Você está na página 1de 49

ASUHAN KEPERAWATAN GINEKOLOGI

PADA Ny.S DENGAN KANKER SERVIKS STADIUM III B


DI RUANG MAWAR III RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Disusun oleh :
1. Aditiya Kurniawan (SN171003)
2. Agustin Kusuma Wardani (SN171008)
3. Belladina Tiya S (SN171035)
4. Dwi Setyarini (SN171052)
5. Erma Setiawatik (SN171065)
6. Eva Septerina Dwi Hapsari (SN171067)
7. Febriyan Kusumo Ningrum (SN171069)
8. Ida Pramawati (SN171088)
9. Saifuddin (SN171154)
10. Supriyanto (SN171058)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kanker serviks merupakan penyakit kanker yang menimbulkan


kematian terbanyak terutama di Negara berkembang. Salah satu penyebabnya
adalah karena infeksi Human Papilloma Virus (HPV) yang merangsang
perubahan perilaku sel epitel serviks. Infeksi HPV mempunyai prevalensi
yang tinggi pada kelompok usia muda, sementara kanker serviks baru timbul
pada usia tiga puluh tahunan atau lebih (Anwar, 2011).
Kejadian kanker serviks di Dunia pada tahun 2002, diperkirakan
493.000 kematian yang tercatat. Secara umum, insiden kanker serviks yang
lebih tinggi ditemukan di negara-negara berkembang yang berkontribusi 83%
dari kasus yang dilaporkan setiap tahunnya. Munculnya penderita kanker
serviks paling banyak dijumpai di daerah Sub-Sahara Afrika, Melanesia,
Amerika Latin, Karibia, dan di Asia Selatan-Tengah serta Tenggara. Masih
tingginya penderita kemungkinan karena kurangnya program pencegahan
kanker di negara yang sedang berkembang (Schorge et al, 2008).
Menurut Depkes RI (2008) dalam kategori penyakit kanker pasien
rawat inap di Rumah Sakit sejak tahun 2004 sampai 2008 dalam temuan
kasus kanker serviks menempati posisi kedua setelah kanker payudara.
Namun kanker serviks menempati peringkat pertama penyebab kematian
pada wanita dengan kasus keganasan kanker.
Menurut Dinkes Jateng (2012) angka kejadian kanker sebanyak
11.341 kasus. Kanker serviks sebanyak 2.259 kasus (19,92%), kanker
payudara sebanyak 4.206 kasus (37,09%), kanker hati sebanyak 2.755 kasus
(24,29%) dan kanker paru sebanyak 2.121 kasus (18,70%).
Berdasarkan catatan dari buku registrasi rekam medik di RSUD
(Rumah Sakit Umum Daerah) Dr. Moewardi Surakarta jumlah kasus kanker
serviks pada tahun 2012 sejumlah 841 kasus. Sedangkan pada tahun 2013
terjadi peningkatan jumlah penderita kanker serviks menjadi 1.757 kasus.
Pengobatan kanker serviks sangat tergantung pada jenis, lokasi dan tingkat
penyebarannya. Apabila kanker serviks dapat di deteksi pada stadium awal
maka kemungkinan keberhasilan pengobatan akan lebih tinggi. Akan tetapi
pada kenyataanya sebagian besar wanita yang di diagnosis kanker serviks di
Indonesia baru mendatangi pelayanan kesehatan saat kanker serviks yang di
derita sudah mencapai tahap lanjut. Gejala yang dapat dirasakan penderita
yaitu kehilangan berat badan, perdarahan berbau busuk, dan nyeri yang
menyebar ke pleksus sakralis (Stead et al, 2007). Sejalan dengan pernyataan
Susanti, Azis dan Bachtiar (2003) yang menyatakan bahwa di Indonesia
umumnya pasien kanker serviks datang berobat pada stadium lanjut 62%
sehingga kanker serviks memiliki persentase 66% dari penyebab kematian
ginekologi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar wanita
penderita kanker serviks di Indonesia baru berobat atau mendatangi
pelayanan kesehatan saat kondisi kanker serviks sudah parah atau sudah
mengalami metastasis.
Kondisi kanker serviks yang sudah parah pada penderita kanker
serviks di Indonesia disebabkan keterlambatan deteksi kanker serviks (pap
smear). Menurut Ambarwati, (2011) faktor-faktor yang berhubungan dengan
perilaku wanita usia subur tidak melakukan deteksi dini kanker serviks (pap
smear) meliputi pengetahuan, sikap, pendidikan dan biaya. Padahal tingkat
stadium dari kanker serviks tersebut akan sangat mempengaruhi
penatalaksanaan kanker serviks dan juga hasilnya.
Penatalaksanaan untuk kanker serviks ada beberapa macam yaitu
melalui pembedahan, radioterapi dan kemoterapi. Alternatif pengobatan
utama adalah kemoterapi. Jenis kemoterapi yang paling baik adalah
kemoterapi ajuvan karena telah terbukti dapat mengurangi efek samping,
dapat lebih mengontrol metastasis, serta memiliki tingkat kerusakan sistem
genital yang lebih sedikit (Shuang et al, 2013).
Kemoterapi memiliki dampak dalam berbagai bidang kehidupan
antara lain dampak terhadap fisik dan psikologis. Berbagai dampak pada fisik
meliputi kerontokan rambut yang merupakan efek paling sering dan juga
yang paling ditakuti. Kerontokan rambut terjadi sekitar 65% dari semua
pasien (Luanpitpong dan Rojanasakul, 2012), kelelahan merupakan gejala
yang paling umum dialami pasien selama pengobatan. Kelelahan terjadi
sekitar 82% sampai 100% dari semua pasien (Ream, 2006), mucositis terjadi
sekitar 80% pada pasien dengan terapi kombinasi radioterapi dan kemoterapi
sedangkan pada pasien dengan terapi tunggal kemoterapi angka kejadiannya
sekitar 22% (Silverman, 2006), anemia merupakan dampak yang sering
dialami pada mayoritas pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Terdapat
sekitar 83% dari pasien yang mengalami kemoterapi menunjukkan anemia
(Rim, 2012), neuropati perifer dalam bentuk kesemutan dan penurunan skala
kekuatan otot. Terjadi sekitar 30% sampai 40% dari semua pasien yang
mendapatkan kemoterapi (Wolf et al, 2008), diare adalah efek samping yang
disebabkan oleh berbagai jenis agen kemoterapi. Kejadian diare sekitar 50%
sampai 80% (Fiore, 2009), konstipasi merupakan efek samping yang terjadi
karena beberapa faktor yaitu kondisi keganasan dari kanker itu sendiri,
berkurangnya intake makanan dan minuman, mobilitas yang berkurang dan
usia lanjut. Kejadian konstipasi sekitar 50% sampai 80% (Avila, 2004),
toksisitas kulit dapat menyebabkan kerusakan pada kuku (paronychia dan
melanonychia), kerusakan pada barier kulit (ruam, kulit kering dan
hiperpigmentasi) serta kerusakan pada mukosa seperti Steven Johnson
Syndrome dan nekrolisis epidermal toksik (Fabbrocini et al, 2012), mual dan
muntah merupakan efek yang buruk dan penting untuk ditangani, mual dan
muntah terjadi sekitar 64,4% dari keseluran pasien yang menjalani
kemoterapi (Hawkins, 2009), efek yang terakhir adalah penurunan berat
badan terjadi sekitar 50% pada semua pasien saat terdiagnosis kanker dan
80% pada pasien dengan kanker stadium lanjut (Lara et al, 2012).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan dengan pengambilan
partisipan secara acak didapatkan hasil 5 dari 7 partisipan menyatakan tidak
tahu tentang dampak yang akan terjadi setelah menjalani pengobatan
kemoterapi.
Berbagai penjelasan terkait dengan tingginya angka kejadian kanker
serviks serta berbagai efek yang ditimbulkan dari kemoterapi sehingga
peneliti tertarik untuk mengetahui lebih mendalam lagi terkait respon fisik
dan psikologis pada wanita dengan kanker serviks dan kemoterapi di RSUD
Dr. Moewardi Surakarta.

B. TUJUAN
Adapun tujuan dari asuhan keperawatan ini dibagi menjadi dua yaitu :
1. Tujuan umum
Mengetahui respon fisik dan psikologis pada wanita dengan kanker serviks
dan kemoterapi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui karakteristik partisipan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
b. Mengidentifikasi respon fisik pada wanita dengan kanker serviks yang
mendapat pengobatan kemoterapi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
c. Mengidentifikasi respon psikologis pada wanita dengan kanker serviks
yang mendapat pengobatan kemoterapi di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Kanker leher rahim (serviks) adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada
jaringan serviks. Kanker serviks merupakan pertumbuhan baru yang ganas
terdiri dari sel-sel epithelial yang cenderung menginfiltrasi jaringan
sekitarnya dan menimbulkan metastasis. Kanker serviks merupakan penyakit
akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya
pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di
sekitarnya ( Nurarif, 2015).
Kanker Cerviks yaitu keganasan pada leher rahim yang merupakan
keganasan pada bagian terendah rahim yang menonjol ke liang sanggama /
vagina (Depkes RI, 2008)
Kanker Cerviks merupakan pertumbuhan dari Human Papilloma Virus
(Abuizer dkk, 2007).

