabkan karena mengejar karir atau pendidikan.
e) The Extended family , keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah
keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek dan lain-lain.
f) “Single parent” yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan
anak(kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
perceraian atau kematian).
g) Commuter family, kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa
berkumpul pada hari minggu atau libur saja.
h) Multigeneration family, Beberapa generasi atau kelompok umur yang
tinggal bersama dalam satu rumah
i) Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling
berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan seperti dapur,
sumur yang sama.
j) Blended family, keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
k) “Single adult living alone” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari
satu orang dewasa.

2.Tipe keluarga non tradisional


a) The unmarried teenage mother, Keluarga yang terdiri dari satu orang
dewasa terutama ibu dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b) The Step parent family, keluarga dengan orang tua tiri.
c) Commune family, yaitu lebih satu keluarga tanpa pertalian darah yang
hidup serumah.
d) The non marrital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup
bersama, berganti-ganti pasangan tanpa nikah.
e) Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan sex tinggal
dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami istri.
f) Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan karena alasan tertentu.
g) Group marriage family, beberapa orang dewasa yang telah merasa saling
menikah, berbagi sesuatu termasuk sex dan membesarkan anak.

3
h) Group network family, beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh norma
dan aturan, hidup berdekatan dan saling menggunakan barang yang sama
dan bertanggung jawab membesarkan anak.
i) Foster family, keluarga yang menerima anak yang tidak ada hubungan
saudara untuk waktu sementara.
j) Homeless family, keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang
permanen karena keadaan ekonomi atau problem kesehatan mental.
k) Gang, Keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari
ikatan emosional, berkembang dalam kekerasan dan kriminal.

3. Keluarga Tradisonal
Keluaraga Sejahtera adalah keluarga yang dibentuk atas dasar perkawinan
yang syah mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materi yang layak,
bertakwa kepada tuhan yme memiliki hubungan serasi dan seimbang antara
anggota keluarga dengan dan masyarakat dan lingkungan ( a. Mungit 1996).
Tujuan dari kesejahteraan keluarag diantaranya :
a. Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang masalah yang dihadapi
b. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menganalisa potensi dan peluang
yang dimilikinya
c. Meningkatkan kemampuan gotong royong dan kesetiakawanan sosial dalam
membuat keluarga khususnya keluarga prasejahtra untuk meningkatkan
kesejahtraanya
Adapun tahapan keluarga sejahtera yaitu sebagai berikut:
1.Keluarga pra sejahtera
Yaitu keluarga yang belum memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal
yaitu kebutuhan pengajaran agama, pangan, sandang, papan, dan kesehatan atau
keluarga yang belum dapat memenuhi salah satuatau lebih indikator keluarga
sejahtra tahap I.

2. Keluarga sejahtra tahap I


Indikatornya :
a. Melaksanakan ibadah menurut agamanya oleh masing-masing anggota
keluarga
b. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan dua kali atau lebih
c. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk aktifitas
di rumah, bekerja, sekolah dan bepergian
d. Lantai rumah terluas bukan lantai tanah
e. Bila anak sakit dan atau pasangan usia subur ingin ber kb dibawa ke
sarana kesehatan.

3. Keluarga sejahtera tahap II


Indikator :
a. Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur
b. Makan dua kali sehari atau lebih
c. Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan
d. Lantai rumah bukan dari tanah
e. Kesehatan anak sakit dan atau pasangan usia subur ingin ber kb di bawa
keserana kesehatan atau petugas kesehatan

4
f. Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama
masing-masing
g. Paling kurang sekali seminggu, keluarga menyediakan daging/ikan/ telur
h. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian
baru pertahun
i. Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk tiap penghuni rumah
j. Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam keadaan sehat
sehingga dapat melaksanakan fungsi masing-masing
k. Paling kurang satu anggota keluarga 15 tahun keatas berpenghasilan tetap
l. Seluruh anggota keluarga yang berumur 10- 60 tahun bisa baca tulis hurup
latin
m. Anak usia sekolah 7-15 tahun bersekolah pada saat ini
n. Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang masih pasang usia subur
memakai kontrasepsi ( keluali sedang hamil)

