Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Abstrak
Dewasa ini perpipaan merupakan sarana transportasi fluida yang paling diminati dalam dunia industri minyak
dan gas. Akan tetapi permasalahan yang dialami dalam proses instalasi maupun perawatan pipa juga sangat
beragam, diantaranya adalah stress corrosion cracking (SCC) yang bisa menyebabkan kegagalan pada sistem
perpipaan dalam waktu yang sangat singkat. Berbagai penelitian dilakukan untuk memprediksi pengaruh SCC
terhadap umur pipa bawah laut, baik dengan uji fisik maupun dengan uji numerik. Penelitian ini menggunakan
metode numerik, yakni memprediksi umur operasi pipa dengan metode pendekatan matematis yang berdasar
pada parameter-parameter yang berkaitan dengan proses korosi dan retak. Laju korosi dan laju perambatan retak
dimodelkan secara non-linear, dengan berdasar pada kondisi lingkungan dan sifat material terhadap korosi dan
perlakuan panas. Model laju korosi berkaitan erat dengan nilai pH dan suhu, sedangkan model laju retak
dipengaruhi oleh stress intensity, fracture toughness, dan beberapa parameter lingkungan. Fast crack terjadi
pada +45% dari tebal pipa yang mengakibatkan umur pipa berkurang hingga 96% ketika perambatan retak telah
mencapai kondisi fast crack.
Kata Kunci : stress corrosion cracking, pipa bawah laut, laju korosi, laju retak, non-linear, fast crack,
perambatan retak.
2
(API 5L), dan didapat tebal efektif pipa adalah sebesar Tabel 1. Hasil laju korosi pada API 5L x-65 pada
0.312 Inch (7.8 mm). variasi pH
Pemodelan berikutnya adalah pipa 3D yang terkena T (oC) t (jam) pH CR (mpy)
beban arus sebesar 0.7 knots menggunakan bantuan 25 6 3.5 21.83
software (Ansys 12). Hasil tekanan yang didapat dari 25 6 4 6.43
pemodelan pipa 3D pada Ansys adalah 0.0022 Psi. 25 6 4.5 -
25 6 5 -
Pemodelan berikutnya adalah memprediksi laju korosi 25 6 6 -
pada pipa akibat media korosif. Metode yang
digunakan adalah membandingkan hasil uji fisik pada Tabel 2. Hasil laju korosi pada API 5L x-65 pada
material yang sama dengan pendekatan matematika variasi suhu
yang didasarkan pada reaksi kimia yang terjadi pada T (oC) t (jam) pH CR (mpy)
pipa. Reaksi pembentukan korosi pada pipa baja 25 6 4.5 -
karbon (API 5L x-65) akibat lingkungan H 2 S adalah 35 6 4.5 -
sebagai berikut: 45 6 4.5 21.83
Fe + 2H 2 S FeS + H 2 (2) 55 6 4.5 26.02
65 6 4.5 29.48
Hasil dari reaksi pada persamaan (1) adalah baja
karbon melepas ion pada daerah anodik, sedangkan Berdasar pada tabel 1 dan 2 maka bisa diplotkan garis
pada katodik terjadi evolusi hidrogen. Pendekatan linear pada grafik perbandingan nilai antara laju
matematika yang dilakukan berdasar pada pendapat korosi terhadap suhu dan pH.
Levenspiel, yakni:
ΔW
d
A FeS
v= = k H 2S
n
(3)
dt
Persamaan (3) menyebutkan bahwa berat material
yang hilang akibat korosi (loss of thickness) setara
dengan perubahan konsentrasi specimen pada
konstanta tertentu, nilai konstanta ini dikemukakan
oleh Van’t hoff.
d (ln k )
Gambar 3. Plot log CR terhadap 1/T
Q
= (4)
dT RT 2 Gambar 3 didapat dari persamaan matematika berikut:
Persamaan (4) dimasukkan pada persamaan (3)
∆W
d
disatukan dengan melakukan pengintegralan terlebih A FeS
d log (5)
dahulu pada persamaan (4) sehingga didapat nilai k.
Q = −2,3R dt
Hasil persamaan matematikanya adalah 1
d
T
∆W
d pH
A FeS = Q
log log k0 + n log H 2 S −
dt 2,3RT (5) Hasil nilai dari plot pada gambar 3 akan menghasilkan
Persamaan (5) kemudian didiferensialkan terhadap nilai Q yakni sebesar 17.78 kkal/mol yang digunakan
nilai log pH dan log T yang didapat dari uji fisik pada dalam persamaan laju korosi. Selanjutnya adalah
material seperti pada tabel 1 dan 2. membuat plot antara nilai log CR terhadap log pH
seperti pada gambar 4.
3
Dan
a 12
a a a
2
a
3
4
Dengan Setalah melakukan meshing sensitivity analysis, hasil
K c : Fracture toughness (Mpa√m) yang didapat dari pemodelan Ansys menunjukkan
σ y : Tegangan izin (Mpa) angka 9.0951 Mpa, atau mempunyai nilai error
α : Retak awal (mm) sebesar 0.27%.
Hasil fracture toughness yang didapat untuk masing- Perhitungan rambat retak pipa mempertimbangkan
masing panjang retak awal sesuai kondisi pada SIF faktor lingkungan yakni suhu, konstanta gas, dan
adalah sebagai berikut: energi aktivasi, oleh karena itu sifat rambat retak pada
Tabel 4. Fracture toughness pada variasi α pipa cenderung ke arah elatis plastis. Cepat rambat
retak pada pipa akan bertambah seiring dengan
Nilai α (mm)
Komponen bertambahnya retakan, dan akan menjadi sangat cepat
0.1 0.5 1 1.5 2 4 5.61
KC ketika retakan telah mencapai zona plastis SCC.