B. Tanda dan Gejala


Menurut Sukaca (2009), gejala penderita kanker serviks
diklasifikasikan menjadi dua yaitu gejala pra kanker serviks dan gejala kanker
serviks.
Gejala pra kanker serviks ditandai dengan gejala :
a. Keluar cairan encer dari vagina (keputihan)
b. Pendarahan setelah sanggama yang kemudian dapat berlanjut menjadi
pendarahan yang abnormal.
c. Pada fase invasive dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan,
berbau dan dapat bercampur dengan darah.
d. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi pendarahan kronis
e. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau diperut bagian bawah bila ada radang
panggul.
Bila sel-sel tidak normal ini berkembang menjadi kanker serviks, maka
muncul gejala-gejala sebagai berikut:
a. Pendarahan pada vagina yang tidak normal.
Ditandai dengan pendarahan diantara periode menstruasi yang regular,
periode menstruasi yang lebih lama dan lebih banyak dari biasanya,
pendarahan setelah hubungan seksual.
b. Rasa sakit saat berhubungan seksual.
c. Bila kanker telah berkembang makin lanjut maka dapat timbul gejala-
gejala seperti penurunan berat badan, nyeri panggul, kelelehan,
berkurangnya nafsu makan, keluar tinja dari vagina, dll.
C. Patofisiologi dan Pathway
Serviks mempunyai dua jenis sel epitel yang melapisi nektoserviks
dan endoserviks, yaitu sel epitel kolumner dan sel epitel squamosa yang
disatukan oleh Sambungan Squamosa Kolumner (SSK).Proses metaplasia
adalah proses pergantian epitel kolumner dan squamosa. Epitel kolumner
akan digantikan oleh squamosa baru sehingga SSK akan berubah menjadi
Sambunga SquamosaSquamosa (SSS)/ squamosa berlapis.
Pada awalnya metaplasia berlangsung fisiologis namun dengan
adanya mutagen dari agen yang ditularkan melalui hubungan seksual seperti
sperma, virus herpes simplek tipe II, maka yang semula fisiologis berubah
menjadi displasia. Displasia merupakan karakteristik konstitusional sel seperti
potensi untuk menjadi ganas.
Hampir semua ca. serviks didahului dengan derajat pertumbuhan
prakanker yaitu displasia dan karsinoma insitu. Proses perubahan yang terjadi
dimulai di daerah SquamosaColumner Junction (SCJ) atau SSK dari selaput
lendir portio. Pada awal perkembangannya, ca. serviks tidak memberikan
tanda-tanda dan keluhan. Pada pemeriksaan speculum, tampak sebagai portio
yang erosive (metaplasia squamosa) yang fisiologik atau patologik. (Price
dkk, 2012).
Tumor dapat tumbuh sebagai berikut:
i. Eksofitik, mulai dari SCJ kearah lumen vagina sebagai masa proliferasi
yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
ii. Endofitik, mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma serviks dan
cenderung untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.
iii. Ulseratif, mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan
serviks dan melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang
luas.
Displasia pada serviks disebut Neoplasia Servikal Intraepitelial
(CIN). CIN ada tiga tingkatan yaitu:
1. CIN I : Displasia ringan, terjadi di epitel basal lapisan ketiga,
perubahan sitoplasmik terjadi di atas sel epitel kedua dan ketiga.
2. CIN II : Displasia sedang, perubahan ditemukan pada epitel yang lebih
rendah dan pertengahan, perubahan sitoplasmik terjadi di atas sel epitel
ketiga.
3. CIN III : Displasia berat, terjadi perubahan nucleus, termasuk pada
semua lapis sel epitel, diferensiasi sel minimal dan karsinoma insitu.
Pathway (Nurarif, 2015)

 Berhubungan proses metaplasi dyplasia servik ca. serviks


ex < 17 tahun
 Merokok tahap awal tahap lanjut terapi
 Higiene seks
yang kurang nekrosis jar. serviks menyebar ke pelviks pembesaran massa
 Sering melahirkan
dengan persalinan malu tekanan intrapelvik penipisan sel epitel
bermasalah
 Herediter tekanan intraabdomen permeabilitas
hambatan interaksi sosial pembuluh darah

pembentukan asam laktat metabolisme anaerob perdarahan


Nyeri akut

kelelahan suplai O2 turun anemia Resiko kekurangan volume


cairan

Defisit perawatan diri Hb turun imunitas menurun


Resiko infeksi
Radiasi kemoterapi
pembedahan/histerektomi

Pre post mempercepat pertumbuhan sel normal pre post


Defisiensi Kurang pengetahuan
Aktivitas fisik
pengetahuan ansietas terbatas

ansietas Intoleransi
rambut rontok aktivitas

Alopecia Gangguan citra tubuh

Peningkatan pemanasan gastrointestinal perkemihan kompresi pada RES


pada epidermis kulit

eritema, pecah-pecah tekanan gaster cytitis anemia


kering, puiritus
leukosit menurun
Kerusakan mual Gangguan
integritas kulit eliminasi urin
Resiko infeksi

D. Etiologi
Menurut Wijaya (2010), ada beberapa faktor yang dapat
meningkatkan peluang seorang wanita untuk terkena kanker serviks. Faktor-
faktor tersebut adalah :
a. Infeksi Virus Human Papilloma (HVP)
Faktor resiko dari infeksi HPV adalah factor yang terpenting dalam
timbulnya penyakit kanker serviks ini. Human Papilloma Virus adalah
sekelompok lebih dari 100 virus yang berhubungan yang dapat
menginfeksi sel-sel pada permukaan kulit, ditularkan melalui kontak kulit
seperti vaginal, anal, atau oral seks. Virus ini berasal dari familia
Papovaridaedan genus Papilloma virus. Hubungan seks yang tidak aman
terutama pada usia muda atau melakukan hubungan seks dengan banyak
pasangan, memungkinkan terjadinya infeksi HPV. Organ reproduksi
wanita pada usia remaja (12-20 tahun) sedang aktif berkembang. Bila
terjadi rangsangan oleh penis/sperma dapat memicu perubahan sifat sel
menjadi tidak normal, apalagi bila terjadi luka saat berhubungan seksual
dan kemudian terjadi infeksi virus HPV.
b. Pasangan Seksual yang Berganti-ganti
Dari berbagai penelitian yang dilakukan timbulnya penyakit kanker serviks
berkaitan erat dengan perilaku seksual seperti mitra seks yang berganti-
ganti. Resiko kanker serviks lebih dari 10 kali bila berhubungan dengan 6
atau lebih mitra seks.
c. Usia Pertama Melakukan Hubungan Seks
Wanita yang melakukan hubungan seks pertama sekali pada umur dibawah
17 tahun hampir selalu 3x ;lebih mungkin terkena kanker serviks di usia
tuanya. Semakin muda seorang wanita melakukan hubungan seks maka
semakin besar resiko terkena kanker serviks. Hal ini disebabkan karena
alat reproduksi wanita pada usia ini belum matang dan sangat sensitif.

d. Merokok
Tembakau atau rokok mengandung bahan-bahan karsinogenik baik yang
dikunyah atau dihisap sebagai rokok atau sigaret. Penelitian menunjukkan
lendir serviks pada wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat
lainnya terdapat di dalam rokok. Produk sampingan rokok seringkali
ditemukan pada mukosa serviks dari wanita perokok.
e. Jumlah Anak
Wanita yang sering melahirkan mempunyai resiko 3-5 x lebih besar
terkena kanker leher rahim. Terjadinya trauma pada bagian leher rahim
yang tipis dapat merupakan penyebab timbulnya suatu peradangan dan
selanjutnya berubah menjadi kanker. Menurut berapa pakar, jumlah
kelahiran yang lebih dari 3 akan meningkatkan resiko wanita terkena
kanker serviks.
f. Kontrasepsi
Pil KB yang dipakai dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan resiko
terkena kanker serviks.Dari beberapa penelitian menemukan bahwa resiko
kanker serviks meningkat berkaitan dengan semakin lama wanita tersebut
menggunakan pil KB, dan cenderung akan menurun pada saat pil tersebut
dihentikan. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa pemakaian pil
KB akan menyebabkan wanita lebih sensitif terhadap HPV sehingga makin
meningkatkan resiko terkena kanker serviks.
g. Riwayat Keluarga
Sama seperti jenis kanker lainnya, maka pada kanker leher rahim juga
akan meningkatkan resiko lebih besar terkena pada wanita yang
mempunyai keluarga (ibu atau kakak perempuan) terkena kanker leher
rahim.
h. Kekebalan Tubuh
Seseorang yang melakukan diet ketat, diet rendah sayuran dan buah-
buahan, rendahnya konsumsi vitamin A,C, dan E setiap hari dapat
menyebabkan kurangnya daya tahan tubuh, sehingga oang tersebut
gampang terinfeksi oleh berbagai kuman, termasuk HPV. Penurunan
kekebalan tubuh dapat juga mempercepat pertumbuhan sel kanker dari
noninvasive menjadi invasif.

