Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun oleh :
1. Aditiya Kurniawan (SN171003)
2. Agustin Kusuma Wardani (SN171008)
3. Belladina Tiya S (SN171035)
4. Dwi Setyarini (SN171052)
5. Erma Setiawatik (SN171065)
6. Eva Septerina Dwi Hapsari (SN171067)
7. Febriyan Kusumo Ningrum (SN171069)
8. Ida Pramawati (SN171088)
9. Saifuddin (SN171154)
10. Supriyanto (SN171058)
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
Adapun tujuan dari asuhan keperawatan ini dibagi menjadi dua yaitu :
1. Tujuan umum
Mengetahui respon fisik dan psikologis pada wanita dengan kanker serviks
dan kemoterapi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui karakteristik partisipan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
b. Mengidentifikasi respon fisik pada wanita dengan kanker serviks yang
mendapat pengobatan kemoterapi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
c. Mengidentifikasi respon psikologis pada wanita dengan kanker serviks
yang mendapat pengobatan kemoterapi di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Kanker leher rahim (serviks) adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada
jaringan serviks. Kanker serviks merupakan pertumbuhan baru yang ganas
terdiri dari sel-sel epithelial yang cenderung menginfiltrasi jaringan
sekitarnya dan menimbulkan metastasis. Kanker serviks merupakan penyakit
akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya
pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di
sekitarnya ( Nurarif, 2015).
Kanker Cerviks yaitu keganasan pada leher rahim yang merupakan
keganasan pada bagian terendah rahim yang menonjol ke liang sanggama /
vagina (Depkes RI, 2008)
Kanker Cerviks merupakan pertumbuhan dari Human Papilloma Virus
(Abuizer dkk, 2007).
ansietas Intoleransi
rambut rontok aktivitas
D. Etiologi
Menurut Wijaya (2010), ada beberapa faktor yang dapat
meningkatkan peluang seorang wanita untuk terkena kanker serviks. Faktor-
faktor tersebut adalah :
a. Infeksi Virus Human Papilloma (HVP)
Faktor resiko dari infeksi HPV adalah factor yang terpenting dalam
timbulnya penyakit kanker serviks ini. Human Papilloma Virus adalah
sekelompok lebih dari 100 virus yang berhubungan yang dapat
menginfeksi sel-sel pada permukaan kulit, ditularkan melalui kontak kulit
seperti vaginal, anal, atau oral seks. Virus ini berasal dari familia
Papovaridaedan genus Papilloma virus. Hubungan seks yang tidak aman
terutama pada usia muda atau melakukan hubungan seks dengan banyak
pasangan, memungkinkan terjadinya infeksi HPV. Organ reproduksi
wanita pada usia remaja (12-20 tahun) sedang aktif berkembang. Bila
terjadi rangsangan oleh penis/sperma dapat memicu perubahan sifat sel
menjadi tidak normal, apalagi bila terjadi luka saat berhubungan seksual
dan kemudian terjadi infeksi virus HPV.
b. Pasangan Seksual yang Berganti-ganti
Dari berbagai penelitian yang dilakukan timbulnya penyakit kanker serviks
berkaitan erat dengan perilaku seksual seperti mitra seks yang berganti-
ganti. Resiko kanker serviks lebih dari 10 kali bila berhubungan dengan 6
atau lebih mitra seks.
c. Usia Pertama Melakukan Hubungan Seks
Wanita yang melakukan hubungan seks pertama sekali pada umur dibawah
17 tahun hampir selalu 3x ;lebih mungkin terkena kanker serviks di usia
tuanya. Semakin muda seorang wanita melakukan hubungan seks maka
semakin besar resiko terkena kanker serviks. Hal ini disebabkan karena
alat reproduksi wanita pada usia ini belum matang dan sangat sensitif.
d. Merokok
Tembakau atau rokok mengandung bahan-bahan karsinogenik baik yang
dikunyah atau dihisap sebagai rokok atau sigaret. Penelitian menunjukkan
lendir serviks pada wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat
lainnya terdapat di dalam rokok. Produk sampingan rokok seringkali
ditemukan pada mukosa serviks dari wanita perokok.