4. Keluarga sejahtera tahap III


Indikator :
a. mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama
b. Sebagian dari penghasilan dapat disisihkan untuk tabungan keluarga
c. Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan itu
dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi antara anggota keluarga
d. ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggal
e. Mengadakan rekreasi bersama di luar rumah paling kurang 1 kali dalam 6
bulan
f. Dapat memperoleh berita dari surat kabar / radio/tv/ majalah
g. Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi sesuai kondisi
daerah.

5. Keluarga sejahtra tahap III plus

Indikator :
a. Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan
sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat damal bentuk materil
b. Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus
perkumpulan / yayasan / institusi masyrakat.

2.2 Ciri-Ciri Keluarga

Ciri-ciri keluarga yaitu :


1. Keluarga meupakan hubungan perkawinan.
2. Keluarga berbentuk suatu kelembagaa yang berkaitan dengan hubungan
perkawinan yang disengaja dibentuk atau dipelihara.
3. Keluarga mempunyai system, tata nama (nomenclatur) termasuk perhitungan
garis keturunan.

5
4.Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggotanya
berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan
anak
5. Keluarga merupakan tempat tinggal keluarga, rumah atau rumah tangga.

Adapun Fungsi-fungsi pokok dari keluarga yaitu :


1. Fungsi afektif. Adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengarjakan segala
sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang
lain.
2. Fungsi sosialisasi. Adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak
untuk berkehidupan social.
3. Fungsi reproduksi. Adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi. Keluarga berfungsi memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi
5.Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan. Yaitu fungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi. (Friedman, 1998).
Menurut UU no. 10 tahun 1992 jo PP no. 21 tahun 1994 secara umum
fungsi keluarga adalah sebagai berikut:
1. Fungsi keagaman. Membina norma ajaran agama sebagai dasar dan tujuan
hidup seluruh anggota keluarga.
2. Fungsi Budaya. Membina tugas- tugas keluarga sebagai lembaga untuk
meneruskan norma- norma dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin
dipertahankan.
3. Fungsi cinta kasih. Menumbuhkembangkan potensi kasih sayang yang telah
ada antar anggota keluarga kedalam symbol- symbol nyata secara optimal dan
terus menerus.
4. Fungsi perlindungan. Memenuhi rasa aman anggota keluarga baik dari rasa
tidak aman yang timbul dari dalam maupun dari dalam keluarga.
5. Fungsu reproduksi. Membina hubungan keluarga sebagai wahana pendidikan
reproduksi sehat baik bagi nggota keluarga maupun bagi keluarga sekitarnya.
6. Fungsi sosialisasi. Menyadari, merencanakan dan menciptakkan lingkungan
keluarga sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak pertama dan utama.
7. Fungsi ekonomi. Melakukan kegiatan ekonomi baik diluar maupun didalam
lingkungan keluarga dalam rangka menopang kelangsungan dan
perkembangan kehidupan keluarga.
8. Fungsi pelestarian lingkungan. Membina kesadaran, sikap dan praktek
pelestarian lingkungan intern keluarga.

6
2.3 Peran Keluarga

Peran adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari seseorang


dalam situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan- harapan. Peranan keluarga
menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang
berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Setiap anggota keluarga mempunyai peranan masing- masing, antara lain:
1. Ayah
Sebagai pemempin keluarga mempunyai peran sebagai pencari nafkah,
pendidk, pelindung, pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga dan juga
sebagai anggota masyarakat kelompok sosial.
2. Ibu
Sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak- anak,
pelindung kelurga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga dan juga
sebagai anggota masyarakat kelompok sosial
3. Anak
Berperan sebagai peilaku psikososial sesuai dengan perkembangan fisik,
mental, sosial dan spiritual.
Struktur Keluarga :
1. Patrilineal, adalah kelurga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun dari jalur garis ayah.
2. Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun dari jalur garis ibu.
3. Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
istri.
4. Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami.
5. Keluarga kawin, adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, danbeberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami atau istri.

a. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan Keluarga

Sesuai pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas dibidang


kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan.Freeman, (1981) membagi 5 tugas
keluarga dalam bidang kesehatan yang arus dilakuka, yaitu:
1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga.
3. Memberikan keperawatan anggotany yang sakit atau yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
4. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan (memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada).(Setiadi, 2008

b. Peran Perawat dalam Asuhan Keperawatan Keluarga

7
1. Pengenal kesehatan bidan membantu keluarga untuk mengenal
penyimpangan dari keadaan normal tentang kesehatannya dengan
menganalisa data secara objektif serta membuat keluarga sadar akan akibat
masalah tersebut dalam perkembangan keluarga
2. Pemberi pelayanan pada anggota keluarga yang sakit, dengan memberikan
asuhan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit.
3. Fasilitator, yaitu dengan cara menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah
dijangkau oleh keluarga dan membantu mencarikan jalan pemecahannya
4. Pendidik kesehatan, yaitu untuk merubah perilaku keluarga dari perilaku
tidak sehat menjadi sehat.
5. Penyuluh dan konsultasi, yang berperan dalam memberikan petunjuk
tentang asuhan perawatan dasar dalam keluarga.

c. Syarat-Syarat Keluarga yang Sehat

Dari hasil penelitiannya terhadap keluarga-keluarga Amerika, kedua sarjana


tersebut mendapatkan rumusan untuk menjadi syarat suatu keluarga yang disebut
Keluarga bahagia dan sehat (happy and healthy family), yaitu paling sedikit harus
terpenuhi beberapa kriteria berikut,yaitu:
1.Kehidupan beragama dalam keluarga
2.Tersedia waktu untuk bersama sesama anggota keluarga.
3. Mempunyai komunikasi yang baik antar anggota keluarga,
4. Saling harga-menghargai sesama anggota keluarga,
5. Masing-masing anggota keluarga terikat satu dengan lainnya dalam ikatan
keluarga sebagai ikatan kelompok, dalam mengatasi berbagai krisis, sepakat untuk
menyelesaikan secara positif dan konstruktif. Uraian lebih jauh dari kriteria-
kriteria tersebut adalah sebagai berikut
1. Mempunyai Landasan Agama
Masyarakat modem akhimya menyadari, bahwa agama merupakan unsur
fundamental bagi kebahagiaan suatu perkawinan rumah tangga. Kehidupan
beragama (penghayatan dan pengamalannya) dalam rumah tangga sangat
dianjurkan. Karena hanya dalam agamalah terkandung nilai-nilai moral yang
sifatnya abadi. Bila kita mengkaji masalah perkawinan itu sendiri, sebenarnya
perkawinan adalah suatu ikatan antara dua insan yang bersifat keagamaan,
ketimbang suatu ikatan yang bersifat keduniaan.
2. Selalu Bersama Keluarga
Dalam masyarakat modem, ikatan keluarga sering mudah longgar. Suami
maupun isteri masing-masing dengan kesibukannya jarang mempunyai waktu
untuk bersama, sehingga merupakan faktor yang kondusif (mendukung) bagi
terjadinya kesenjangan, tidak saja antara suami dan isteri, tetapi juga antara orang
tua dan anak. Oleh karena itu sesibuk-sibuknya seorang suami, adakanlah waktu
untuk keluarga, untuk anak-anak, dan terutama untuk keluarga. Ciptakanlah suatu
acara di mana masing-masing anggota keluarga dapat bersama turut serta, di
samping penggunaan waktu khusus bagi suami isteri yang lebih bersifat pribadi
(tanpa anak dan anggota keluarga lainnya)
3. Mempunyai Pola Komunikasi yang Baik
Krisis rumah tangga ataupun kesenjangan yang terjadi antara suami dan
isteri, sering kali terjadi disebabkan karena tidak adanya komunikasi yang baik

