Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan waktu yang ditentukan yang berjudul tentang “Asuhan
Keperawatan Pada Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia Neonatorum”
Tugas ini dilakukan untuk menerapkan Teori yang diperoleh di bangku perkuliahan dan
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas II.
1. Ibu Ns. Friadini, S.Kep, Sebagai Dosen Mata Kuliah Keperawatan Maternitas II yang telah
memberikan petunjuk, saran dan bimbingan.
2. Semua rekan – rekan yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan dan penyusunan
makalah ini.
Makalah ini dibuat sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan. Oleh sebab itu penulis
mengharapkan kritikan, saran dan masukan demi kesempurnaan makalah ini agar dimanfaatkan
sebagaimana mestinya.
(Kelompok I)
i
BAB I
PENDAHULUAN
Asfiksia Neonatus adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang tidak segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan. (Mochtar, 1989). Asfiksia
neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga
dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk
dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba, 1998). Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi
baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah
lahir (Mansjoer, 2000)
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila
proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian.
Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya (Saiffudin, 2001). Asfiksia
lahir ditandai dengan hipoksemia (penurunan PaO2), hiperkarbia (peningkatan PaCO2),
dan asidosis (penurunan PH).
ii
teratur. Pada asfiksia sedang dan berat usaha nafas tidak tampak sehingga bayi berada
dalam periode appnoe yang kedua, dan ditemukan pula bradikardi dan penurunan tekanan
darah. Disamping perubahan klinis juga terjadi gangguan metabolisme dan keseimbangan
asam dan basa pada neonatus. Pada tingkat awal menimbulkan asidosis respiratorik, bila
gangguan berlanjut terjadi metabolisme anaerob yang berupa glikolisis glikogen tubuh,
sehingga glikogen tubuh pada hati dan jantung berkurang. Hilangnya glikogen yang
terjadi pada kardiovaskuler menyebabkan gangguan fungsi jantung. Pada paru terjadi
pengisian udara alveoli yamh tidak adekuat sehingga menyebabkan resistensi pembuluh
darah paru. Sedangkan di otak terjadi kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan
kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya.
2) Mampu melakukan pengkajian pada bayi baru lahir dengan masalah asfiksia
neonatorum.
4) Mampu menyusun rencana intervensi pada bayi baru lahir dengan asfiksia
neonatorum.
iii
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. PENGERTIAN
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan
dan teratur setelah lahir. Asfiksia berarti hipoksia yang progresif karena gangguan
pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam
persediaan O2 dan kesulitan mengeluarkan CO2, saat janin di uterus hipoksia.
Asfiksia neonatus adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang tidak segera bernafas secara
spontan dan teratur setelah dilahirkan (Mochtar, 1989).
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur,
sehingga dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat
buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba, 1998)
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara
spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir (Mansjoer, 2000)
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini
berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia
juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. (Saiffudin, 2001).
Skor APGAR 7 – 10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa.
iv
2) Asphyksia Sedang ( Mild Moderate Asphyksia)
Skor APGAR 4 – 6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari
100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
3) Asphyksia Berat
Skor APGAR 0 – 3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari
100 x permenit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang – kadang pucat, reflek
iritabilitas tidak ada. Pada asphyksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus
menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung
menghilang post partum, pemeriksaan fisik sama pada asphyksia berat.
2.3. ETIOLOGI
Menuut Towel (1996) mengajukan beberapa factor yang menyebabkan terjadinya asfiksia :
1) Faktor Ibu
a) Hipoksia Ibu
Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anestesi
dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.
c) Ibu yang mengalami anemia, diabetes mellitus, ketuban pecah dini, infeksi,
penyakit jantung, dan riwayat lahir mati.
v
2) Faktor Plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta,
asfiksis janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya
perdarahan plasenta, solusio plasenta.