e. Jumlah Anak
Wanita yang sering melahirkan mempunyai resiko 3-5 x lebih besar
terkena kanker leher rahim. Terjadinya trauma pada bagian leher rahim
yang tipis dapat merupakan penyebab timbulnya suatu peradangan dan
selanjutnya berubah menjadi kanker. Menurut berapa pakar, jumlah
kelahiran yang lebih dari 3 akan meningkatkan resiko wanita terkena
kanker serviks.
f. Kontrasepsi
Pil KB yang dipakai dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan resiko
terkena kanker serviks.Dari beberapa penelitian menemukan bahwa resiko
kanker serviks meningkat berkaitan dengan semakin lama wanita tersebut
menggunakan pil KB, dan cenderung akan menurun pada saat pil tersebut
dihentikan. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa pemakaian pil
KB akan menyebabkan wanita lebih sensitif terhadap HPV sehingga makin
meningkatkan resiko terkena kanker serviks.
g. Riwayat Keluarga
Sama seperti jenis kanker lainnya, maka pada kanker leher rahim juga
akan meningkatkan resiko lebih besar terkena pada wanita yang
mempunyai keluarga (ibu atau kakak perempuan) terkena kanker leher
rahim.
h. Kekebalan Tubuh
Seseorang yang melakukan diet ketat, diet rendah sayuran dan buah-
buahan, rendahnya konsumsi vitamin A,C, dan E setiap hari dapat
menyebabkan kurangnya daya tahan tubuh, sehingga oang tersebut
gampang terinfeksi oleh berbagai kuman, termasuk HPV. Penurunan
kekebalan tubuh dapat juga mempercepat pertumbuhan sel kanker dari
noninvasive menjadi invasif.
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis:
Terapi karsinoma serviks dilakukan bila mana diagnosis telah
dipastikan secara histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang
matang oleh tim yang sanggup melakukan rehabilitasi dan pengamatan la
njutan (tim kanker / tim onkologi). Pemilihan pengobatan kanker leher rahim
tergantung pada lokasi dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan
umum penderita, dan rencana penderita untuk hamil lagi. Lesi tingkat rendah
biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut, terutama jika daerah
yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada waktu pemeriksaan biopsi.
Pengobatan pada lesi prekanker bisa berupa kriosurgeri (pembekuan),
kauterisasi (pembakaran, juga disebut diatermi), pembedahan laser untuk
menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa melukai jaringan yang sehat di
sekitarnya dan LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi.
(Elizabeth, 2009)
a. Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks
paling luar), seluruh kanker sering kali dapat diangkat dengan bantuan
pisau bedah ataupun melalui LEEP (loop electrosurgical excision
procedure) atau konisasi. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih
bisa memiliki anak. Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan
untuk menjalani pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1
tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak
memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani
histerektomi.
Pembedahan merupakan salah satu terapi yang bersifat kuratif
maupun paliatif. Kuratif adalah tindakan yang langsung menghilangkan
penyebabnya sehingga manifestasi klinik yang ditimbulkan dapat
dihilangkan. Sedangkan tindakan paliatif adalah tindakan yang berarti
memperbaiki keadaan penderita. Histerektomi adalah suatu tindakan
pembedahan yang bertujuan untuk mengangkat uterus dan serviks (total)
ataupun salah satunya (subtotal). Biasanya dilakukan pada stadium klinik
IA sampai IIA (klasifikasi FIGO). Umur pasien sebaiknya sebelum
menopause, atau bila keadaan umum baik, dapat juga pada pasien yang
berumur kurang dari 65 tahun. Pasien juga harus bebas dari penyakit
umum (resiko tinggi) seperti penyakit jantung, ginjal dan hepar.
b. Terapi penyinaran (radioterapi)
Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta
mematikan parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks
stadium II B, III, IV sebaiknya diobati dengan radiasi. Metoda radioterapi
disesuaikan dengan tujuannya yaitu tujuan pengobatan kuratif atau paliatif.