8
antara keduanya. Komunikasi yang terjadi sering kali satu arah dan instruktif
sifatnya (dari ayah/suami kepada isteri dan anak-anaknya). Bila demikian halnya,
maka kondisi demikian itu merupakan faktor yang kondusif bagi terjadinya
disfungsi/disharmoni keluarga.
Buatlah komunikasi yang bersifat dua arah, demokratis dan emosional
(dengan perasaan) yang hangat antara suami, isteri dan anak-anak. Saat makan
bersama (makan pagi, makan malam ataupun makan di luar) dapat dijadikan
sarana komunikasi. Demikian pula shalat berjamaah antara ayah sebagai imam
dan isteri serta anak-anak sebagai makmumnya di waktu Subuh, Maghrib atau
Isya. Selepas shalat berjamaah itu, komunikasi keluarga dapat berjalan. Dengan
demikian, bila terjadi suatu masalah, cepat dapat ditanggapi dan diselesaikan,
hingga tidak terpendam yang pada gilirannya bisa eksplosif (meledak) dan
merugikan semua pihak.
4. Saling Menghargai
Saling harga-menghargai antara suami isteri, demikian juga pada anak-
anak, amatlah dianjurkan bagi hubungan yang baik antara sesama anggota
keluarga. Apa yang telah diperbuat oleh isteri ataupun anak-anak berupa sesuatu
yang baik, meskipun nampaknya tidak berarti di mata suami, berikanlah atensi
(perhatian) ataupun penghargaan dan support agar yang akan datang dapat lebih
baik. Memandang rendah atau merendahkan sikap isteri, kuranglah bijaksana. Hal
demikian hanya akan membuat rasa kepercayaan diri isteri berkurang, bahkan bisa
hilang sama sekali. Kejadian yang sering dialami adalah sang suami tidak
berkomunikasi dengan isterinya karena perbedaan umur atau pendidikan yang
cukup jauh. Pembicaraan sang suami sering tidak “nyambung” dengan isterinya,
sehingga sering suami mengatakan bahwa isterinya “telmi” (telat mikir). Bila
demikian, maka kewajiban suaminyalah agar sang isteri mendapatkan pendidikan
non-formal, agar baik pengetahuan maupun sikapnya dapat menjaga “standing”
(kedudukan) suami.
5. Adanya Ikatan Kekeluargaan
Keluarga adalah suatu matriks sosial, suatu kelompok/organisasi bio-
psikososial, di mana para anggotanya terikat dengan suatu ikatan khusus untuk
hidup bersama , bukan suatu ikatan yang sifatnya statis dan membelenggu. Ia
merupakan suatu ikatan dinamis yang memungkinkan para anggota keluarga itu
berkembang dan tumbuh. Oleh karena itu keluarga sebagai suatu kelompok, perlu
dijaga integritas antar anggotanya dengan komunikasi, pembagian peran,
hubungan emosional dan sebagainya. Perubahan-perubahan sosial sebagai
konsekuensi modernisasi sering kali menyebabkan tali ikatan keluarga menjadi
longgar. Dan apabila hal ini tidak disadari dapat berakibat lebih jauh yang pada
gilirannya masing-masing anggota keluarga itu bercerai-berai (masing-masing
berjalan sendiri-sendiri).
6. Berpikir Positif Ketika ada Krisis
Adalah suatu hal yang lumrah. Jika suatu saat hunungan antara suami dan
isteri mengalami krisis. Penyebab krisis itu sendiri tidak selalu datang dari dalam
rumah, juga dari luar rumah ataupun dari diri masing-masing pasangan. Bila
terjadi suatu krisis, maka usahakanlah suatu penyelesaian bersama. Kurang
bijaksana kalau saling menyalahkan atau mau menang sendiri saja. Bilamana
persetujuan atau negosiasi antara suami dan isteri tidak tercapai, lalu mencapai
jalan buntu (deadlock), maka jangan ragu-ragu dan bimbang jika harus