(Mpa√m 7.94 17.8 25.1 30.7 35.5 50.2 59.5
Secara umum persamaan rambat retak pada SCC bisa
Melihat pada tabel 3 dan 4, maka dapat diketahui dituliskan sebagai berikut:
•
= C (K a − K SCC )
panjang retak kritis adalah 5.6145 mm karena harga da
a=
m
(11)
SIF sama dengan harga fracture toughness. Dalam dt
Dengan
penelitiannnya, Young, Wilkening, Morton, Richey
dan Lewis mengungkapkan bahwa panjang daerah C = Konstanta material
plastis pada material yang diserang SCC sama dengan K α = SIF pada α (Mpa√m)
2 kali panjang daerah plastis pada kondisi tanpa SCC K SCC = SIF pada α c (Mpa√m)
(pengaruh suhu dan korosi). Sehingga dari data pada m = Bulging factor
tabel 3 dan 4 maka dapat diambil kesimpulan bahwa Sedangkan bulging factor adalah perbandingan antara
panjang retak kritis material pada kasus SCC adalah SIF lengkung terhadap SIF datar, persamaan
sebesar. penyelesainnya adalah
a pSCC = (7.8 − 5.6145) * 2 2 4
2a 2a
m( a) = 1 + 0.314 − 0.00084 (12)
= 4.317 mm Rt Rt
Dengan
Guna verifikasi hasil digunakan juga pemodelan
menggunakan software (Ansys), pemodelan di Ansys R = Jari-jari pipa (mm)
dilakukan pada α = 1.5 mm. Menggunakan pemodelan t = Ketebalan pipa (mm)
2D dengan mengambil bagian lokal dari retakan. α = Panjang retak (mm)
Gambar geometri model dan meshing terlihat pada Akan tetapi karena ada pengaruh suhu dan korosi,
gambar 6. maka digunakan persamaan Arrhenius.
• − Qapp
a ≈ A0 exp
(13)
RT
Dengan
A 0 = Pre-exponential number (1021)
R = Konstanta gas (8.31 J/mol)
Q = Energi aktivasi (17.78 kkal/mol)
T = Suhu (80 oC)
Young, Wilkening, Morton, Richey, dan Lewis
menambahkan bahwa komposisi energi yang
Gambar 6. Meshing pada model pipa
dikeluarkan pada proses retak karena SCC
5
mempunyai harga yang identik dengan nilai K pada Berdasar pada tabel (6), dapat dilihat bahwa umur
retakan tertentu. Energi retakan akan menjadi sangat pipa bertambah seiring dengan bertambahnya tebal
besar ketika mencapai titik plastis. pipa. Penambahan ketebalan 0.2 meter pada pipa
memberikan penambahan umur operasi pipa hingga
J a = K a < K SCC ; J ac = K ac ≥ K SCC (14)
9%. Berikut adalah grafik perbandingan laju korosi
Nilai energi yang dilepas pada proses SCC untuk pada t=7.8 mm dan t= 8 mm.
menahan retakan setara dengan jumlah fracture
toughness pada fase retakan tertentu.
J SCC = J C = K C = K SCC (15)
Berdasar pada persamaan 13, 14, dan 15, maka
persamaan penyelesaian untuk menghitung laju
rambat retak adalah
− Qapp
m
• da K
a= = A0 C a . exp
(16)
dt K SCC RT
Hasil yang didapat dari perhitungan laju rambat retak
pada pipa dengan menggunakan persamaan (16) Gambar 7. Grafik crack growth rate pada pipa
adalah sebagai berikut:
Verifikasi model dilakukan dengan membandingkan
Tabel 5. Umur operasi pipa pada variasi α, t=7.8 mm
hasil perhitungan laju retak pada penelitian-penelitian
α (mm) CR (mmpy) CGR (mmpd) PCT (Th) RCT (Th)
0.1 0.069 0.000234485 22 50 sebelumnya. Diantara penelitian yang dijadikan bahan
0.5 0.069 0.001296567 7 14 pembanding adalah penelitian Falakh pada tahun
1 0.069 0.002715251 3 7 2009. Penelitian Falakh dilakukan pada material yang
2 0.069 0.006366758 <2 3
3 0.069 0.013487598 <1 1 mempunyai tegangan ijin sebesar 35000 Psi dan
4 0.069 0.033745123 - - kandungan H 2 S mencapai 1% pada retak awal = 2
5 0.069 0.121279639 - -
mm. Berikut adalah plot titik untuk model laju retak
Keterangan :
dan penelitian Falakh.
PCT = plastic crack time (waktu terjadi fast crack)
RCT = real crack time (waktu terjadi real crack)
CR= corrosion rate (milimeter per year)
CGR= crack growth rate (milimeter per day)
6
bergantung pada harga pH dan T, terbukti dari Cozelj L, Mavko B, Riesch-oppermann H, Briicker-
persamaan penyelesaian yang didapatkan yakni Foit A, 1995, Propagation of Stress Corrosion
T − 373 Crack in Steam Generator Tubes, International
v(mpy ) = 1.23 H 2 S exp 5.96
1.14