E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis:
Terapi karsinoma serviks dilakukan bila mana diagnosis telah
dipastikan secara histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang
matang oleh tim yang sanggup melakukan rehabilitasi dan pengamatan la
njutan (tim kanker / tim onkologi). Pemilihan pengobatan kanker leher rahim
tergantung pada lokasi dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan
umum penderita, dan rencana penderita untuk hamil lagi. Lesi tingkat rendah
biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut, terutama jika daerah
yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada waktu pemeriksaan biopsi.
Pengobatan pada lesi prekanker bisa berupa kriosurgeri (pembekuan),
kauterisasi (pembakaran, juga disebut diatermi), pembedahan laser untuk
menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa melukai jaringan yang sehat di
sekitarnya dan LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi.
(Elizabeth, 2009)
a. Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks
paling luar), seluruh kanker sering kali dapat diangkat dengan bantuan
pisau bedah ataupun melalui LEEP (loop electrosurgical excision
procedure) atau konisasi. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih
bisa memiliki anak. Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan
untuk menjalani pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1
tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak
memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani
histerektomi.
Pembedahan merupakan salah satu terapi yang bersifat kuratif
maupun paliatif. Kuratif adalah tindakan yang langsung menghilangkan
penyebabnya sehingga manifestasi klinik yang ditimbulkan dapat
dihilangkan. Sedangkan tindakan paliatif adalah tindakan yang berarti
memperbaiki keadaan penderita. Histerektomi adalah suatu tindakan
pembedahan yang bertujuan untuk mengangkat uterus dan serviks (total)
ataupun salah satunya (subtotal). Biasanya dilakukan pada stadium klinik
IA sampai IIA (klasifikasi FIGO). Umur pasien sebaiknya sebelum
menopause, atau bila keadaan umum baik, dapat juga pada pasien yang
berumur kurang dari 65 tahun. Pasien juga harus bebas dari penyakit
umum (resiko tinggi) seperti penyakit jantung, ginjal dan hepar.
b. Terapi penyinaran (radioterapi)
Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta
mematikan parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks
stadium II B, III, IV sebaiknya diobati dengan radiasi. Metoda radioterapi
disesuaikan dengan tujuannya yaitu tujuan pengobatan kuratif atau paliatif.
Pengobatan kuratif ialah mematikan sel kanker serta sel yang telah
menjalar ke sekitarnya atau bermetastasis ke kelenjar getah bening
panggul, dengan tetap mempertahankan sebanyak mungkin kebutuhan
jaringan sehat di sekitar seperti rektum, vesika urinaria, usus halus, ureter.
Radioterapi dengan dosis kuratif hanya akan diberikan pada stadium I
sampai III B. Apabila sel kanker sudah keluar ke rongga panggul, maka
radioterapi hanya bersifat paliatif yang diberikan secara selektif pada
stadium IV A. Terapi penyinaran efektif untuk mengobati kanker invasif
yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar
berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan
pertumbuhannya.
Radioterapi dengan dosis kuratif hanya akan diberikan pada stadium I
sampai III B. Apabila sel kanker sudah keluar ke rongga panggul, maka
radioterapi hanya bersifat paliatif yang diberikan secara selektif pada
stadium IV A. Terapi penyinaran efektif untuk mengobati kanker invasif
yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar
berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan
pertumbuhannya (Elizabeth, 2009).

c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat
melalui infus, tablet, atau intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan
utamanya untuk membunuh sel kanker dan menghambat
perkembangannya. Tujuan pengobatan kemoterapi tegantung pada jenis
kanker dan fasenya saat didiag nosis. Beberapa kanker mempunyai
penyembuhan yang dapat diperkirakan atau dapat sembuh dengan
pengobatan kemoterapi. Dalam hal lain, pengobatan mungkin hanya
diberikan untuk mencegah kanker yang kambuh, ini disebut pengobatan
adjuvant.
Dalam beberapa kasus, kemoterapi diberikan untuk mengontrol penyakit
dalam periode waktu yang lama walaupun tidak mungkin sembuh. Jika
kanker menyebar luas dan dalam fase akhir, kemoterapi digunakan sebagai
paliatif untuk memberikan kualitas hidup yang lebih baik. Kemoterapi
secara kombinasi telah digunakan untuk penyakit metastase karena terapi
dengan agen-agen dosis tunggal belum memberikan keuntungan yang
memuaskan. Contoh obat yang digunakan pada kasus kanker serviks
antara lain CAP (Cyclophopamide Adrem ycin Platamin), PVB (Platamin
Veble Bleomycin) dan lain –lain. (Hawkins dkk, 2009).
F. Komplikasi
1. Komplikasi yang terjadi karena radiasi
Waktu fase akut terapi radiasi pelvik, jaringan-jaringan sekitarnya
juga terlibat seperti intestines, kandung kemih, perineum dan kulit. Efek
samping gastrointestinal secara akut termasuk diare, kejang abdominal,
rasa tidak enak pada rektal dan perdarahan pada GI. Diare biasanya
dikontrol oleh loperamide atau atropin sulfate. Sistouretritis bisa terjadi
dan menyebabkan disuria, nokturia dan frekuensi. Antispasmodik bisa
mengurangi gejala ini. Pemeriksaan urin harus dilakukan untuk mencegah
infeksi saluran kemih. Bila infeksi saluran kemih didiagnosa, terapi harus
dilakukan segera. Kebersihan kulit harus dijaga dan kulit harus diberi salep
dengan pelembap bila terjadi eritema dan desquamasi. Squele jangka
panjang (1 – 4 tahun setelah terapi) seperti : stenosis pada rektal dan
vaginal, obstruksi usus kecil, malabsorpsi dan sistitis kronis.
2. Komplikasi akibat tindakan bedah
Komplikasi yang paling sering akibat bedah histerektomi secara
radikal adalah disfungsi urin akibat denervasi partial otot detrusor.
Komplikasi yang lain seperti vagina dipendekkan, fistula ureterovaginal,
pendarahan, infeksi, obstruksi usus, striktur dan fibrosis intestinal atau
kolon rektosigmoid, serta fistula kandung kemih dan rektovaginal
(Elizabeth, 2009).

G. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Keluhan utama
Pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai
keputihan menyuprai air
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh nyeri pada intra servikal, merasa lelah, letih, ada
anemia, pasien seorang perokok & meminum alcohol, ada
perubahan pola defekasi ( konstipasi ) serta nyeri saat berkemih,
nyeri pada saat senggama dan terjadi pendarahan saat senggama,
keputihan yang cair dan banyak serta bau yang khas, ada rasa
kurang nafsu makan, penurunan berat badan, nyeri panggul.
3. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien pernah mengalami kelainan menstruasi, lama,
jumlah dan warna darah, adakah hubungan perdarahan dengan
aktifitas, apakah darah keluar setelah koitus ( bersenggama ),
apakah pekerjaan yang dilakukan pasien
4. Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang
mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu
riwayat keluarga dengan kanker serviks / leher rahim.
5. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada klien dengan kanker serviks / leher rahim
meliputi pemeriksaan fisik umum per system dari observasi
keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2
(Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).

a. Pernafasan B1 (breath)
Pada kasus kanker serviks stadium lanjut atau ketika sel
abnormal sudah mulai menyebar ke organ-organ lain ( tahap
stadium 4 ), dapat menimbulkan sesak nafas.
b. Kardiovaskuler B2 (blood)
Adanya nyeri dada ( pada stadium lanjut ), bradikardi, dan
tekanan darah rendah dikarenakan pendarahan pada daerah
intra-servikal
c. Persyarafan B3 (brain)
Penglihatan (mata) : Penurunan penglihatan, penglihatan
menurun dikarenakan hemoglobin yang menurun, karna
anemia, konjungtiva anemis.
Penciuman (hidung) : Mengeluh bau pada keputihan yang
banyak.
d. Perkemihan B4 (bladder)
Biasanya pasien mengeluh nyeri saat buang air kecil, adanya
pendarahan.
e. Pencernaan B5 (bowel)
Biasanya nafsu makan menurun, porsi makan kurang, berat
badan menurun, adanya konstipasi sehingga terjadi perubahan
pola defekasi pada pasien.
f. Muskulokeletal / integument B6 (bone)
Biasanya ada nyeri pada bagian panggul sehingga sulit dalam
bergerak dan beraktivitas.
B. PENGKELOMPOKAN DATA
a. Data Subjektif
- pasien mengeluh nyeri pada daerah kewanitaan ( vagina – intra
servikal )
- pasien mengeluh kurang nafsu makan, dan berat badan
menurun
- pasien mengeluh terjadi pendarahan setelah ataupun tanpa
melakukan senggama
- pasien mengeluh ada keputihan yang berlebih dan cair serta
berbau
- pasien mengeluh susah BAB ( konstipasi )
- pasien mengeluh nyeri pada saat BAK
- pasien mengeluh nyeri panggul
- pasien mengeluh cepat lelah
- pasien mengeluh merasa cemas, khawatir dengan penyakit
yang dialaminya
- pasien sering bertanya mengenai penyakitnya
- pasien mengungkapkan ada perubahan tubuh dan gaya
hidupnya
b. Data Objektif
- terlihat konjungtiva anemis dan pucat
- terlihat pasien menahan sakit
- terlihat pasien lemas, letih
- terlihat pasien meringis karena nyeri panggul
- terlihat wajah pasien ekspresi cemas dan khawatir
- pasien tidak menghabiskan porsi makan yang di sediakan
- terjadi pendarahan pada vagina – intra servikal
- pasien terlihat gelisah
- pasien terlihat kurang percaya diri
- berat badan pasien menurun
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d penekanan sel kanker pada syaraf pada tekanan
intrapelvik dan tekanan inta abdomen
2. Ketidakseimbangan nutrisi b.d mual muntah karena proses
ekstrenal radiologi
3. Resiko infeksi. d.b pengeluaran pervaginam(darah, keputihan)
4. Ansietas b.d berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
prosedur pengobatan
5. Gangguan integritas kulit b.d efek dari prosedur pengobatan
6. Resiko injuri b.d kelemahan dan kelelahan
7. Gangguan pola seksual b.d perubahan fungsi tubuh akibat terkena
penyakit kanker serviks
8. Resiko tinggi terjadinya syok hipovolemik b.d perdarahan
pervaginam
9. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum
10. Resiko kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan
aktif
11. Gangguan citra tubuh b.d tahapan perkembangan penyakit dan
terapi penyakit (Heardman, 2015).

D. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (Bulechek, 2016)


Diagnosa Tujuan Dan Kriteria
No Intervensi
Keperwatan Hasil

1. Nyeri b.d penekenan Setelah dilakukan Pain management


sel kanker pada tindakan asuhan
1. Kaji riwayat nyeri, lokasi,
syaraf pada tekanan keperawatan selama
frekuensi, durasi, intensitas,
intrapelvik dan 3x24 jam diharapkan
dan skala nyeri
tekanan nyeri klien hilang atau
2. Observasi reaksi non verbal
intraabdomen berkurang.
dari ketidaknyamanan
NOC:
3. Gunakan teknik komunikasi
Pain control
terapiutik untuk menegetahui
Comfort level
pengalaman nyeri pasien
Kritera hasil:
4. Kontrol lingkungan yang dapat
a. Klien mengatakan
mempengaruhi nyeri seperti
nyeri hilang atau
suhu ruangan, pencahayaan
berkurang
dan kebisingan
b. Ekspresi wajah
5. Pilih dan lakukan penanganan
rileks
nyeri(farmakologi, non
c. Pasien tampak farmakologi dan interpersonal)
tenang tidak gelisah 6. Berikan tindakan kenyamanan
d. Tanda-tanda vital dasar yaitu relaksasi, distraksi,
dalam batas normal imajinasi, message.
Nadi(60-100x/mnt), 7. Awasi dan pantau TTV
pernapasan 8. Berikan posisi yang nyaman
normal(16- 9. Evaluasi keefektifan kontrol
24x/mnt), TD( 100- nyeri
140 mmHg/60-90 10. Kolaborasi pemberian
mmHg), suhu analgetik
normal(36,5-37,50c)
e. Pasien dapat
melakukan teknik
relaksasi dan
distraksi dengan
tepat sesuai dengan
indikasiuntuk
mengontrol nyeri
2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Nutrition Management
nutrisi b.d mual tindakan asuhan
1. Kaji adanya alergi dan status
muntah karena keperawatan selama
nutrisi klien
proses ekstrenal 3x24 jam diharapkan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
radiologi status nutrisi klien
untuk menentukan jumlah kalori
dapat dipertahankan
dan nutrisi yang diutuhkan
untuk memenuhi
pasien
kebutuhan tubuh.
3. Ukur badan setiap hari atau
NOC:
sesuai indikasi
Nutritional status:
4. Beritahu klien untuk makan
food and fluid intake
makanan tinggi kalori, kaya
Nutritional status:
protein dan tetap sesuai
nutrient intake
diet(rendah garam)
Weight control
5. Pantau masukan makanan setiap
Kriteria hasil:
hari
a. Pasien
6. Anjurkan pasien makan sedikit
menghabiskan 1
tapi sering
porsi makanan yang
disedikan Nutrition Monitoring
b. Berat badan klien
1. Monitoring lingkungan selama
normal
makan
c. Hasil Hb dalam
2. Monitor mual dan muntah
batas normal
3. Monitor kalori dan intake nutrisi
d. Pasien menunjukan
peningkatan nafsu
makan
e. Tidak terjadi mual
atau muntah
f. Pasien tidak tampak
pucat atau lemas
g. Tidak ada tanda
tanda mal nutrisi
3 Risiko infeksi. b.d Setelah dilakukan Infection Control
pengeluaran tindakan asuhan
1. Kaji adanya infeksi disekitar
pervaginam(darah, keperawatan selama
area serviks
keputihan) 3x24 jam diharapkan
2. Tekankan pada pentingnya
klien tidak mengalami
personal hygene
penyebaran infeksi dan
3. Pantau tanda tanda vital
dapat menjaga diri dari
terutama suhu
infeksi.
4. Berikan perawatan dengan
NOC:
prinsip aseptic dan antiseptic
Imunne Status
5. Tempatkan klien pada
Knowledge:
lingkungan yang terhindar dari
Infection control
infeksi
Risk control
6. Kolaborasi pemberian obat
Kriteria hasil:
antibiotic
a. Tidak ada tanda-
7. Bersihkan lingkungan setelah
tanda infeksi pada
dipakai pasien
area sekitar serviks(
8. Batasi pengunjung bila perlu
kalor, rubor, dolor,
9. Instruksikan pada pengunjung
tumor, fungsio
untuk mencucui tangan saat
laesia)
berkunjung dan setelah selesei
b. Tanda-tanda vital
berkunjung
dalam batas normal
Nadi(60-100x/mnt), 10. Cuci tangan setiap sebelum
pernapasan dan sesuadah melakukan
normal(16- tindakan keperawatan
24x/mnt), TD( 100- 11. Gunakan baju, sarung
140 mmHg/60-90 tangan sebagai alat pelindung
mmHg), suhu 12. Gunakan kateter intermiten
normal(36,5-37,50c) untuk menurunkn infeksi
kandung kencing
c. Nilai WBC (sel
13. Monitor tanda dan gejala
darah putih) dalam
sistemik lokal
batas normal yaitu
14. Monitor perhitungan
4-9 103/uL
granulosit, leukosit
d. Menunjukan
15. Laporkan kultur positif
perilaku hidup sehat
4 Ansietas b.d Setelah dilakukan Anxiety Reduction
berhubungan dengan tindakan asuhan
1. Bantu klien untuk
kurang pengetahuan keperawatan selama
mengungkapkan pikiran dan
tentang prosedur 3x24 jam diharapkan
perasaannya
pengobatan kecemasan klien hilang
2. Berikan lingkungan terbuka
atau berkurang.
dimana klien merasa aman
NOC:
untuk mendiskusikan perasaan
Anxiety self-control
atau menolak untuk bicara
Anxiety level
3. Pertahankan bentuk sering
Coping
bicara dengan klien.
Criteria hasil:
4. Bantu klien atau orang terdekat
a. Klien mengatakan
dalam mengenali dan
perasaan cemasnya
mengklarifikasi rasa takut.
hilang atau
5. Berikan informasi yang akurat,
berkurang
konsisten mengenai prognosis,
b. Terciptanya
pengobatan serta dukungan
lingkungan yang
orang terdekat
aman dan nyaman
bagi klien
c. Klien tampak rileks
dan senang karena
mendapat perhatian
d. Keluarga atau orang
terdekat dapat
mengenali dan
mengklarifikasi rasa
takut yang timbul
dari klien
e. Klien mendapat
informasi yang
akurat ,pengobatan
dan pasien mendapat
dukungan dari orang
terdekat
5 Gangguan integritas Setelah dilakukan 1. Kaji integritas kulit
kulit b.d efek dari tindakan asuhan 2. Inspeksi kulit yang diradiasi
prosedur pengobatan keperawatan selama 3. Bersihkan daerah yang terbuka
3x24 jam diharapkan dengan air. Pengeringan dengan
klien tidak menglami udara atau ditepuk
kerusakan integritas 4. Instruksikan pasien untuk tidak
kulit. mencukur kulit yang iritasi
NOC : 5. Bantu klien untuk menghindari
Integritas Jaringan : menggaruk kulit
Kulit dan Membran 6. Mandikan dengan air hangat dan
Mukosa sabun ringan
Criteria hasil: 7. Bantu klien untuk menghindari
a. Elastisitas tidak menggaruk kulit
terganggu 8. Tinjau protocol perawatan kulit
b. Hidrasi tidak untuk klien yang mendapat
terganggu terapi radiasi
c. Tidak berkeringat
d. Tekstur tidak 9. Anjurkan memakai pakaian

terganggu yang lembut dan longgar,


e. Integritas kulit tidak biarkan klien tidak
terganggu menggunakan bra bila
f. Lesi pada kulit tidak
menimbulkan tekanan
ada
g. Pengelupasan kulit
tidak ada
6 Risiko injuri b.d Setelah dilakukan Injury Control
kelemahan dan tindakan asuhan
kelelahan keperawatan selama
1. Instruksikan dan bantu dalam
3x24 jam diharapkan
mobilitas secara tepat
klien tidak mengalami
2. Anjurkan untuk berpegangan
cedera atau injuri.
tangan atau minta bantuan pada
NOC :
keluarga dalam melakukan suatu
Risk Injury
kegiatan
Criteria hasil:
3. Pertahankan posisi tubuh tepat
a. Klien dapat
dengan dukungan alat bantuan
meningkatkan
keamanan
ambulansi
b. Klien mampu
menjaga
keseimbangan tubuh
ketika akan
melakukan aktivitas
c. Klien mampu
meningkatkan
fungsi fungsional
pada ekstremitas
7 Gangguan pola Setelah dilakukan 1. Citakan hubungan terapeutik
seksual b.d tindakan asuhan atas dasar saling percaya, saling
perubahan fungsi keperawatan selama memahami dan berikan
tubuh akibat terkena 3x24 jam diharapkan kepecayaan diri kepada klien
penyakit kanker klien mampu 2. Dengerkan pernyataan klien
serviks mempertahankan atau orang terdekat
aktivitas seksual pasien 3. Informasikan kepada klien
tetap adekuat pada tentang efek dari proses
tingkat yang sesui penyakit kanker serviks yang
dengan kondisi dialaminya terhadap fungsi
fisiologis tubuhnya. seksualnya termasuk
Sexual control didalamnya efek samping dari
pengobatan kanker yang akan
Criteria hasil:
dijalani
a. Klien mampu 4. Diskusikan alternative ekspresi
memahami tentang seksual yang dapat diberikan
arti seksualitas kepada klien sesuai dengan
b. Klien mampu
kebutuhan
mengungkapkan
5. Dorong klien untuk berbagi
pemahamannya
pikiran dengan orang terdekat
tentang efek kanker
6. Libatkan pasangan dalam
serviks yang
diskusi
dialaminya terhadap
fungsi seksualnya
c. Klien mampu
mendiskusikan
masalah tentang
gambaran diri,
perubahan fungsi
seksual dan hasrat
seksual dengan
orang terdekat yang
dialaminya
8 Resiko tinggi Setelah dilakukan Shock Prevention:
terjadinya syok tindakan asuhan
1. Kaji tanda terjadnya syok
hipovolemik b.d keperawatan selama
2. Observasi KU
perdarahan 3x24 jam diharapkan
3. Observasi TTV
pervaginam syok klien berkurang
4. Monitor tanda pendarahan
atau tidak terjadi syok.
5. Cek Hb dan hematocrit
NOC:

Shock Severity

Criteria hasil:

a. Klien tidak
mengalami
penurunan
kesadaran
b. Klien tidak
mengalami anemia
c. Tanda-tanda vital
dalam batas normal
d. Klien tidak tampak
pucat
9 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1. Monitor respon fisik , emosi ,
b.d kelemahan asuhan keperawatan sosial dan spiritual
umum selama 1 x 24 jam 2. Bantu klien ntuk membuat
dengan jadwal latihan diwaktu luang
mempertahankan ADL 3. Bantu untuk mengidentifikasi
pasien aktifitas yang disukai
4. Bantu klien untuk
NOC:
mengidentifikasi aktivitas yang
Activity therapy mampu dilakukan

Endurance 5. Bantú pasien untuk


mengembangkan motivasi diri
Psychomotor Energy
dan penguatan
Dengan Kriteria hasil :
6. Bantu pasien untuk memilih
1. Mampu melakukan aktivitas konsisten yang sesuai
aktivitas sehari - hari dengan kemampuan
(ADLs) secara 7. Kolaborasikan dengan tenaga
mandiri .rehabilitasi medik / fisioterapi
2. Berpartisipasi dalam dalam merencanakan program
aktivitas fisik tanpa terapi yang tepat.
disertai peningkatan
tekanan darah , nadi
dan Respirasi
3. Memulihkan energy
saat istirahat
4. Mempertahankan
daya tahan otot
ektremitas atas
5. Menunjukkan tingkat
energy yang stabil
10 Resiko kekurangan Setelah dilakukan 1. Monitor status cairan
volume cairan b.d asuhan keperawatan 2. Pertahankan catatan intake dan
kehilangan volume selama 1 x 24 jam output yang akurat
cairan aktif dengan 3. Monitor status
mempertahankan hidrasi(kelembaban membran
kebutuhan cairan pasien mukosa, nadi adekuat,tekanan
dan pasien tidak darah ortostatik )
dehidrasi 4. Monitor vital sign
5. Monitor masukan makanan /
NOC:
cairan dan hitung intake kalori
Fluid balance harian
6. Monitor status nutrisi
Hydration
7. Dorong keluarga untuk
Nutrional Status : membantu pasien makan
Food and fluid intake 8. Persiapkan untuk transfusi
9. Kolaborasikan dalam
Dengan criteria hasil :
pemberian cairan IV
1. Mempertahankan
urine output sesuai
dengan usia dan BB,
BJ urine normal ,
HT normal
2. Tekanan darah , nadi
, suhu tubuh dalam
batas normal
3. Tidak ada tanda
tanda dehidrasi,
elastisitas turgor
baik,
4. Membrane mukosa
lembab, tidak ada
rasa haus yang
berlebihan
11 Gangguan citra Setelah dilakukan 1. Kaji secara verbal dan non
tubuh b.d tahapan asuhan keperawatan verbal terhadap tubuhnya
perkembangan selama 1 x 24 jam 2. Jelaskan tentang pengobatan ,
penyakit dan terapi dengan meningkatkan perawatan , kemajuan dan
penyakit citra tubuh pasien prognosis penyakit
3. Dorong klien
NOC: untuk Mengungkapkan

Body image perasaanyan

Self esteem 4. Fasilitasi kontak antara pasien


dengan keluarga
Dengan criteria hasil:

1. Body image
positif
2. Mampu
mengidentifikasi
kekuatan personal
3. Mempertahanka
n interaksi social

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GINEKOLOGI
PADA Ny.S DENGAN KANKER SERVIKS STADIUM III B
DI RUANG MAWAR III RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

I. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 21 Desember 2017 / 11.00 WIB
Tanggal Masuk : 21 Desember 2017 / 09.00 WIB

1. Identitas Klien
a. Nama : Ny.S
b. Alamat : Blora
c. Umur : 65 Tahun
d. Pendidikan : SD
e. Pekerjaan : Petani
f. Suku bangsa : Jawa
g. Diagnosa medis : Kanker Serviks Stadium III B
2. Identitas Penanggung jawab
a. Nama : Tn.D
b. Alamat : Surakarta
c. Umur : 47 Tahun
d. Pendidikan : SD
e. Pekerjaan : Wiraswasta
f. Agama : Islam
g. Hubungan dengan klien: Anak Pasien
3. Keluhan Utama
Pasien mengatakan mual dan muntah
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan pada tanggal 29 Agustus 2017 menjalani
pemeriksaan biopsi di Rumah Sakit Anugerah Medika Bandar Lampung,
dari hasil biopsi pasien terdiagnosa kanker cervix, setelah sakit pasien
dibawa oleh keluarga untuk pengobatan di Rumah Sakit Dr.Moewardi,
kemudian pasien datang ke ruang poli pada tanggal 27 November 2017
dilakukan pemeriksaan USG dengan hasil massa cervix uteri yang
meluas ke korpus uteri serta menginfiltrasi sebagian diding bledder.
Kemudian pasien datang kembali ke poli pada tanggal 21 Desember
2017 untuk kontrol, kemudian pasien dipindahkan ke ruang mawar 3
untuk dilakukan kemoterapi yang ke 4. Saat dilakukan pengkajian
didapatkan data pasien mengeluh mual muntah, muntah sehari sudah 2x,
pasien tampak lemas, enggan untuk makan, pasien juga mengeluh tidak
bisa tidur, pasien tampak sayu, lesu, terdapat kantung mata. Hasil
pemeriksaan vital sign TD : 120/80 mmHg, N : 88 x/menit, S : 36 °C,
RR : 20 x/menit.
5. Status Kesehatan atau Penyakit Saat Ini
a. Gejala yang dirasakan
1) Gejala awal
Mual tidak segera sembuh walaupun sudah mendapat obat
dari dokter. mual muncul kembali setelah pasien ingin
makan.
2) Timbulnya gejala
Faktor yang memperbaiki gejala : saat badan terasa sehat dan
tidak banyak pikiran, maka mual akan sedikit mereda.
Faktor yang memperburuk gejala : jika pasien makan
makanan yang berbau menyengat maka mual semakin parah.
3) Deskripsi gejala
Pasien mengatakan mual dan muntah sebanyak 2 kali dalam
sehari.
4) Efek pada gaya hidup
Pasien dapat melakukan aktifitas sehari-hari namun tidak
sepenuhnya seperti sebelum sakit.
b. Riwayat ginekologi
1) Karakteristik menstruasi
Pasien mengatakan sudah menopouse saat berumur 50
tahun.
2) Menarche
Pasien mengatakan pertama kali menstruasi kira-kira umur
15 tahun pasien mengalami disminore serta sakit pada
payudara, siklus teratur 28 hari sekali, setiap haid 7 hari.
3) Periode menstruasi terakhir
Pasien mengatakan menstruasi terakhir saat umur 50 tahun
4) Pengalaman menstruasi
Pasien mengatakan nyeri perut saat menstruasi, terdapat
keputihan 1-2 hari setelah menstruasi
5) Perdarahan tengah siklus
Pasien mengatakan tidak mengalami perdarahan di tengah
siklus menstruasi
6) Menopause
Pasien mengatakan menopouse saat berumur 50 tahun
7) Kontrasepsi
Pasien mengatakan tidak pernah menggunakan alat
kontrasepsi
8) Usia pada saat kehamilan pertama
Pasien mengatakan hamil pertama pada usia 22 tahun
9) Penyakit menular seksual
Pasien mengatakan tidak memiliki penyakit menular
seksual
c. Status obstetrik : G5 P5 A1
6. Riwayat Medis Masa Lalu
a. Riwayat dan pengobatan
Pasien mengatakan setiap 3 minggu sekali kerumah sakit untuk
melakukan pengobatan dan kemoterapi sejak 3 bulan yang lalu mulai
bulan september.