9
berkonsultasi dengan orang profesional (ahli) untuk mendapatkan suatu “marriage
counseling” (nasehat perkawinan) agar krisis tersebut tidak berlarut dan
berkepanjangan yang pada gilirannya dapat meruntuhkan tiang rumah tangga
(broken home family). Tidaklah mudah membuat perumusan mengenai
bagaimana hubungan perkawinan yang baik itu (good marital relationship).
Namun, apa yang telah diuraikan dl muka, kiranya dapat dijadikan pegangan atau
ukuran bagi diri kita masing-masing. Hubungan suami isteri yang serasi, selaras
dan seimbang dapat dijabarkan sebagaimana diutarakan di muka yang
menyangkut masalah kepribadian yang sehat, maupun keluarga bahagia dan
sejahtera.
Membentuk keluarga yang sehat dan bahagia (sakinah) ini penting. Tidak
saja untuk kebahagiaan suami dan isteri, namun yang lebih penting adalah
merupakan sarana yang baik untuk pembinaan perkembangan jiwa anak. Betapa
pentingnya membentuk keluarga sehat dan bahagia (sakinah).Ia merupakan
kewajiban dan tanggung jawab para orang tua, demi masa depan anak-anak yang
merupakan generasi penerus dapat dikaji dari berbagai hadis Nabi Muhammad
SAW. Di antaranya adalah sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:
“Didiklah anak-anakmu, sebab mereka dilahirkan untuk hidup dalam suatu zaman
yang berbeda dengan zamanmu. Artinya: “Setiap kamu adalah penanggung jawab
yang akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipercayakan kepadanya.
Dan seorang ayah bertanggung jawab atas kehidupan keluarganya dan akan
dimintai pertanggungjawaban atasnya. Dan seorang isteri bertanggung jawab atas
harta dan anak suaminya serta akan dimintai pertanggungjawaban atasnya. “
Artinya: ‘Jika meninggal seorang anak Adam, maka terputuslah semua amalannya
kecuali tiga perkara yaitu: amal jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh
yang mendoakannya. “
Dari apa yang telah diuraikan di muka, maka jelaslah bahwa untuk
mencapai kondisi keluarga yang sehat dan bahagia atau keluarga sakinah itu,
diperlukan suatu persiapan menjelang perkawinan, yang meliputi persiapan di
bidang fisik, mental dan sosial.

2.4 Cara Menjaga Kesehatan Keluarga

Menjadi sehat adalah dambaan setiap orang, namun apa yang terjadi bila
seluruh anggota keluarga terserang penyakit, pasti akan sangat merepotkan sekali
bukan? Penyakit yang sering menyerang manusia sering kali disebabkan karena
ketidakpedulian seseorang dalam menjaga kebersihan. Oleh karena itu, supaya
penyakit tidak mudah menyerang kita dan seluruh anggota keluarga yang kita
kasihi, berikut ini ada 8 cara yang bisa kita lakukan untuk mencegahnya:
1. Menjaga kebersihan rumah
Pada musim kemarau seperti saat ini, di mana hujan telah lama tidak
datang, lingkungan sekitar kita bisa menjadi sangat gersang. Akibat yang sering
terjadi adalah debu tanah dapat dengan mudah diterbangkan oleh angin, lalu
masuk ke dalam rumah, menempel di lantai, perabot, almari, meja, tempat makan,
dan sebagainya. Penyakit yang sering ditimbulkan dari debu yang menempel
adalah alergi, batuk, sesak napas, gatal-gatal, dan sebagainya. Setiap anggota

