Você está na página 1de 17

DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR

KONSEPSI PENGATURAN

Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan Sungai

02 November 2015

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL SUMB ER DAYA AIR
D I R E K T O R A T B I N A O P E R A S I D A N P E M E L I H A R A A N
SUBDIREKTORAT OPERASI DAN PEMELIHARAAN SUNGAI DAN PANTAI
Jl.Pattimura No.20 Gedung SDA Lt.5 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12110 Telp.021-7395500
Daftar Isi

Bab 1 Pendahuluan .......................................................................................................... 3


1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 3
1.2 Identifikasi Masalah ..................................................................................... 4
1.3 Tujuan dan Kegunaan................................................................................... 5
1.4 Metode ......................................................................................................... 5

Bab 2 Kajian Teoretis dan Praktik Empiris ...................................................................... 6


2.1 Kajian Teoretis .............................................................................................. 6
2.2 Kajian terhadap Prinsip yang Terkait dengan Penyusunan Norma ............. 7
2.3 Kajian terhadap Praktik Penyelenggaraan, Kondisi yang Ada, serta
Permasalahan yang Dihadapi Masyarakat ................................................... 8
2.4 Kajian terhadap Implikasi Penerapan Pengaturan Baru yang akan
Diatur dalam Peraturan Menteri terhadap Berbagai Aspek ........................ 9

Bab 3 Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-undangan dan Literatur Terkait..... 10

Bab 4 Landasaan Yuridis, Maksud dan Tujuan Pengaturan........................................... 12


4.1 Landasan Yuridis......................................................................................... 12
4.2 Maksud dan Tujuan .................................................................................... 12

Bab 5 Ruang Lingkup Materi Muatan, Sasaran, dan Jangkauan Peraturan .................. 14
5.1 Ketentuan Umum Memuat Rumusan Akademik Mengenai
Pengertian, Istilah, dan Frasa ..................................................................... 14
5.2 Materi yang Akan Diatur ............................................................................ 15
5.3 Sasaran ....................................................................................................... 16
5.4 Jangkauan Pengaturan ............................................................................... 16

Bab 6 Penutup .............................................................................................................. 17


6.1 Simpulan ..................................................................................................... 17
6.2 Saran........................................................................................................... 17

–2–
1 Bab 1
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang dikarunia kekayaan alam berlimpah oleh Tuhan, yang
salah satunya berupa sungai. Mata air, ikan, pasir, dan banyak hal lain terkandung dalam
sungai dapat dimanfaatkan oleh manusia sepanjang masa, baik langsung maupun tidak
langsung. Karenanya, penting bagi pemerintah dan rakyat Indonesia untuk sama-sama
berperan dalam upaya perlindungan dan pelestarian sungai.

Tindakan nyata yang dilakukan pemerintah adalah membuat landasan hukum yang tegas,
jelas, dan lengkap tentang pengaturan pemanfaatan sungai. Landasan hukum tertinggi
yang berlaku saat ini adalah Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan.
Berdasarkan undang-undang tersebut, diharapkan banyak turunan peraturan pemerintah
yang memayungi kegiatan pemanfaatan sungai, termasuk didalamnya adalah kegiatan
eksploitasi dan pemeliharaan lengkap beserta amanat pembiayaannya.

Dalam perjalanan waktu, kegiatan eksploitasi dan pemeliharaan lebih umum disebut
dengan istilah operasi dan pemeliharaan atau OP. Definisi operasi adalah kegiatan
pengaturan, pengalokasian, serta penyediaan air dan sumber air untuk mengoptimalkan
pemanfaatan prasarana sumber daya air. Sedangkan definisi pemeliharaan adalah
kegiatan perawatan sumber air dan prasarana sumber daya air yang ditujukan untuk
menjamin kelestarian fungsi sumber air dan prasarana sumber daya air.

Kegiatan OP pada suatu sungai memiliki jangkauan pelayanan yang amat luas baik dari
segi obyek yang harus dikelola maupun subyek yang harus dilayani. Sementara itu
ketersediaan sumber daya tidak selalu dalam keadaan yang cukup untuk menjawab
seluruh kebutuhan pelayanan yang paling ideal. Oleh karenanya, agar kegiatan OP
berjalan efektif dan berkelanjutan, diperlukan jaminan pengaturan biaya yang tertib
berdasarkan Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP), melalui
pedoman tersendiri yang khusus membahas pembiayaan OP.