Pengobatan kuratif ialah mematikan sel kanker serta sel yang telah
menjalar ke sekitarnya atau bermetastasis ke kelenjar getah bening
panggul, dengan tetap mempertahankan sebanyak mungkin kebutuhan
jaringan sehat di sekitar seperti rektum, vesika urinaria, usus halus, ureter.
Radioterapi dengan dosis kuratif hanya akan diberikan pada stadium I
sampai III B. Apabila sel kanker sudah keluar ke rongga panggul, maka
radioterapi hanya bersifat paliatif yang diberikan secara selektif pada
stadium IV A. Terapi penyinaran efektif untuk mengobati kanker invasif
yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar
berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan
pertumbuhannya.
Radioterapi dengan dosis kuratif hanya akan diberikan pada stadium I
sampai III B. Apabila sel kanker sudah keluar ke rongga panggul, maka
radioterapi hanya bersifat paliatif yang diberikan secara selektif pada
stadium IV A. Terapi penyinaran efektif untuk mengobati kanker invasif
yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar
berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan
pertumbuhannya (Elizabeth, 2009).
c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat
melalui infus, tablet, atau intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan
utamanya untuk membunuh sel kanker dan menghambat
perkembangannya. Tujuan pengobatan kemoterapi tegantung pada jenis
kanker dan fasenya saat didiag nosis. Beberapa kanker mempunyai
penyembuhan yang dapat diperkirakan atau dapat sembuh dengan
pengobatan kemoterapi. Dalam hal lain, pengobatan mungkin hanya
diberikan untuk mencegah kanker yang kambuh, ini disebut pengobatan
adjuvant.
Dalam beberapa kasus, kemoterapi diberikan untuk mengontrol penyakit
dalam periode waktu yang lama walaupun tidak mungkin sembuh. Jika
kanker menyebar luas dan dalam fase akhir, kemoterapi digunakan sebagai
paliatif untuk memberikan kualitas hidup yang lebih baik. Kemoterapi
secara kombinasi telah digunakan untuk penyakit metastase karena terapi
dengan agen-agen dosis tunggal belum memberikan keuntungan yang
memuaskan. Contoh obat yang digunakan pada kasus kanker serviks
antara lain CAP (Cyclophopamide Adrem ycin Platamin), PVB (Platamin
Veble Bleomycin) dan lain –lain. (Hawkins dkk, 2009).
F. Komplikasi
1. Komplikasi yang terjadi karena radiasi
Waktu fase akut terapi radiasi pelvik, jaringan-jaringan sekitarnya
juga terlibat seperti intestines, kandung kemih, perineum dan kulit. Efek
samping gastrointestinal secara akut termasuk diare, kejang abdominal,
rasa tidak enak pada rektal dan perdarahan pada GI. Diare biasanya
dikontrol oleh loperamide atau atropin sulfate. Sistouretritis bisa terjadi
dan menyebabkan disuria, nokturia dan frekuensi. Antispasmodik bisa
mengurangi gejala ini. Pemeriksaan urin harus dilakukan untuk mencegah
infeksi saluran kemih. Bila infeksi saluran kemih didiagnosa, terapi harus
dilakukan segera. Kebersihan kulit harus dijaga dan kulit harus diberi salep
dengan pelembap bila terjadi eritema dan desquamasi. Squele jangka
panjang (1 – 4 tahun setelah terapi) seperti : stenosis pada rektal dan
vaginal, obstruksi usus kecil, malabsorpsi dan sistitis kronis.
2. Komplikasi akibat tindakan bedah
Komplikasi yang paling sering akibat bedah histerektomi secara
radikal adalah disfungsi urin akibat denervasi partial otot detrusor.
Komplikasi yang lain seperti vagina dipendekkan, fistula ureterovaginal,
pendarahan, infeksi, obstruksi usus, striktur dan fibrosis intestinal atau
kolon rektosigmoid, serta fistula kandung kemih dan rektovaginal
(Elizabeth, 2009).
G. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Keluhan utama
Pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai
keputihan menyuprai air
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh nyeri pada intra servikal, merasa lelah, letih, ada
anemia, pasien seorang perokok & meminum alcohol, ada
perubahan pola defekasi ( konstipasi ) serta nyeri saat berkemih,
nyeri pada saat senggama dan terjadi pendarahan saat senggama,
keputihan yang cair dan banyak serta bau yang khas, ada rasa
kurang nafsu makan, penurunan berat badan, nyeri panggul.
3. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien pernah mengalami kelainan menstruasi, lama,
jumlah dan warna darah, adakah hubungan perdarahan dengan
aktifitas, apakah darah keluar setelah koitus ( bersenggama ),
apakah pekerjaan yang dilakukan pasien
4. Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang
mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu
riwayat keluarga dengan kanker serviks / leher rahim.
5. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada klien dengan kanker serviks / leher rahim
meliputi pemeriksaan fisik umum per system dari observasi
keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2
(Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).
a. Pernafasan B1 (breath)
Pada kasus kanker serviks stadium lanjut atau ketika sel
abnormal sudah mulai menyebar ke organ-organ lain ( tahap
stadium 4 ), dapat menimbulkan sesak nafas.
b. Kardiovaskuler B2 (blood)
Adanya nyeri dada ( pada stadium lanjut ), bradikardi, dan
tekanan darah rendah dikarenakan pendarahan pada daerah
intra-servikal
c. Persyarafan B3 (brain)
Penglihatan (mata) : Penurunan penglihatan, penglihatan
menurun dikarenakan hemoglobin yang menurun, karna
anemia, konjungtiva anemis.
Penciuman (hidung) : Mengeluh bau pada keputihan yang
banyak.
d. Perkemihan B4 (bladder)
Biasanya pasien mengeluh nyeri saat buang air kecil, adanya
pendarahan.
e. Pencernaan B5 (bowel)
Biasanya nafsu makan menurun, porsi makan kurang, berat
badan menurun, adanya konstipasi sehingga terjadi perubahan
pola defekasi pada pasien.
f. Muskulokeletal / integument B6 (bone)
Biasanya ada nyeri pada bagian panggul sehingga sulit dalam
bergerak dan beraktivitas.
B. PENGKELOMPOKAN DATA
a. Data Subjektif
- pasien mengeluh nyeri pada daerah kewanitaan ( vagina – intra
servikal )
- pasien mengeluh kurang nafsu makan, dan berat badan
menurun
- pasien mengeluh terjadi pendarahan setelah ataupun tanpa
melakukan senggama
- pasien mengeluh ada keputihan yang berlebih dan cair serta
berbau
- pasien mengeluh susah BAB ( konstipasi )
- pasien mengeluh nyeri pada saat BAK
- pasien mengeluh nyeri panggul
- pasien mengeluh cepat lelah
- pasien mengeluh merasa cemas, khawatir dengan penyakit
yang dialaminya
- pasien sering bertanya mengenai penyakitnya
- pasien mengungkapkan ada perubahan tubuh dan gaya
hidupnya
b. Data Objektif
- terlihat konjungtiva anemis dan pucat
- terlihat pasien menahan sakit
- terlihat pasien lemas, letih
- terlihat pasien meringis karena nyeri panggul
- terlihat wajah pasien ekspresi cemas dan khawatir
- pasien tidak menghabiskan porsi makan yang di sediakan
- terjadi pendarahan pada vagina – intra servikal
- pasien terlihat gelisah
- pasien terlihat kurang percaya diri
- berat badan pasien menurun
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d penekanan sel kanker pada syaraf pada tekanan
intrapelvik dan tekanan inta abdomen
2. Ketidakseimbangan nutrisi b.d mual muntah karena proses
ekstrenal radiologi
3. Resiko infeksi. d.b pengeluaran pervaginam(darah, keputihan)
4. Ansietas b.d berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
prosedur pengobatan
5. Gangguan integritas kulit b.d efek dari prosedur pengobatan
6. Resiko injuri b.d kelemahan dan kelelahan
7. Gangguan pola seksual b.d perubahan fungsi tubuh akibat terkena
penyakit kanker serviks
8. Resiko tinggi terjadinya syok hipovolemik b.d perdarahan
pervaginam
9. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum
10. Resiko kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan
aktif
11. Gangguan citra tubuh b.d tahapan perkembangan penyakit dan
terapi penyakit (Heardman, 2015).