b. Alergi
Pasien mengatakan tidak ada alergi obat maupun makanan
c. Penyakit dan pembedahan sebelumnya
Pasien mengatakan bahwa dirinya belum pernah menjalani operasi
d. Riwayat dirawat di RS sebelumnya
Pasien mengatakan bahwa sebelumnya ± 4 bulan yang lalu pasien
pernah dirawat di rumah sakit di daerah Jakarta karena perdarahan
dan terdiagnosa supsek kanker serviks.
e. Kecelakaan atau cedera
Pasien mengtakan tidak ada riwayat kecelakaan atau cedera
f. Perilaku yang berisiko
1) Gaya hidup : pasien mengatakan sering mengkonsumsi
makanan yang dibakar dan mengandung
gas.
2) Konsumsi kafein : pasien mengatakan tidak suka
mengkonsumsi kopi
3) Merokok : pasien mengatakan bahwa dirinya tidak
merokok
4) Alkohol : pasien mengatakan tidak mengkonsumsi
alkohol
5) Obat-obatan : pasien mengatakan hanya minum obat dari
dokter
6) Praktik seks yang tidak aman:
pasien mengatakan hanya melakukan
hubungan suami istri dengan suaminya saja
g. Riwayat kekerasan/ penganiayaan
1) Cedera alibat kekerasan : pasien mengatakan tidak pernah
mengalami cedera akibat kekerasan
2) Pengalaman diperkosa : pasien mengatakan tidak ada
pengalaman diperkosa

7. Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Penyakit keturunan
pasien mengatakan tidak ada yang mempunyai penyakit seperti
dirinya di keluarganya
b. Penyakit saat ini dalam keluarga
pasien mengatakan saat ini keluarganya tidak ada yang sakit selain
dirinya
c. Riwayat penyakit jiwa dalam keluarga
pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit jiwa di dalam
keluarganya

d. Genogram keluarga
Genogram

Keterangan :

: Laki-laki
: Perempuan
: Menikah
: Punya anak
: Tinggal serumah
: Pasien

8. Riwayat Psikososial
1). Ideal diri
Pasien mengatakan harapan saya ingin segera sembuh dan
ingin segera beraktivitas seperti biasanya lagi

2). Gambaran diri


Pasien mengatakan menerima keadaan dengan ikhlas dan
menganggap penyakitnya ini sebagai cobaan dari Allah SWT
3). Identitas diri
Klien mengatakan bersyukur dilahirkan sebagai ibu dari
kelima anak-anaknya dan klien merasa bangga pada dirinya
sediri .
4). Harga diri
Pasien mengatakan semua keluarga mendukung, merasa
diperhatikan dan ingin cepat sembuh serta mampu beraktifitas
seperti biasanya lagi.
5). Peran
Pasien mengatakan dirinya adalah sebagai ibu rumah
tangga dan nenek dari cucu-cucunya.
a. Koping individu
- Pengambilan keputusan
Pasien mengatakan apabila ada masalah selalu terbuka
dengan anggota keluarga, jika ada masalah selalu
diselesaikan secara bersama-sama.
- Hubungan pasien dengan keluarga
Pasien mengatakan hubungannya dengan keluarga baik-
baik saja dan tidak merasa di kucilkan dari keluarga serta
masyarakat
- Hubungan pasien dengan suami
Pasien mengatakan suami selalu mendukung selama proses
perawatan di rumah sakit
- Hubungan pasien dengan perawat dan tenaga kesehatan lain
Pasien mengatakan berhubungan baik dengan perawat atau
tenaga medis lainnya selama proses perawatan di rumah
sakit
- Jenis pertolongan yang diinginkan
Pasien mengatakan ingin agar mual dan muntahnya segera
teratasi.
b. Pola kesehatan
1) Nutrisi : pasien mengatakan mual dan ingin muntah,
dan diperparah saat akan makan
A: LILA = 20 cm
BB : 56
TB : 150
IMT : 21,8 (normal)
B: Hb : 12,00 g/dL
Eritrosit : 4,10 juta/ul
Leukosit : 4,5 ribu/ul
C : kulit sawo matang, turgor kulit cukup, mukosa bibir kering,
CRT <2 dtk
D : tinggi kalori tinggi protein
Sebelum sakit : pasien mengatakan makan 3 kali sehari,
minum ± 600 ml
Selama sakit : pasien mengatakan makan tidak menentu
terkadang hanya makan setengah porsi diit
RS, berupa nasi sayur , minum air putih dan
teh anget, buah-buahan.
2) Hygiene diri : pasien mengatakan biasanya mandi 2 kali
sehari, pasien tampak bersih
3) Aktivitas dan latihan
Aktifitas 0 1 2 3 4
Makan √
Mandi √
Berpakaian √
Toileting √
Tingkat mobilitas di √
Tempat tidur
Berpindah √
Kemampuan ROM √
Berjalan √
Keterangan :
0 : mandiri
1 :
menggunaka
n alat bantu
2 : dibantu
orang lain
3 : dibantu
orang lain
dan alat
4 :
ketergantung
an / tidak
mampu
Kesimpulan : aktifitas dibantu oleh orang lain dan dibantu alat
apabila diperlukan
4) Rekreasi
Pasien mengatakan biasa menonton televisi bersama dnegan
keluarganya
c. Pola istirahat dan tidur
Pasien mengatakan tidur terganggu, tidur malam 5-6 jam dan sering
terbangun, tidur siang 1 jam, terkadang tidak bisa tidur siang
d. Spiritual
Pasien mengatakan beragama islam, dan melakukan sholat 5 waktu,
akan tetapi pada saat di rumah sakit pasien pasien tidak bisa sholat
dengan tepat waktu.

9. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum: baik
b. Kesadaran : composmentis
c. TTV : TD : 120/80 mmHg, N : 88 x/menit, S : 36 ° C
RR : 20 x/menit
d. Kepala – leher
1) Bentuk : mesochepal, rambut sudah habis total
2) Mata : pupi isokor, ada reflek cahaya, konjungtiva tidak
anemis, sclera tidak ikterik, mata sayu, dan terdapat
kantung mata
3) Hidung : lubang hidang simetris, tidak tampak pernafasan
cuping hidung
4) Mulut : ada bau mulut, mukosa bibir kering, tidak ada
stomatitis
5) Telinga : telinga kanan dan kii semetris, tidak ada gangguan
pendengaran
6) Leher : tidak ada massa dan pembesaran kelenjar thyroid
dan kelenjar limfe, tidak ada peninkatan jvp
e. Dada
1) Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5 midclavikula sinistra
Perkusi : pekak
Auskultasi: bunyi jantung 1 dan 2 reguler
2) Paru
Inspeksi : ekspansi dada kanan dan kiri sama, tidak ada lesi
Palpasi : tidak teraba adana massa, vocal fremitus kanan
dan
kiri sama
Perkusi : sonor
Auskultasi: vesikuler
3) Payudara : tidak ada kelainan pada payudara
f. Abdomen
Inspeksi : kulit sawo matang dan tampak simeris
Auskultasi : bising usus 10 x/menit
Perkusi : thympani
Palpasi : tidak ditemukan nyeri tekan maupun nyeri lepas
g. Perineum dan genital : pasien mengatakan bahwa ada cairan yang
keluar dari organ kewanitaannya, pasien tampak memakai pempers
dan tidak terpasang kateter, eliminasi pasien selama sakit BAK 4-5
kali sehari, warna kuning jernih, bau amoniak, dan BAB terganggu
selama kemoterapi karena efek kemoterapi. BAB setelah
kemoterapi 3-4 hari, konsistensi keras (sembelit), frekuensi 1x
sehari, bau khas.
h. Ekstremitas
Atas : teraba hangat, nadi tebaka kuat, kekuatan otot 5/5,
terpasang infus pada tangan kiri, dan tidak ditemukan
edema pada ekstremitas atas
Bawah : teraba hangat, kekuatan otot 5/5, tidak ditemukan edema,
CRT < 2 detik
10. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi pada tanggal 27 November 2017
Thorak Lat
Cor : besar dan bentuk normal
Pulmo : tak tampak infiltrat di kedua lapang paru, corakan
bronkovaskuler normal
Sinus costoprenicus kanan kiri anterior posterior tajam
Hemidiaphragma kanan kiri normal
Tak tampak osteolitik /blastik
Kesimpulan : Tak tampak pulmonal metastase
2. Pemeriksasn radiologi – radiodiagnostik pada tanggal 27
November 2017
USG Abdomen (Hepar), Lien, Pancreas, Ginjal
Hepar : ukuran normal, intensitas echoparenkim normal, VH/VP
normal, sudut tajam, tepi reguler, IHBD/EHBD normal, tak tampak
nodule/kista/massa
GB : ukuran normal, intensitas echoparenkim normal, tak tampak
nodule/kista/massa, tak tampak batu
Lien : ukuran normal, intensitas echoparenkim normal
Pancreas : ukuran normal, ekostruktur normoekoik, tak tampak
masss atau dilatasi duktus
Ginjal kanan : ukuran membesar ringan, echostruktur normal, batas
sinus korteks tegas, tampak ectasis ringan PCS, tak tampak
batu/kista/massa
Ginjal kiri : ukuran membesar ringan, echostruktur normal, batas
sinus korteks tegas, tampak ectasis ringan PCS, tampak kista di
pole tengah
Bladder terisi cukup urine, dinding menebal, ireguler
Uterus tampak lesi heteroechoic dengan komponen klasifikasi di
serviks uteri hingga korpus uteri batas tidak tegasdengan sebagian
dinding bladder dan rectum ukuran 3.37 cm x 4.99 cm x 4.38 cm
yang pada CDFI tampak sebagian hipervaskuler.
Tak tampak limfadenopathy di paraaorta, parailiaka dan ingunal
kanan kiri.
Tak tampak intensitas echo cairan di cavum pleura kanan kiri di
cavum abdomen
Kesimpulan :
1. Massa cervix uteri yang meluas ke korpus uteri serta
menginfiltrasi sebagian dinding bladder dan rectum
2. Hidronefrosis ringan bilateral, dan kista ren kiri
3. Pemeriksaan histopatologi pada tanggal 29 Agustus 2017
Bahan : biopsi
Diagnosa klinik : Ca. Cervixs
Laporan pemeriksaan :
Makroskopis :
Diterima 1 tempat sediaan berisi tiga potong jaringan dia. 0,5 cm,
0,2 cm dan dia. 0,2 cm berupa masa solid – rapuh, putih abu-abu
kecoklatan, diperoses semua cetak.
Mikroskopis :
Menunjukkan potngan jaringan dengan pertumbuhan neoplasma
malignant epitelial terdiri dari proliferasi sel-sel anaplatik,
berukuran cukup besar, inti bulat ovale, pleomorfik berat, tersusun
membentuk struktur pulau-pulau, invasi kedalam strouma.
Kesimpulan : c/w.Invasif Nonkeratinizing Squamous Cell
karcinoma, Large cell type.

4. Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 21 Desember 2017


Hari/ Jenis Nilai Normal Satuan Hasil Keterang
Tanggal/ Pemeriksaan an Hasil
Jam
21 Albumin 3,2 – 4,6 g/dl 3.9 Normal
Desember Creatinin 0,6 – 1,2 mg/dl 0.6 Normal
2017 Ureum <50 mg/dl 13 Normal
Natrium darah 136 – 145 mmol/L 140 Normal
Kalium darah 3,7 – 5,4 mmol/L 4,2 Normal
Chlorida darah 98 – 106 mmol/L 106 Normal
21 Hemoglobin 12,0 – 15,6 g/dl 12,0 Normal
Desember Hematokrit 33 – 45 % 35 Normal
2017 Leukosit 4,5 – 11,0 ribu/ul 4,5 Normal
Trombosit 150 – 450 ribu/ul 213 Normal
Eritrosit 4,10 – 5,10 juta/ul 4,10 Normal
MCV 80,0 – 96,0 /um 86,4 Normal
MCH 28,0 – 33,0 pg 29,2 Normal
MCHC 33,0 – 36,0 g/dl 33,7 Normal
RDW 11,6 – 14,6 % 14,3 Normal
MPV 7,2 – 11,1 Fl 7,8 Normal
PDW 25 – 65 % 30 Normal
Eosinofil 0,00 – 4,00 % 3,24 Normal
Basofil 0,00 – 2,00 % 0,94 Normal
Netrofil 55,00 – 80,00 % 60,00 Normal
Limphosit 22,00 – 44,00 % 40,00 Normal
Monosit 0,00 – 7,00 % 14,98 Tinggi
GDS 60 – 140 Mg/dl 86 Normal
SGOT <31 u/l 22 Normal
SGPT <34 u/l 19 Normal

11. Terapi Obat


Hari/ Jenis Terapi Dosis Golongan & Fungsi &
Tanggal / Kandungan Farmakologi
Jam
21 Cairan IV: 211,545 mg Paclitaxel 30 Untuk
Desember Paxus dalam Ns 500 mg/ 5 ml mengobati
2017 / ml dengan Paclitaxel 100 kanker
12.15 volume mg/16,7 ml payudara dan
WIB syringe, rate = kanker ovarium
35,25

Carboplatin 404,13 mg Carboplatin Untuk


dalam Ns 500 150 mg/15 ml mengobati
ml dengan Carboplatin kanker
volume 450 mg/ 45 ml ovarium,
syringe, rate = kanker kepala,
40,41 kanker kandung
kemih, kanker
serviks

21 Cairan IV 1x30mg analgetik Mengurangi


Desember (Premedikasi) nyeri (anti
2017/ Ketorolac nyeri)
12.05
WIB
Ondansentron 1x4mg antiemetik Untuk menegah
(Premedikasi) mual dan
muntah

II. ANALISA DATA


No Hari/Tanggal/ Data Fokus Problem Etiologi Ttd
Jam
1. Kamis, DS: Mual (00134) Program
21/12/2017 Pasien mengatakan pengobatan
11:00 WIB mual dan ingin (kemoterapi)
muntah setelah
dilakukan kemoterapi
DO:
Pasien tampak lemas,
enggan untuk makan,
dan muntah sudah 2x
dalam sehari
2. Kamis, DS: Gangguan Halangan
21/12/2017 Pasien mengatakan pola tidur lingkungan
11:00 WIB tidur terganggu, tidur (00198)
malam 5-6 jam dan
sering terbangun, tidur
siang 1 jam, terkadang
tidak bisa tidur siang
DO:
Pasien tampak lesu,
mata sayu, terdapat
kantung mata, tidak
puas dengan tidurnya.
3 Kamis, DS Resiko jatuh usia ( >65
21-12-2017 Pasien mengatakan tahun)
11:00 WIB lemas ketika bangun
tidur, pusing saat
bangun tidur.
DO
Terpasang restrain
kanan dan kiri, usia 65
tahun,gangguan
keseimbangan,.

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Mual berhubungan dengan program pengobatan (pengobatan)
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan
3. Resiko jatuh berhubungan dengan usia ( > 65 tahun)

IV. RENCANA KEPERAWATAN


No Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Ttd
1. Setelah dilakukan asuhan Manajemen Mual
keperawatan selama 2x24 jam - monitor asupan
masalah mual teratasi dengan makanan terhadap
kriteria hasil : kandungan gizi
Nafsu Makan
dan kalori
1. hasrat untuk makan tidak
- menganjurkan
terganggu
pasien untuk
2. energi untuk makan tidak
makan sedikit
terganggu
tetapi sering
- instruksikan pasien
mengenai diet
tinggi karbohidrat
dan rendah lemak
- kolaborasi
pemberian obat
antiemetik
2. Setelah dilakukan tindakan Peningkatan Tidur
- monitor jumlah tidur
keperawatan selama 2x24 jam
klien
masalah gangguan pola tidur
- dorong klien untuk
teratasi dengan kriteria hasil:
menetapkan rutinitas
Tidur
- kualitas tidur tidak tidur untuk
terganggu memfasilitasi
- tidak ada kesulitan
perpindahan dari
memulai tidur
terjaga menuju tidur
- perasaan segar setelah
- anjurkan untuk tidur
bangun
di siang hari
3. Setelah dilakukan tindakan Pencegahan jatuh
- Identifikasi potensi
keperawatan selama 2x24 jam
jatuh pada
masalah resiko jatuh teratasi
lingkungan tertentu.
dengan kriteria hasil : - Monitor
Kepuasan Klien : Keamanan
keseimbangan
- Penggunaan alat-alat
tingkat ambulasi
keamanan untuk
- Bantu ambulasi
mencegah cidera ( skala 3
pasien dari
menjadi 4)
ketidakseimbangan.
- Membantu ambulasi (skala
- Edukasi pasien dan
3 menjadi 4)
- Strategi pencegahan jatuh keluarga

(skala 3 menjadi 4) menggunakan


restrain saat berada
ditempat tidur.

V. TINDAKAN KEPERAWATAN/IMPLEMENTASI
Hari/Tgl No Implementasi Respon Ttd
/Jam Dx
Kamis, 21 1 - memonitor asupan S : pasien mengatakan
Desember makanan terhadap tidak nafsu makan,
2017 kandungan gizi dan kalau melihat makanan
11.05 WIB kalori ingin mual
O : pasien tampak
lemas, pasien
mendapatkan diit dari
RS tinggi protein tinggi
karbohidrat
11.15 WIB 1 - menganjurkan pasien S : pasien mengatakan
untuk makan sedikit bersedia untuk tetap
tetapi sering makan sedikit-sedikit
O : pasien bersedia
untuk makan sedikit
tapi sering, dan pasien
kooperatif
11.20 WIB 1 - menginstruksikan pasien S : pasien mengatakan
mengenai diet tinggi bersedia untuk makan
karbohidrat dan rendah tinggi karbohidrat dan
lemak rendah lemak
O : pasien kooperatif
12.05 WIB 1 - mengkolaborasi S : pasien mengatakan
pemberian obat mual seteah di
antiemetik kemoterapi
(ondansentron 4mg) O : diberikan injeksi
ondansentron 1x4mg
untuk mengurangi mual
11.45 WIB 2 - memonitor jumlah tidur S : pasien mengatakan
klien tiur malam 5-6 jam dan
tidur siang 1 jam
O : pasien tampak lesu,
mata sayu, kurang puas
dengan tidur
12.00 WIB 3 - mengidentifikasi potensi S : keluarga pasien
jatuh pada mengatakan merasa
lingkungan tertentu
lemas
O : pasien berada diatas
tempat tidur dan
terpasang restrain
12.30 WIB 3 - Monitor keseimbangan S : pasien mengatakan
tingkat ambulasi aktifitas dibantu oleh
keluarga dan alat bantu
O : pasien tampak fokus
pada bantuan keluarga
Jumat 2 - mendorong klien untuk S : pasien bersedia
22/12/2017 menetapkan rutinitas tidur untuk rutin tidur siang
10.00 WIB untuk memfasilitasi maupun malam
perpindahan dari terjaga O : pasien kooperatif
menuju tidur bersedia untuk rutin
dalam tidur
10.30 WIB 2 - menganjurkan untuk tidur S : pasien bersedia
di siang hari untuk tidur siang
O : Pasien kooperatif
bersedia untuk tidur
siang
10.40 WIB 3 - membantu ambulasi S : Keluarga pasien
pasien dari mengatakan saat
ketidakseimbangan. bangun tidur dibantu
keluarga.
O : Pasien tampak
memegang restrain saat
akan bangun tidur dan
merangkul keluarga
saat berjalan ke kamar
mandi .
11.00 WIB 3 - mengedukasi pasien dan S : pasien mengatakan
keluarga menggunakan bersedia untuk
restrain saat berada menggunakan restrain
ditempat tidur. saat berada di tempat
tidur
O : pasien kooperatif
dan restrain terpasang