10
keluarga harus diberi pengertian serta tanggung jawab untuk menjaga rumah
tempat tinggal mereka senantiasa bersih, dengan cara: rutin menyapu dan
mengepel lantai, membersihkan kaca jendela, mengelap meja dan perabot lainnya
dengan kain basa, menyirami halaman, atau dengan cara menanam tanaman di
teras rumah sebagai pagar hidup.
2. Menjaga peralatan makan selalu bersih
Peralatan makan yang kotor seperti sendok, piring, garpu, gelas minum, dan
sebagainya kerap menjadi penyebab seseorang mudah terserang penyakit diare
atau cacingan. Oleh karena itu, bila kita ingin agar bisa selalu terhindar dari
penyakit-penyakit tersebut, maka menjaga peralatan makan agar selalu bersih
adalah suatu keharusan. Cucilah segera peralatan makan kita setelah digunakan,
jangan mencuci menggunakan air kotor atau menggunakan air yang sama untuk
beberapa peralatan makan secara bersamaan, gunakan sabun cuci yang
mengandung antiseptik supaya bakteri, kuman dan virus dapat dilemahkan, dan
terakhir segera keringkan. Jangan langsung menyimpan peralatan makan Anda
ketika masih basah supaya tidak berjamur.
3. Memasak makananan dengan benar
Sebisa mungkin hindari mengkonsumsi makanan mentah yang tidak dimasak,
kenapa? Jelas sekali karena kita tidak pernah tahu bakteri, kuman atau virus apa
yang melekat pada makanan tersebut, dan sebelum dimasak ada baiknya kita cuci
dulu makanan tersebut supaya debu, pasir, dan pestisida yang larut dalam air.
4. Menjaga kebersihan tubuh
Menjaga kebersihan tubuh adalah suatu kewajiban bila kita ingin tubuh kita
senantiasa sehat terhindar dari penyakit. Mandilah 2 kali sehari, cucilah tangan
sebelum makan, menggosok gigi sebelum tidur, segera mencuci baju yang kotor,
adalah cara-cara yang harus kita biasakan setiap hari terutama kepada anak-anak
kita yang masih kecil.
5. Tidak jajan sembarangan
Selalu berhati-hati ketika membeli makanan di luar, pastikan kebersihan
makanan dan tempat di mana makanan tersebut dijajakan. Bila memungkinkan,
kita bisa menghindari untuk membeli jajanan yang tidak tertutup atau
memasaknya kembali setelah tiba di rumah atau buatkan bekal untuk anak-anak
kita supaya mereka tidak perlu lagi membeli makanan di luar yang tidak terjamin
kualitasnya.
6. Selalu membawa cairan antiseptik
Carian antiseptik yang selalu kita bawa ketika berada di tempat umum dapat
menghindarkan kita dari terserang virus atau bakteri berbahaya yang ada di
sekeliling kita. Biasakan untuk segera mencuci tangan kita dengan cairan tersebut
setelah bersentuhan dengan toilet umum, gagang pintu, uang, dan sebagainya
karena umumnya tempat-tempat itu adalah sarang di mana virus serta bakteri
terkonsentrasi.
7. Menggunakan masker
Beberapa saat yang lalu ketika virus flu burung mewabah orang-orang dengan
sendirinya menggunakan masker ketika berada di tempat umum supaya tidak
tertular oleh virus tersebut. Kini ketika wabah virus flu burung telah mereda ada
baiknya kita tetap menggunakan masker ketika berada di dalam gerbong kereta
api, angkutan umum, dan tempat-tempat lain di mana terdapat kerumunan