Shock Severity
Criteria hasil:
a. Klien tidak
mengalami
penurunan
kesadaran
b. Klien tidak
mengalami anemia
c. Tanda-tanda vital
dalam batas normal
d. Klien tidak tampak
pucat
9 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1. Monitor respon fisik , emosi ,
b.d kelemahan asuhan keperawatan sosial dan spiritual
umum selama 1 x 24 jam 2. Bantu klien ntuk membuat
dengan jadwal latihan diwaktu luang
mempertahankan ADL 3. Bantu untuk mengidentifikasi
pasien aktifitas yang disukai
4. Bantu klien untuk
NOC:
mengidentifikasi aktivitas yang
Activity therapy mampu dilakukan
1. Body image
positif
2. Mampu
mengidentifikasi
kekuatan personal
3. Mempertahanka
n interaksi social
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GINEKOLOGI
PADA Ny.S DENGAN KANKER SERVIKS STADIUM III B
DI RUANG MAWAR III RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
I. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 21 Desember 2017 / 11.00 WIB
Tanggal Masuk : 21 Desember 2017 / 09.00 WIB
1. Identitas Klien
a. Nama : Ny.S
b. Alamat : Blora
c. Umur : 65 Tahun
d. Pendidikan : SD
e. Pekerjaan : Petani
f. Suku bangsa : Jawa
g. Diagnosa medis : Kanker Serviks Stadium III B
2. Identitas Penanggung jawab
a. Nama : Tn.D
b. Alamat : Surakarta
c. Umur : 47 Tahun
d. Pendidikan : SD
e. Pekerjaan : Wiraswasta
f. Agama : Islam
g. Hubungan dengan klien: Anak Pasien
3. Keluhan Utama
Pasien mengatakan mual dan muntah
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan pada tanggal 29 Agustus 2017 menjalani
pemeriksaan biopsi di Rumah Sakit Anugerah Medika Bandar Lampung,
dari hasil biopsi pasien terdiagnosa kanker cervix, setelah sakit pasien
dibawa oleh keluarga untuk pengobatan di Rumah Sakit Dr.Moewardi,
kemudian pasien datang ke ruang poli pada tanggal 27 November 2017
dilakukan pemeriksaan USG dengan hasil massa cervix uteri yang
meluas ke korpus uteri serta menginfiltrasi sebagian diding bledder.
Kemudian pasien datang kembali ke poli pada tanggal 21 Desember
2017 untuk kontrol, kemudian pasien dipindahkan ke ruang mawar 3
untuk dilakukan kemoterapi yang ke 4. Saat dilakukan pengkajian
didapatkan data pasien mengeluh mual muntah, muntah sehari sudah 2x,
pasien tampak lemas, enggan untuk makan, pasien juga mengeluh tidak
bisa tidur, pasien tampak sayu, lesu, terdapat kantung mata. Hasil
pemeriksaan vital sign TD : 120/80 mmHg, N : 88 x/menit, S : 36 °C,
RR : 20 x/menit.
5. Status Kesehatan atau Penyakit Saat Ini
a. Gejala yang dirasakan
1) Gejala awal
Mual tidak segera sembuh walaupun sudah mendapat obat
dari dokter. mual muncul kembali setelah pasien ingin
makan.
2) Timbulnya gejala
Faktor yang memperbaiki gejala : saat badan terasa sehat dan
tidak banyak pikiran, maka mual akan sedikit mereda.
Faktor yang memperburuk gejala : jika pasien makan
makanan yang berbau menyengat maka mual semakin parah.
3) Deskripsi gejala
Pasien mengatakan mual dan muntah sebanyak 2 kali dalam
sehari.
4) Efek pada gaya hidup
Pasien dapat melakukan aktifitas sehari-hari namun tidak
sepenuhnya seperti sebelum sakit.
b. Riwayat ginekologi
1) Karakteristik menstruasi
Pasien mengatakan sudah menopouse saat berumur 50
tahun.