Untuk memenuhi ketentuan prosedural penyusunan pedoman yang akan ditetapkan


sebagai produk peraturan sebagaimana dimaksud dalam Surat Edaran Dirjen SDA Nomor
01/SE/D/2013 perihal Pedoman Operasi Standar Tentang Tata Cara Mempersiapkan
Produk Hukum di Lingkungan Ditjen SDA, maka sebelum pedoman mengenai pembiayaan
OP dibuat, terlebih dulu perlu disusun naskah konsepsi pengaturan.

–3–
1.2 Identifikasi Masalah

Adapun isu pokok terkait dengan perlunya pengaturan tentang Tata Cara Penyusunan
AKNOP Sungai adalah sebagai berikut:

1. Amanat mengenai OP sungai telah dituliskan dalam Pasal 12 Undang-Undang


Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan yang berbunyi “guna menjamin
kelestarian fungsi dari bangunan-bangunan pengairan untuk menjaga tata
pengairan dan tata air yang baik, perlu dilakukan kegiatan-kegiatan eksploitasi
dan pemeliharaan serta perbaikan-perbaikan bangunan-bangunan pengairan”.

2. Selanjutnya dalam Pasal 14 dijelaskan mengenai pembiayaan yang berbunyi


“segala pembiayaan untuk melakukan kegiatan-kegiatan dalam rangka Tata
Pengaturan Air dan Pembangunan Pengairan perlu diatur lebih lanjut oleh
Pemerintah”.

3. Meskipun amanat di atas sudah ada sejak lama, namun dalam realita masih
banyak sungai dan prasarana sungai di Indonesia yang tak terawat sebagaimana
mestinya sehingga kondisinya cenderung memburuk. Kondisi tersebut
mengakibatkan potensi yang terdapat pada sungai bersangkutan tidak dapat
didayagunakan secara optimal. Selain itu semakin banyak pula bangunan sungai
yang mengalami penurunan kinerja lebih cepat daripada umur efektif yang
direncanakan.

4. Banyak faktor yang menyebabkan kegiatan OP sungai dan prasarana sungai tidak
berjalan dengan baik, salah satu diantaranya adalah faktor pembiayaan.

5. Di masa lalu, setiap pelaksana kegiatan mengajukan biaya OP berdasarkan


lingkup, formula, dan tata cara masing-masing. Akibatnya, usulan biaya OP
tersebut sulit ditelusuri asal usulnya dan sulit dievaluasi keefektifannya. Dampak
turunan yang terjadi adalah tidak terpenuhinya asas keadilan tentang pembiayaan
OP di Indonesia.

6. Oleh karena itu, bagaimana penanganan terhadap permasalahan tersebut diatas,


bagaimana langkah-langkah antisipasi terhadap gejala permasalahan yang
mungkin timbul, serta bagaimana tertib penyelenggaraan penyusunan AKNOP
Sungai, kiranya perlu diatur dalam petunjuk teknis dan norma-norma dalam suatu
bentuk peraturan berupa Surat Edaran yang dapat menjadi acuan dan pedoman
khususnya bagi para pengelola dan pelaksana di lapangan.

–4–
1.3 Tujuan dan Kegunaan

Sesuai dengan identifikasi permasalahan sebagaimana dikemukakan diatas, maka


penyusunan konsepsi pengaturan ini dimaksudkan untuk:

1. Menganalisa permasalahan yang menjadi isu pokok perlunya disusun rancangan


Surat Edaran Direktur Jenderal Sumber Daya Air tentang “Tata Cara Penyusunan
AKNOP Sungai”.

2. Menguraikan dan menganalisis ketentuan peraturan perundangan yang berkaitan


dengan Penyusunan AKNOP Sungai.

3. Merumuskan landasan filosofis, landasan sosiologis, dan yuridis penyusunan


rancangan pengaturan dalam bentuk Surat Edaran mengenai hal tersebut.

4. Merumuskan sejauh mana arah, jangkauan, dan ruang lingkup pengaturan


rancangan Surat Edaran mengenai “Tata Cara Penyusunan AKNOP Sungai”.