VI. CATATAN KEPERAWATAN


No Dx Hari/ Tgl/ Jam Evaluasi Ttd
1. Kamis, S: Pasien mengatakan mual dan sensasi ingin
21/12/2017 muntah berkurang
12.30 WIB O: Pasien tampak lebih nyaman, sudah tidak
merasa ingin muntah
A : masalah mual teratasi
P : hentikan intervensi
2. Kamis, S: Pasien mengatakan tidur terganggu, tidur
21/12/2017 malam 5-6 jam dan sering terbangun, tidur siang 1
12.30 WIB jam, terkadang tidak bisa tidur siang
O: Pasien tampak lesu, mata sayu, terdapat
kantung mata, tidak puas dengan tidurnya
A : masalah gangguan pola tidur belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- monitor jumlah tidur klien
- dorong klien untuk menetapkan rutinitas
tidur untuk memfasilitasi perpindahan dari
terjaga menuju tidur
- anjurkan untuk tidur di siang hari
3. Kamis, S : Pasien mengatakan lemas ketika bangun tidur,
21/12/2017 pusing saat bangun tidur.
11.30 WIB O : Terpasang restrain kanan dan kiri, usia 65
tahun,gangguan keseimbangan.
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Identifikasi potensi jatuh pada lingkungan
tertentu.
- Monitor keseimbangan tingkat ambulasi
- Bantu ambulasi pasien dari
ketidakseimbangan.
- Edukasi pasien dan keluarga
menggunakan restrain saat berada ditempat
tidur.
2 Jumat, S : pasien mengatakan tidur masih terganggu,
22/12/2017 tidur malam masih 5-6 jam dan masih susah tidur
11.00 WIB siang
O : Pasien tampak lesu, mata sayu, terdapat
kantung mata, tidak puas dengan tidurnya
A : masalah gangguan pola tidur belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- monitor jumlah tidur klien
- dorong klien untuk menetapkan rutinitas
tidur untuk memfasilitasi perpindahan dari
terjaga menuju tidur
- anjurkan untuk tidur di siang hari
3 Jumat, S : Pasien mengatakan masih lemas ketika
22/12/2017 bangun tidur, pusing saat bangun tidur.
11.00 WIB O : Terpasang restrain kanan dan kiri, pasien
selalu merangkul keluarga saat berjalan ke kamar
mandi
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Identifikasi potensi jatuh pada lingkungan
tertentu.
- Monitor keseimbangan tingkat ambulasi
- Bantu ambulasi pasien dari
ketidakseimbangan.
- Edukasi pasien dan keluarga
menggunakan restrain saat berada ditempat
tidur.
BAB IV
PEMBAHASAN

Diagnosa mual berhubungan dengan program pengobatan pada pasien


kanker serviks mengalami mual tetapi tidak mengalami penurunan asupan nutrisi
sesuai dengan teori yang menjelaskan tentang penelitian yang pernah dilakukan
oleh Mirzani Ismi (2008) menunjukkan sebagian besar penderita kanker yang
mendapatkan kemoterapi mengalami penurunan asupan energi, protein yang
buruk. Asupan makanan yang buruk merupakan efek samping kemotrapi berupa
mual, muntah dan diare. Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya didapatkan
100% pasien dengan kanker serviks post kemoterapi mengalami penurunan nafsu
makan, mual dan muntah. Mual dan muntah pada pasien post kemoterapi dapat
terjadi secara akut, yaitu pada 24 jam pertama setelah kemoterapi dan dapat
berlangsung selama beberapa hari. Penelitian lain yang dilakukan oleh Susanti L
(2012) dikatakan pada kemoterapi, muntah dan mual akan terjadi selama beberapa
hari setelah menerima obat, tapi biasanya gejala itu akan hilang dalam waktu
seminggu atau 7 hari setelah menerima obat.
Kemoterapi berpengaruh terhadap asupan makan subjek, sehingga asupan
makan subjek post kemoterapi menjadi buruk atau kurang. Namun tidak semua
subjek penelitian memiliki sensitifitas yang sama terhadap efek mual dan muntah
setelah kemoterapi. Ada beberapa obat kemoterapi yang dapat memberikan efek
mual dan mutah yang lebih jika dibandingkan obat yang lain. Selain itu ada
beberapa orang yang sangat rentan terhadap mual dan muntah yang dapat
menurunkan nafsu makan. Hal ini biasanya dapat dicegah dengan memberikan
obat anti mual sebelum, selama dan sesudah pengobatan sehingga pasien tidak
mengalami penurunan asupan gizi yang berkepanjangan.
Pada diagnosa gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan
lingkungan sesuai dengan teori bahwa gangguan tidur sebenarnya bukanlah suatu
penyakit melainkan gejala dari berbagai gangguan fisik, mental dan spiritual
(Johanna & Jachens, 2004). Padaorang normal, gangguan tidur yang
berkepanjangan akan mengakibatkan perubahan-perubahan pada siklus tidur
biologisnya, menurun daya tahan tubuh serta menurunkan prestasi kerja, mudah
tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain (Potter & Perry, 2001).
Diagnosa resiko jatuh sesuai dengan teori angka kejadian jatuh pada lansia
merupakan salah satu faktor internal dari dalam diri lansia dan faktor eksternal
dari luar diri lansia. Resiko jatuh terjadi akibat kehilangan keseimbangan serta
yang tidak terkait langsung.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kanker serviks merupakan kanker terbanyak pada wanita. Ca serviks


penyebabnya tidak jelas namun diduga dipengaruhi oleh : perilaku seks,
personal hygiene, lingkungan maupun pelayanan kesehatan. Asuhan
keperawatan pada klien yang menderita Ca. serviks merupakan suatu bentuk
asuhan keperawatan yang komprehensif dan unik tergantung dari fase dan
derajat kanker yang ditemukan serta kondisi bio-psiko-sosial dari klien.
Diagnose dan tindakan yang muncul tidak sama pada setiap klien tergantung
dari situasi dan keadaan individu saat kasus tersebut ditemukan.

B. Saran

Pemberian asuhan keperawatan keperawatan harus memperhatikan


sumber daya dan kesiapan mental yang dimiliki oleh klien untuk mencegah
timbulnya masalah yang yang tidak diinginkan. Perlu adanya pola pendekatan
dengan model asuhan Keperawatan yang benar dalam perawatan klien di
poliklinik Kandungan RSUD Dr. Moewardi.
Diperlukan peran petugas kesehatan khususnya perawat dalam
memberikan informasi yang sejelas-jelasnya kepada mengenai
penyebab,prosedur perawatan & pengobatan serta prognosa penyakitnya
kepada klien karena hampir semua klien yang terdiagnosa kanker sangat takut
& cemas, dengan mendapat informasi yang jelas & tepat diharapkan tidak
mencari kesumber yang salah seperti dukun, orang pintar atau orang yang
tidak berkompeten untuk memberikan informasi.

DAFTAR PUSTAKA

Abuseir S., Khune, M., Schnieder, T., Klein, G., Epe, C., 2007. Evaluation of A.
Serological Method for The Detection of Taenia saginata Cysticercosis.
Using Serum and Meat Juice Samples. Parasitol Res 101: 131-137.
Ambarwati. (2011). Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi
dan KB. Jakarta : EGC.

Anwar. 2008. Dasar - Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi 6. Jakarta : EGC

Depkes RI. (2008). Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara.
Diagnosis Keperawatan NANDA Internasional: Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta: EGC.

Dipkes RI. 2008. Buku Saku Diagnose Keperawatan. Jakarta: EGC

Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya


Media.
Hawkins, R., & Grunberg, S. 2009.Chemotherapy Induced Nausea
andVomiting:Challenges andOpportunities for Improved
PatientsOutcomes. Journal of Oncology Nursing or the Oncology
NursingSociety. Vol. 13, No. 1.
Heardman. T. H., Kamitsuru. S., Nanda Internasional. 2015. Diagnosis
Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta : EGC
Bulechek. M. G., Butcher. K. H., Dochterman. M. J., Wagner. C.M., NIC. 2016.
Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi Keenam. Yogyakarta: Moco
Media

Moorhead.S., Johnson.M., Mass. M. L., Swanson. E., 2013. Nursing Outcomes


Classification (NOC) Edisi Kelima. Yogyakarta: Moco Media

Nurarif . A. H., 2015., Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis, Jilid


1. Yogyakarta : Mediaction

Nurwijaya, dkk. 2010. Cegah dan Deteksi Kanker Serviks. Jakarta: Elex Media
Komputindo

Price, S.A. 2006.Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta:


EGC

Smeltzer Suzane C dan Brenda G. Bare. 2007. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddrath. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Sukaca. 2009. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medika

Sutandyo, Noorwati. 2007. Nutrisi pada Pasien Kanker yang Mendapat


Kemoterapi. Indonesian Journal of Cancer (4); 144-148.
Syaifuddin. 2011.Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk
Keperawatan dan Kebidanan, Edisi ke-4. Jakarta:EGC.

Wijaya, Arif dkk. 2009. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1. Jakarta : Media
Ausculapius.

Você também pode gostar