2) Menarche
Pasien mengatakan pertama kali menstruasi kira-kira umur
15 tahun pasien mengalami disminore serta sakit pada
payudara, siklus teratur 28 hari sekali, setiap haid 7 hari.
3) Periode menstruasi terakhir
Pasien mengatakan menstruasi terakhir saat umur 50 tahun
4) Pengalaman menstruasi
Pasien mengatakan nyeri perut saat menstruasi, terdapat
keputihan 1-2 hari setelah menstruasi
5) Perdarahan tengah siklus
Pasien mengatakan tidak mengalami perdarahan di tengah
siklus menstruasi
6) Menopause
Pasien mengatakan menopouse saat berumur 50 tahun
7) Kontrasepsi
Pasien mengatakan tidak pernah menggunakan alat
kontrasepsi
8) Usia pada saat kehamilan pertama
Pasien mengatakan hamil pertama pada usia 22 tahun
9) Penyakit menular seksual
Pasien mengatakan tidak memiliki penyakit menular
seksual
c. Status obstetrik : G5 P5 A1
6. Riwayat Medis Masa Lalu
a. Riwayat dan pengobatan
Pasien mengatakan setiap 3 minggu sekali kerumah sakit untuk
melakukan pengobatan dan kemoterapi sejak 3 bulan yang lalu mulai
bulan september.
b. Alergi
Pasien mengatakan tidak ada alergi obat maupun makanan
c. Penyakit dan pembedahan sebelumnya
Pasien mengatakan bahwa dirinya belum pernah menjalani operasi
d. Riwayat dirawat di RS sebelumnya
Pasien mengatakan bahwa sebelumnya ± 4 bulan yang lalu pasien
pernah dirawat di rumah sakit di daerah Jakarta karena perdarahan
dan terdiagnosa supsek kanker serviks.
e. Kecelakaan atau cedera
Pasien mengtakan tidak ada riwayat kecelakaan atau cedera
f. Perilaku yang berisiko
1) Gaya hidup : pasien mengatakan sering mengkonsumsi
makanan yang dibakar dan mengandung
gas.
2) Konsumsi kafein : pasien mengatakan tidak suka
mengkonsumsi kopi
3) Merokok : pasien mengatakan bahwa dirinya tidak
merokok
4) Alkohol : pasien mengatakan tidak mengkonsumsi
alkohol
5) Obat-obatan : pasien mengatakan hanya minum obat dari
dokter
6) Praktik seks yang tidak aman:
pasien mengatakan hanya melakukan
hubungan suami istri dengan suaminya saja
g. Riwayat kekerasan/ penganiayaan
1) Cedera alibat kekerasan : pasien mengatakan tidak pernah
mengalami cedera akibat kekerasan
2) Pengalaman diperkosa : pasien mengatakan tidak ada
pengalaman diperkosa
d. Genogram keluarga
Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Menikah
: Punya anak
: Tinggal serumah
: Pasien
8. Riwayat Psikososial
1). Ideal diri
Pasien mengatakan harapan saya ingin segera sembuh dan
ingin segera beraktivitas seperti biasanya lagi
9. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum: baik
b. Kesadaran : composmentis
c. TTV : TD : 120/80 mmHg, N : 88 x/menit, S : 36 ° C
RR : 20 x/menit
d. Kepala – leher
1) Bentuk : mesochepal, rambut sudah habis total
2) Mata : pupi isokor, ada reflek cahaya, konjungtiva tidak
anemis, sclera tidak ikterik, mata sayu, dan terdapat
kantung mata
3) Hidung : lubang hidang simetris, tidak tampak pernafasan
cuping hidung
4) Mulut : ada bau mulut, mukosa bibir kering, tidak ada
stomatitis
5) Telinga : telinga kanan dan kii semetris, tidak ada gangguan
pendengaran
6) Leher : tidak ada massa dan pembesaran kelenjar thyroid
dan kelenjar limfe, tidak ada peninkatan jvp
e. Dada
1) Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5 midclavikula sinistra
Perkusi : pekak
Auskultasi: bunyi jantung 1 dan 2 reguler
2) Paru
Inspeksi : ekspansi dada kanan dan kiri sama, tidak ada lesi
Palpasi : tidak teraba adana massa, vocal fremitus kanan
dan
kiri sama
Perkusi : sonor
Auskultasi: vesikuler
3) Payudara : tidak ada kelainan pada payudara
f. Abdomen
Inspeksi : kulit sawo matang dan tampak simeris
Auskultasi : bising usus 10 x/menit
Perkusi : thympani
Palpasi : tidak ditemukan nyeri tekan maupun nyeri lepas
g. Perineum dan genital : pasien mengatakan bahwa ada cairan yang
keluar dari organ kewanitaannya, pasien tampak memakai pempers
dan tidak terpasang kateter, eliminasi pasien selama sakit BAK 4-5
kali sehari, warna kuning jernih, bau amoniak, dan BAB terganggu
selama kemoterapi karena efek kemoterapi. BAB setelah
kemoterapi 3-4 hari, konsistensi keras (sembelit), frekuensi 1x
sehari, bau khas.