11
manusia, bukannya kita paranoid, namun masker dapat menghindarkan kita dari
tertular virus-virus lain seperti batuk, influensa, TBC, dan sebagainya.
8. Berolahraga, mengkonsumsi vitamin tambahan dan vaksinasi
Cara terakhir yang dapat kita lakukan supaya kita selalu sehat adalah
dengan rutin berolahraga karena ketika kita berolahraga maka tubuh akan
memproduksi semakin banyak antibodi. Kemudian kita bisa mengkonsumsi
vitamin tambahan bila dirasa makanan yang kita konsumsi kurang mengandung
vitamin, dan jangan lupa untuk memberikan vaksinasi yang dibutuhkan anak-anak
kita sesuai dengan usia serta pertumbuhannya.

a. Tujuan Memelihara Kesehatan Keluarga

Tujuan umum :
Untuk meningktakan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga
mereka sehigga dapat meningkatkan status kesehatan keluarga.
Tujuan Khusus :
1. Meningkatka kemampuan keluarga dlam mengidentifikasi
masalahkesehatan yang dihadapi oleh keluarga.
2. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah-
masalah kesehatan dasar dalam keluarga.
3. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang
tepat dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga.
4. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap anggita keluarga yang sakit dan dalam megatasi
masalah kesehatan anggota keluarga.
5. Meningkatkan produktifitas kelaurga dalam meningkatkan mutu
hidupnya.

b. ruamg lingkup kesehatan keluarga

1. Promosi kesehatan
2. Pencegahan penyakit àpencegahan spesifik à keluarga bebas dari cerder,
imunisasi, pencegahan merokok, program kebugaran fisik, screening dan
follow up care sebagai kasus (Hipertensi, pencegahan komplikasi klien
DM dan osteoporosis)
3. intervensi keperawatan untuk proses penyembuhan (terapi keperawatan)
à intervensi keperawatan untuk memenuhi kebutuhan terapi modalitas
dan terapi komplementer
4. pemulihan kesehatan à rehabilitas fisik, mental dan sosial à
meningkatkan kemampuan keluarga dan anggota keluarga berfungsi secara
optimal.

c. Tugas-tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan

Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga,


keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan
saling memelihara Freeman (1981) membagi 5 tugas kesehatan yag harus
dilakukan oleh keluarga, yaitu:

12
1. Mengenal gangguan perkembangan setiap kesehatan anggotanya
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3. Memberika keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan tidak
dapat membatu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu
muda
4. Mempertahankan suasana dirumah yang mengutungkan kesehtan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antar keluarga dan lembaga-
lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-
fasilitas kesehatan yang ada

13
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Keluarga merupakan lingkungan social yang sangat dekat hubungannya
dengan seseorang. Dikeluarga itu seseorang dibesarkan, bertempat tinggal,
berinteraksi satu dengan yang lain, dibentuknya nilai-nilai, pola pemikiran,
dan kebiasaanya dan berfungsi sebagai saksi budaya luar, dan mediasi
hubungan anak dengan lingkunganny ( Busard dan ball, 1966).
2. Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui
pertalian darah adopsi atau perkawinan (WHO, 1969).
3. kesehatan keluarga itu adalah pengetahuan tentang keadaan sehat fisik, jasmani
dan sosial dari induvidu-induvidu yang terdapat dalam satu keluarga. Antara
induvidu yang satu dengan lainnya saling mempengaruhi dalam lingkaran siklus
keluarga untuk mencapai derajat kesehatan keluarga yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA

14
Setiadi. 2007. Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga. Jakarta : GRAHA
ILMU
http://kulimijit.blogspot.com/2009/11/diktat-akper-konsep-keluarga.html
http://meditasi.blog.friendster.com/2008/04/respektik-sistem-layanan-
keperawatan-profesional-dengan-pendekatan-home-care/
http://andaners.wordpress.com/2009/04/27/konsep-keperawatan-keluarga/
http://www.docstoc.com/docs/40365020/SEJARAH-KEPERAWATAN-
KOMUNITAS-_-KONSEP-MODEL-KEPERAWATAN
http://harvista1.blogspot.co.id/2013/05/makalah-tipe-tipe-keluarga.html

15

Você também pode gostar