4) Faktor Persalianan
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal yaitu
pemakaian obat anestesi yang berlebihan pada ibu, trauma yang terjadi saat persalinan
misalnya perdarahan intra kranial, kelainan kongenital pada bayi misalnya hernia
diafragmatika, atresia atau stenosis saluran pernapasan, hipoplasia paru.
c) Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan tetap tingginya
resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah mengalami gangguan.
vi
Gejala Klinis :
Bayi yang mengalami kekurangan O2 akan terjadi pernafasan yang cepat dalam periode
yang singkat apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan berhenti, denyut jantung
juga mulai menurun, sedangkan tonus neuromuscular berkurang secara berangsur – agsur
berkurang dari bayi memasuki periode apneu primer.
Gejala dan tanda pada asfiksia neunatorum yang khas antara lain meliputi pernafasan
cepat, pernafasan cuping hidung, sianosisus, nadi cepat.
vii
TANDA 0 1 2 JUMLAH
NILAI
APGAR SCORE
viii
2.5. PATOFISIOLOGI
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan terhadap
nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O2
terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini
rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan
menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian
terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi
atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai
menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan bayi
memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang
dalam, denyut jantung terus menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi
akan terluhat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki
periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar
O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan
dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika
resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian tidak dimulai segera.
ix
2.6. WEB OF CAUSATION (WOC) ASFIKSIA NEONATORUM.
ASFIKSIA
Asidosis
Janin Tidak Bereaksi Respiratorik
MK : Resiko k
Terhadap Ransangan
Cidera
Gangguan Perfusi
MK : Proses
Ventilasi
Keluarga Terhenti
MK : Kerusakan
MK : Pola Nafas Pertukaran Gas
Tidak Efektif
x
2.7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
PH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status parasidosis, tingkat rendah
menunjukkan asfiksia bermakna.
Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks antigen-
antibodi pada membran sel darah merah, menunjukkan kondisi hemolitik.
Pengkajian Spesifik
USG ( Kepala).
2.8. PENATALAKSANAAN
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir
yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa
yang mungkin muncul. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang
dikenal dengan ABC resusitasi :
2) Memulai Pernapasan :
xi
Lakukan penggosokan punggung bayi secara cepat, mengusap atau mengelus tubuh,
tungkai dan kepala bayi.
Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau bila perlu
menggunakan obat – obatan.
1. Tindakan Umum
a) Pengawasan suhu
2. Tindakan Khusus
a) Asphyksia berat
xii
belum dikoreksi atau gangguan organik seperti hernia diafragmatika atau stenosis
jalan nafas.
b) Asphyksia sedang
Stimulasi agar timbul reflek pernapsan dapat dicoba, bila dalam waktu 30-
60 detik tidak timbul pernapasan spontan, ventilasi aktif harus segera dilakukan,
ventilasi sederhana dengan kateter O2 intranasaldengan aliran 1-2 lt/mnt, bayi
diletakkan dalam posisi dorsofleksi kepala. Kemudioan dilakukan gerakan
membuka dan menutup nares dan mulut disertai gerakan dagu keatas dan
kebawah dengan frekuensi 20 kali/menit, sambil diperhatikan gerakan dinding
toraks dan abdomen. Bila bayi memperlihatkan gerakan pernapasan spontan,
usahakan mengikuti gerakan tersebut, ventilasi dihentikan jika hasil tidak dicapai
dalam 1-2 menit, sehingga ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak
langsung segera dilakukan, ventilasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
dengan dari mulut ke mulut atau dari ventilasi ke kantong masker. Pada ventilasi
dari mulut ke mulut, sebelumnya mulut penolong diisi dulu dengan O2, ventilasi
dilakukan dengan frekuensi 20-30 kali permenit dan perhatikan gerakan nafas
spontan yang mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak berhasil jika setelah
dilakukan berberapa saat terjasi penurunan frekuensi jantung atau perburukan
tonus otot, intubasi endotrakheal harus segera dilakukan, bikarbonas natrikus dan
glukosa dapat segera diberikan, apabila 3 menit setelah lahir tidak
memperlihatkan pernapasan teratur, meskipun ventilasi telah dilakukan dengan
adekuat.