h. Ekstremitas
Atas : teraba hangat, nadi tebaka kuat, kekuatan otot 5/5,
terpasang infus pada tangan kiri, dan tidak ditemukan
edema pada ekstremitas atas
Bawah : teraba hangat, kekuatan otot 5/5, tidak ditemukan edema,
CRT < 2 detik
10. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi pada tanggal 27 November 2017
Thorak Lat
Cor : besar dan bentuk normal
Pulmo : tak tampak infiltrat di kedua lapang paru, corakan
bronkovaskuler normal
Sinus costoprenicus kanan kiri anterior posterior tajam
Hemidiaphragma kanan kiri normal
Tak tampak osteolitik /blastik
Kesimpulan : Tak tampak pulmonal metastase
2. Pemeriksasn radiologi – radiodiagnostik pada tanggal 27
November 2017
USG Abdomen (Hepar), Lien, Pancreas, Ginjal
Hepar : ukuran normal, intensitas echoparenkim normal, VH/VP
normal, sudut tajam, tepi reguler, IHBD/EHBD normal, tak tampak
nodule/kista/massa
GB : ukuran normal, intensitas echoparenkim normal, tak tampak
nodule/kista/massa, tak tampak batu
Lien : ukuran normal, intensitas echoparenkim normal
Pancreas : ukuran normal, ekostruktur normoekoik, tak tampak
masss atau dilatasi duktus
Ginjal kanan : ukuran membesar ringan, echostruktur normal, batas
sinus korteks tegas, tampak ectasis ringan PCS, tak tampak
batu/kista/massa
Ginjal kiri : ukuran membesar ringan, echostruktur normal, batas
sinus korteks tegas, tampak ectasis ringan PCS, tampak kista di
pole tengah
Bladder terisi cukup urine, dinding menebal, ireguler
Uterus tampak lesi heteroechoic dengan komponen klasifikasi di
serviks uteri hingga korpus uteri batas tidak tegasdengan sebagian
dinding bladder dan rectum ukuran 3.37 cm x 4.99 cm x 4.38 cm
yang pada CDFI tampak sebagian hipervaskuler.
Tak tampak limfadenopathy di paraaorta, parailiaka dan ingunal
kanan kiri.
Tak tampak intensitas echo cairan di cavum pleura kanan kiri di
cavum abdomen
Kesimpulan :
1. Massa cervix uteri yang meluas ke korpus uteri serta
menginfiltrasi sebagian dinding bladder dan rectum
2. Hidronefrosis ringan bilateral, dan kista ren kiri
3. Pemeriksaan histopatologi pada tanggal 29 Agustus 2017
Bahan : biopsi
Diagnosa klinik : Ca. Cervixs
Laporan pemeriksaan :
Makroskopis :
Diterima 1 tempat sediaan berisi tiga potong jaringan dia. 0,5 cm,
0,2 cm dan dia. 0,2 cm berupa masa solid – rapuh, putih abu-abu
kecoklatan, diperoses semua cetak.