1.4 Metode

Penyusunan konsepsi pengaturan pada dasarnya merupakan suatu kegiatan penelitian


dengan pendekatan yang berbasiskan pada kajian ilmiah baik dengan menggunakan data
primer, data sekunder, maupun hasil penelitian.

Jenis penelitian maupun kajian yang digunakan dalam penyusunan konsepsi pengaturan
adalah kajian yuridis normatif dengan pendekatan kajian deskriptif, melalui studi
kepustakaan dengan data sekunder.

Penelitian dilakukan dengan kajian terhadap ketentuan-ketentuan berkaitan dengan


aspek pelaksanaan pembiayaan OP Sungai, sebagaimana tercantum dalam peraturan
perundangan dan sumber pustaka terkait.

–5–
2 Bab 2
Kajian Teoretis dan Praktik Empiris

2.1 Kajian Teoretis

Tata Cara AKNOP Sungai merupakan salah satu turunan dari Pedoman Tata Cara OP
Sungai dan Prasarana Sungai yang telah disusun lebih dulu (Draf Pedoman Operasi dan
Pemeliharaan Sungai Versi 5). Berdasarkan pemahaman tersebut, materi yang diatur
dalam AKNOP Sungai harus selaras dengan pedoman Tata Cara OP Sungai dan Prasarana
Sungai. Jika pedoman OP induknya mengalami perubahan di kemudian hari, pedoman
AKNOP harus disesuaikan.

Pedoman OP Sungai dan Prasarana Sungai menjabarkan lingkup kegiatan sebagaimana


ditabulasi dalam Tabel 1.

Tabel 1 Lingkup Kegiatan OP Sungai dan Prasarana Sungai

Jenis Lingkup Kegiatan OP


Kegiatan Sungai Prasarana Sungai
Operasi 1) Penyediaan dan pengalokasian air 1) Pengoperasian bangunan pengatur
2) Pengendalian penggunaan air sungai atau pengendali debit dan arah
3) Pengelolaan kualitas air sungai aliran air sungai
4) Pengendalian pemanfaatan ruang 2) Pengoperasian bangunan atau pos
sungai pemantau kondisi hidrologi,
5) Pengendalian banjir (air tinggi) hidroklimatologi, dan kualitas air
6) Pengendalian penggunaan ruang di sungai
dataran banjir 3) Pengoperasian prasarana penunjang
7) Prakiraan dan peringatan dini atau pendukung kegiatan OP
bahaya banjir (peralatan dan kendaraan)
Pemeliharaan 1) Penatausahaan sungai 1) Penatausahaan bangunan sungai
2) Pemeliharaan ruang sungai 2) Pemeliharaan bangunan sungai
3) Pemeliharaan dataran banjir 3) Pemeliharaan bangunan/pos
4) Restorasi sungai pemantau kondisi hidrologi,
hidroklimatologi, dan kualitas air
sungai
4) Pemeliharaan prasarana penunjang
dan pendukung kegiatan OP baik
berupa gedung, peralatan dan
kendaraan
Sumber: Pedoman Tata Cara OP Sungai dan Prasarana Sungai (Draf Pedoman Operasi dan
Pemeliharaan Sungai Versi 5).

–6–
Lingkup kegiatan OP di atas tidak akan dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan
tanpa memperoleh dukungan pembiayaan yang memadai dan berkelanjutan. Oleh
karena itu, dibutuhkan suatu pedoman yang mengatur tata cara penyusunan anggaran
biaya sesuai dengan kenyataan di lapangan dan mencakup seluruh lingkup kegiatan OP
sesuai amanat Pedoman OP Sungai dan Prasarana Sungai (Draf Pedoman Operasi dan
Pemeliharaan Sungai Versi 5), pedoman yang dimaksud adalah Tata Cara Penyusunan
AKNOP Sungai dan Prasarana Sungai.

2.2 Kajian terhadap Prinsip yang Terkait dengan Penyusunan Norma

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang “Pembentukan Peraturan Peundang-


undangan”, pada pasal 5 mengamanatkan bahwa dalam membentuk peraturan
perundangan, harus dilakukan berdasarkan azas-azas:
1. Kejelasan tujuan;
2. Kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat;
3. Kesesuaian antara jenis dan materi muatan;
4. Dapat dilaksanakan;
5. Kedaya-gunaan dan kehasil-gunaan;
6. Kejelasan rumusan; dan
7. Keterbukaan.