2.9. KOMPLIKASI
xiii
BAB III
3.1. PENGKAJIAN
2) Riwayat Kesehatan
Pada umumnya bayi baru lahir dengan asfiksia akan kelihatan membiru, nafas
mengap – mengap, denyut jantung menurun, tekanan darah menurun, perubahan pada
system kardiovaskuler dan bayi tampak lemas.
xiv
3) Pemeriksaan Fisik (Data Dasar)
Sirkulasi Nadi apical cepat atau tidak,teratur atau tidak, Tali pusat putih dan
bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena
Eliminasi Dapat berkemih sejak lahir.
Neurosensori tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak buncit, ukuran
kepala besar dalam hubungan dengan tubuh, sutura mungkin mudah digerakkan,
fontanel mungkin besar, reflek tergantung pada usia gestasi.
Pernafasan Nilai apgar score rendah, pernapasan dangkal, tidak teratur,
mengorok, pernapasan cuping hidung, retrakasi suprasternal, adanya bunyi mengi
selama fase inspirasi dan ekspirasi warna kulit.
Keamanan Suhu berfluaktasi dengan mudah, menangis mungkin lemah,
menggunakan otot – otot bantu nafas.
Makanan / Cairan Berat badan kurang dari 2500 gr, Panjang badan : 44 – 45 cm,
turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi).
1) Pola nafas tidak efektif b.d imaturitas paru dan neuromuskuler, penurunan energy, dan
keletihan.
2) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi mekanis (adanya secret) / produksi mucus
banyak.
3) Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
4) Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam darah.
5) Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan pada
agen-agen infeksius.
6) Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d kelahiran preterm, lingkungan NICU
tidak alami, perpisahan dari orang tua.
7) Perubahan proses keluarga b.d krisis situasi / maturasi, gangguan proseses kedekatan
orang tua.
8) Proses keluarga terhenti b.d pergantian dalam status kesehatan anggota keluarga.
xv
3.3. RENCANA INTERVENSI / INTERVENSI KEPERAWATAN
1) DX : Pola nafas tidak efektif b.d imaturitas paru dan neuromuskuler, penurunan energy,
dan keletihan.
Tujuan :
Kriteria Hasil :
Intervensi Rasional
1) Tempatkan pada posisi terlentang dengan 1) Untuk mencegah adanya penyempitan
leher sedikit ekstensi dan hidung jalan nafas
menghadap ke atas.
2) Observasi adanya penyimpangan dari fungsi 2) Mengenali tanda – tanda asfiksia berlanjut /
yang di inginkan, kenali tanda-tanda asfiksia berat.
sianosis,pernafasan cuping hidung 3) Untuk menghilangkan mucus yang
3) Lakukan penghisapan (suction) terkumulasi dari nasofaring,tracea
4) Lakukan perkusi,vibrasi,dan postural 4) Untuk memudahkan drainase secret
drainage sesuai indikasi 5) Pertahankan suhu lingkungan yang netral
5) Pertahankan suhu lingkungan yang netral
xvi
2) DX : Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi mekanis (adanya secret) / produksi
mucus banyak.
Tujuan :
NOC I :
Kriteria Hasil :
Kriteria Hasil :
xvii
Keterangan Skala :
Skala 1 : Selalu Menunjukkan
Skala 2 : Sering Menunjukkan
Skala 3 : Kadang Menunjukkan
Skala 4 : Jarang Menunjukkan
Skala 5 : Tidak Menunjukkan
Intevensi :
Tentukan kebutuhan oral/ suction tracheal.
Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suction
Beritahu keluarga tentang suction
Bersihkan daerah bagian tracheal setelah suction selesai dilakukan.
Monitor status oksigen pasien, status hemodinamik segera sebelum, selama dan
sesudah suction.
xviii
DAFTAR PUSTAKA
Hassan, R dkk. 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid II. Jakarta : Media
Aesculapius.
Santosa, B. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Definisi dan Klasifikasi. Jakarta :
Prima Medika.
Wilkinson. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Criteria Hasil
NOC. Edisi 7. Jakarta : EGC
Manuaba, I. B. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta :
EGC
Saifudin. A. B. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
xix
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ........................................................................... 1
DAFTAR PUSTAKA
xx