Mikroskopis :
Menunjukkan potngan jaringan dengan pertumbuhan neoplasma
malignant epitelial terdiri dari proliferasi sel-sel anaplatik,
berukuran cukup besar, inti bulat ovale, pleomorfik berat, tersusun
membentuk struktur pulau-pulau, invasi kedalam strouma.
Kesimpulan : c/w.Invasif Nonkeratinizing Squamous Cell
karcinoma, Large cell type.
V. TINDAKAN KEPERAWATAN/IMPLEMENTASI
Hari/Tgl No Implementasi Respon Ttd
/Jam Dx
Kamis, 21 1 - memonitor asupan S : pasien mengatakan
Desember makanan terhadap tidak nafsu makan,
2017 kandungan gizi dan kalau melihat makanan
11.05 WIB kalori ingin mual
O : pasien tampak
lemas, pasien
mendapatkan diit dari
RS tinggi protein tinggi
karbohidrat
11.15 WIB 1 - menganjurkan pasien S : pasien mengatakan
untuk makan sedikit bersedia untuk tetap
tetapi sering makan sedikit-sedikit
O : pasien bersedia
untuk makan sedikit
tapi sering, dan pasien
kooperatif
11.20 WIB 1 - menginstruksikan pasien S : pasien mengatakan
mengenai diet tinggi bersedia untuk makan
karbohidrat dan rendah tinggi karbohidrat dan
lemak rendah lemak
O : pasien kooperatif
12.05 WIB 1 - mengkolaborasi S : pasien mengatakan
pemberian obat mual seteah di
antiemetik kemoterapi
(ondansentron 4mg) O : diberikan injeksi
ondansentron 1x4mg
untuk mengurangi mual
11.45 WIB 2 - memonitor jumlah tidur S : pasien mengatakan
klien tiur malam 5-6 jam dan
tidur siang 1 jam
O : pasien tampak lesu,
mata sayu, kurang puas
dengan tidur
12.00 WIB 3 - mengidentifikasi potensi S : keluarga pasien
jatuh pada mengatakan merasa
lingkungan tertentu
lemas
O : pasien berada diatas
tempat tidur dan
terpasang restrain
12.30 WIB 3 - Monitor keseimbangan S : pasien mengatakan
tingkat ambulasi aktifitas dibantu oleh
keluarga dan alat bantu
O : pasien tampak fokus
pada bantuan keluarga
Jumat 2 - mendorong klien untuk S : pasien bersedia
22/12/2017 menetapkan rutinitas tidur untuk rutin tidur siang
10.00 WIB untuk memfasilitasi maupun malam
perpindahan dari terjaga O : pasien kooperatif
menuju tidur bersedia untuk rutin
dalam tidur
10.30 WIB 2 - menganjurkan untuk tidur S : pasien bersedia
di siang hari untuk tidur siang
O : Pasien kooperatif
bersedia untuk tidur
siang
10.40 WIB 3 - membantu ambulasi S : Keluarga pasien
pasien dari mengatakan saat
ketidakseimbangan. bangun tidur dibantu
keluarga.
O : Pasien tampak
memegang restrain saat
akan bangun tidur dan
merangkul keluarga
saat berjalan ke kamar
mandi .
11.00 WIB 3 - mengedukasi pasien dan S : pasien mengatakan
keluarga menggunakan bersedia untuk
restrain saat berada menggunakan restrain
ditempat tidur. saat berada di tempat
tidur
O : pasien kooperatif
dan restrain terpasang
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Abuseir S., Khune, M., Schnieder, T., Klein, G., Epe, C., 2007. Evaluation of A.
Serological Method for The Detection of Taenia saginata Cysticercosis.
Using Serum and Meat Juice Samples. Parasitol Res 101: 131-137.
Ambarwati. (2011). Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi
dan KB. Jakarta : EGC.
Depkes RI. (2008). Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara.
Diagnosis Keperawatan NANDA Internasional: Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta: EGC.
Nurwijaya, dkk. 2010. Cegah dan Deteksi Kanker Serviks. Jakarta: Elex Media
Komputindo
Smeltzer Suzane C dan Brenda G. Bare. 2007. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddrath. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Wijaya, Arif dkk. 2009. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1. Jakarta : Media
Ausculapius.