Pengaturan mengenai Tata Cara Penyusunan AKNOP Sungai, sebenarnya telah


berdasarkan kepada azas-azas diatas. Pengaturan yang berisi pedoman ini jelas diarahkan
sebagai acuan (azas kejelasan tujuan dan kejelasan rumusan) untuk membantu dan
memudahkan para pengelola dan pelaksana di lapangan dalam melaksanakan kegiatan
Penyusunan AKNOP Sungai secara efektif (azas dapat dilaksanakan) dalam menjamin
ketersediaan biaya demi keterlaksanaan kegiatan OP sungai dan prasarana sungai (azas
kedaya-gunaan dan kehasil-gunaan).

Pengaturan Pedoman Tata Cara Penyusunan AKNOP Sungai tersebut diinisiasi dan
diterbitkan pula oleh pejabat yang berwewenang di bidangnya (bidang sumber daya air/
persungaian) (azas kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat), yang didasarkan
kepada kesesuaian antara jenis pengaturan dan materi muatan, dan bersifat mendesak
untuk dapat segera memenuhi kebutuhan pedoman dan SOP bagi para pelaksana di
lapangan. Dengan adanya pedoman tersebut, diharapkan adanya pemahaman bagi para
petugas maupun para pemangku kepentingan, sehingga mampu meningkatkan
kemampuan dalam menyusun AKNOP Sungai yang baik dan mudah dievaluasi (azas
keterbukaan).

Selanjutnya, sesuai dengan pasal 6 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 dinyatakan


bahwa materi peraturan perundangan mengandung azas:

–7–
1. Pengayoman;
2. Kemanusiaan;
3. Kebangsaan;
4. Kekeluargaan;
5. Kenusantaraan;
6. Bhineka tunggal ika;
7. Keadilan;
8. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;
9. Ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau
10. Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.

Pedoman Tata Cara Penyusunan AKNOP Sungai yang bersifat umum berlaku di seluruh
wilayah Indonesia, untuk kepentingan bangsa Indonesia (azas kebangsaan), serta
diarahkan untuk memberikan jaminan ketersediaan biaya bagi pelaksanaan OP sungai
dan prasarana sungai yang kemudian memiliki fungsi manfaat bagi kepentingan
kesejahteraan masyarakat luas (asas kemanusiaan). Muatan dalam pengaturan pedoman
Tata Cara Penyusunan AKNOP Sungai ini, memperhatikan pula kondisi lokal sehingga
dapat diterapkan dan diaplikasikan sesuai karakter setempat serta memperhatikan azas-
azas sesuai amanat diatas.

2.3 Kajian terhadap Praktik Penyelenggaraan, Kondisi yang Ada, serta


Permasalahan yang Dihadapi Masyarakat

1. Kegiatan OP sungai memberikan dampak besar terhadap peningkatan kinerja dan


umur layan sungai serta prasarananya. Namun tanpa ada dukungan pembiayaan
yang memadai, kegiatan OP tidak dapat berjalan lancar.

2. Pelaksana dan pengelola OP di daerah tidak mengetahui dan tidak memiliki


pilihan lain dalam menyusun AKNOP, selain asumsi sendiri. Akibatnya usulan
AKNOP sangat beragam, sulit ditelusuri asal usulnya, dan sulit dievaluasi
keefektifannya. Dampak lanjutan dari keberagaman usulan AKNOP ini adalah
tidak terpenuhinya asas keadilan pemenuhan kebutuhan pembiayaan antar
pengelola OP di daerah serta penyediaan dana OP yang tidak tepat sasaran.

3. Hal-hal yang diuraikan di atas menunjukan bahwa faktor ketidakmampuan


ataupun ketidaktahuan mengenai penyusunan AKNOP sungai, pada akhirnya akan
menambah beban keuangan negara.

4. Diharapkan dengan adanya pedoman Penyusunan AKNOP Sungai, pelaksana OP


daerah mendapatkan instumen AKNOP yang mudah disusun, sedangkan
pemerintah pusat mendapatkan instrumen AKNOP yang mudah dievaluasi.

–8–
Sehingga menciptakan dampak positif lanjutan berupa tertib AKNOP, pembiayaan
yang tepat sasaran, serta kelancaran pelaksanaan program OP.

2.4 Kajian terhadap Implikasi Penerapan Pengaturan Baru yang akan Diatur
dalam Peraturan Menteri terhadap Berbagai Aspek

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan praktik empiris yang telah
berjalan, ada hal-hal yang akan berubah dengan penerapan pedoman Tata Cara
Penyusunan AKNOP Sungai. Seperti misalnya, pada masa lampau pelaksana OP bebas
menentukan komponen biaya apa saja yang termasuk dalam perhitungan AKNOP,
terkadang ada komponen yang berlebih namun juga ada yang tidak tercatat, setelah
diterapkannya pedoman penyusunan AKNOP Sungai, hal ini tidak akan terjadi lagi.

–9–
3 Bab 3
Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-undangan Terkait

Peraturan Perundang-undangan yang mendasari pentingnya penyusunan “Pedoman


AKNOP Sungai” adalah:

1. Undang-undang Nomor 11 tahun 1974 tentang Pengairan, mengamanatkan


Pemerintah mempunyai kewajiban menetapkan tata cara pembinaan dalam
rangka kegiatan pengairan menurut bidang masing-masing sesuai dengan fungsi
dan peranannya, antara lain meliputi kegiatan pengamanan dan atau
pengendalian daya rusak air terhadap daerah-daerah sekitarnya (pasal 10).

2. Peraturan Pemerintah Nomor 35 tahun 1991 tentang sungai, mengatur perlunya


kegiatan pengendalian daya rusak air, perlindungan sungai dan bangunan sungai
melalui kegiatan pengelolaan, operasi dan pemeliharaan bangunan sungai.
Pelaksanaan OP meliputi pengaturan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi
untuk menjamin keberlanjutan fungsi dan manfaat bangunan sungai.

3. Melalui dua landasan hukum di atas, kegiatan OP jelas merupakan amanat negara
yang harus dilaksanakan sebaik-baiknya demi pelestarian sumber daya air
khususnya sungai dan prasarana sungai.

4. Pembiayaan OP secara khusus juga diamanatkan dalam Undang-undang Nomor


11 tahun 1974 tentang Pengairan Pasal 14 yang berbunyi segala pembiayaan
untuk melakukan kegiatan-kegiatan dalam rangka Tata Pengaturan Air dan
Pembangunan Pengairan diatur lebih lanjut oleh Pemerintah.

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor


06/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Sumber Air dan Bangunan
Pengairan tepatnya pasal 21 berbunyi biaya operasi dan pemeliharaan prasarana
sumber daya air merupakan biaya untuk operasi prasarana sumber daya air serta
pemeliharaan sumber daya air dan prasarana sumber daya air. Hal ini ditetapkan
berdasarkan kebutuhan nyata operasi dan pemeliharaan sumber daya air. Pada
pasal yang sama, disebutkan pula bahwa kebutuhan nyata merupakan dana yang
dibutuhkan guna membiayai operasi dan pemeliharaan sumber daya air untuk
menjaga keberlanjutan fungsi dan manfaat sumber daya air.

– 10 –
6. Atas dasar peraturan perundang-undangan di atas, pembiayaan OP mutlak
diperlukan guna menjamin keberlangsungan dan keberlanjutan kegiatan OP.
Penyusunan pembiayaan OP dilaksanakan berdasarkan rencana program nyata
OP di lapangan (AKNOP). Oleh karenanya, peraturan dan petunjuk detail
pelaksanaan perencanaan AKNOP Sungai perlu dilengkapi, sebagai referensi dan
acuan serta pegangan bagi para petugas dan pelaksana di lapangan.

7. Penjabaran mengenai lingkup kegiatan operasi dan pemeliharaan sungai dan


prasarana sungai dapat mengacu pada Draf Pedoman Operasi dan Pemeliharaan
Versi 5 Tahun 2015.

– 11 –
4 Bab 4
Landasan Yuridis, Maksud dan Tujuan Pengaturan

4.1 Landasan Yuridis

1. Undang-undang 11 tahun 1974 tentang Pengairan pasal 13 yang menyebutkan


bahwa bangunan pengairan harus dilindungi dan diamankan, dipertahankan
kelestariannya supaya memenuhi fungsinya dengan jalan melakukan pengamanan
dan pengendalian daya rusak air terhadap sumber-sumbernya, serta melakukan
pengamanan dan perlindungan terhadap bangunan-bangunan pengairan.
Selanjutnya pasal 12 disebutkan bahwa guna menjamin kelestarian fungsi
bangunan pengairan perlu dilakukan kegiatan-kegiatan eksploitasi dan
pemeliharaan serta perbaikan-perbaikan bangunan pengairan. Tentang
pembiayaan diatur pada Pasal 14 yang berbunyi segala pembiayaan untuk
melakukan kegiatan-kegiatan dalam rangka Tata Pengaturan Air dan
Pembangunan Pengairan diatur lebih lanjut oleh Pemerintah.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 35 tahun 1991 tentang sungai, mengatur perlunya


kegiatan pengendalian daya rusak air, perlindungan sungai dan bangunan sungai
melalui kegiatan pengelolaan, operasi dan pemeliharaan bangunan sungai.
Pelaksanaan OP meliputi pengaturan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi
untuk menjamin keberlanjutan fungsi dan manfaat bangunan sungai.

3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor


06/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Sumber Air dan Bangunan
Pengairan tepatnya pasal 21 berbunyi biaya operasi dan pemeliharaan prasarana
sumber daya air merupakan biaya untuk operasi prasarana sumber daya air serta
pemeliharaan sumber daya air dan prasarana sumber daya air. Hal ini ditetapkan
berdasarkan kebutuhan nyata operasi dan pemeliharaan sumber daya air. Pada
pasal yang sama, disebutkan pula bahwa kebutuhan nyata merupakan dana yang
dibutuhkan guna membiayai operasi dan pemeliharaan sumber daya air untuk
menjaga keberlanjutan fungsi dan manfaat sumber daya air.

4. Draf Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Sungai Versi 5 Tahun 2015, merupakan
sebuah draf pedoman yang digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan
kegiatan operasi dan pemeliharaan sungai dan prasarana sungai.

– 12 –
4.2 Maksud dan Tujuan

Pengaturan ini diperlukan selain untuk memenuhi kebutuhan mengenai acuan standar
atau pedoman baku bagi para pelaksana di lapangan, juga merupakan penjabaran tindak
lanjut dari amanat Undang-undang 11 tahun 1974 tentang Pengairan dan terkait sumber
daya air khususnya mengenai pembiayaan Pasal 14, PP 35 tahun 1991 tentang sungai,
serta merupakan amanat Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor 06/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Sumber Air dan Bangunan
Pengairan tepatnya pasal 21 mengenai pembiayaan.

Sedangkan maksud dan tujuan pembentukan pedoman adalah sebagai berikut:


1. Menjadi acuan dan payung hukum dalam penyusunan AKNOP Sungai.
2. Memberikan uraian tentang komponen biaya yang masuk dalam perhitungan
AKNOP, supaya tercipta keseragaman di lingkungan pelaksana OP.
3. Memberikan uraian tentang tata cara dan formula AKNOP ke dalam suatu
instrumen yang mudah disusun dan mudah dievaluasi.

– 13 –
5 Bab 5
Ruang Lingkup Materi Muatan, Sasaran,
dan Jangkauan Pengaturan

5.1 Ketentuan Umum Memuat Rumusan Akademik Mengenai Pengertian,


Istilah, dan Frasa

Dalam konsepsi pengaturan tentang Penyusunan AKNOP Sungai, istilah-istilah yang perlu
didefinisikan adalah sebagai berikut:
1. Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan
AKNOP atau Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan adalah
kebutuhan biaya operasi dan pemeliharaan berdasarkan perhitungan
kebutuhan nyata di lapangan.
Sumber: Permen PU Nomor 05/PRT/M/2010
2. Operasi Sungai
kegiatan pengaturan, pengalokasian, serta penyediaan air dan sumber air
untuk mengoptimalkan pemanfaatan prasarana sumber daya air.
3. Pedoman
Acuan yang bersifat umum yang harus dijabarkan lebih lanjut dan dapat
disesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan daerah setempat.
Sumber: Penjelasan PP No. 25 Tahun 2000 pasal 2 ayat 3
4. Pemeliharaan
kegiatan untuk merawat sumber air dan prasarana sumber daya air yang
ditujukan untuk menjamin kelestarian fungsi sumber air dan prasarana sumber
daya air.
5. Sungai
Alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air
beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengandibatasi kanan
dan kiri oleh garis sempadan.

– 14 –
5.2 Materi yang Akan Diatur

Materi yang akan diatur dalam Pedoman AKNOP Sungai meliputi:


1. Pola Pikir Penyusunan AKNOP Sungai
2. Lingkup Pembiayaan OP Sungai
3. Instrumen Penyusunan AKNOP Sungai
Penjelasan lebih lanjut mengenai garis besar materi tersebut diatas, diungkapkan di
dalam tabel berikut.

Tabel 2 Materi yang akan diatur dalam Tata Cara Penyusunan AKNOP Sungai

No Bab Materi Muatan


1 Pendahuluan 1a. Latar belakang.
1b. Dasar hukum.
1c. Tujuan.
1d. Jangkauan pedoman.
2 Pola pikir penyusunan 2a. Linkup kegiatan OP.
AKNOP 2b. Harga satuan.
3 Komponen Biaya Operasi 3a. Penyediaan dan Pengalokasian Air
Sungai 3b. Pengendalian Penggunaan Air Sungai
3c. Pengelolaan Kualitas Air Sungai
3d. Pengendalian Pemanfaatan Ruang Sungai
3e. Pengendalian Banjir (Air Tinggi)
3f. Prakiraan dan Peringatan Dini Bahaya Banjir
3g. Inspeksi Rutin
4 Komponen Biaya Operasi 4a. Bangunan sungai yang berfungsi sebagai pengatur,
Prasarana Sungai pengendali, pengarah atau pembagi aliran air sungai.
4b. Bangunan atau pos pemantau kondisi hidrologi dan
hidroklimatologis, dan kualitas air.
4c. Prasarana pendukung pelaksanaan tugas operasi ataupun
pemeliharaan sungai.
Tabel 2 bersambung.

– 15 –
Tabel 2 Materi yang akan diatur dalam Tata Cara Penyusunan AKNOP Sungai
(sambungan)

No Bab Materi Muatan


5 Komponen Biaya 5a. Penatausahaan Sungai
Pemeliharaan Sungai 5b. Pemeliharaan Ruang Sungai
5c. Pemeliharaan Dataran Banjir
5d. Restorasi Sungai
6 Komponen Biaya 6a. Penatausahaan bangunan sungai.
Pemeliharaan Prasarana 6b. Pemeliharaan bangunan sungai.
Sungai
6c. Pemeliharaan bangunan/pos pemantau kondisi hidrologi,
hidroklimatologi, dan kualitas air sungai.
6d. Pemeliharaan prasarana penunjang dan pendukung
kegiatan OP baik berupa gedung, peralatan, dan
kendaraan.
7 Instrumen Penyusunan 7a. Worksheet 1 – Lingkup Kegiatan OP
AKNOP 7b. Worksheet 2 – OSU, PSU, OPS, dan PPS
7c. Worksheet 3 – Total AKNOP
7d. Worksheet 4 – Daftar AHS
7e. Worksheet 5 – AHS

5.3 Sasaran

Dengan adanya tata cara yang jelas, diharapkan penyusunan AKNOP di masa mendatang
akan berjalan sistematis (mudah disusun dan mudah dievaluasi) di seluruh Indonesia.

5.4 Jangkauan Pengaturan

Jangkauan pengaturan pedoman Tata Cara AKNOP Sungai meliputi pembiayaan atas
seluruh lingkup kegiatan OP yang termuat dalam Pedoman Tata Cara OP Sungai dan
Prasarana Sungai (Draf Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Sungai Versi 5).

– 16 –
6 Bab 6
Penutup

6.1 Simpulan

Pembentukan pedoman Tata Cara Penyusunan AKNOP Sungai dan merupakan suatu
keniscayaan, yang bertujuan untuk memberikan kemudahan penyusunan AKNOP bagi
pelaksana OP dan untuk memberikan kemudahan evaluasi kinerja bagi pengelola OP,
sehingga anggaran biaya dapat diatur dengan sebaik-baiknya.

6.2 Saran

Materi yang diatur dalam AKNOP Sungai harus selaras dengan Pedoman OP Sungai dan
Prasarana Sungai. Jika pedoman OP induknya mengalami perubahan di kemudian hari,
pedoman AKNOP harus disesuaikan.

– 17 –

Você também pode gostar